STUDI KELAYAKAN
PADALARANG
1
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
5. ASPEK LEGAL
7. ASPEK FINANSIAL
8. KESIMPULAN
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
menggunakan bahan baku tepung calcium dalam produksinya. Adapun industri yang
baja, bata ringan dan industri yang berhubungan dengan agrikultur. Perkembangan
Lokasi : Asia Tenggara, Kepulauan antara Laut India dan Laut Pasifik
Perbatasan : Total 2.602 Km, dimana 1.782 Km dengan Malaysia dan 820 Km dengan
Papua Nugini.
3
Iklim : Tropis, panas, lembab, lebih rendah di dataran tinggi.
Sumber daya alam : Minyak, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tembaga, tanah yang
Penggunaan Tanah :
- Hutan – 67%
- Perkebunan – 3%
- Padang Rumput – 7%
- Lain-lain – 15%
Lingkungan :
- Isu saat ini : Pembabatan hutan, pencemaran air dan udara dari limbah industri
perjanjian laut, pelarangan tes nuklir, kayu tropis, perlindungan lapisan ozon, limbah
berbahaya
Kelompok Umur :
- 0 – 14 Tahun : 32%
- 15 – 64 Tahun : 64%
- 65 Tahun keatas : 4%
4
Perkembangan Populasi per tahun : 1.56%
Kelompok Etnis : Jawa 45%, Sunda 14%, Madura 7.5%, Melayu 7.5%, lain-lain 26%.
Agama : Muslim 875, Protestan 6%, Katholik 3%, Hindu 2%, Budha 1%, lain-lain 1%
- Manufaktur – 10%
- Konstruksi – 4%
1.2.3 Pemerintahan
Tipe : Republik
Ibukota : Jakarta
Jumlah provinsi : 27
5
1.2.4 Ekonomi
Secara umum ekonomi Indonesia adalah campuran dengan beberapa institusi bersifat
sosialis dan perencanaan terpusat tapi dengan penekanan deregulasi dan privatisasi
perusahaan.
Indonesia memiliki kekayaan alam yang luas, tapi dengan perkembangan penduduk yang
cepat, tetap menjadi Negara yang belum berkembang. Perkembangan rata-rata PDB di
tahun 1985 – 1994 adalah sebesar 6% yang cukup mengesankan, tapi tidak cukup untuk
mengurangi pengangguran dengan 2,3 juta pekerja baru yang menambah sumber daya
manusia.
Tingkat Pengangguran : 3%
Anggaran Biaya Negara : US$ 32,8 Milyar termasuk belanja modal sebesar US$ 12.9
Milyar
Ekspor : US$ 41.3 Milyar (di dominasi oleh manufaktur sebesar 56,7%)
Impor : US$ 21.4 Milyar (di dominasi oleh peralatan modal sebesar 44,2%)
6
Tingkat Produksi Industri : 8,4%
Industri : Minyak dan Gas Bumi, tekstil, tambang, semen, pupuk kimia, kayu lapis,
1.2.5 Transportasi
Pelabuhan Air : Cilacap, Cirebon, Jakarta (Tanjung Priok, Sunda Kelapa & Marunda),
1.2.6 Komunikasi
Televisi : 9 Stasiun
7
mereka. Sampai zaman modern sekarang pun, kapur masih digunakan
penolong bagi perkembangan sektor industri yang merupakan industri hilir. Stabilitas
Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam jenisnya, antara lain : kalsit
[Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang berkomposisi kimia sama dengan kalsit
Kapur termasuk bahan bangunan yang penting, di Indonesia kapur ini juga sudah
lama dikenal sebagai bahan ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan sebagainya.
Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,
secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam
terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang
dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat
Kapur tohor (CaO) adalah hasil dari pemanasan batuan kapur, yang dalam
8
lain : Kapur tohor / quick lime (CaO) : yaitu hasil langsung dari pembakaran batuan
Adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau magnesium yang dibuat dari
kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan mengeluarkan panas.
Hasilnya dapat berupa serbuk halus (proses kering) atau berupa “slurry’
dalam air (proses basah). Proses kering yang paling sederhana adalah dengan
Bongkahan itu akan pecah menjadi serbuk kapur padam. Pabrik gula
tersebut dapat dilakukan dengan air berlebih (proses basah), yang dapat
dilakukan dalam suatu tangki dengan pengadukan yang baik, dan pemisahan-
b. Kapur Udara
Kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu dapat
c. Kapur hidrolis
9
Disini CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan pengotor- pengotor.
Oksida kapur ini terhidrasi secara mudah dengan menambahkan air ataupun
kerja seoptimal mungkin. Kebijakan ini mungkin tepat untuk saat itu, dimana sumber
Industri inti adalah industri yang mempunyai keterkaitan erat dengan industri-
perkembangan klaster tersebut. Keterkaitan yang terjadi dalam suatu kluster meliputi
keterkaitan industri inti dengan industi terkait. Industri pendukung adalah industri-
industri yang menghasilkan bahan baku dan penolong bagi industri inti. Sedangkan
industri terkait adalah industri yang mempunyai hubungan dengan industri inti karena
10
2. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
1991-1999 naik dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 18,56 % dan 14,25 %.
Jumlah produksi tahun 1991 tercatat 34,92 juta ton naik menjadi 68,36 juta ton tahun
1999. Demikian pula dengan konsumsi, dari sebesar 37,06 juta ton (1991) menjadi
78,36 juta ton (1999). Industri semen adalah merupakan pemakai terbesar batu
gamping, sekitar 76,8% dari jumlah konsumsi. Dari pengamatan, untuk data terkini
tahun 2016 kami belum mengetahui secara rinci yang jelas permintaan pasar batu
Sementara bahan baku yang diimpor berupa produk dari batu gamping, yaitu
flux dan kapur tohor (quicklime). Jawa Barat selain sebagai produsen utama batu
gamping juga merupakan konsumen terbanyak, yaitu sekitar 56,70% dari jumlah
konsumsi batu gamping Indonesia per tahun. Data yang disajikan di sini merupakan
hasil pengolahan kembali data dari Badan Pusat Statistik melalui penyesuaian antara
Data lain yang diolah kembali adalah quicklime, dengan konversi seperti batu
kapur jenis flux dengan cara membagi nilai impor dengan harga satuan untuk tahun
yang secara kumulatif berjumlah 48,9 juta ton. Beberapa kemungkinan sehubungan
dengan keadaan di atas, yaitu laju pertumbuhan sektor konstruksi cukup pesat dalam
11
Pasokan yang berasal dari perusahaan tanpa izin (non formal) perlu
diperhatikan karena jumlahnya per Kabupaten bisa mencapai angka 100 per tahun/
satu jenis galian. Sementara itu, perkembangan yang terjadi pada dua tahun terakhir
besar (11,8 juta ton dan 10,0 juta ton). Angka tersebut belum mencerminkan keadaan
a. Pemasaran
Sulawesi dapat memberi pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian batu gamping
di Indonesia.
ekonomi belum pulih peningkatan prospek pemakaian batu gamping relatif stabil.
hambatan yang melalui rawa dapat meningkatkan pabrik semen dan tentu saja
industri akan semakin besar di masa datang. Disisi lain, potensi batu gamping yang
besar dan tersebar dan kemungkinan pemanfaatan yang terus meningkat di sektor
12
industri pemakai memberikan harapan yang baik bagi munculnya produsen baru
Orientasi Ekspor
Dari kajian terhadap kebutuhan batu gamping sektor industri di luar logam,
Malaysia untuk 1995 saja membutuhkan batu gamping 22 - 23 juta ton, tidak
termasuk kebutuhan di sektor konstruksi dan bangunan sebesar 5 juta ton setiap
tahun.
