Anda di halaman 1dari 38

STUDI LITERATUR PENERAPAN TEKNOLOGI PENGHEMAT AIR

PADA INDUSTRI KERTAS

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan
pendidikan Program Studi Diploma III Teknik Kimia

Dosen Pembimbing : Ir. Emma Hermawati Muhari, MT

Oleh:
Eryan Gabriel NIM.171411006
Saeful Hidayat NIM.171411024

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dilansir dari pdamtirtabenteng.co.id Bappenas melalui kajian lingkungan


hidup streategis memproyeksikan Indonesia akan mengalami kelangkaan air absolut
pada tahun 2040 dimana kelangkaan absolut ini dapat diartikan jumlah sumber daya
tidak mampu mencukupi kebutuhan manusia, selain itu kelangkaan absolut tidak
dapat ditanggulangi dengan cara mencari sumber air baru, oleh karena itu salah satu
langkah sederhana yang mampu memperlambat terjadinya kekeringan absolut
adalah menggunakan air dengan efisien.

Pemanfaatan air bersih saat ini meliputi sekitar 70% untuk pertanian, 20 %
industri dan 10 % untuk domestik (Rahmani,2015) dapat dilihat bahwasanya
industri merupakan konsumen air terbesar kedua setelah pertanian.

Industri kertas merupakan salah satu komoditas industri besar di Indonesia.


Hingga saat ini Jumlah industri kertas di indonesia mencapai 62 perusahaan dengan
kapasitas mencapai 12,98 juta ton kertas per tahun dan 7,93 ton pulp/tahun dimana
dengan kapasitas produksi tersebut industri kertas dinobatkan kedalam delapan
sektor industri boros energi oleh kemenperin melalui situs kemenperin.go.id

Menteri Perindustrian Republik Indonesia melalui kemenperin nomor 514/M-


IND/Kep/12/2015 menyatakan bahwasanya industri kertas harus menerapkan
standar industri hijau dan salah satu persyaratan teknisnya menyatakan konsumsi
air pada proses industri pulp maksimum 65m3/ton dan industri pulp terintegrasi
kertas 45m3/ton dimana pemanfaatan air daur ulang pada industri tersebut yakni
sebesar 25%.

Namun pada praktiknya setelah dibuat aturan tersebut masih ada saja industri
kertas yang kurang memanfaatkan air daur ulang seperti dilansir dari laman
detiknews.com PT Pindo Deli III yang berlokasi di kabupaten Karawang dilarang
beroprasi. Larangan tersebut dituangkan dalam surat No. 660.1/927/PPL yang
ditandatangani Wawan Setiawan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten pada
29 April 2019. Larangan tersebut muncul karena PT Pindo Deli III terbukti
mencemari lingkungan karena membuang limbah cair ke sungai. Hal tersebut
menjdaikan konumsi air pada industri menjadi lebih tinggi dari semestinya.

Untuk mengatasi hal tersebut, tentunya semua pihak harus diuntungkan baik
industri, pemerintah, maupun masyarakat oleh karena itu kami melakukan study
literatur mengenai teknologi penghematan air pada industri kertas dengan
memperhatikan aspek produksi bersih karena menurut (Bratasida, 1997) dampak
dari produksi bersih tidak hanya dirasakan oleh industri saja, melainkan masyarakat
dan pemerintah.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk mengatasi pemborosan air yang terjadi pada industri pulp and papper, perlu dilakukan
peninjauan lebih lanjut terkait faktor faktor yang menyebabkan pemborosan air untuk
kemudian dicari solusi atas pemborosan tersebut
1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut merupakan


tujuan dari penelitian yang kami lakukan

1. Mengetahui masalah pada industri kertas yang menyebabkan pemborosan air.


2. Mengusulkan solusi penghemat air yang dapat diaplikasikan oleh industri kertas.

1.4 Ruang Lingkup Masalah

Penelitian studi literatur ini dibatasi pada beberapa aspek antara lain :

1. Literatur yang digunakan digolongkan menjadi dua jenis antara lain literatur
primer ( menggunakan lima literatur berupa tesis berdasarkan penelitian praktisi )
selama 10 tahun terakhir, literatur sekunder ( menggunakan sebuah buku
internasional dan jurnal yang relevan dengan penelitian).

