Anda di halaman 1dari 58

PT BHUMIADYA INDONESIA

STUDI KELAYAKAN

PABRIK PENGOLAHAN KAPUR TOHOR (QUICKLIME)

PADALARANG

1
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN

2. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3. ASPEK TEKNIS DAN INDUSTRI

4. ASPEK MANAGEMEN DAN SDM

5. ASPEK LEGAL

6. ASPEK LINGKUNGAN & K3

7. ASPEK FINANSIAL

8. KESIMPULAN

2
1. PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Tujuan dari penyusunan studi kelayakan ini adalah untuk memperoleh

keyakinan atas kelayakan investasi pabrik tepung calcium (calcium powder) di

Indonesia khususnya di pulau Jawa untuk menyuplai pabrik-pabrik yang

menggunakan bahan baku tepung calcium dalam produksinya. Adapun industri yang

menggunakan bahan baku tepung calcium diantaranya seperti pabrik pengolahan

baja, bata ringan dan industri yang berhubungan dengan agrikultur. Perkembangan

industri-industri tersebut di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat seiring

dengan perkembangan ekonomi dan kebijakan pemerintah yang sedang gencar-

gencarnya melaksanakan berbagai projek konstruksi bangunan dan pertanian.

1.2 Tentang Indonesia

1.2.1 Data Geografi

Lokasi : Asia Tenggara, Kepulauan antara Laut India dan Laut Pasifik

Jumlah Pulau : 13.500 (6.000 tidak berpenghuni)

Total Luas : 1.919.440 M2

Luas Tanah : 1.826.440 M2

Perbatasan : Total 2.602 Km, dimana 1.782 Km dengan Malaysia dan 820 Km dengan

Papua Nugini.

Batasan Laut : 54.716 Km.

3
Iklim : Tropis, panas, lembab, lebih rendah di dataran tinggi.

Sumber daya alam : Minyak, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tembaga, tanah yang

subur, emas dan perak.

Penggunaan Tanah :

- Hutan – 67%

- Perkebunan – 3%

- Padang Rumput – 7%

- Tanah yang ditanami – 8%

- Lain-lain – 15%

Tanah teririgasi : 75.500 Km2 (perkiraan tahun 1989)

Lingkungan :

- Isu saat ini : Pembabatan hutan, pencemaran air dan udara dari limbah industri

- Bencana alam : Banjir, Tsunami

- Perjanjian internasional : Keragaman hayati, perubahan iklim, perlindungan spesies,

perjanjian laut, pelarangan tes nuklir, kayu tropis, perlindungan lapisan ozon, limbah

berbahaya

1.2.2 Data Penduduk

Jumlah Populasi : 203.583.886 (perkiraan Juli 1995)

Kelompok Umur :

- 0 – 14 Tahun : 32%

- 15 – 64 Tahun : 64%

- 65 Tahun keatas : 4%
4
Perkembangan Populasi per tahun : 1.56%

Tingkat Kelahiran : 24,06 kelahiran/ 1.000 penduduk

Tingkat Kematian : 8,48 kematian/1.000 penduduk

Kelompok Etnis : Jawa 45%, Sunda 14%, Madura 7.5%, Melayu 7.5%, lain-lain 26%.

Agama : Muslim 875, Protestan 6%, Katholik 3%, Hindu 2%, Budha 1%, lain-lain 1%

Bahasa : Indonesia, Inggris, Belanda.

Jumlah Pekerja : 67 Juta orang dengan komposisi sbb:

- Bercocok tanam – 55%

- Manufaktur – 10%

- Konstruksi – 4%

- Transport dan komunikasi – 3%

1.2.3 Pemerintahan

Tipe : Republik

Ibukota : Jakarta

Jumlah provinsi : 27

Tanggal kemerdekaan : 17 Agustus 1945

Konstitusi : Undang Undang Dasar 1945

Sistem Hukum : Hukum Romawi Belanda yang telah disesuaikan

Bendera : Merah Putih

5
1.2.4 Ekonomi

Secara umum ekonomi Indonesia adalah campuran dengan beberapa institusi bersifat

sosialis dan perencanaan terpusat tapi dengan penekanan deregulasi dan privatisasi

perusahaan.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang luas, tapi dengan perkembangan penduduk yang

cepat, tetap menjadi Negara yang belum berkembang. Perkembangan rata-rata PDB di

tahun 1985 – 1994 adalah sebesar 6% yang cukup mengesankan, tapi tidak cukup untuk

mengurangi pengangguran dengan 2,3 juta pekerja baru yang menambah sumber daya

manusia.

Produk Domestik Bruto : US$ 619,4 Milyar

Peningkatan Produk Nasional : 6.7%

Produk Nasional Perkapita : US$ 3.090

Tingkat Inflasi : 9,3%

Tingkat Pengangguran : 3%

Anggaran Pendapatan Negara : US$ 32.8 Milyar

Anggaran Biaya Negara : US$ 32,8 Milyar termasuk belanja modal sebesar US$ 12.9

Milyar

Ekspor : US$ 41.3 Milyar (di dominasi oleh manufaktur sebesar 56,7%)

Impor : US$ 21.4 Milyar (di dominasi oleh peralatan modal sebesar 44,2%)

Hutang Luar Negeri : US$ 87 Milyar

6
Tingkat Produksi Industri : 8,4%

Listrik : 12.100.000 Kw, dengan konsumpsi perkapita 207Kwh

Industri : Minyak dan Gas Bumi, tekstil, tambang, semen, pupuk kimia, kayu lapis,

makanan dan karet.

Mata Uang : Rupiah

Periode Fiskal : 1 April – 31 Maret

1.2.5 Transportasi

Kereta Api : total 6.964Km

Jalan Tol : 119.500Km

Jalur air : 21.579Km

Pelabuhan Air : Cilacap, Cirebon, Jakarta (Tanjung Priok, Sunda Kelapa & Marunda),

Kupang, Palembang, Semarang, Surabaya, Ujungpandang.

1.2.6 Komunikasi

Sistem Telpon : 763.000 Telepon

Broadcast Station : AM 618, FM 38

Televisi : 9 Stasiun

1.3 Industri Kapur Tohor di Indonesia

Sejak zaman Mesir kuno, orang-orang Mesir telah banyak memanfaatkan

batuan kapur, diantaranya adalah untuk memplester bangunan tempat tinggal

7
mereka. Sampai zaman modern sekarang pun, kapur masih digunakan

pemanfaatannya untuk memplester bangunan. Perkembangan ini secara tidak

langsung memperlihatkan adanya peningkatan kebutuhan akan bahan baku dan

penolong bagi perkembangan sektor industri yang merupakan industri hilir. Stabilitas

politik yang baik di indonesia telah memacu pengembangan sektor industri,

konstruksi dan pertanian ketingkat yang lebih baik. Berdasarkan pertimbangan

tersebut diperkirakan prospek pasar untuk komoditas pasar cukup cerah.

Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam jenisnya, antara lain : kalsit

(CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit (FeCO3), ankerit

[Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang berkomposisi kimia sama dengan kalsit

tetapi berbeda dalam struktur kristalnya.

Kapur termasuk bahan bangunan yang penting, di Indonesia kapur ini juga sudah

lama dikenal sebagai bahan ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan sebagainya.

Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,

secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam

terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang

dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang

koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat

bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.

Kapur tohor (CaO) adalah hasil dari pemanasan batuan kapur, yang dalam

perdagangan dapat dijumpai bermacam-macam hasil pembakaran kapur ini, antara

8
lain : Kapur tohor / quick lime (CaO) : yaitu hasil langsung dari pembakaran batuan

kapur yang berbentuk oksida-oksida dari kalsium atau magnesium.

a. Kapur padam / hydrated lime (Ca(OH)2)

Adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau magnesium yang dibuat dari

kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan mengeluarkan panas.

Digunakan terutama untuk bahan pengikat dalam adukan bangunan.

Proses “slaking” adalah reaksi CaO dengan air, sebagai berikut :

CaO(p) +H2O → Ca(OH)2(p) H=15,9 kcal

Hasilnya dapat berupa serbuk halus (proses kering) atau berupa “slurry’

dalam air (proses basah). Proses kering yang paling sederhana adalah dengan

menyirami lapisan bongkah-bongkah kapur tohor setebal 15-20 cm di atas lantai.

Pencampuran air dengan kapur tohor sebaiknya dilakukan dengan disertai

membalik-balikan bongkah-bongkah tersebut dan dilakukan penyiraman ulang.

Bongkahan itu akan pecah menjadi serbuk kapur padam. Pabrik gula

menggunakan kapur dalam bentuk slurry sehingga pemadaman kapur tohor

tersebut dapat dilakukan dengan air berlebih (proses basah), yang dapat

dilakukan dalam suatu tangki dengan pengadukan yang baik, dan pemisahan-

pemisahan kasar yang mengendap akan lebih mudah dilakukan.

b. Kapur Udara

Kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu dapat

mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida.

c. Kapur hidrolis

9
Disini CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan pengotor- pengotor.

Oksida kapur ini terhidrasi secara mudah dengan menambahkan air ataupun

membiarkannya di udara terbuka, pada reaski ini timbul panas.

Mempertimbangkan kebijakan industri yang dianut, maka prioritas didasarkan

pada pencapaian peningkatan ekonomi yang tinggi dengan memanfaatkan tenaga

kerja seoptimal mungkin. Kebijakan ini mungkin tepat untuk saat itu, dimana sumber

daya nasional memadai/stabil, sedang globalisasi dan persaingan belum terlalu

menggejala. Karenanya upaya yang dilakukan lebih bertumpu pada pemasukan

devisa sebanyak mungkin (melalui ekspor) untuk kepentingan pembangunan

nasional, termasuk memperkuat struktur industri yang dirasa masih lemah.