Informasi itu diharapkan dapat menjadi peluang yang sangat baik bagi produsen
di Indonesia. Namun demikian seperti halnya bahan galian lainnya, kesempatan itu
pada prakteknya sangat sulit. Ada sesuatu yang tak nyata dalam masalah bahan
baku mineral, baik batu gamping atau bahan galian lain sangat sulit untuk
menembus pasar ekspor. Padahal kalau dilihat dari sisi potensi, hampir semua jenis
1) Batu Bangunan
13
Batu bangunan di sini adalah yang biasa digunakan untuk pondasi rumah, jalan,
jembatan maupun isian bendungan terutama di daerah yang tidak memiliki sumber
batu bangunan seperti andesit, basalt dan semacamnya atau sebagai batu hias.
Untuk keperluan di atas dipilih batu gamping yang berstruktur pejal atau keras serta
2) Bahan Bangunan
Campuran kapur padam dengan tras dan air akan membentuk produk yang disebut
semen tras. Adanya sifat semen dalam pencampuran itu karena oksida-oksida
alumina dan silika yang bersifat asam membentuk senyawa sebagai berikut :
14
Pemanfaatan batu gamping untuk fondasi jalan, rawa-rawa, berfungsi
mengurangi penyusutan plastisitas dan pemuaian fondasi jalan raya tersebut. Reaksi
yang terjadi hampir sama dalam pembentukan semen tras, dengan campuran kapur
padam sekitar 1 - 6% sesuai keadaan tanah dan konstruksi jalan yang akan dibuat.
4) Pertanian
Kesuburan tanah akan lebih baik apabila keasaman tanah (pH) diturun-kan
melalui pengapuran. Setiap jenis tanaman memiliki tingkat keasaman berbeda; untuk
Batu gamping untuk pertanian, dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau kapur
tohor. Untuk serbuk batu gamping kadar MgCO3 diharapkan maks. 10% dan ukuran
butir < dari 5 mm dengan 95% didalamnya berukuran kurang dari 3 mm.
lain lepas dari pupuk, tingkat keasaman yang rendah juga mem-perbaiki peningkatan
tanah). Pengapuran pada tanah liat (clay) dapat memperbaiki struktur fisik, yaitu
bervariasi. Biasanya, diperlukan batu kapur sekitar 400 kg per hektar tanah. Namun,
15
sumber lain menyebutkan antara 2 - 4 ton untuk setiap hektar, bahkan sampai 5 ton
per hektar. Untuk disinfektan dan pembuatan kompos digunakan kapur padam.
5) Bahan Keramik
Pemakaian batu gamping dalam industri keramik berfungsi sebagai imbuh untuk
menurunkan suhu lelah sehingga pemuaian panas masa setelah dibakar sesuai
dengan pemuaian glasir; dengan demikian glasir tidak retak atau lepas.
Jenis dan jumlah pengotor yang terdapat dalam batu gamping merupakan faktor
Selain untuk imbuh, dapat juga digunakan dalam pembuatan glasir, walaupun
6) Industri Kaca
tambahan. Jenis batu gamping yang digunakan adalah jenis batu gamping dolomitan
Dolomit dan batu gamping dolomitan digunakan dalam pembuatan gelas, botol, dan
kaca lembaran. Bahan ini memberi pengaruh yang sangat baik pada gelas, antara
16
lain mepermudah campuran gelas mudah melebur, mencegah devitrifikasi; dan
Untuk pembuatan bata silika (ringan), batu gamping yang diperlukan adalah
dengan kadar :
8) Industri Semen
Sebagai bahan baku semen pozolan yang digunakan adalah jenis kapur padam,
yaitu sebagai bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan cara membakar sampai
17
9) Pembuatan Karbid
Bahan utama pembuatan karbid adalah kapur tohor (60%), kokas, antrasit, dan
petroleumcoke (carbon black). Kapur tohor yang cocok untuk pembuatan kalsium
S maksimum 0,2%;
P maksimum 0,02;
Dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam lainnya, batu gamping/ dolomit
berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi mengandung silika dan alumina
dengan bahan pengimbuh berupa terak cair (seng) yang mengapung di atas lelehan
besi, sehingga mudah dipisahkan. Disamping itu, CaO dalam batu gamping harus
berkadar tinggi, sarang dan keras. Hal itu diperlukan untuk mengikat gas-gas seperti
18
SiO maksimum 4% (1,5 - 4%);
P maksimum 0,1%.
Untuk keperluan ini batu gamping harus mempunyai hablur murni (hampir
CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya berasal dari batu gamping yang lunak,
berwarna putih yang terdiri dari cangkang kerang dan jasad renik yang terdiri dari
dari dolomit.
Batugamping yang cocok untuk bahan pemutih berkadar CaCO3 98%, kehalusan
325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak, warna putih dan pH > 7,8.
Bahan pemutih ini dipakai dalam industri kertas untuk pemutih pulp, pengisi, pelapis
Untuk pembuatan soda abu diperlukan batugamping 1 - 1,25 ton melalui proses
- CaCO3 : 90 - 99%;
- MgCO3 : 0,6%
19
- FesO3 + Al2O3 + SiO2 = 0,3%.
Dalam penjernihan air, batu gamping atau kapur digunakan bersama soda abu
dalam proses kapur soda. Kapur berfungsi menghilangkan bikarbonat yang menjadi
penyebab kekerasan sementara pada air. Air kotor yang banyak mengandung bakteri
akan menjadi bersih dalam waktu 24 - 48 jam, apabila dibubuhi kapur yang cukup
banyak. Demikian pula air yang keruh akan menjadi jernih, sedangkan air yang
mengandung CO2 dinetralkan. Hal ini untuk menghindarkan karat terbawa pada pipa
proses flotasi bijih nikel. Batu gamping yang diperlukan untuk proses satu ton bijih
Pada industri gula, batu gamping digunakan dalam proses penjernihan nira tebu
dan menaikan pH nira. Batu gamping yang dibutuhkan untuk 1000 kw adalah sekitar
20
150 kg (dalam bentuk kapur tohor), dengan persyaratan yang diinginkan adalah
sebagai berikut :
- H2O : 0,2%
- HCL : 0,2%
- SiO2 : 0,1%
- AL2O3 : 0,1%
- CaO : 55,0%
- MgO : 0,4%
- CO2 : 43,6%
c. Konsep Pemasaran
Untuk tujuan efisiensi maka pada tahap awal pemasaran akan diberikan kepada agen
lokal yang sudah mengerti pasar dan dapat langsung mengembangkan pasar serta
jumlah pelanggan sehingga tidak memerlukan biaya yang cukup banyak, maka untuk
itu akan dicari perusahaan distribusi ataupun pemasaran yang sudah memiliki jumlah
basis pelanggan yang cukup dan melayani industri yang kurang lebih sama dengan
d. Konsep Harga
Harga batu kapur di Indonesia sangat di pengaruhi oleh hukum permintaan dan
penawaran dan pada umumnya dikarenakan jumlah konsumsinya yang sangat tinggi,
21
sedangkan untuk tepung calcium yang pada saat ini masih di dominasi oleh produk
impor, maka harga tepung calcium sangat dipengaruhi oleh harga impor yang berlaku
pada saat ini dan dengan melihat kondisi yang ada pada saat ini maka estimasi harga
jual rata-rata batu kapur dan tepung kapur tohor ex-work di pabrik adalah sebagai
berikut:
e. Konsep Distribusi
Dengan penunjukan agen distribusi maka dimana secara konsep akan diserahkan
kepada pihak agen yang memiliki keahlian distribusi untuk meningkatkan efisiensi
bagi perusahaan dengan tujuan agar lebih fokus pada proses produksi sehingga
kualitas tepung produk yang dihasilkan terjamin, mengingat bidang keahlian yang
dimiliki perusahaan adalah pada pengolahan Tepung Kapur bukan pada bidang
logistik.