2. Teknologi penghemat air yang digunakan pada industri kertas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pulp

Pulp adalah produk antara dalam pembuatan kertas dan kertas sebagai hasil
dari pemisahan (mekanis, semikimia, dan kimia) bahan baku berserat. Bahan baku
yang digunakan adalah bahan yang mengandung selulosa seperti kayu (wood) dan
non kayu (non wood) [ CITATION Tar18 \l 1057 ] . Ketika pulp berbentuk sebagai
benda berbentuk cair, maka pulp menyerupai dengan bubur. Pulp inilah yang
merupakan bahan baku dari kertas dan produk turunan lainnya seperti polywoods
[ CITATION Nur17 \l 1057 ]. Biasanya dalam bahan baku pulp terdapat beberapa
komponen seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Pada umumnya, prinsip yang
digunakan dalam pembuatan pulp adalah pemisahan selulosa dari senyawa lignin
yang dikandung dari bahan baku [ CITATION Azh10 \l 1057 ]. Adapun syarat bahan
baku yang digunakan untuk pembuatan pulp [ CITATION THa10 \l 1057 ] adalah

1. Memiliki serat
2. Kadar selulosa terkandung lebih dari 40%
3. Kandungan lignin 25%,
4. Kadar airnya 10%,
5. Mengandung sedikit abu

2.2 Bahan Baku Proses Produksi Kertas

Pada umumnya bahan baku dasar pembuatan pulp merupakan tanaman


berserat. Namun tidak semua tanaman berserat dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan pulp karena dilihat dari nilai ekonomis dan kualitas pulp yang akan
dihasilkan untuk dapat bersaing di pasaran. Tanaman serat utama sebagai sumber
bahan baku pembuatan kertas adalah tanaman kayu. Produksi tanaman kayu bulat
di Indonesia menurut hasil pengumpulan Data Kehutanan Indonesia [ CITATION
DrS18 \l 1057 ], Indonesia memproduksi kayu bulat sebesar 49,13 juta m3.

Secara umum bahan baku yang dipakai pada industri kertas menurut uraian
[ CITATION Smo82 \l 1057 ] dalam Kurniawan et al (2013), dipisahkan menjadi dua
kelompok yaitu :

1. Tanaman Kayu (Wood)


Sumber bahan baku utama pembuatan kertas berasal dari tanaman kayu.
Tanaman kayu ini dapat ditemukan dan tersedia cukup melimpah di Indonesia.
Berdasarkan jenisnya, kayu dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Kayu Daun Jarum atau Kayu Lunak (Softwood)
Tanaman kayu daun jarum memiliki daun yang tidak sempurna
karena tidak mempunyai tangkai, helai, dan urat daun. Daunnya berbentuk
daun jarum dan serat yang dihasilkan merupakan serat panjang. Tanaman
yang termasuk ke dalam softwood yaitu jumuju, cemara, aghatis.
[ CITATION Dum82 \l 1057 ]
b. Kayu daun Lebar atau Kayu Keras (Hardwood)
Tanaman kayu daun lebar mempunyai daun yang sempurna karena
memiliki tangkai, helai, dan urat daun. Biasanya tanaman kayu daun lebar
memiliki daun lebar dan berbentuk bulat, selain itu serat yang dihasilkan
berupa serat pendek. Meskipun berserat pendek, dinding serat hardwood
lebih tebal daripada dinding serat pada tanaman softwood [ CITATION Shm11
\l 1057 ]. Tanaman yang termasuk ke dalam hardwood yaitu Acacia
Mangium, Eucalyptus sp, Albazia sp.

Adapun komponen kimia penyusun dari tanaman kayu daun jarum dan
tanaman kayu daun lebar terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1 Komponen Kimia Penyusun Tanaman Kayu Daun Jarum dan
Tanaman Kayu Daun Lebar

Golongan Kayu
Komponen
Kayu Daun Jarum (%) Kayu Daun Lebar (%)
Abu 0,89 0,22
Zat
2,03 1-2
Ekstraktif
Pentosan 8-13 21-24
Lignin 28-32 18-33
Selulosa 41-44 40-45
Sumber : Dumanauw, 2001 : 30