Industri inti adalah industri yang mempunyai keterkaitan erat dengan industri-

industri lainnya dalam suatu kluster serta sangat berpengaruh terhadap

perkembangan klaster tersebut. Keterkaitan yang terjadi dalam suatu kluster meliputi

keterkaitan industri inti dengan industi terkait. Industri pendukung adalah industri-

industri yang menghasilkan bahan baku dan penolong bagi industri inti. Sedangkan

industri terkait adalah industri yang mempunyai hubungan dengan industri inti karena

terjadinya kesamaan dalam penggunaan sumber daya manusia maupun saluran

distribusi dan pemasarannya.

10
2. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Perkembangan produksi dan konsumsi batu gamping Indonesia dalam kurun

1991-1999 naik dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 18,56 % dan 14,25 %.

Jumlah produksi tahun 1991 tercatat 34,92 juta ton naik menjadi 68,36 juta ton tahun

1999. Demikian pula dengan konsumsi, dari sebesar 37,06 juta ton (1991) menjadi

78,36 juta ton (1999). Industri semen adalah merupakan pemakai terbesar batu

gamping, sekitar 76,8% dari jumlah konsumsi. Dari pengamatan, untuk data terkini

tahun 2016 kami belum mengetahui secara rinci yang jelas permintaan pasar batu

gamping selalu mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun

Sementara bahan baku yang diimpor berupa produk dari batu gamping, yaitu

flux dan kapur tohor (quicklime). Jawa Barat selain sebagai produsen utama batu

gamping juga merupakan konsumen terbanyak, yaitu sekitar 56,70% dari jumlah

konsumsi batu gamping Indonesia per tahun. Data yang disajikan di sini merupakan

hasil pengolahan kembali data dari Badan Pusat Statistik melalui penyesuaian antara

volume impor dan harga satuan.

Data lain yang diolah kembali adalah quicklime, dengan konversi seperti batu

kapur jenis flux dengan cara membagi nilai impor dengan harga satuan untuk tahun

yang bersesuaian. Perkembangan penyediaan dan permintaan batu gamping dalam

kurun 1991-1999 ada ketidakseimbangan, yaitu terjadi kekurangan dari penyediaan

yang secara kumulatif berjumlah 48,9 juta ton. Beberapa kemungkinan sehubungan

dengan keadaan di atas, yaitu laju pertumbuhan sektor konstruksi cukup pesat dalam

10 tahun terakhir, meskipun situasi ekonomi belum pulih.

11
Pasokan yang berasal dari perusahaan tanpa izin (non formal) perlu

diperhatikan karena jumlahnya per Kabupaten bisa mencapai angka 100 per tahun/

satu jenis galian. Sementara itu, perkembangan yang terjadi pada dua tahun terakhir

(1998-1999) menunjukkan keadaan kekurangan penyediaan yang relatif sangat

besar (11,8 juta ton dan 10,0 juta ton). Angka tersebut belum mencerminkan keadaan

sebenarnya mengingat data yang dikumpulkan belum mencakup data pemakaian di

bidang pertanian, konstruksi, dan perumahan.

a. Pemasaran

Prospek pemasaran di dalam negeri

Perluasan areal pertanian melalui program transmigrasi, terutama di daerah

dengan tingkat keasaman tanah tinggi, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan

Sulawesi dapat memberi pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian batu gamping

di Indonesia.

Di sektor konstruksi / jalan untuk beberapa tahun ke depan selama situasi

ekonomi belum pulih peningkatan prospek pemakaian batu gamping relatif stabil.

Namun demikian tidak menutup kemungkinan dengan pembuatan jalan bebas

hambatan yang melalui rawa dapat meningkatkan pabrik semen dan tentu saja

bertambahnya pemakaian batu gamping untuk semen

Berdasarkan hal tersebut diperkirakan kebutuhan batu gamping di luar sektor

industri akan semakin besar di masa datang. Disisi lain, potensi batu gamping yang

besar dan tersebar dan kemungkinan pemanfaatan yang terus meningkat di sektor

12
industri pemakai memberikan harapan yang baik bagi munculnya produsen baru

dalam usaha pertambangan batu gamping.

Orientasi Ekspor

Perkembangan penyediaan dan permintaan batu gamping di negara kawasan

ASEAN memberikan petunjuk tentang adanya peluang ekspor batugamping

Indonesia ke kawasan ini. Malaysia dan Filipina misalnya, perkembangan produksi

di kedua negara lebih sedikit dengan konsumsinya.

Dari kajian terhadap kebutuhan batu gamping sektor industri di luar logam,

Malaysia untuk 1995 saja membutuhkan batu gamping 22 - 23 juta ton, tidak

termasuk kebutuhan di sektor konstruksi dan bangunan sebesar 5 juta ton setiap

tahun.

Informasi itu diharapkan dapat menjadi peluang yang sangat baik bagi produsen

di Indonesia. Namun demikian seperti halnya bahan galian lainnya, kesempatan itu

pada prakteknya sangat sulit. Ada sesuatu yang tak nyata dalam masalah bahan

baku mineral, baik batu gamping atau bahan galian lain sangat sulit untuk

menembus pasar ekspor. Padahal kalau dilihat dari sisi potensi, hampir semua jenis

mineral dapat diketemukan di Indonesia.

b. Penggunaan dan Spesifikasi

Batu gamping dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan, yaitu :

1) Batu Bangunan

13
Batu bangunan di sini adalah yang biasa digunakan untuk pondasi rumah, jalan,

jembatan maupun isian bendungan terutama di daerah yang tidak memiliki sumber

batu bangunan seperti andesit, basalt dan semacamnya atau sebagai batu hias.

Untuk keperluan di atas dipilih batu gamping yang berstruktur pejal atau keras serta

berhablur dengan daya tekan 800 - 2500 kg/m3

2) Bahan Bangunan

Sebagai bahan bangunan. batu gamping serfungsi sebagai campuran dalam

adukan pasangan bata/plester, semen trass atau semen merah.

Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan `+bangunan ini, adalah :

— (CaO + MgO) min. 5%;

— (SiO + AL2O3 + Fe2O3) maks. 5%;

— CO2 maks 3%;

— 70% lolos ayakan 0,85 mm

Campuran kapur padam dengan tras dan air akan membentuk produk yang disebut

semen tras. Adanya sifat semen dalam pencampuran itu karena oksida-oksida

alumina dan silika yang bersifat asam membentuk senyawa sebagai berikut :

— Ca(OH2) + SiO2 + (n-1)H2O ◊ CaO, SiO2 nH2O (semen)

— Ca(OH2) + Al2O3 + 5 H2O ◊ CaO, Al2O3 6H2O (semen)

3) Bahan Penstabil Jalan

14
Pemanfaatan batu gamping untuk fondasi jalan, rawa-rawa, berfungsi

mengurangi penyusutan plastisitas dan pemuaian fondasi jalan raya tersebut. Reaksi

yang terjadi hampir sama dalam pembentukan semen tras, dengan campuran kapur

padam sekitar 1 - 6% sesuai keadaan tanah dan konstruksi jalan yang akan dibuat.

Batu gamping yang dipakai diharapkan berkadar belerang rendah.

4) Pertanian

Kesuburan tanah akan lebih baik apabila keasaman tanah (pH) diturun-kan

melalui pengapuran. Setiap jenis tanaman memiliki tingkat keasaman berbeda; untuk

kacang-kacangan, gandum, kentang misalnya, masing-masing pelu tingkat

keasaman antara 6 - 7,5; 5,75-7,5; dan 5-6,45.

Batu gamping untuk pertanian, dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau kapur

tohor. Untuk serbuk batu gamping kadar MgCO3 diharapkan maks. 10% dan ukuran

butir < dari 5 mm dengan 95% didalamnya berukuran kurang dari 3 mm.

Pengapuran memberikan berbagai keuntungan, misal memungkinkan nutrient

lain lepas dari pupuk, tingkat keasaman yang rendah juga mem-perbaiki peningkatan

mikrobiologi alam dari tanah melaluj penghancuran bahan organik (penggemburan

tanah). Pengapuran pada tanah liat (clay) dapat memperbaiki struktur fisik, yaitu

dapat rnembantu pertumbuhan akar dan mem-beri kontribusi kalsium terhadap

tanaman tingkat bermagnesium rendah/ hilang akibat panenan atau erosi.

Untuk melaksanakan proses pengapuran, jumlah batu gamping sangat

bervariasi. Biasanya, diperlukan batu kapur sekitar 400 kg per hektar tanah. Namun,

15
sumber lain menyebutkan antara 2 - 4 ton untuk setiap hektar, bahkan sampai 5 ton

per hektar. Untuk disinfektan dan pembuatan kompos digunakan kapur padam.

5) Bahan Keramik

Pemakaian batu gamping dalam industri keramik berfungsi sebagai imbuh untuk

menurunkan suhu lelah sehingga pemuaian panas masa setelah dibakar sesuai

dengan pemuaian glasir; dengan demikian glasir tidak retak atau lepas.

Jenis dan jumlah pengotor yang terdapat dalam batu gamping merupakan faktor

penentu sebagai bahan baku keramik.

Selain untuk imbuh, dapat juga digunakan dalam pembuatan glasir, walaupun

hanya sebagian kecil.

6) Industri Kaca

Pemanfaatan batu gamping dalam industri kaca adalah sebagai bahan

tambahan. Jenis batu gamping yang digunakan adalah jenis batu gamping dolomitan

dengan kadar sebagai berikut :

— (SiO2 0,96%), (Fe2O3 0,04%), (Al2O3 0,14%);

— (MgO 0,15%), da (CaO 55,8%);

— (SiO2 ; 0,14%), (Fe2O3 ; 0,03%), (Al2O3.MgO ; 20,80%) dan (CaO;31,8%).

Dolomit dan batu gamping dolomitan digunakan dalam pembuatan gelas, botol, dan

kaca lembaran. Bahan ini memberi pengaruh yang sangat baik pada gelas, antara

16
lain mepermudah campuran gelas mudah melebur, mencegah devitrifikasi; dan

memperpanjang jarak kerja (working range) pada peleburan gelas.