Adapun dengan konsep distribusi ini, maka perusahaan hanya akan meyiapkan
produk barang di lokasi pabrik, tidak sampai tempat atau gudang / pabrik dari pihak
pembeli, sehingga resiko yang ditanggung oleh perusahaan akan menjadi minimum.
22
f. Proyeksi Penjualan
Berdasarkan data-data yang ada maka, fokus penjualan pada tahun-tahun awal
perusahaan berdiri adalah Kapur Tohor dimana proyeksi penjualan untuk tepung
Adapun penjualan tepung kapur (CaCO3) dilakukan sebagai produk sampingan (by
product) dari proses produksi tepung kapur tohor yang memanfaatkan batu kapur
ukuran kecil (under size) yang tidak dapat digunakan dalam proses produksi tepung
g. Kompetisi
Dengan 100% kebutuhan tepung calcium di Indonesia dipenuhi dengan impor dari
negara-negara lain, maka competitor utama yang dapat diperhitungkan saat ini
sesuai kondisi pasar yang ada dari produk tepung calcium yang akan diproduksi oleh
perseroan adalah:
- Produk Impor
- Barang Substitusi
23
3. ASPEK TEKNIS DAN INDUSTRI
Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik,
atau kimia. Di alam, sebagian besar batu gamping terjadi secara organik dan umumnya
mempunyai nilai ekonomis. Jenis ini berasal dari pengendapan rumah kerang dan siput,
Mula jadi batu gamping secara mekanik bahannya hampir sama dengan secara
kemudian terbawa arus dan diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sementara
secara kimia batu gamping terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu
dalam air laut atau air tawar. Endapan batu gamping disebut endapan sinter kapur,
apabila pengendapan terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan
Magnesium, lempung dan pasir adalah unsur pengotor yang mengendap saat proses
Persentase unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu gamping mulai dari
warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat bahkan hitam. Warna kemerah-
24
Mineral pengotor lain yang terdapat pada batu gamping tetapi dalam jumlah yang
lebih sedikit adalah magnesit; kuarsa; feldspar; (kaolin, illit dsb); besi (hematit, ilmenit);
dan mineral sulfida (pirit, markasit). Batu gamping bersifat keras, padat, dan dapat pula
bersifat sarang.
Carr Donald D. dan Rooney L.F (1985) membuat klasifikasi mineral atas dasar
kandungan kalsit dan dolomit serta material non-karbonat dalam batuan. Jika kandungan
kalsit dalam batuan dominan, maka dapat dikatakan sebagai batu gamping. Apabila
kandungan dolomit (MgCO3) yang paling banyak (>15%) maka batuan tersebut
akan berubah penampakannya dan sifatnya. Itu terjadi karena pengaruh tekanan
maupun panas, sehingga batu gamping tersebut menghablur, seperti yang dijumpai pada
marmer. Air tanah juga berpengaruh terhadap penghabluran ulang pada permukaan
25
Lempung (karlin) CaCO3 ; < 5 % Lempung ; > 95 %
Pemanfaatan di Industri dan Perdagangan
Kapur putih CaCO3 > 90 % Lempung < 10 %
Kapur hidrolis CaCO3 ; 75 - 90 % Lempung ; 10 - 25 %
Kapur semen CaCO3 ; 70 - 75 % Lempung ; 25 - 30 %
Kapur romawi CaCO3 ; 60 - 70 % Lempung ; 30 - 40 %
Portland semen CaCO3 ; 25 - 60 % Lempung ; 40 - 75 %
Berdasarkan adanya Kalsit dan Magnesit
Batugamping Kalsit > 95% Magnesit < 5 %
Batugamping magnesiuman Kalsit > 90 - 95% Magnesit 5 - 10%
Batugamping dolomitan Kalsit : 50 - 90% Magnesit 10 - 50%
Dolomit gampingan Kalsit : 10 - 50% Magnesit 50 - 90%
Dolomit Kalsit < 0% Magnesit > 90%
Potensi batu gamping Indonesia sangat besar dan keberadaannya tersebar hampir di
setiap Propinsi.
26
9. Jawa Tengah & DIY 125,000 cadangan (probable)
Total 28.678,500
Sumber : Bahan Galian Industri, Batu Kapur, Harta Haryadi dkk. Hal. 7-75 = 7-91; 1997
Cadangan batu gamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar, dan yang
terbesar berada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu 23,23 milyar ton atau sekitar 81,02 %
dari cadangan seluruhnya. Secara umum cadangan batu gamping Indonesia mempunyai
kadar sbb :
CaO : 40 - 55 %;
CO2 : 35,74-42.78%;
27
P2O5 : 0,072 -0.109%;
K2 : 0,18
L.O.I : 40,06%.
3.2 Pemasok
Dalam proses produksi kapur tohor (quicklime) membutuhkan bahan baku berupa batu
gamping yang berasal dari beberapa supplier yang ada di area sekitar pabrik, hal ini
memudahkan dalam proses pengiriman dan ketepatan waktu untuk mengejar target
potensial dapat menyediakankan bahan mentah batu kapur/ batu gamping nya dimana
salah satunya yang telah diperoleh komitmen nya adalah PT Sinar Berkah Insani dengan
Berdasarkan kondisi geografi dan geologi yang merupakan sumber bahan baku
batu kapur maka sebagian besar pabrik pengolahan berlokasi di pulau jawa maka
pemilihan lokasi di pulau jawa yang dekat dengan lokasi pelanggan mayoritas dan
sumber bahan baku adalah suatu pilihan yang tidak dapat dihindari dengan tujuan:
Total kebutuhan luas tanah untuk lokasi pabrik beserta tempat penyimpanan
bahan baku, bahan pembantu, barang jadi dan workshop diperkirakan seluas
Beberapa lokasi yang mungkin dapat menjadi pilihan berdasarkan informasi dan
Barat
Sesuai kondisi yang ada saat ini, dan setelah mempertimbangkan aspek logistik
dan sumberdaya raw material maka lokasi terbaik saat ini untuk lokasi pabrik
29
Batu Kapur yang terdapat di Padalarang, Jawa Barat. Dengan pertimbangan
bahwa lokasi ini juga berada paling dekat dengan lokasi calon pelanggan utama
perseroan.
3.3.2 Produksi
Dengan kondisi permintaan tepung calcium yang ada saat ini di Indonesia, maka
diperkirakan untuk 5 tahun kedepan jumlah permintaan tepung kapur tohor yang
dapat perseroan layani sebanyak +/- 200.000 ton/tahun, dan untuk mengantisipasi
kapasitas produksi yang akan dibangun kurang lebih sebesar 20% diatas target
penjualan tersebut.