2. Tanaman Bukan Kayu (Nonwood)


Selain tanaman kayu, ada juga tanaman bukan kayu yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp. Jenis tanaman bukan kayu
yang dapat digunakan diantaranya yaitu rumput – rumputan, perdu berbatang
basah, dan tanaman berkayu lunak. Sumber serat dari tanaman bukan kayu
yang dapat diandalkan sebagai bahan baku pembuatan pulp adalah tanaman
padi (Oriza Sativa), tifa, batang pisang, rumput alang – alang, dan lain
sebagainya [CITATION Tja98 \l 1057 ]. Tanaman bukan kayu dapat ditemukan
dari hasil perkebunan, hasil pertanian, ataupun limbah industri. Tanaman
bukan kayu memiliki kandungan sel gabus atau pith. Kandungan serat inti
berasal dari pith atau sel gabus yang mengandung proporsi serat yang rendah
[ CITATION Vil09 \l 1057 ]. Serat tanaman kayu pada terdapat pada jerami, kulit
pohon, daun, dan serat rumput [ CITATION Sur12 \l 1057 ]

2.3 Jenis – Jenis Proses Pembuatan Pulp

Pada dasarnya proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk


memperoleh serat dari bahan baku berserat dengan proses secara mekanis, kimia,
dan semikimia [CITATION JPC80 \l 1057 ]. Pemisahan ini bertujuan agar selulosa
terbebas dari lignin yang dapat mempengaruhi perubahan warna pada kertas selama
pemakaian. Pada proses kimia, bahan baku pembuatan pulp dimasak didalam
bejana / digester dengan menambahkan larutan kimia yang berfungsi untuk
melarutkan komponen yang tidak diinginkan sehingga menghasilkan pulp dengan
kadar selulosa yang tinggi. Pemisahan secara kimia untuk menghasilkan serat
selulosa dengan menghilangkan lignin (delignifikasi) tanpa mendegradasi
karbohidrat.

Dalam menghasilkan selulosa dari senyawa pengikatnya ,seperti lignin,


delignifikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai metode proses yaitu mekanis,
semikimia, dan kimia [ CITATION Vii02 \l 1057 ].

1. Proses Mekanik
Proses pembuatan pulp secara mekanis dilakukan hanya dengan bantuan
air dan tanpa menggunakan bahan kimia. Proses penguraian serat dilakukan
secara paksa sehingga menghasilkan pulp dengan kualitas yang rendah. Proses
mekanis ini merupakan proses tradisional yang digunakan pertama kali dalam
pembuatan pulp dan proses ini juga telah lama ditinggalkan. Walaupun begitu,
proses ini memiliki keuntungan karena membutuhkan biaya produksi yang
rendah ([ CITATION JPC80 \l 1057 ] . Proses mekanis ini terbagi lagi kedalam
beberapa proses yaitu :
1.1. Pembuatan Pulp Kayu Asah Batu
Menggunakan mesin grinda atau mesin pengasah dalam
menghaluskan kayu menjadi bagian – bagian halus dengan bantuan
silikon karbida atau alumunium oksida. Bagian – bagian halus dari kayu
ini yang disebut dengan pulp. Serat yang terkandung dalam bahan baku
yang diasah ini menjadi rusak akibat dari proses mekanik itu sendiri.
Maka dari itu kekuatan kertas yang dihasilkan akan menjadi rendah.
1.2. Pembuatan Pulp Kayu Asah Tekan
Proses ini juga menggunakan mesin gerinda namun diberi tekanan
oleh steam dengan temperatur 105 oC – 125 oC. Sebelum memasuki
gerinda, kayu dipanaskan terlebih dahulu supaya lunak. Proses ini
menghasilkan pulp dengan kekuatan tarik dan kecerahan yang lebih
baik dibandingkan dengan proses kayu asah batu. Selain itu, energi
yang digunakan lebih rendah.
1.3. Proses Mekanik Pembaharuan
Proses ini menggunakan bantuan chip yang dimasukkan ke dalam
lempengen – lempengan logam pada tekanan atmosfir. Selanjutnya uap
disalurkan ke dalam lempengen tersebut agar chip melunak. Proses
pemisahan serat ini tidak membutuhkan energi yang besar.
1.4. Thermomekanikal Pulp
Metode ini hampir serupa seperti proses mekanik pembaharuan,
tetapi proses ini dilakukan dengan dua proses pembaharuan yaitu tahap
pertama dengan meningkatkan suhu dan tekanan agar mempermudah
pemisahan serat lalu tahapan kedua persiapan serat untuk membuat
kertas dengan temperatur ambient. High Temperature dalam proses ini
adalah 110 oC – 130 oC. Pulp yang dihasilkan memiliki daya tarik yang
cukup kuat dan proses ini tidak membutuhkan energi yang terlalu besar.
Selain itu keuntungan proses ini yaitu yield yang diperoleh sebesar 90 –
98% dengan biaya produksi yang rendah. Namun kelemahan dari
proses ini yaitu masih terdapat lignin dalam pulp sehingga mengurangi
kualitas pulp.
Kelemahan dari proses mekanis menurut Viikari (2002) adalah :
1. Kertas yang memiliki kekuatan yang rendah
2. Bila dibandingkan dengan proses kimia, pemakaian energi lebih besar
3. Proses ini hanya bisa dilakukan dengan kayu yang lunak
2. Proses Kimia
Pembuatan pulp secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
sebagai bahan untuk melarutkan senyawa pengikat yang tidak diinginkan, seperti
lignin, pada bagian – bagian kayu. Pulp kimia yang diperoleh berasal dari hasil
pemasakan menggunakan digester, yang mana dalam proses ini ditambahkan
bahan – bahan kimia yang dapat mengurangi kandungan lignin dan mengikat
serat selulosa tanpada mengurangi kadar selulosa. Yield yang dihasilkan dalam
proses kimia ini yaitu 50 % dengan kadar lignin yang rendah yaitu 3-5 %
sehingga menghasilkan kekuatan tarik kertas yang tinggi. Proses kimia ini juga
menghasilkan pulp dengan tingkat kecerahan yang tinggi karena terdapat
tahapan bleaching atau proses pemucatan warna pulp [ CITATION Vii02 \l 1057 ].
Proses kimia menggunakan bahan – bahan kimia untuk menghasilkan pulp
dengan karakter yang berbeda. Terdapat beberapa jenis proses pembuatan pulp
kimia diantaranya :