7) Industri Bata Silika

Untuk pembuatan bata silika (ringan), batu gamping yang diperlukan adalah

dengan kadar :

— CaO minimum 90%;

— MgO maksimum 4,5%;

— Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1,5%;

— CO2 maksimum 5%.

8) Industri Semen

Dalam industri semen, penggunaan mineral batugamping adalah sebagai bahan

baku utama. Diperkirakan, untuk 1 ton semen diperlukan 1 ton batugamping.

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan semen adalah :

— kadar CaO : 50 - 55%;

— MgO maksimum 2%;

— kekentalan (viskositas) luluhan 3200 centipoise (40% H2O);

— kadar Fe2O3 : 2,47% dan Al2O3 : 0,95%.

Sebagai bahan baku semen pozolan yang digunakan adalah jenis kapur padam,

yaitu sebagai bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan cara membakar sampai

dengan suhu + 1100 oC.

17
9) Pembuatan Karbid

Bahan utama pembuatan karbid adalah kapur tohor (60%), kokas, antrasit, dan

petroleumcoke (carbon black). Kapur tohor yang cocok untuk pembuatan kalsium

karbid mem-punyai spesifikasi :

— total CaO minimum 92%;

— MgO maksimum 1,75%;

— SiO2 maksimum 2%;

— Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1%;

— S maksimum 0,2%;

— P maksimum 0,02;

— hilang pijar pada contoh yang diambil di tungku 4%.

10) Peleburan dan Pemurnian Baja

Dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam lainnya, batu gamping/ dolomit

berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi mengandung silika dan alumina

sebagai unsur tambahan; dalam proses peleburan unsur-unsur tersebut bersenyawa

dengan bahan pengimbuh berupa terak cair (seng) yang mengapung di atas lelehan

besi, sehingga mudah dipisahkan. Disamping itu, CaO dalam batu gamping harus

berkadar tinggi, sarang dan keras. Hal itu diperlukan untuk mengikat gas-gas seperti

SO2 dan H2S.

Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi, antara lain :

— CaO minimum 52%;

18
— SiO maksimum 4% (1,5 - 4%);

— Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%;

— MgO maksimum 3,5%;

— Fe2O3 maksimum 0,65%;

— P maksimum 0,1%.

11) Bahan Pemutih dalam Industri Kertas, Pulp dan Karet

Untuk keperluan ini batu gamping harus mempunyai hablur murni (hampir

CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya berasal dari batu gamping yang lunak,

berwarna putih yang terdiri dari cangkang kerang dan jasad renik yang terdiri dari

kapur (CaCO3) sebagai hasil sampingan pembuangan dasar magnesium karbonat

dari dolomit.

Batugamping yang cocok untuk bahan pemutih berkadar CaCO3 98%, kehalusan

325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak, warna putih dan pH > 7,8.

Bahan pemutih ini dipakai dalam industri kertas untuk pemutih pulp, pengisi, pelapis

(coating) dan pengkilap.

12) Pembuatan Soda Abu

Untuk pembuatan soda abu diperlukan batugamping 1 - 1,25 ton melalui proses

amonia soda. Sedangkan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :

- CaCO3 : 90 - 99%;

- MgCO3 : 0,6%

19
- FesO3 + Al2O3 + SiO2 = 0,3%.

13) Penjernih Air

Dalam penjernihan air, batu gamping atau kapur digunakan bersama soda abu

dalam proses kapur soda. Kapur berfungsi menghilangkan bikarbonat yang menjadi

penyebab kekerasan sementara pada air. Air kotor yang banyak mengandung bakteri

akan menjadi bersih dalam waktu 24 - 48 jam, apabila dibubuhi kapur yang cukup

banyak. Demikian pula air yang keruh akan menjadi jernih, sedangkan air yang

mengandung CO2 dinetralkan. Hal ini untuk menghindarkan karat terbawa pada pipa

saluran air ke konsumen.

14) Pengendapan Bijih Logam Non-ferrous

Dalam proses pengendapan bijih ogam non-ferrous, batu gamping bertindak

sebagai settling agent, dan pengontrol pH.

Batugamping berfungsi untuk mengendapkan basic nickel carbon-ate dalam

proses flotasi bijih nikel. Batu gamping yang diperlukan untuk proses satu ton bijih

adalah antara 75 - 80 kg.

15) Industri Gula

Pada industri gula, batu gamping digunakan dalam proses penjernihan nira tebu

dan menaikan pH nira. Batu gamping yang dibutuhkan untuk 1000 kw adalah sekitar

20
150 kg (dalam bentuk kapur tohor), dengan persyaratan yang diinginkan adalah

sebagai berikut :

- H2O : 0,2%

- HCL : 0,2%

- SiO2 : 0,1%

- AL2O3 : 0,1%

- CaO : 55,0%

- MgO : 0,4%

- CO2 : 43,6%

- SO4 : tidak nyata

- Na2O K2O : 0,3%.

c. Konsep Pemasaran

Untuk tujuan efisiensi maka pada tahap awal pemasaran akan diberikan kepada agen

lokal yang sudah mengerti pasar dan dapat langsung mengembangkan pasar serta

jumlah pelanggan sehingga tidak memerlukan biaya yang cukup banyak, maka untuk

itu akan dicari perusahaan distribusi ataupun pemasaran yang sudah memiliki jumlah

basis pelanggan yang cukup dan melayani industri yang kurang lebih sama dengan

industri tepung calcium.

d. Konsep Harga

Harga batu kapur di Indonesia sangat di pengaruhi oleh hukum permintaan dan

penawaran dan pada umumnya dikarenakan jumlah konsumsinya yang sangat tinggi,
21
sedangkan untuk tepung calcium yang pada saat ini masih di dominasi oleh produk

impor, maka harga tepung calcium sangat dipengaruhi oleh harga impor yang berlaku

pada saat ini dan dengan melihat kondisi yang ada pada saat ini maka estimasi harga

jual rata-rata batu kapur dan tepung kapur tohor ex-work di pabrik adalah sebagai

berikut:

- Batu Kapur Lump = US$ 10/Ton

- Tepung Kapur = US$ 75 - $120/Ton

e. Konsep Distribusi

Dengan penunjukan agen distribusi maka dimana secara konsep akan diserahkan

kepada pihak agen yang memiliki keahlian distribusi untuk meningkatkan efisiensi

bagi perusahaan dengan tujuan agar lebih fokus pada proses produksi sehingga

kualitas tepung produk yang dihasilkan terjamin, mengingat bidang keahlian yang

dimiliki perusahaan adalah pada pengolahan Tepung Kapur bukan pada bidang

logistik.

Adapun dengan konsep distribusi ini, maka perusahaan hanya akan meyiapkan

produk barang di lokasi pabrik, tidak sampai tempat atau gudang / pabrik dari pihak

pembeli, sehingga resiko yang ditanggung oleh perusahaan akan menjadi minimum.

22
f. Proyeksi Penjualan

Berdasarkan data-data yang ada maka, fokus penjualan pada tahun-tahun awal

perusahaan berdiri adalah Kapur Tohor dimana proyeksi penjualan untuk tepung

calcium adalah sebagai berikut:

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019

Jumlah Penjualan Tepung Kapur

Tohor - - 112,500 189,900 193,500

Adapun penjualan tepung kapur (CaCO3) dilakukan sebagai produk sampingan (by

product) dari proses produksi tepung kapur tohor yang memanfaatkan batu kapur

ukuran kecil (under size) yang tidak dapat digunakan dalam proses produksi tepung

kapur tohor (CaO).

g. Kompetisi

Dengan 100% kebutuhan tepung calcium di Indonesia dipenuhi dengan impor dari

negara-negara lain, maka competitor utama yang dapat diperhitungkan saat ini

sesuai kondisi pasar yang ada dari produk tepung calcium yang akan diproduksi oleh

perseroan adalah:

- Produk Impor

- Barang Substitusi

- Pemain Baru di masa yang akan datang

23
3. ASPEK TEKNIS DAN INDUSTRI

3.1 Bahan Baku (Input)

Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik,

atau kimia. Di alam, sebagian besar batu gamping terjadi secara organik dan umumnya

mempunyai nilai ekonomis. Jenis ini berasal dari pengendapan rumah kerang dan siput,

foraminifera (ganggang), atau kerangka binatang koral/kerang.

Mula jadi batu gamping secara mekanik bahannya hampir sama dengan secara

organik. Yang membedakan adalah terjadi perombakan terhadap bahan gamping

kemudian terbawa arus dan diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sementara

secara kimia batu gamping terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu

dalam air laut atau air tawar. Endapan batu gamping disebut endapan sinter kapur,

apabila pengendapan terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan

batu gamping di bawah permukaan, kemudian diendapkan kembali di permukaan bumi.

Magnesium, lempung dan pasir adalah unsur pengotor yang mengendap saat proses

pengendapan. Keberadaan pengotor memberikan klasifikasi jenis batu gamping.

Persentase unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu gamping mulai dari

warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat bahkan hitam. Warna kemerah-

merahan disebabkan oleh adanya unsur mangan sementara kehitam-hitaman

disebabkan oleh adanya unsur organik.

24
Mineral pengotor lain yang terdapat pada batu gamping tetapi dalam jumlah yang

lebih sedikit adalah magnesit; kuarsa; feldspar; (kaolin, illit dsb); besi (hematit, ilmenit);

dan mineral sulfida (pirit, markasit). Batu gamping bersifat keras, padat, dan dapat pula

bersifat sarang.