30
- Dalam Satu Hari : 24 Jam
Proses Produksi
Untuk proses flow diagram dari proses produksi batu kapur menjadi tepung calcium
31
PROSES DIAGRAM DAMPAK & KENDALI
LINGKUNGAN
Debu /
Proses Pengepakan Pengumpul Debu
Bahan Jadi
32
taati oleh semua perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dimana pada
perusahaan.
Untuk hal yang berkaitan dengan lingkungan hidup, perusahaan akan berpatokan
umum seperti AMDAL dan UKL/UPL atau hal-hal yang bersifat situasional.
Seiring dengan konsep pemasaran yang akan diserahkan sepenuhnya kepada agen
lokal, maka hirarki manajemen perusahaan akan sangat sederhana dan datar mengingat
33
Susunan direksi dan komisaris akan mewakili kepentingan para pemegang saham
dimana akan disesuaikan dengan jumlah persentase kepemilikan dari para pemegang
saham.
bersama dengan pihal partner lokal yang akan menjadi pemegang saham minoritas di
Adapun bagan organisasi yang direncanakan adalah seperti bagan berikut ini:
RUPS
Dewan
Komisaris
Dewan
Direksi
General
Manager
34
Estimasi
/ Orang – US$
Accountant 10,000 2 2 2 3
Employee/foreman 8,000 2 3 4 8
Labour 3,600 5 8 12 72
Penggunaan tenaga kerja lokal khususnya disekitar lokasi pabrik menjadi prioritas untuk
dan taraf hidup sekitarnya. Penggunaan tenaga asing dilakukan sesuai keperluan dalam
rangka alih teknologi, pengalaman dan pengetahuan hingga pekerja lokal mampu
5. ASPEK LEGAL
Terbatas, perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris berbahasa
35
Indonesia, untuk itu maka diperlukan satu pihak lain untuk menjadi pemegang saham di
perusahaan yang akan dibentuk. Adapun modal dasar minimum perseroan sesuai
undang-undang tersebut adalah sebesar Rp 20.000.000,- dimana 25% dari total modal
dasar tersebut telah ditempatkan dan 50% dari total modal yang telah ditempatkan harus
Untuk investasi yang dilakukan oleh orang atau badan hukum asing, di Indonesia berlaku
industri strategis yang tidak dapat dimasuki oleh pemodal asing dan bidang-bidang yang
dapat dimasuki oleh pihak asing namun dengan bekerjasama dengan pihak atau badan
hukum Indonesia, dan bidang industri tepung kapur tohor tidak termasuk dalam salah
satu criteria tersebut, sehingga dimungkinkan bagi orang atau badan hukum asing untuk
Modal (BKPM) baik untuk investasi, penambahan investasi atau kapasitas, perubahan
lokasi dan lain sebagainya, dan terdapat kewajiban bagi PMA untuk membuat laporan ke
Akta pendirian perusahaan baru dapat di buat dan di sahkan setelah memperoleh
36
Seandainya nanti perseroan berkeinginan untuk melangkah lebih jauh untuk melakukan
penambangan batu kapur/gamping, maka diperlukan ijin-ijin lainnya seperti IUP Operasi
Teknologi pengolahan dan pemurnian kapur tohor PT. Bhumiadya Indonesia sebenarnya
telah dirancang sedemikian rupa sehingga dalam kegiatan operasinya diharapkan tidak
dampak negatif. Hal ini sesuai dengan dokumen yang sudah disetujui oleh PT.
dokumen UKL/UPL.
UKL dan UPL ini sebagai pedoman kami untuk mencegah, menanggulangi dan
lingkungan hidup, dan seluruh aktivitas yang ada tetap sesuai dengan konsep
Untuk itu rencana strategis dalam 5 tahun kedepan PT. Bhumiadya Indonesia akan terus
bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan pihak terkait dalam menjaga
37
kelestarian lingkungan pabrik dengan cara melakukan pemantauan dan uji lingkungan
yang diantaranya mencakup pemantauan uji udara, kebisingan dan kualitas air yang
semuanya ini telah direncanakan untuk dilakukan oleh badan uji standar nasional yang
sudah kredibel seperti Badan Riset dan Standardisasi Industri (Baristan) Provinsi
Aspek yang perlu diperhatikan dalam Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Sumber dampak
Jenis dampak
Besaran dampak
38
Tabel Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
TAHAP PRA KONSTRUKSI
Persiapan Harapan Sejumlah Terakomodirn Pengelolaan : - Instansi
pembanguna penduduk masyarakat di ya - Melakukan • Lingkungan • Satu kali - Memantau • Lingkungan • Selama pelaksana
n seperti terhadap sekitar tapak pengharapan komunikasi pabrik menjelang pelaksanaan pabrik tahap pra yaitu
perijinan peluang penduduk dengan tahap sosialisasi konstruksi Pemrakarsa
kerja terhadap masyarakat konstruksi rencana kegiatan • Lingkungan PT.
peluang kerja melalui media kepada Desa Citatah • Selama Bhumiadya
pertemuan yang masyarakat tahap pra Indonesia.
ada di dalam sekitar. konstruksi - Instansi
masyarakat jika • Lingkungan - Memantau adanya • Lingkungan pengawas
terjadi pabrik (Desa • Satu kali surat izin dari pabrik yaitu KLH
kekhawatiran Citatah) menjelang tetangga yang Kabupaten
terhadap tahap diketahui oleh • Selama Bandung
pelaksanaan • Lingkungan konstruksi pemerintah tahap pra Barat,
kegiatan Desa Citatah setempat (RT, konstruksi Aparat Desa
- Melakukan • Satu klai RW, Desa, dan
perekrutan menjelang Kecamatan). Kecamatan.
tenaga kerja tahap - Pengamatan - Instansi
proyek dilakukan • Lingkungan konstruksi terhadap ada penerima
secara Desa Citatah tidaknya laporan
terbuka/transpa gangguan yaitu KLH
ran. • Satu kali kamtibmas Kabupaten
- Memproses menjelang terkait proyek Bandung
izin/persetujuan tahap Barat.
tetangga sekitar konstruksi
lokasi kegiatan • Lingkungan
yang diketahui Desa Citatah
oleh aparat
pemerintahan
setempat. • Selama tahap
- Melakukan kegiatan.
sosialisasi
tentang rencana • Lingkungan
kegiatan kepada Desa Citatah
warga di sekitar
lokasi rencana
kegiatan, • Pada awal
memprioritaskan tahap
warga sekitar konstruksi
39
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
untuk
berpartisipasi
dalam kegiatan .
- Menjaga
keharmonisan,
ketertiban dan
keamanan
hubungan
dengan
penduduk sekitar
dan selalu
bekerjasama
dalam berbagai
kegiatan
kemasyarakatan.
- Menginformasika
n/ sosialisasi
kebutuhan
tenaga kerja
Tindakan darurat :
- Menghubungi
Aparat Desa
setempat untuk
memusyawarahk
an pada setiap
masalah yang
timbul.
TAHAP KONSTRUKSI
Mobilisasi Peluang Jumlah • UU RI No. Pengelolaan : Pemantauan Desa Citatah Satu kali pada - Instansi
dan kerja bagi tenaga kerja 13/2003 • Memprioritaskan • Wilayah • Satu kali saat dilakukan secara terutama di saat pelaksana
perekrutan penduduk yang terserap • KepMenaKer tenaga kerja sekitar lokasi penerimaan. langsung di wilayah sekitar penerimaan yaitu
tenaga kerja setempat Trans No. lokal/penduduk kegiatan, Desa lapangan terhadap lokasi kegiatan tenaga kerja Pemrakarsa
KEP- setempat dalam Citatah bagian kepegawaian PT.