2.1 Proses Soda


Pertama kali proses ini diperkenalkan oleh C. Watt dan H. Burges
pada tahun 1850. Proses soda, yaitu proses dengan dengan sistem
pemasakan yang menggunakan senyawa alkali seperti NaOH sebagai
larutan pemasak yang ditambahkan ke dalam kolom bertekanan dengan
perbandingan 4:1 dengan jumlah kayu yang akan diolah. Setelah larutan
pemasak digunakan, larutan pemasak bekas tersebut dipekatkan kembali
dengan proses evaporasi (penguapan) dan dibakar.

2.2 Proses Sulfat (Kraft)


Proses kraft ini menggunakan Natrium Hidroksida, Natrium
Sulfida, dan Natrium Karbonat atau disebut juga dengan lindi putih.
Lindi putih ini sebagai bahan pemasak yang dihasilkan dari hasil
pemekatan dengan cara penguapan (evaporasi) dan dibakar. Leburan
lindi putih yang mengandung Natrium Karbonat (Na2CO3) ini diubah
kembali menjadi Natrium Hidroksida dan dengan Kalsium Hidroksida
(Kostisisasi), karena Na2CO3 digunakan pada proses pemasakan yang
dikenal dengan proses soda. Proses ini telah lama diganti oleh proses
kraft karena keunggulan delignifikasi yang menghasilkan kualitas pulp
yang lebih baik. Kelebihan dari proses kraft adalah pulp yang dihasilkan
memiliki daya tarik yang lebih tinggi namun sulit untuk diputihkan
sehingga warna kurang baik [ CITATION Aus75 \l 1057 ]. Selain
menghasilkan pulp yang kuat, proses kraft ini dapat digunakan untuk
jenis kayu apapun dan senyawa kimia yang digunakan dapat recoverd
dan recycled. Keunggulan besar lainnya adalah selain serat kayu seperti
lignin, dikonversi menjadi panas menggunakan boiler dalam proses
recovery panas [ CITATION Ano02 \l 1057 ].