Carr Donald D. dan Rooney L.F (1985) membuat klasifikasi mineral atas dasar

kandungan kalsit dan dolomit serta material non-karbonat dalam batuan. Jika kandungan

kalsit dalam batuan dominan, maka dapat dikatakan sebagai batu gamping. Apabila

kandungan dolomit (MgCO3) yang paling banyak (>15%) maka batuan tersebut

diklasifikasikan sebagai batuan dolomit. Batu gamping yang mengalami metamorfosa

akan berubah penampakannya dan sifatnya. Itu terjadi karena pengaruh tekanan

maupun panas, sehingga batu gamping tersebut menghablur, seperti yang dijumpai pada

marmer. Air tanah juga berpengaruh terhadap penghabluran ulang pada permukaan

batu gamping sehingga membentuk kalsit.

Tabel Klasifikasi batu gamping berdasarkan unsur ikutannya.

Batu Gamping Lempungan


Batu gamping CaCO3 > 95 % Lempung < 5 %
Batu gamping napalan CaCO3 ; 85 - 95 % Lempung ; 5 - 15 %
Batugamping napal CaCO3 ; 75 - 85 % Lempung ; 15 - 25 %
Napal gampingan CaCO3 ; 65 - 75 % Lempung ; 25 - 35 %
Napal CaCO3 ; 35 - 75 % Lempung ; 35 - 65 %
Napal lempung CaCO3 ; 25 - 35 % Lempung ; 65 - 75 %
Lempung napal CaCO3 ; 15 - 25 % Lempung ; 75 - 85 %
Lempung napalan CaCO3 ; 5 - 15 % Lempung ; 85 - 95 %

25
Lempung (karlin) CaCO3 ; < 5 % Lempung ; > 95 %
Pemanfaatan di Industri dan Perdagangan
Kapur putih CaCO3 > 90 % Lempung < 10 %
Kapur hidrolis CaCO3 ; 75 - 90 % Lempung ; 10 - 25 %
Kapur semen CaCO3 ; 70 - 75 % Lempung ; 25 - 30 %
Kapur romawi CaCO3 ; 60 - 70 % Lempung ; 30 - 40 %
Portland semen CaCO3 ; 25 - 60 % Lempung ; 40 - 75 %
Berdasarkan adanya Kalsit dan Magnesit
Batugamping Kalsit > 95% Magnesit < 5 %
Batugamping magnesiuman Kalsit > 90 - 95% Magnesit 5 - 10%
Batugamping dolomitan Kalsit : 50 - 90% Magnesit 10 - 50%
Dolomit gampingan Kalsit : 10 - 50% Magnesit 50 - 90%
Dolomit Kalsit < 0% Magnesit > 90%

Potensi batu gamping Indonesia sangat besar dan keberadaannya tersebar hampir di

setiap Propinsi.

Tabel Cadangan Batu Gamping Indonesia menurut Propinsi

Propinsi Jumlah (Ribu Ton) Keterangan

1.D.I Aceh 100,857 Seluruh cadangan batu

2.Sumatera Utara 5,709 kapur ini terklasifikasi

3.Sumatera Barat 23.273,300 sebagai cadangan tereka

4. Riau 6,875 (termasuk hipotesis dan

5. Sumatera Selatan 48,631 spekulatif), kecuali

6. Bengkulu 2,730 cadangan di Nusa

7. Lampung 2,961 TenggaraTimur, sejumlah

8. Jawa Barat 672,820 61,376 juta ton sebagai

26
9. Jawa Tengah & DIY 125,000 cadangan (probable)

10. Jawa Timur 416,400 terunjuk.

11. Kalimantan Selatan 1.006,800

12. Kalimantan Tengah 543,000

13. Nusa Tenggara Barat 1.917,386

14. Nusa Tenggara Timur 229,784

15. Sulawesi Utara 66,300

16. Sulawesi Selatan 19,946

17. Irian Jaya 240,000

Total 28.678,500

Sumber : Bahan Galian Industri, Batu Kapur, Harta Haryadi dkk. Hal. 7-75 = 7-91; 1997

Cadangan batu gamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar, dan yang

terbesar berada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu 23,23 milyar ton atau sekitar 81,02 %

dari cadangan seluruhnya. Secara umum cadangan batu gamping Indonesia mempunyai

kadar sbb :

CaO : 40 - 55 %;

SiO : 0,23 - 18,12%;

Al2O3 : 0,20 - 4,33%;

Fe2O3 : 0,10 - 1,36%;

MgO : 0,05 - 4.26%;

CO2 : 35,74-42.78%;

H20 : 0,10 - 0,85%;

27
P2O5 : 0,072 -0.109%;

K2 : 0,18

L.O.I : 40,06%.

3.2 Pemasok

Dalam proses produksi kapur tohor (quicklime) membutuhkan bahan baku berupa batu

gamping yang berasal dari beberapa supplier yang ada di area sekitar pabrik, hal ini

memudahkan dalam proses pengiriman dan ketepatan waktu untuk mengejar target

produksi pabrik. Adapun beberapa perusahaan penambangan batukapur yang sudah

potensial dapat menyediakankan bahan mentah batu kapur/ batu gamping nya dimana

salah satunya yang telah diperoleh komitmen nya adalah PT Sinar Berkah Insani dengan

jumlah total luas lokasi tambang sebesar 7,1HA.

3.3 Proses Produksi


28
3.3.1 Lokasi

Berdasarkan kondisi geografi dan geologi yang merupakan sumber bahan baku

batu kapur maka sebagian besar pabrik pengolahan berlokasi di pulau jawa maka

pemilihan lokasi di pulau jawa yang dekat dengan lokasi pelanggan mayoritas dan

sumber bahan baku adalah suatu pilihan yang tidak dapat dihindari dengan tujuan:

- Mengurangi biaya produksi untuk raw material

- Mengurangi biaya transportasi menurunkan harga jual menjadi kompetitif

- Mempercepat respon ke pelanggan

- Mengurangi waktu pengiriman

Total kebutuhan luas tanah untuk lokasi pabrik beserta tempat penyimpanan

bahan baku, bahan pembantu, barang jadi dan workshop diperkirakan seluas

kurang lebih 14HA.

Beberapa lokasi yang mungkin dapat menjadi pilihan berdasarkan informasi dan

hasil kunjungan adalah sebagai berikut :

- Kawasan Industri Jababeka – Cikarang – Bekasi

- Kawasan Penambangan dan Pengolahan Batu Kapur Padalarang – Jawa

Barat

- Karawang Industrial Estate – Jawa Barat

- Kawasan Industri Batu Kapur Tuban – Jawa Timur

Sesuai kondisi yang ada saat ini, dan setelah mempertimbangkan aspek logistik

dan sumberdaya raw material maka lokasi terbaik saat ini untuk lokasi pabrik

pengolahan tepung calcium adalah di Kawasan Penambangan dan Pengolahan

29
Batu Kapur yang terdapat di Padalarang, Jawa Barat. Dengan pertimbangan

bahwa lokasi ini juga berada paling dekat dengan lokasi calon pelanggan utama

perseroan.

3.3.2 Produksi

Dengan kondisi permintaan tepung calcium yang ada saat ini di Indonesia, maka

diperkirakan untuk 5 tahun kedepan jumlah permintaan tepung kapur tohor yang

dapat perseroan layani sebanyak +/- 200.000 ton/tahun, dan untuk mengantisipasi

perkembangan permintaan di masa yang akan datang maka kemungkinan

kapasitas produksi yang akan dibangun kurang lebih sebesar 20% diatas target

penjualan tersebut.

Jenis Dan Kapasitas Produksi

Jenis Produksi Tonase/Tahun Alat Angkut

(1) Produksi Utama

a. Tepung Kapur Tohor : 200.000 Ton Truck

b. Tepung Kapur Kalsium Karbonat : 155.000 Ton Truck

Catatan : Tepung Kapur Kalsium Karbonat sebagai produk sampingan tidak

dimasukkan dalam perhitungan finansial dalam studi ini.

(2) Waktu operasi Pabrik

30
- Dalam Satu Hari : 24 Jam

- Dalam satu minggu : 7 Hari Kerja

(3) Jumlah shift tenaga keraja : 3 Shift

Alat Produksi Utama

- Tungku Pembakaran (Kiln) : 3 Unit

- Penggilingan (Mill) : 2 Unit

Proses Produksi

Untuk proses flow diagram dari proses produksi batu kapur menjadi tepung calcium

adalah seperti dibawah ini :

31
PROSES DIAGRAM DAMPAK & KENDALI

LINGKUNGAN

Bahan Baku Debu / Size

Bising & Debu /


Dump Hopper
Peredam & Size

Proses Kalsinasi Debu & Panas /


Pengumpul Debu & Insulasi

Proses Penghalusan Bising & Debu /


Insulasi & Pengumpul Debu

Debu /
Proses Pengepakan Pengumpul Debu

Bahan Jadi

3.3.3. Kesehatan, Keamanan Kerja dan Lingkungan Hidup (HSE)

Permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja di Indonesia di atur dalam

Undang-undang nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang harus di

32
taati oleh semua perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dimana pada

prinsipnya bertujuan untuk menjamin keselamatan para pekerja dalam aktifitasnya

di perusahaan dengan tujuan akhir untuk menjamin kelancaran aktifitas di

perusahaan.

Untuk hal yang berkaitan dengan lingkungan hidup, perusahaan akan berpatokan

kepada Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hingga saat ini pengaturan tentang

permasalahan lingkungan hidup banyak diatur oleh kementerian Negara

lingkungan hidup dengan peraturan-peraturan yang mengatur hal-hal yang bersifat

umum seperti AMDAL dan UKL/UPL atau hal-hal yang bersifat situasional.

Diperkirakan dimasa yang akan datang pemerintah Indonesia akan semakin

berkepentingan atas permasalahan lingkungan hidup dimana pengaturannya akan

lebih menyeluruh dan sifatnya semakin mengikat.

4 . ASPEK MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA MANUSIA

4.1 Aspek Manajemen

Seiring dengan konsep pemasaran yang akan diserahkan sepenuhnya kepada agen

lokal, maka hirarki manajemen perusahaan akan sangat sederhana dan datar mengingat

perusahaan hanya akan berkonsentrasi pada proses produksi untuk pemenuhan

kuantitas dan kualitas yang diminta oleh pasar.