20/MEN/III/ pembangunan mengenai jumlah Bhumiadya
2004 dan konstruksi sarana tenaga kerja lokal Indonesia.
jumlah dan prasarana yang terserap dan - Instansi
tenaga kerja pabrik dan utilitas • Satu kali pada dibandingkan pengawas
lokal yang pendukungnya, • Wilayah awal tahap dengan jumlah yaitu KLH
terserap • Memberi sekitar lokasi konstruksi. tenaga kerja Kabupaten
kesempatan pendatang. Bandung
40
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
penduduk lokal kegiatan, Desa Barat,
(khusunya warga Citatah Aparat Desa
Desa Citatah) dan
untuk Kecamatan.
berpartisipasi - Instansi
dalam kegiatan penerima
proyek. laporan
yaitu KLH
Kabupaten
Bandung
Barat.
- Mobilisasi Peningkatan Peningkatan Baku Mutu Pengelolaan : - Instansi
alat dan kadar debu kadar debu kualitas udara • Melakukan • Tapak proyek - Dilakukan Pengambilan sampel Di tapak proyek Ditengah- pelaksana
material yang akan hingga radius ambien sesuai penyiraman setiap hari udara ambien dan lokasi up wind dan tengah yaitu
menyebabka ± 200 meter PP No.41 dengan air Selama tahap analisa di down wind sesuai kegiatan Pemrakarsa
- Penyiapan
n (Parameter tahun 1999 (khusus musim konstruksi laboratorium arah angin tahap PT.
dan Penurunan Debu > Baku (kadar berlangsung dominan. konstruksi Bhumiadya
kemarau) atau
pematanga • Tapak proyek
kualitas Mutu) maksimum pada kondisi - Pembuatan berjalan. Indonesia.
n lahan udara 230 µg/m3) tanahnya kering. pagar - Instansi
- Konstruksi ambien • Membuat pagar pengaman pengawas
bangunan pengaman (seng) dilakukan 1 yaitu KLH
pabrik di lokasi tapak (satu) kali pada Kabupaten
yang cukup tinggi tahap Bandung
supaya sebaran • Truck konstruksi Barat,
debu akibat pengangkut Aparat Desa
kegiatan dan
konstruksi Kecamatan.
diminimalisir. - Instansi
• Menutup bak truk penerima
pengangkut alat • Tapak proyek laporan
dan material yaitu KLH
dengan plastik Kabupaten
atau terpal. - Tapak proyek Bandung
• Menanam Barat.
tanaman perdu
atau tanaman
yang permukaan
daunnya berbulu.
• Sampah yang
dihasilkan dari
kegiatan
41
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
pembersihan
lahan akan
diangkut oleh
pihak ketiga
-
Mobilisasi Gangguan ± 7 kendaraan UU RI No.22 • Mobilisasi alat & Jalan masuk setiap minggu • Pemantauan Jalan masuk setiap minggu - Instansi
alat dan arus lalu /hari Tahun 2009 bahan tidak menuju ke lokasi selama tahap secara visual menuju ke lokasi selama tahap pelaksana
material lintas dilakukan pada kegiatan konstruksi terhadap kegiatan konstruksi yaitu
saat jam sibuk berlangsung kemacetan lalu berlangsung Pemrakarsa
agar tidak lintas akibat PT.
menimbulkan kegiatan Bhumiadya
kemacetan. mobilisasi. Indonesia.
• Mengendalikan • Memantau adanya - Instansi
kendaraan petugas pengatur pengawas
keluar-masuk lalu lintas yang yaitu KLH
oleh petugas mengendalikan Kabupaten
dengan prinsip kendaraan keluar- Bandung
dasar masuk pabrik Barat, Dinas
mengutamakan dengan Perhubunga
kelancaran di mengutamakan n Kab.
ruas jalan kelancaran di ruas Bandung.
umum. jalan umum - Instansi
• Pendokumentasian penerima
Tindakan darurat pelaksanaan laporan
pengelolaan : pengelolaan yaitu KLH
Segera Kabupaten
menghubungi Dinas Bandung
Perhubungan Barat.
Kabupaten
Bandung Barat dan
Polsek setempat
Pembanguna Peningkatan Kebisingan Keputusan Pengelolaan : - Instansi
n konstruksi intensitas dapat MENLH Kep. - Pelaksanaan - Di tapak - Satu kali saat Pengukuran Tapak proyek, Ditengah- pelaksana
pabrik kebisingan mencapai 80 - No. kegiatan proyek, tahap awal langsung tingkat lokasi up wind dan tengah yaitu
90 dBA pada 48/MenLH/11 konstruksi konstruksi kebisingan di down wind sesuai kegiatan Pemrakarsa
jarak 15,2 m /1996 bangunan pabrik lapangan dengan arah angin tahap PT.
(50 ft) dari (Tingkat serta pemasangan alat “Sound Level dominan. konstruksi Bhumiadya
sumber bising kebisingan mesin dan Meter”, hasilnya berjalan. Indonesia.
(Canter, 1977) maksimum 70 utilitasnya dibandingkan - Instansi
dBA) dilakukan pada dengan baku tingkat pengawas
siang hari, yaitu KLH
42
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
sehingga - Setiap hari kebisingan KEPMEN Kabupaten
penduduk pada - Tapak proyek LH NO.48/1996 Bandung
malam hari dapat Barat,.
beristirahat - Instansi
dengan tenang penerima
tanpa terganggu - Setiap hari laporan
bising - Tapak proyek yaitu KLH
- Bagi pekerja yang - Pembuatan Kabupaten
bekerja di area - Sekeliling pagar Bandung
dengan kebisingan tapak proyek pembatas Barat.
tinggi harus dilakukan satu
menggunakan kali
earplug atau
penutup telinga
- Pengaturan
penggunaan alat-
alat berat.
- Membuat pagar
pembatas
(barrier) di lokasi
tapak proyek yang
cukup tinggi
supaya dampak
kebisingan tidak
menyebar dan
Intensitas
kebisingan yang
dihasilkan dari
kegiatan
konstruksi tidak
melebihi BM
sesuai dengan
KepmenLH No. 48
tahun 1996 yaitu
tingkat
kebisingan
maksimum 77 dBA
Pematangan Peningkatan besaran Tidak adanya - Mengoptimalisasi RTH setiap hari pada Melakukan Di tapak proyek, setiap hari - Instansi
lahan dan run off peningkatan genangan air/ kan lahan untuk tahap konstruksi pengamatan saluran drainase pada musim pelaksana
konstruksi dapat air larian banjir di lokasi Ruang Terbuka atau sesuai sementara dan hujan dan
43
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
bangunan menimbulka yaitu 137,34 kegiatan/ Hijau (RTH) dengan secara visual yang setiap minggu yaitu
pabrik n genangan m3/hari bagian hilir dengan pohon– kebutuhan (saat dilapangan direncanakan, pada musim Pemrakarsa
air / banjir kegiatan pohon terjadi terhadap sampai dengan kemarau PT.
disekitar berperakaran genangan air) badan air selama tahap Bhumiadya
genangan air,
lokasi dalam yang penerima konstruksi Indonesia.