2.3 Proses Sulfit


Proses sulfit pertama kali ditemukan pada tahun 1866 oleh
Benyamin Tilghman, yang mana proses ini menggunakan larutan kalsium
hidurogen sulfit dan belerang dioksida di dalam sistem kolom
bertekanan. Kemudian kalsium digantikan dengan magnesium atau
natrium dan ammonium sulfat yang memiliki keuntungan lebih banyak.
Proses sulfit ini bertujuan untuk menghasilkan pulp dengan selulosa yang
murni seperti kertas, tisu, dan kertas koran.
Asam sulfit sebagai cairan pemasak digunakan unuk membakar
sulfur yang akan menghasilkan sulfur oksida, sulfur ini berfungsi untuk
menyerap air sehingga menghasilkan asam sulfit. Sebelumnya, dilakukan
persiapan cairan pemasak dengan menambahkan ion hidroksida atau
karbonat. Keluaran dari cairan pemasak merupakan cairan coklat atau
cairan merah yang akan dibersihkan dari pulp yang dilakukan dengan
aliran bolak balik sekaligus menghilangkan lignin dan hemiselulosa.
Proses sulfit menghasilkan yield yang lebih rendah daripada proses kraft
dan fibers yang dihasilkan juga tidak kuat, tetapi persentase lignin yang
hilang lebih besar sehingga lebih cocok untuk membuat kertas
berkualitas tinggi [ CITATION Hol03 \l 1057 ].
3. Proses Semikimia
Proses ini merupakan penggabungan dari proses mekanis dengan proses
kimia. Proses ini dilakukan dengan mekanisme sistem secara mekanik lalu
setelahnya ditambahkan senyawa kimia seperti natrium karbonat, natrium
hidroksida, natrium sulfat dan senyawa kimia lain. Proses dan peralatan yang
digunakan pun sama dengan pembuatan pulp secara mekanis.
4. Proses Bleaching
Proses Bleaching merupakan proses penghilangan zat warna atau
pemutihan pada pulp yang berasal dari residu pengotor yang menghasilkan
warna dan lignin. Tingkat deraja putih (brightness) dari pulp dapat dipengaruhi
oleh kandungan lignin didalamnya ( Dalam mengukur kualitas pulp, digunakan
parameter yang dinamakan tingkat kecerahan (brightness) yang sudah
terstandarisasi ISO Brightness dalam skala yang absolut yaitu dari skala 0 %
untuk skala terendah dan 100% untuk skala tertinggi. Sedangkan untuk tingkat
kecerahan pada pulp berada pada skala 20% dan 90% [ CITATION Her06 \l 1057 ]
.
Proses bleaching dapat dibagi menjadi dua macam yaitu bleaching secara
kimia yang menggunakan bahan kimia pemutih dan bleaching secara biologi
menggunakan mikroorganisme tertentu yang mengandung bahan pemutih sepeti
jamur. Bahan yang digunakan pada proses bleaching kimia yaitu klorin, klorin
dioksida, hidrogen peroksida, hypoklorit, dan asam paracetik. Pulp yang
dihasilkan dari proses bleaching kimia memiliki tingkat kecerahan > 88% ISO
Brightness. Bahan kimia yang digunakan dapat menghasilkan pulp dengan
kecerahan yang hampir sama dengan pemakaian senyawa klorin. Akan tetapi
terdapat kerugian dalam proses bleaching ini, yaitu bahan – bahan kimia yang
digunakan mencemari lingkungan dan berbahaya bagi mahluk hidup bila tidak
diolah dengan baik. Biaya bahan – bahan yang digunakan pun cukup mahal
[ CITATION Her06 \l 1057 ].
Sedangkan pada proses bleaching secara biologi menggunakan bantuan
mikroorganisme yaitu bakteri yang dapat mendegradasi lignin seperti Cytopaga
sp, Phanerochaeta sp, Trametes sp, Trichoderma, dan juga jamur pelapuk putih
seperti Myceliophthorat Thermophilia Laccase, P. Chrysosporium, Dichomitus
squales, C. Subvermispora CZ-3, dan mikroba lainnya [ CITATION Vii02 \l 1057 ].
Proses ini membutuhkan bahan yang tidak terlalu mahal dan cenderung tidak
mencemari lingkungan atau aman bagi lingkungan [ CITATION Vii02 \l 1057 ].