33
Susunan direksi dan komisaris akan mewakili kepentingan para pemegang saham

dimana akan disesuaikan dengan jumlah persentase kepemilikan dari para pemegang

saham.

Keputusan mengenai struktur organisasi dan susunan manajemen harus diputuskan

bersama dengan pihal partner lokal yang akan menjadi pemegang saham minoritas di

dalam perusahaan patungan yang akan dibentuk.

Adapun bagan organisasi yang direncanakan adalah seperti bagan berikut ini:

RUPS

Dewan
Komisaris

Dewan
Direksi

General
Manager

Plant Finance HR & Legal


Manager Manager Manager

4.2 Aspek Tenaga Kerja dan Pengupahan

Biaya Buruh dan Karyawan (US$)

34
Estimasi

Biaya / Tahun 2014 2015 2016 2017

/ Orang – US$

General Manager 75,000 1 1 1 1

Plant Manager & Engineer 30,000 0 1 1 2

Accountant 10,000 2 2 2 3

Sales Manager 15,000 1 1 1 2

Employee/foreman 8,000 2 3 4 8

Qualified Labour 5,000 5 6 10 12

Labour 3,600 5 8 12 72

Total Personnel 16 22 31 100

Penggunaan tenaga kerja lokal khususnya disekitar lokasi pabrik menjadi prioritas untuk

memberikan kontribusi kepada penduduk lokal dalam rangka meningkatkan kemampuan

dan taraf hidup sekitarnya. Penggunaan tenaga asing dilakukan sesuai keperluan dalam

rangka alih teknologi, pengalaman dan pengetahuan hingga pekerja lokal mampu

melaksanakan seluruh proses kegiatan Perusahaan.

5. ASPEK LEGAL

Sesuai undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1995, tentang Perseroan

Terbatas, perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris berbahasa

35
Indonesia, untuk itu maka diperlukan satu pihak lain untuk menjadi pemegang saham di

perusahaan yang akan dibentuk. Adapun modal dasar minimum perseroan sesuai

undang-undang tersebut adalah sebesar Rp 20.000.000,- dimana 25% dari total modal

dasar tersebut telah ditempatkan dan 50% dari total modal yang telah ditempatkan harus

sudah disetor penuh pada saat pengesahan perseroan.

Untuk investasi yang dilakukan oleh orang atau badan hukum asing, di Indonesia berlaku

Undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Asing (PMA), dimana berdasarkan undang-undang tersebut terdapat bidang-bidang

industri strategis yang tidak dapat dimasuki oleh pemodal asing dan bidang-bidang yang

dapat dimasuki oleh pihak asing namun dengan bekerjasama dengan pihak atau badan

hukum Indonesia, dan bidang industri tepung kapur tohor tidak termasuk dalam salah

satu criteria tersebut, sehingga dimungkinkan bagi orang atau badan hukum asing untuk

melakukan investasi dibidang itu.

Perusahaan PMA harus memperoleh persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM) baik untuk investasi, penambahan investasi atau kapasitas, perubahan

lokasi dan lain sebagainya, dan terdapat kewajiban bagi PMA untuk membuat laporan ke

BKPM secara periodik.

Akta pendirian perusahaan baru dapat di buat dan di sahkan setelah memperoleh

persetujuan Presiden Republik Indonesia melalui Kepala BKPM.

36
Seandainya nanti perseroan berkeinginan untuk melangkah lebih jauh untuk melakukan

penambangan batu kapur/gamping, maka diperlukan ijin-ijin lainnya seperti IUP Operasi

Produksi sesuai peraturan yang berlaku.

6. ASPEK LINGKUNGAN & K3

Teknologi pengolahan dan pemurnian kapur tohor PT. Bhumiadya Indonesia sebenarnya

telah dirancang sedemikian rupa sehingga dalam kegiatan operasinya diharapkan tidak

akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

Upaya pengelolaan lingkungan terhadap beberapa kegiatan yang akan menimbulkan

dampak terhadap komponen lingkungan dilakukan dengan tujuan untuk menekan

dampak negatif. Hal ini sesuai dengan dokumen yang sudah disetujui oleh PT.

Bhumiadya Indonesia dalam hal pemantauan dan pengelolaan lingkungan yaitu

dokumen UKL/UPL.

UKL dan UPL ini sebagai pedoman kami untuk mencegah, menanggulangi dan

mengendalikan dampak negatif, sehingga pelaksanaan operasional yang ada di

perusahaan kami diharapkan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian

lingkungan hidup, dan seluruh aktivitas yang ada tetap sesuai dengan konsep

pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Untuk itu rencana strategis dalam 5 tahun kedepan PT. Bhumiadya Indonesia akan terus

bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan pihak terkait dalam menjaga

37
kelestarian lingkungan pabrik dengan cara melakukan pemantauan dan uji lingkungan

yang diantaranya mencakup pemantauan uji udara, kebisingan dan kualitas air yang

semuanya ini telah direncanakan untuk dilakukan oleh badan uji standar nasional yang

sudah kredibel seperti Badan Riset dan Standardisasi Industri (Baristan) Provinsi

Bandung yang rencananya akan diadakan 2 (dua) kali dalam setahun.

Aspek yang perlu diperhatikan dalam Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan

Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) adalah :

 Sumber dampak

 Jenis dampak

 Besaran dampak

 Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

 Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

 Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Bentuk Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UKL-UPL) disajikan dalam bentuk matrik sebagai berikut :

38
Tabel Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
TAHAP PRA KONSTRUKSI
Persiapan Harapan Sejumlah Terakomodirn Pengelolaan : - Instansi
pembanguna penduduk masyarakat di ya - Melakukan • Lingkungan • Satu kali - Memantau • Lingkungan • Selama pelaksana
n seperti terhadap sekitar tapak pengharapan komunikasi pabrik menjelang pelaksanaan pabrik tahap pra yaitu
perijinan peluang penduduk dengan tahap sosialisasi konstruksi Pemrakarsa
kerja terhadap masyarakat konstruksi rencana kegiatan • Lingkungan PT.
peluang kerja melalui media kepada Desa Citatah • Selama Bhumiadya
pertemuan yang masyarakat tahap pra Indonesia.
ada di dalam sekitar. konstruksi - Instansi
masyarakat jika • Lingkungan - Memantau adanya • Lingkungan pengawas
terjadi pabrik (Desa • Satu kali surat izin dari pabrik yaitu KLH
kekhawatiran Citatah) menjelang tetangga yang Kabupaten
terhadap tahap diketahui oleh • Selama Bandung
pelaksanaan • Lingkungan konstruksi pemerintah tahap pra Barat,
kegiatan Desa Citatah setempat (RT, konstruksi Aparat Desa
- Melakukan • Satu klai RW, Desa, dan
perekrutan menjelang Kecamatan). Kecamatan.
tenaga kerja tahap - Pengamatan - Instansi
proyek dilakukan • Lingkungan konstruksi terhadap ada penerima
secara Desa Citatah tidaknya laporan
terbuka/transpa gangguan yaitu KLH
ran. • Satu kali kamtibmas Kabupaten
- Memproses menjelang terkait proyek Bandung
izin/persetujuan tahap Barat.
tetangga sekitar konstruksi
lokasi kegiatan • Lingkungan
yang diketahui Desa Citatah
oleh aparat
pemerintahan
setempat. • Selama tahap
- Melakukan kegiatan.
sosialisasi
tentang rencana • Lingkungan
kegiatan kepada Desa Citatah
warga di sekitar
lokasi rencana
kegiatan, • Pada awal
memprioritaskan tahap
warga sekitar konstruksi

39
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
untuk
berpartisipasi
dalam kegiatan .
- Menjaga
keharmonisan,
ketertiban dan
keamanan
hubungan
dengan
penduduk sekitar
dan selalu
bekerjasama
dalam berbagai
kegiatan
kemasyarakatan.
- Menginformasika
n/ sosialisasi
kebutuhan
tenaga kerja

Tindakan darurat :
- Menghubungi
Aparat Desa
setempat untuk
memusyawarahk
an pada setiap
masalah yang
timbul.
TAHAP KONSTRUKSI
Mobilisasi Peluang Jumlah • UU RI No. Pengelolaan : Pemantauan Desa Citatah Satu kali pada - Instansi
dan kerja bagi tenaga kerja 13/2003 • Memprioritaskan • Wilayah • Satu kali saat dilakukan secara terutama di saat pelaksana
perekrutan penduduk yang terserap • KepMenaKer tenaga kerja sekitar lokasi penerimaan. langsung di wilayah sekitar penerimaan yaitu
tenaga kerja setempat Trans No. lokal/penduduk kegiatan, Desa lapangan terhadap lokasi kegiatan tenaga kerja Pemrakarsa
KEP- setempat dalam Citatah bagian kepegawaian PT.
20/MEN/III/ pembangunan mengenai jumlah Bhumiadya
2004 dan konstruksi sarana tenaga kerja lokal Indonesia.
jumlah dan prasarana yang terserap dan - Instansi
tenaga kerja pabrik dan utilitas • Satu kali pada dibandingkan pengawas
lokal yang pendukungnya, • Wilayah awal tahap dengan jumlah yaitu KLH
terserap • Memberi sekitar lokasi konstruksi. tenaga kerja Kabupaten
kesempatan pendatang. Bandung
40
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
penduduk lokal kegiatan, Desa Barat,
(khusunya warga Citatah Aparat Desa
Desa Citatah) dan
untuk Kecamatan.
berpartisipasi - Instansi
dalam kegiatan penerima
proyek. laporan
yaitu KLH
Kabupaten
Bandung
Barat.
- Mobilisasi Peningkatan Peningkatan Baku Mutu Pengelolaan : - Instansi
alat dan kadar debu kadar debu kualitas udara • Melakukan • Tapak proyek - Dilakukan Pengambilan sampel Di tapak proyek Ditengah- pelaksana
material yang akan hingga radius ambien sesuai penyiraman setiap hari udara ambien dan lokasi up wind dan tengah yaitu
menyebabka ± 200 meter PP No.41 dengan air Selama tahap analisa di down wind sesuai kegiatan Pemrakarsa
- Penyiapan
n (Parameter tahun 1999 (khusus musim konstruksi laboratorium arah angin tahap PT.
dan Penurunan Debu > Baku (kadar berlangsung dominan. konstruksi Bhumiadya
kemarau) atau
pematanga • Tapak proyek
kualitas Mutu) maksimum pada kondisi - Pembuatan berjalan. Indonesia.
n lahan udara 230 µg/m3) tanahnya kering. pagar - Instansi
- Konstruksi ambien • Membuat pagar pengaman pengawas
bangunan pengaman (seng) dilakukan 1 yaitu KLH
pabrik di lokasi tapak (satu) kali pada Kabupaten
yang cukup tinggi tahap Bandung
supaya sebaran • Truck konstruksi Barat,
debu akibat pengangkut Aparat Desa
kegiatan dan
konstruksi Kecamatan.
diminimalisir. - Instansi
• Menutup bak truk penerima
pengangkut alat • Tapak proyek laporan
dan material yaitu KLH
dengan plastik Kabupaten
atau terpal. - Tapak proyek Bandung
• Menanam Barat.
tanaman perdu
atau tanaman
yang permukaan
daunnya berbulu.
• Sampah yang
dihasilkan dari
kegiatan