kegiatan. memiliki daya serta mengecek terdekat - Instansi
resap air tinggi. kelancaran aliran pengawas
- Membuat Sediment trap saluran drainase yaitu KLH
sedimen trap sementara/ Kabupaten
pada tapak darurat Bandung
proyek Barat,
Aparat Desa
dan
Tindakan darurat Kecamatan.
pengelolaan : - Instansi
penerima
• Segera
laporan
memindahkan
yaitu KLH
genangan air
Kabupaten
dengan
Bandung
menggunakan
Barat.
pompa ke badan
air penerima
yang memadai
TAHAP OPERASIONAL
Kegiatan Terbukanya Kesempatan • UU RI No. Pengelolaan ; - Instansi
perekrutan lapangan bekerja untuk 13/2003 - Tenaga kerja Desa Citatah Selama Melakukan Wilayah Desa Selama pelaksana
tenaga kerja pekerjaan penduduk • KepMenaKer untuk kegiatan terutama di kegiatan pemantauan Citatah terutama kegiatan yaitu
bagi lokal Trans No. diprioritasnya wilayah sekitar perekrutan tentang jumlah di wilayah sekitar perekrutan Pemrakarsa
penduduk sebanyak 45 KEP- dari penduduk lokasi kegiatan. tenaga kerja. tenaga kerja yang lokasi kegiatan. tenaga kerja. PT.
setempat orang 20/MEN/III/ setempat. terserap dari Bhumiadya
2004 dan - Proses masyarakat sekitar Indonesia.
jumlah perekrutan selama operasional. - Instansi
tenaga kerja dilakukan secara pengawas
lokal yang terbuka yaitu KLH
terserap (transparan) Kabupaten
bekerjasama Bandung
dengan aparat Barat,
Desa dengan Aparat Desa
proses seleksi
44
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
sesuai dengan dan
kebutuhan. Kecamatan.
- Selalu - Instansi
mengutamakan penerima
penduduk dari laporan
daerah setempat yaitu KLH
untuk kegiatan Kabupaten
penerimaan dan Bandung
pemberhentian Barat.
tenaga kerja.
Tindakan darurat :
- Melakukan
musyawarah
dengan
perwakilan
penduduk
setempat dan
menghubungi
Kamtibmas.
Kegiatan Gangguan 10 unit UU No.22 Pengelolaan : - Instansi
mobilisasi arus lalu truck/hari Tahun 2009 - Menempatkan - Akses keluar- - Setiap hari - Memantau - Area masuk dan - Setiap bulan pelaksana
(bahan lintas pada pengangkut serta adanya pengatur lalu masuk pabrik. kelayakan fungsi persimpangan yaitu
baku, Jalan kemacetan/ lintas (satpam) rambu-rambu lalu jalan Pemrakarsa
hasil
produk dan Padalarang gangguan lalu yang lintas - Area keluar- PT.
produksi, 2 - Setiap hari
karyawan) lintas sekitar mengendalikan masuk pabrik Bhumiadya
unit /harit akses masuk kendaraan Indonesia.
- Memantau
ruck pabrik. keluar-masuk pengaturan jadwal - Instansi
- Jalan - Setiap hari
pengangkut perusahaan pengangkutan pengawas
bahan baku, dengan prinsip pada buku yaitu KLH
45 kendaraan dasar pengaturan ekspedisi. Kabupaten
tetap - Memantau Bandung
roda dua/
mengutamakan - Akses keluar- kelancaran di ruas Barat,
hari dan 4 kelancaran di masuk pabrik Aparat Desa
- Setiap hari jalan utama dan
unit/hari ruas jalan umum. - dan
memantau adanya - Setiap bulan
mobil Petugas petugas yang Kecamatan
karyawan ditempatkan di - Akses keluar- mengatur lalu dan Dinas
pintu akses masuk pabrik lintas yang Perhubunga
menuju Jl. - Satu kali mengendalikan n Kab.
Padalarang. - Akses keluar- kendaraan keluar- Bandung
- Pengaturan masuk pabrik masuk. - Instansi
jadwal - Satu kali penerima
pengangkut laporan
45
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
bahan baku dan - Mendokumentasik yaitu KLH
penolong serta an kegiatan Kabupaten
hasil produksi pengelolaan Bandung
diluar jam sibuk. (dengan Barat.
- Menetapkan foto/media
radius tikungan - Akses keluar- audiovisual)
pintu keluar masuk pabrik
masuk minimal
10 meter.
- Pada akses keluar
masuk pabrik
menuju jalan
utama dibuat
lajur percepatan
dan
perlambatan.
Panjang jalur
percepatan dan
perlambatan
minimal 15
meter.
- Memperbesar
radius tikungan
yang berdekatan
dengan akses
keluar masuk
- Melakukan
optimalisasi ruas
jalan yaitu
dengan menutup
saluran air di kiri
dan kanan badan
jalan dan
melakukan
perkerasan bahu
jalan.
- Melakukan
peningkatan
jalan, kapasitas
jalan dan
pemasangan
fasilitas
46
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
perlengkapan
LLAJ lainnya yang
berkoordinasi
oleh Dinas
Perhubungan
Kabupaten
Bandung Barat
- Menyediakan
lahan parkir yang
memadai
- Menyediakan
fasilitas dan
kelepangkapan
lalu lintas seperti
rambu-rambu
lalu lintas,
warning light, dsb
Tindakan darurat :
- Menghubungi
petugas/polisi
lalu lintas untuk
mengatur
keadaan lalu
lintas
47
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
Kegiatan Penurunan Terakumulasi • PP No. 41 • Dust collector Ruang Kiln - Setiap hari • Sampling udara - Ruang Produksi - Setiap 6 - Instansi
proses kualitas nya gas dan tahun 1999 untuk menghisap emisi dan ambien bulan sekali pelaksana
produksi r, udara (Gas debu di udara. - SO2 : 900 debu yang yaitu
mobilisasi dan Debu) µg /m3 menghasilkan Pemrakarsa
kendaraan - CO: 30.000 mesin-mesin - Ruang produksi PT.
pengangkut µg /m3 produksi Bhumiadya
- NO2 : 400 • Mengisolasi Indonesia dan
µg /m3 ruangan sumber laboratorium
- O3 : 235 µg debu untuk - Ruang produksi - Satu kali pada pengujian
/m3 mencegah tahap awal terakreditasi/
- TSP : penyebaran - RTH - Satu kali pada teregristasi.
230µg/Nm keluar tahap awal - Instansi
3 pengawas
• Mengumpulkan
(Waktu debu di ruang yaitu KLH
pengukuran 1 penampungan Kabupaten
jam) • Melakukan Bandung
penghijauan di Barat.
sekitar lokasi - Instansi
penerima
laporan yaitu
KLH
Kabupaten
Bandung
Barat.
Kegiatan • Emisi/gas • 4.910 m3/h • Baku Mutu • Sistem • Ruang tungku • Minimal satu • Sampling udara • Ruangan • 6 bulan - Instansi
proses buang dengan Emisi Sumber pengolahan yang bulan sekali emisi dan ambien produksi, sekali pelaksana
produksi konsentrasi Tidak digunakan yaitu halaman pabrik yaitu
2-5g/m3 Bergerak filter/ Pemrakarsa
Bagi Ketel pengontrol asap PT.
Uap dengan efisiensi Bhumiadya
berdasarkan dapat menyerap Indonesia dan
Lampiran IV asap ±99% laboratorium
Permen LH sehingga pengujian
No. 7 tahun konsentrasi sisa terakreditasi/
2007 : asap yang keluar teregristasi.