41
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
pembersihan
lahan akan
diangkut oleh
pihak ketiga
-
Mobilisasi Gangguan ± 7 kendaraan UU RI No.22 • Mobilisasi alat & Jalan masuk setiap minggu • Pemantauan Jalan masuk setiap minggu - Instansi
alat dan arus lalu /hari Tahun 2009 bahan tidak menuju ke lokasi selama tahap secara visual menuju ke lokasi selama tahap pelaksana
material lintas dilakukan pada kegiatan konstruksi terhadap kegiatan konstruksi yaitu
saat jam sibuk berlangsung kemacetan lalu berlangsung Pemrakarsa
agar tidak lintas akibat PT.
menimbulkan kegiatan Bhumiadya
kemacetan. mobilisasi. Indonesia.
• Mengendalikan • Memantau adanya - Instansi
kendaraan petugas pengatur pengawas
keluar-masuk lalu lintas yang yaitu KLH
oleh petugas mengendalikan Kabupaten
dengan prinsip kendaraan keluar- Bandung
dasar masuk pabrik Barat, Dinas
mengutamakan dengan Perhubunga
kelancaran di mengutamakan n Kab.
ruas jalan kelancaran di ruas Bandung.
umum. jalan umum - Instansi
• Pendokumentasian penerima
Tindakan darurat pelaksanaan laporan
pengelolaan : pengelolaan yaitu KLH
Segera Kabupaten
menghubungi Dinas Bandung
Perhubungan Barat.
Kabupaten
Bandung Barat dan
Polsek setempat
Pembanguna Peningkatan Kebisingan Keputusan Pengelolaan : - Instansi
n konstruksi intensitas dapat MENLH Kep. - Pelaksanaan - Di tapak - Satu kali saat Pengukuran Tapak proyek, Ditengah- pelaksana
pabrik kebisingan mencapai 80 - No. kegiatan proyek, tahap awal langsung tingkat lokasi up wind dan tengah yaitu
90 dBA pada 48/MenLH/11 konstruksi konstruksi kebisingan di down wind sesuai kegiatan Pemrakarsa
jarak 15,2 m /1996 bangunan pabrik lapangan dengan arah angin tahap PT.
(50 ft) dari (Tingkat serta pemasangan alat “Sound Level dominan. konstruksi Bhumiadya
sumber bising kebisingan mesin dan Meter”, hasilnya berjalan. Indonesia.
(Canter, 1977) maksimum 70 utilitasnya dibandingkan - Instansi
dBA) dilakukan pada dengan baku tingkat pengawas
siang hari, yaitu KLH

42
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
sehingga - Setiap hari kebisingan KEPMEN Kabupaten
penduduk pada - Tapak proyek LH NO.48/1996 Bandung
malam hari dapat Barat,.
beristirahat - Instansi
dengan tenang penerima
tanpa terganggu - Setiap hari laporan
bising - Tapak proyek yaitu KLH
- Bagi pekerja yang - Pembuatan Kabupaten
bekerja di area - Sekeliling pagar Bandung
dengan kebisingan tapak proyek pembatas Barat.
tinggi harus dilakukan satu
menggunakan kali
earplug atau
penutup telinga
- Pengaturan
penggunaan alat-
alat berat.
- Membuat pagar
pembatas
(barrier) di lokasi
tapak proyek yang
cukup tinggi
supaya dampak
kebisingan tidak
menyebar dan
Intensitas
kebisingan yang
dihasilkan dari
kegiatan
konstruksi tidak
melebihi BM
sesuai dengan
KepmenLH No. 48
tahun 1996 yaitu
tingkat
kebisingan
maksimum 77 dBA

Pematangan Peningkatan besaran Tidak adanya - Mengoptimalisasi  RTH setiap hari pada Melakukan Di tapak proyek, setiap hari - Instansi
lahan dan run off peningkatan genangan air/ kan lahan untuk tahap konstruksi pengamatan saluran drainase pada musim pelaksana
konstruksi dapat air larian banjir di lokasi Ruang Terbuka atau sesuai sementara dan hujan dan
43
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
bangunan menimbulka yaitu 137,34 kegiatan/ Hijau (RTH) dengan secara visual yang setiap minggu yaitu
pabrik n genangan m3/hari bagian hilir dengan pohon– kebutuhan (saat dilapangan direncanakan, pada musim Pemrakarsa
air / banjir kegiatan pohon terjadi terhadap sampai dengan kemarau PT.
disekitar berperakaran genangan air) badan air selama tahap Bhumiadya
genangan air,
lokasi dalam yang penerima konstruksi Indonesia.
kegiatan. memiliki daya serta mengecek terdekat - Instansi
resap air tinggi. kelancaran aliran pengawas
- Membuat  Sediment trap saluran drainase yaitu KLH
sedimen trap sementara/ Kabupaten
pada tapak darurat Bandung
proyek Barat,
Aparat Desa
dan
Tindakan darurat Kecamatan.
pengelolaan : - Instansi
penerima
• Segera
laporan
memindahkan
yaitu KLH
genangan air
Kabupaten
dengan
Bandung
menggunakan
Barat.
pompa ke badan
air penerima
yang memadai

TAHAP OPERASIONAL
Kegiatan Terbukanya Kesempatan • UU RI No. Pengelolaan ; - Instansi
perekrutan lapangan bekerja untuk 13/2003 - Tenaga kerja Desa Citatah Selama Melakukan Wilayah Desa Selama pelaksana
tenaga kerja pekerjaan penduduk • KepMenaKer untuk kegiatan terutama di kegiatan pemantauan Citatah terutama kegiatan yaitu
bagi lokal Trans No. diprioritasnya wilayah sekitar perekrutan tentang jumlah di wilayah sekitar perekrutan Pemrakarsa
penduduk sebanyak 45 KEP- dari penduduk lokasi kegiatan. tenaga kerja. tenaga kerja yang lokasi kegiatan. tenaga kerja. PT.
setempat orang 20/MEN/III/ setempat. terserap dari Bhumiadya
2004 dan - Proses masyarakat sekitar Indonesia.
jumlah perekrutan selama operasional. - Instansi
tenaga kerja dilakukan secara pengawas
lokal yang terbuka yaitu KLH
terserap (transparan) Kabupaten
bekerjasama Bandung
dengan aparat Barat,
Desa dengan Aparat Desa
proses seleksi

44
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
sesuai dengan dan
kebutuhan. Kecamatan.
- Selalu - Instansi
mengutamakan penerima
penduduk dari laporan
daerah setempat yaitu KLH
untuk kegiatan Kabupaten
penerimaan dan Bandung
pemberhentian Barat.
tenaga kerja.
Tindakan darurat :
- Melakukan
musyawarah
dengan
perwakilan
penduduk
setempat dan
menghubungi
Kamtibmas.
Kegiatan Gangguan 10 unit UU No.22 Pengelolaan : - Instansi
mobilisasi arus lalu truck/hari Tahun 2009 - Menempatkan - Akses keluar- - Setiap hari - Memantau - Area masuk dan - Setiap bulan pelaksana
(bahan lintas pada pengangkut serta adanya pengatur lalu masuk pabrik. kelayakan fungsi persimpangan yaitu
baku, Jalan kemacetan/ lintas (satpam) rambu-rambu lalu jalan Pemrakarsa
hasil
produk dan Padalarang gangguan lalu yang lintas - Area keluar- PT.
produksi, 2 - Setiap hari
karyawan) lintas sekitar mengendalikan masuk pabrik Bhumiadya
unit /harit akses masuk kendaraan Indonesia.
- Memantau
ruck pabrik. keluar-masuk pengaturan jadwal - Instansi
- Jalan - Setiap hari
pengangkut perusahaan pengangkutan pengawas
bahan baku, dengan prinsip pada buku yaitu KLH
45 kendaraan dasar pengaturan ekspedisi. Kabupaten
tetap - Memantau Bandung
roda dua/
mengutamakan - Akses keluar- kelancaran di ruas Barat,
hari dan 4 kelancaran di masuk pabrik Aparat Desa
- Setiap hari jalan utama dan
unit/hari ruas jalan umum. - dan
memantau adanya - Setiap bulan
mobil Petugas petugas yang Kecamatan
karyawan ditempatkan di - Akses keluar- mengatur lalu dan Dinas
pintu akses masuk pabrik lintas yang Perhubunga
menuju Jl. - Satu kali mengendalikan n Kab.
Padalarang. - Akses keluar- kendaraan keluar- Bandung
- Pengaturan masuk pabrik masuk. - Instansi
jadwal - Satu kali penerima
pengangkut laporan
45
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
bahan baku dan - Mendokumentasik yaitu KLH
penolong serta an kegiatan Kabupaten
hasil produksi pengelolaan Bandung
diluar jam sibuk. (dengan Barat.
- Menetapkan foto/media
radius tikungan - Akses keluar- audiovisual)
pintu keluar masuk pabrik
masuk minimal
10 meter.
- Pada akses keluar
masuk pabrik
menuju jalan
utama dibuat
lajur percepatan
dan
perlambatan.
Panjang jalur
percepatan dan
perlambatan
minimal 15
meter.
- Memperbesar
radius tikungan
yang berdekatan
dengan akses
keluar masuk
- Melakukan
optimalisasi ruas
jalan yaitu
dengan menutup
saluran air di kiri
dan kanan badan
jalan dan
melakukan
perkerasan bahu
jalan.
- Melakukan
peningkatan
jalan, kapasitas
jalan dan
pemasangan
fasilitas
46
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
perlengkapan
LLAJ lainnya yang
berkoordinasi
oleh Dinas
Perhubungan
Kabupaten
Bandung Barat
- Menyediakan
lahan parkir yang
memadai
- Menyediakan
fasilitas dan
kelepangkapan
lalu lintas seperti
rambu-rambu
lalu lintas,
warning light, dsb