- Partikulat melalui cerobong - Instansi
230 mg/m3 ≤50mg/m3 pengawas
- SO2 750 yaitu KLH
48
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
mg/m3 • Melakukan Kabupaten
- NO2 825 penghijauan di Bandung
mg/m3 sekeliling lokasi Barat.
• Opasitas • Cara kerja yang - Instansi
20% dilakukan untuk penerima
mengelola laporan yaitu
emisi/gas buang KLH
adalah sebagai Kabupaten
berikut Bandung
Lokasi Barat.
pembuangan
akhir jenis
limbah ini adalah
udara atmosfir
dan lingkungan
sekitar.
Sedangkan
tindakan darurat
yang dilakukan
bila system tidak
berfungsi adalah
perbaikan tungku
pembakaran
Proses Timbulan Kemasan (100 PP RI No. • Mengumpulkan • Ruang • Setiap hari • Memantau • TPS limbah B3 • Setiap hari - Instansi
produksi, Limbah B3 karung bekas 18/1999 Jo Limbah B3 produksi & terhadap volume dan pelaksana
penanganan kemasan) PP RI No. berdasarkan TPS B3 Limbah B3 yaitu
produk dan 85/1999 jenisnya dan Pemrakarsa
pengemasan disimpan di TPS • Setiap 1 bulan • Pihak ke-3 yang PT.
Oli bekas : 50 Limbah B3 • TPS B3 sekali • Memantau berijin • Setiap 3 Bhumiadya
liter/bulan berizin kerjasama dengan bulan sekali Indonesia.
• Melakukan pihak ke-3 berijin - Instansi
Lampu TL kerjasama untuk pengawas
bekas : 1 dengan pihak pengangkutan/ yaitu KLH
buah/bulan ke-3 berijin • Setiap hari pemanfaatan/ Kabupaten
untuk dan pengolahan/ • TPS Limbah B3 Bandung
Catridge pengangkutan/ • Setiap kali pemusnahan dan Pihak ke-3 • Setiap hari Barat.
bekas : 10 pemanfaatan/ pengangkutan Limbah B3 yang yang berijin dan - Instansi
buah/ bulan pengolahan/ dilengkapi dengan • Setiap kali penerima
pemusnahan manifest Limbah pengangkut laporan yaitu
Limbah B3 yang B3 an KLH
dilengkapi Kabupaten
49
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
dengan manifest • Memantau neraca Bandung
Limbah B3 limbah B3 (Log • TPS Limbah B3 Barat.
• Mencatat jenis, Book) yang berisi dan Pihak ke-3
karakteristik, catatan jenis, yang berijin
waktu timbulnya karakteristik, • Setiap 1
limbah B3 dan waktu timbulnya bulan
pihak ke-3 limbah B3 dan
pengelola limbah pihak ke-3
B3 yang berijin pengelola limbah
dalam neraca B3 yang berijin
limbah B3 (Log
Book) • Mendokumentasik
an kegiatan
pengelolaan
(dengan foto /
media
audiovisual)
Kegiatan Peningkatan Tingkat Baku Tingkat • Program • Ruang • Setiap hari • Pengukuran • Di dalam ruang • 6 bulan - Instansi
operasional intensitas kebisingan Kebisingan perawatan produksi, dan langsung kerja dan sekali pelaksana
mesin kebisingan. yang (Kepmen LH mesin-mesin ruang terbuka menggunakan alat lingkungan yaitu
produksi. ditimbulkan No. 48 tahun yang berpotensi (lingkungan sound level meter sekitar pabrik Pemrakarsa
dapat 1996) menimbulkan pabrik) PT.
melebihi baku • Industri kebisingan Bhumiadya
mutu 70 dBA • Mengisolasi Indonesia dan
sumber Laboratorium
Permenakertr kebisingan Pengujian
ans No. 13 sehingga suara yang
Tahun 2011 dan getaran terakreditasi/
tidak menyebar teregristasi.
luar keluar - Instansi
• Disiplin pengawas
pemakaian ear yaitu KLH
plug / alat Kabupaten
pelindung telinga Bandung
untuk petugas/ Barat.
operator - Instansi
• Melakukan penerima
penghijauan di laporan yaitu
sekeliling lokasi KLH Kab.
pabrik Bandung.
50
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
Kegiatan Peningkatan Bahaya SNI 03-3989- Pengelolaan : - Instansi
proses resiko kebakaran 2000 • Menempatkan - Ruang produksi - Satu kali • Memantau adanya • Lingkungan • Sekurang- pelaksana
produksi kebakaran kategori sistem panel pelatihan pabrik kurangnya yaitu
yang sedang III listrik jauh dari pencegahan dan satu kali Pemrakarsa
menggunaka sumber api, dan - Ruang - Satu kali penanggulangan dalam satu PT.
n listrik air. produksi, kebakaran. tahun. Bhumiadya
• Ruang produksi, Indonesia.
• Menempatkan • Setiap bulan
lingkungan
sistem APAR - Satu kali • Memantau - Instansi
pabrik
- Ruang produksi keberadaan dan pengawas
• Mempunyai fungsi sarana yaitu KLH
instalasi penyelamat jiwa Kabupaten
proteksi - Satu kali (sarana jalan Bandung
kebakaran dan - Lingkungan keluar, Barat, UPTD
sarana pabrik - Satu kali pencahayaan Pemadam
penyelamatan darurat tanda Kebakaran.
jiwa. - Akses masuk jalan keluar, - Instansi
• Membuat skema petunjuk arah • Setiap bulan penerima
• Akses pemadam laporan yaitu
pencegahan jalan keluar,
- Lingkungan kebakaran KLH
kebakaran komunikasi
pabrik • Ruang produksi Kabupaten
• Membuat jalur darurat, • Setiap bulan
evakuasi dan pengendali asap, Bandung
tempat tempat berhimpun Barat.
berkumpul - Setiap tahun sementara dan
(assembly dan setiap ada tempat evakuasi).
point). karyawan yang
• Memantau
• Membuat jalan - Lingkungan baru. • Setiap bulan
kelancaran akses -
khusus untuk pabrik, ruang
untuk pemadam
akses pemadam produksi
kebakaran.
kebakaran untuk • Memantau
memudahkan kelayakan fungsi
kendaraan sistem proteksi
pemadam api kebakaran (alat
menuju lokasi. pemadam api
• Mengadakan ringan, sistem
pelatihan deteksi dan alarm
penanggulangan kebakaran, hidran
bahaya halaman,
kebakaran petunjuk arah
darurat).
Tindakan darurat : • Mendokumentasik
an pengelolaan
51
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
• Mengevakuasi (dengan
karyawan foto/media
melalui jalur audiovisual).
evakuasi dan
berkumpul pada
area aman
kebakaran
(assembly
point).
• Melakukan
upaya awal
pemadaman
kebakaran
degan sumber
air yang ada di
sekitar lokasi.
• Segera
memutuskan
aliran listrik.
Segera
menghubungi
pemadam
kebakaran dengan
mneghubungi 102.