Tindakan darurat :
- Menghubungi
petugas/polisi
lalu lintas untuk
mengatur
keadaan lalu
lintas

47
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
Kegiatan Penurunan Terakumulasi • PP No. 41 • Dust collector Ruang Kiln - Setiap hari • Sampling udara - Ruang Produksi - Setiap 6 - Instansi
proses kualitas nya gas dan tahun 1999 untuk menghisap emisi dan ambien bulan sekali pelaksana
produksi r, udara (Gas debu di udara. - SO2 : 900 debu yang yaitu
mobilisasi dan Debu) µg /m3 menghasilkan Pemrakarsa
kendaraan - CO: 30.000 mesin-mesin - Ruang produksi PT.
pengangkut µg /m3 produksi Bhumiadya
- NO2 : 400 • Mengisolasi Indonesia dan
µg /m3 ruangan sumber laboratorium
- O3 : 235 µg debu untuk - Ruang produksi - Satu kali pada pengujian
/m3 mencegah tahap awal terakreditasi/
- TSP : penyebaran - RTH - Satu kali pada teregristasi.
230µg/Nm keluar tahap awal - Instansi
3 pengawas
• Mengumpulkan
(Waktu debu di ruang yaitu KLH
pengukuran 1 penampungan Kabupaten
jam) • Melakukan Bandung
penghijauan di Barat.
sekitar lokasi - Instansi
penerima
laporan yaitu
KLH
Kabupaten
Bandung
Barat.

Kegiatan • Emisi/gas • 4.910 m3/h • Baku Mutu • Sistem • Ruang tungku • Minimal satu • Sampling udara • Ruangan • 6 bulan - Instansi
proses buang dengan Emisi Sumber pengolahan yang bulan sekali emisi dan ambien produksi, sekali pelaksana
produksi konsentrasi Tidak digunakan yaitu halaman pabrik yaitu
2-5g/m3 Bergerak filter/ Pemrakarsa
Bagi Ketel pengontrol asap PT.
Uap dengan efisiensi Bhumiadya
berdasarkan dapat menyerap Indonesia dan
Lampiran IV asap ±99% laboratorium
Permen LH sehingga pengujian
No. 7 tahun konsentrasi sisa terakreditasi/
2007 : asap yang keluar teregristasi.
- Partikulat melalui cerobong - Instansi
230 mg/m3 ≤50mg/m3 pengawas
- SO2 750 yaitu KLH

48
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
mg/m3 • Melakukan Kabupaten
- NO2 825 penghijauan di Bandung
mg/m3 sekeliling lokasi Barat.
• Opasitas • Cara kerja yang - Instansi
20% dilakukan untuk penerima
mengelola laporan yaitu
emisi/gas buang KLH
adalah sebagai Kabupaten
berikut Bandung
Lokasi Barat.
pembuangan
akhir jenis
limbah ini adalah
udara atmosfir
dan lingkungan
sekitar.
Sedangkan
tindakan darurat
yang dilakukan
bila system tidak
berfungsi adalah
perbaikan tungku
pembakaran

Proses Timbulan Kemasan (100 PP RI No. • Mengumpulkan • Ruang • Setiap hari • Memantau • TPS limbah B3 • Setiap hari - Instansi
produksi, Limbah B3 karung bekas 18/1999 Jo Limbah B3 produksi & terhadap volume dan pelaksana
penanganan kemasan) PP RI No. berdasarkan TPS B3 Limbah B3 yaitu
produk dan 85/1999 jenisnya dan Pemrakarsa
pengemasan disimpan di TPS • Setiap 1 bulan • Pihak ke-3 yang PT.
Oli bekas : 50 Limbah B3 • TPS B3 sekali • Memantau berijin • Setiap 3 Bhumiadya
liter/bulan berizin kerjasama dengan bulan sekali Indonesia.
• Melakukan pihak ke-3 berijin - Instansi
Lampu TL kerjasama untuk pengawas
bekas : 1 dengan pihak pengangkutan/ yaitu KLH
buah/bulan ke-3 berijin • Setiap hari pemanfaatan/ Kabupaten
untuk dan pengolahan/ • TPS Limbah B3 Bandung
Catridge pengangkutan/ • Setiap kali pemusnahan dan Pihak ke-3 • Setiap hari Barat.
bekas : 10 pemanfaatan/ pengangkutan Limbah B3 yang yang berijin dan - Instansi
buah/ bulan pengolahan/ dilengkapi dengan • Setiap kali penerima
pemusnahan manifest Limbah pengangkut laporan yaitu
Limbah B3 yang B3 an KLH
dilengkapi Kabupaten
49
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
dengan manifest • Memantau neraca Bandung
Limbah B3 limbah B3 (Log • TPS Limbah B3 Barat.
• Mencatat jenis, Book) yang berisi dan Pihak ke-3
karakteristik, catatan jenis, yang berijin
waktu timbulnya karakteristik, • Setiap 1
limbah B3 dan waktu timbulnya bulan
pihak ke-3 limbah B3 dan
pengelola limbah pihak ke-3
B3 yang berijin pengelola limbah
dalam neraca B3 yang berijin
limbah B3 (Log
Book) • Mendokumentasik
an kegiatan
pengelolaan
(dengan foto /
media
audiovisual)

Kegiatan Peningkatan Tingkat Baku Tingkat • Program • Ruang • Setiap hari • Pengukuran • Di dalam ruang • 6 bulan - Instansi
operasional intensitas kebisingan Kebisingan perawatan produksi, dan langsung kerja dan sekali pelaksana
mesin kebisingan. yang (Kepmen LH mesin-mesin ruang terbuka menggunakan alat lingkungan yaitu
produksi. ditimbulkan No. 48 tahun yang berpotensi (lingkungan sound level meter sekitar pabrik Pemrakarsa
dapat 1996) menimbulkan pabrik) PT.
melebihi baku • Industri kebisingan Bhumiadya
mutu 70 dBA • Mengisolasi Indonesia dan
sumber Laboratorium
Permenakertr kebisingan Pengujian
ans No. 13 sehingga suara yang
Tahun 2011 dan getaran terakreditasi/
tidak menyebar teregristasi.
luar keluar - Instansi
• Disiplin pengawas
pemakaian ear yaitu KLH
plug / alat Kabupaten
pelindung telinga Bandung
untuk petugas/ Barat.
operator - Instansi
• Melakukan penerima
penghijauan di laporan yaitu
sekeliling lokasi KLH Kab.
pabrik Bandung.

50
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
Kegiatan Peningkatan Bahaya SNI 03-3989- Pengelolaan : - Instansi
proses resiko kebakaran 2000 • Menempatkan - Ruang produksi - Satu kali • Memantau adanya • Lingkungan • Sekurang- pelaksana
produksi kebakaran kategori sistem panel pelatihan pabrik kurangnya yaitu
yang sedang III listrik jauh dari pencegahan dan satu kali Pemrakarsa
menggunaka sumber api, dan - Ruang - Satu kali penanggulangan dalam satu PT.
n listrik air. produksi, kebakaran. tahun. Bhumiadya
• Ruang produksi, Indonesia.
• Menempatkan • Setiap bulan
lingkungan
sistem APAR - Satu kali • Memantau - Instansi
pabrik
- Ruang produksi keberadaan dan pengawas
• Mempunyai fungsi sarana yaitu KLH
instalasi penyelamat jiwa Kabupaten
proteksi - Satu kali (sarana jalan Bandung
kebakaran dan - Lingkungan keluar, Barat, UPTD
sarana pabrik - Satu kali pencahayaan Pemadam
penyelamatan darurat tanda Kebakaran.
jiwa. - Akses masuk jalan keluar, - Instansi
• Membuat skema petunjuk arah • Setiap bulan penerima
• Akses pemadam laporan yaitu
pencegahan jalan keluar,
- Lingkungan kebakaran KLH
kebakaran komunikasi
pabrik • Ruang produksi Kabupaten
• Membuat jalur darurat, • Setiap bulan
evakuasi dan pengendali asap, Bandung
tempat tempat berhimpun Barat.
berkumpul - Setiap tahun sementara dan
(assembly dan setiap ada tempat evakuasi).
point). karyawan yang
• Memantau
• Membuat jalan - Lingkungan baru. • Setiap bulan
kelancaran akses -
khusus untuk pabrik, ruang
untuk pemadam
akses pemadam produksi
kebakaran.
kebakaran untuk • Memantau
memudahkan kelayakan fungsi
kendaraan sistem proteksi
pemadam api kebakaran (alat
menuju lokasi. pemadam api
• Mengadakan ringan, sistem
pelatihan deteksi dan alarm
penanggulangan kebakaran, hidran
bahaya halaman,
kebakaran petunjuk arah
darurat).
Tindakan darurat : • Mendokumentasik
an pengelolaan