Kegiatan Penurunan Black water : Peraturan Pengelolaan : - Memantau - Tangki septik - Setiap hari - Instansi
karyawan kualitas air 0,54 m3/hari Pemerintah RI - Air limbah black -Toilet dan - Setiap hari kelayakan fungsi pelaksana
dalam permukaan No.82/2001 water dan grey tangki septik tangki septik dan yaitu
penggunaan Grey water : dan SNI No. water yaitu Pemrakarsa
melakukan
air dan 36,6 m3/hari 03-2398-2002 dengan - Setiap bulan PT.
menghasilka menyalurkan pemeriksaan Bhumiadya
n air limbah limbah ke dalam lumpur dalam - Indonesia.
domestic. septic tank yang tangki septik. - Instansi
dilengkapi dengan - Tangki septik - pengawas
sistem resapan Mendokumentasika yaitu KLH
sesuai SNI No. 03- n kegiatan Kabupaten
2398-2002. Bandung
pengelolaan
- Pengurasan Barat.
tangki septic (dengan - Instansi
pada saat lumpur foto/media penerima
telah penuh audiovisual). laporan yaitu
KLH
Tindakan darurat : Kabupaten
52
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
- Penghentian Bandung
sementara Barat.
pembuangan tinja
dan kontak
petugas air kotor
(sedot tinja) agar
dilakukan
pengangkutan
secara langsung
Kegiatan Terjadi Jumlah UU RI No.18 Pengelolaan : - Instansi
domestik penumpukan limbah padat Tahun 2008 • Melakukan • TPS terpilah • Setiap hari • Memantau - Lingkungan - Setiap hari pelaksana
karyawan sampah dan domestik pemilahan limbah kegiatan pabrik yaitu
gangguan sebesar padat domestic pemilahan - Setiap Pemrakarsa
estetika. 24,3 L/hari sesuai jenisnya sampah. minggu PT.
- TPSS Terpilah Bhumiadya
dan ditampung • Memantau
dalam tempat keberadaan fungsi Indonesia.
sampah terpilah 3 Tempat - Instansi
warna yaitu hijau Penyimpanan pengawas
untuk sampah Sampah - Setiap yaitu KLH
organic, kuning Sementara (TPSS) - TPSS Terpilah minggu Kabupaten
untuk sampah • TPS terpilah • Dua kali Terpilah 3 warna Bandung
anorganik, merah setiap minggu • Memantau - Setiap Barat, dan
untuk sampah B-3 - Jalur minggu Dispertasih.
kegiatan
rumah tangga pengangkutan - Instansi
pengumpulan
• Bekerja sama sampah - - Setiap bulan penerima
dengan UPTD • Memantau laporan yaitu
kebersihan • Komposting • Setiap minggu KLH
rutinitas kegiatan
Kabupaten pengangkutan Kabupaten
Bandung Barat sampah. Bandung
untuk Barat.
• Mendokumentasik
pengangkutan ke an kegiatan
Tempat pengelolaan
Pemrosesan Akhir (dengan
(TPA). foto/media
• Hasil pemilahan audiovisual).
sampah organic
akan dilakukan
pengomposan
Tindakan Darurat :
53
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLA
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE LOKASI PERIODE DAN
TOLOK UKUR BENTUK UPAYA
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
- Melakukan
pengangkutan
langsung ke TPA.
Tutupan Peningkatan besaran PermenLH - Sebagian meresap • Saluran - Setiap hari • Memantau secara • Saluran drainase - Setiap hari - Instansi
lahan oleh air larian peningkatan No. 12 Tahun ke dalam tanah drainase dan visual terhadap hujan pelaksana
bangunan air larian 2009 dan sebagian air talang hujan. kelancaran aliran yaitu
yaitu sebelum larian yang pada saluran Pemrakarsa
pabrik dan
137,34 mengalir di atap drainase dan PT.
prasarana m3/hari dengan • Sumur resapan - Setiap bulan Bhumiadya
genangan air.
penunjang dan lubang
mengalirkannya • Memantau Indonesia.
resapan biopori
langsung dari - Satu kali keberadaan fungsi - Instansi
talang hujan - - Setiap bulan pengawas
• Sumur resapan sumur resapan dan
menuju saluran dan lubang lubang resapan yaitu KLH
drainase. resapan biopori. Kabupaten
- Membuat sumur biopori • Mendokumentasika Bandung
resapan air hujan n kegiatan Barat.
sebanyak 17 buah pengelolaan - Instansi
dan lubang (dengan penerima
resapan biopori foto/media laporan yaitu
sebanyak 263 audiovisual). KLH
buah agar dapat Kabupaten
mereduksi Bandung
limpasan air Barat.
hujan (run off).
Tindakan darurat :
- Melakukan
penyedotan air
yang yang
menggenang di
sekitar pabrik dan
menyalurkannya
ke saluran
air/sungai
terdekat
54
Adapun rencana struktur organisasi K3 PT Bhumiadya Indonesia adalah sebagai
berikut:
7. ASPEK FINANSIAL
Dengan strategi bisnis seperti yang telah disebutkan diatas maka perkiraan total investasi
dan yang diperlukan untuk membangun pabrik pengolahan tepung kalsium yang
a) Jumlah Investasi:
55
Items US$
Tanah 36.300.000.000
Bangunan 53.000.000.000
Lain-lain 36.820.000.000
Total 531.920.000.000
b) Pendanaan
Items Rp
Pinjaman 386,920,000,000
Total 531,920,000,000
Pendanaan atas pinjaman dapat dilakukan oleh pihak ketiga (bank) atau juga dari para
pemegang saham, mengingat tingkat pengembalian dari investasi ini cukup singkat
sehingga cukup layak untuk dipertimbangkan pinjaman dari para pemegang saham untuk
rencana.
56
Berdasarkan kondisi saat ini, estimasi dari biaya produksi kapur tohor per ton adalah
sebagai berikut:
Description Unit 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Sales - Ton 112,500 189,900 193,500 193,500 200,000 220,000 240,000 240,000 240,000 240,000
Total Gross Sales M IDR 138,480 238,956 255,307 268,072 293,286 341,488 394,325 417,393 441,811 467,657
Total COGS M IDR (76,710) (123,516) (131,664) (138,359) (148,727) (170,144) (193,036) (200,758) (208,788) (217,139)
Total Gross margin M IDR 46,638 88,009 94,369 98,975 110,930 132,188 156,074 168,776 182,363 196,894
SG&A M IDR (10,528) (11,024) (11,566) (12,153) (12,794) (13,468) (14,178) (14,925) (15,712) (16,540)
EBITDA M IDR 36,110 76,986 82,803 86,821 98,136 118,719 141,897 153,851 166,652 180,355
Depr. & Amort. M IDR (39,014) (40,334) (40,334) (40,334) (41,678) (43,023) (44,367) (47,056) (49,745) (52,434)
EBIT M IDR (2,904) 36,652 42,469 46,487 56,457 75,697 97,529 106,794 116,906 127,920
Financial Parametres Total Project
IRR 15.7%
NPV (IDRk) 53,813
WACC ( Inflation : 4%) 14.60%
Payback 9.02 years
8. KESIMPULAN
Berdasarkan semua data dan informasi yang tersedia maka dapat disimpulkan bahwa
investasi unit produksi tepung calcium sangat dimungkinkan (feasible) adapun langkah-
57
lokal.
3. Perusahaan patungan yang baru dibentuk segera melakukan impor tepung calcium
kemudian hari dengan tujuan untuk dengan segera mengambil pangsa pasar hingga
5. Melakukan pertemuan dengan produsen batu kapur untuk dapat melakukan kontrak
untuk memastikan persyaratan yang harus di penuhi dalam kaitannya dengan proyek.
58