51
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
• Mengevakuasi (dengan
karyawan foto/media
melalui jalur audiovisual).
evakuasi dan
berkumpul pada
area aman
kebakaran
(assembly
point).
• Melakukan
upaya awal
pemadaman
kebakaran
degan sumber
air yang ada di
sekitar lokasi.
• Segera
memutuskan
aliran listrik.
Segera
menghubungi
pemadam
kebakaran dengan
mneghubungi 102.
Kegiatan Penurunan Black water : Peraturan Pengelolaan : - Memantau - Tangki septik - Setiap hari - Instansi
karyawan kualitas air 0,54 m3/hari Pemerintah RI - Air limbah black -Toilet dan - Setiap hari kelayakan fungsi pelaksana
dalam permukaan No.82/2001 water dan grey tangki septik tangki septik dan yaitu
penggunaan Grey water : dan SNI No. water yaitu Pemrakarsa
melakukan
air dan 36,6 m3/hari 03-2398-2002 dengan - Setiap bulan PT.
menghasilka menyalurkan pemeriksaan Bhumiadya
n air limbah limbah ke dalam lumpur dalam - Indonesia.
domestic. septic tank yang tangki septik. - Instansi
dilengkapi dengan - Tangki septik - pengawas
sistem resapan Mendokumentasika yaitu KLH
sesuai SNI No. 03- n kegiatan Kabupaten
2398-2002. Bandung
pengelolaan
- Pengurasan Barat.
tangki septic (dengan - Instansi
pada saat lumpur foto/media penerima
telah penuh audiovisual). laporan yaitu
KLH
Tindakan darurat : Kabupaten
52
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
- Penghentian Bandung
sementara Barat.
pembuangan tinja
dan kontak
petugas air kotor
(sedot tinja) agar
dilakukan
pengangkutan
secara langsung
Kegiatan Terjadi Jumlah UU RI No.18 Pengelolaan : - Instansi
domestik penumpukan limbah padat Tahun 2008 • Melakukan • TPS terpilah • Setiap hari • Memantau - Lingkungan - Setiap hari pelaksana
karyawan sampah dan domestik pemilahan limbah kegiatan pabrik yaitu
gangguan sebesar padat domestic pemilahan - Setiap Pemrakarsa
estetika. 24,3 L/hari sesuai jenisnya sampah. minggu PT.
- TPSS Terpilah Bhumiadya
dan ditampung • Memantau
dalam tempat keberadaan fungsi Indonesia.
sampah terpilah 3 Tempat - Instansi
warna yaitu hijau Penyimpanan pengawas
untuk sampah Sampah - Setiap yaitu KLH
organic, kuning Sementara (TPSS) - TPSS Terpilah minggu Kabupaten
untuk sampah • TPS terpilah • Dua kali Terpilah 3 warna Bandung
anorganik, merah setiap minggu • Memantau - Setiap Barat, dan
untuk sampah B-3 - Jalur minggu Dispertasih.
kegiatan
rumah tangga pengangkutan - Instansi
pengumpulan
• Bekerja sama sampah - - Setiap bulan penerima
dengan UPTD • Memantau laporan yaitu
kebersihan • Komposting • Setiap minggu KLH
rutinitas kegiatan
Kabupaten pengangkutan Kabupaten
Bandung Barat sampah. Bandung
untuk Barat.
• Mendokumentasik
pengangkutan ke an kegiatan
Tempat pengelolaan
Pemrosesan Akhir (dengan
(TPA). foto/media
• Hasil pemilahan audiovisual).
sampah organic
akan dilakukan
pengomposan

Tindakan Darurat :

53
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
- Melakukan
pengangkutan
langsung ke TPA.
Tutupan Peningkatan besaran PermenLH - Sebagian meresap • Saluran - Setiap hari • Memantau secara • Saluran drainase - Setiap hari - Instansi
lahan oleh air larian peningkatan No. 12 Tahun ke dalam tanah drainase dan visual terhadap hujan pelaksana
bangunan air larian 2009 dan sebagian air talang hujan. kelancaran aliran yaitu
yaitu sebelum larian yang pada saluran Pemrakarsa
pabrik dan
137,34 mengalir di atap drainase dan PT.
prasarana m3/hari dengan • Sumur resapan - Setiap bulan Bhumiadya
genangan air.
penunjang dan lubang
mengalirkannya • Memantau Indonesia.
resapan biopori
langsung dari - Satu kali keberadaan fungsi - Instansi
talang hujan - - Setiap bulan pengawas
• Sumur resapan sumur resapan dan
menuju saluran dan lubang lubang resapan yaitu KLH
drainase. resapan biopori. Kabupaten
- Membuat sumur biopori • Mendokumentasika Bandung
resapan air hujan n kegiatan Barat.
sebanyak 17 buah pengelolaan - Instansi
dan lubang (dengan penerima
resapan biopori foto/media laporan yaitu
sebanyak 263 audiovisual). KLH
buah agar dapat Kabupaten
mereduksi Bandung
limpasan air Barat.
hujan (run off).
Tindakan darurat :
- Melakukan
penyedotan air
yang yang
menggenang di
sekitar pabrik dan
menyalurkannya
ke saluran
air/sungai
terdekat

54
Adapun rencana struktur organisasi K3 PT Bhumiadya Indonesia adalah sebagai

berikut:

7. ASPEK FINANSIAL

Dengan strategi bisnis seperti yang telah disebutkan diatas maka perkiraan total investasi

dan yang diperlukan untuk membangun pabrik pengolahan tepung kalsium yang

direncanakan serta pengembaliannya adalah sebagai berikut :

a) Jumlah Investasi:

55
Items US$

Tanah 36.300.000.000

Bangunan 53.000.000.000

Mesin dan Peralatan 357.000.000.000

Lain-lain 36.820.000.000

Modal Kerja 48.800.000.000

Total 531.920.000.000

b) Pendanaan

Struktur pendanaan dari investasi diatas adalah sbb :

Items Rp

Modal Sendiri 145,000,000,000

Pinjaman 386,920,000,000

Total 531,920,000,000

Pendanaan atas pinjaman dapat dilakukan oleh pihak ketiga (bank) atau juga dari para

pemegang saham, mengingat tingkat pengembalian dari investasi ini cukup singkat

sehingga cukup layak untuk dipertimbangkan pinjaman dari para pemegang saham untuk

menunggu sampai perseroan mampu mendanai seluruh investasinya sesuai dengan

rencana.

c) Biaya Produksi Per Ton

56
Berdasarkan kondisi saat ini, estimasi dari biaya produksi kapur tohor per ton adalah

sebagai berikut:

Biaya Produksi Rupiah / Ton


Beban Bahan Baku 228,682
Beban Energi 322,560
Beban Gaji 64,986
BebanPerawatan & Perbaikan 50,931
Beban Administrasi Pabrik 42,097
Jumlah 709,256

d) Proyeksi Laporan Keuangan – 10 Tahun

Description Unit 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Sales - Ton 112,500 189,900 193,500 193,500 200,000 220,000 240,000 240,000 240,000 240,000
Total Gross Sales M IDR 138,480 238,956 255,307 268,072 293,286 341,488 394,325 417,393 441,811 467,657
Total COGS M IDR (76,710) (123,516) (131,664) (138,359) (148,727) (170,144) (193,036) (200,758) (208,788) (217,139)
Total Gross margin M IDR 46,638 88,009 94,369 98,975 110,930 132,188 156,074 168,776 182,363 196,894
SG&A M IDR (10,528) (11,024) (11,566) (12,153) (12,794) (13,468) (14,178) (14,925) (15,712) (16,540)
EBITDA M IDR 36,110 76,986 82,803 86,821 98,136 118,719 141,897 153,851 166,652 180,355
Depr. & Amort. M IDR (39,014) (40,334) (40,334) (40,334) (41,678) (43,023) (44,367) (47,056) (49,745) (52,434)
EBIT M IDR (2,904) 36,652 42,469 46,487 56,457 75,697 97,529 106,794 116,906 127,920
Financial Parametres Total Project
IRR 15.7%
NPV (IDRk) 53,813
WACC ( Inflation : 4%) 14.60%
Payback 9.02 years

8. KESIMPULAN

Berdasarkan semua data dan informasi yang tersedia maka dapat disimpulkan bahwa

investasi unit produksi tepung calcium sangat dimungkinkan (feasible) adapun langkah-

langkah yang harus segera diambil adalah sebagai berikut :

1. Mencari partner lokal untuk mengembangkan akitifitas di Indonesia,

2. Membentuk perusahaan patungan di Indonesia dengan partnership bersama partner

57
lokal.

3. Perusahaan patungan yang baru dibentuk segera melakukan impor tepung calcium

dari Sibelco dengan harga dimana perusahaan patungan akan menjualnya di

kemudian hari dengan tujuan untuk dengan segera mengambil pangsa pasar hingga

fasilitas produksi di Indonesia sudah siap.

4. Melakukan pertemuan dengan pelanggan-pelanggan penting secepatnya

5. Melakukan pertemuan dengan produsen batu kapur untuk dapat melakukan kontrak

supply bahan baku jangka panjang.

6. Tim proyek dibentuk untuk penugasan dan perencanaan sesuai kesepakatan

7. Secara paralel mencari insinyur berpengalaman dan merekrut serta kemudian

mengirimnya untuk training di Sibelco.

8. Melakukan komunikasi dengan departemen-departemen terkait di pemerintahan

untuk memastikan persyaratan yang harus di penuhi dalam kaitannya dengan proyek.

58

Anda mungkin juga menyukai