2.4 Proses Pembuatan Pulp


Adapun tahapan proses pembuatan pulp yaitu [CITATION Pul06 \l 1057 ] :

1. Pemotongan dan Screening

Sebelum diolah, bahan baku dipotong menjadi bagian – bagian yang lebih
kecil yang selanjutnya dilakukan pengelupasan (debarking). Kayu yang sudah
dikelupas dari kulitnya akan dicacah menjadi Chip yang mempunyai ukuran
Chip Standar menggunakan alat Chipper. Setelah itu, Chip masuk ke vibrating
screening untuk melakukan sortir antara chip yang sudah memenuhi standar
dengan yang belum memenuhi standar.

2. Proses Pemasakan

Proses pemasakan ini menggunakan cairan pemasak yang dimasukkan ke


dalam digester. Bahan kimia pemasak yang digunakan membuat delignifikasi
menjadi sangat selektif sehingga dapat menghasilkan yield yang lebih tinggi
dengan sifat kekuatan pulp yang tinggi dan pulp menjadi lebih seragam.

3. Tahapan Pencucian dan Penyaringan Pulp

Setelah chip dimasak dalam digester, kemudian terbentuklah keluaran pulp


Brown Stock atau pulp yang masih kotor karena terdapat kandungan sisa bahan
kimia pemasak dan lignin yang terlarut di dalam kayu. Pengotor yang terlarut
dalam brown stock dicuci secara secara berlawanan arah, yang mana
penggunaan air panas hanya pada tahap akhir rantai pencucian. Setelah itu pulp
ditekan untuk mencapai konsentrasi sekitar 10% yang kemudian hasilnya
diencerkan dengan filtrat first oxigen press sehingga konsentrasi menjadi 12%.
Filtrat yang masih mengandung sebagian besar fiber kemudian dipisahkan
melewati proses screening.

4. O2 Delignification.

Untuk mengurangi kandungan lignin dari pulp coklat yang belum


mengalami proses pemutihan, maka dilakukan tahapn delignifikasi oksigen yang
disebut juga tahapan pre-bleaching. Selain itu fungsi dari oksigen delignifikasi
ini yaitu untuk menghemat bahan – bahan kimia mahal pada tahapan bleaching
dan sekaligus mengurangi dampak terhadap lingkungan.

5. Bleaching

Tahapan selanjutnya setelah proses pencucian yaitu proses bleaching.


Tujuan dari proses bleaching yaitu menghilangkan dan merusak struktur lignin
yang masih tersisa di dalam pulp dengan memerhatikan suhu dan waktu
pemutihan pulp. Variabel suhu dan waktu pemutihan dapat berpengaruh
terhadap target brightness yang ingin dicapai. Apabila suhu target brightness
yang rendah maka dapat mempengaruhi kualitas dari kertas yang dihasilkan
[ CITATION Kar15 \l 1057 ]

Menurut Bajpai (2006), proses bleaching melewati tiga tahap, yaitu :

1. Tahap penambahan lakase yaitu sebanyak 15% dari jumlah pulp


dengan pH 4, temperatur 40 oC, dan waktu tinggal 3 jam
2. Tahap Ep (Ekstraksi awal) dengan menambahkan NaOH 1,5%,
temperatur 70 oC, dan waktu tinggal 2 jam
3. Tahap D1 (Penambahan klorin dioksida awal) dengan pH 3,5 dan
temperatur 55 oC, dan waktu tinggal 3 jam

Pada tahapan ini, selain menggunakan klorin dioksida, bahan yang


ditambahkan adalah enzim yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan bahan
kimia berbahaya.

6. Proses Pencetakan dan Pembentukan Lembaran


Setelah melewati proses bleaching, bubur pulp dicetak dan dibentuk
menjadi lembaran – lembaran. Proses ini bertujuan untuk memudahkan
pendistribusian dan pengangkutan pulp. Sebelum dibentuk, bubur pulp
diencerkan terlebih dahulu menggunakan air proses dalam mixing tank. Tujuan
dari pengenceran ini adalah untuk memudahkan proses pembentukan kertas.
Pulp yang telah diencerkan kemudian dicetak dan dibentuk menjadi
lembaran – lembaran. Kemudian lembaran pulp di press untuk mengurangi
kadar air dan membuat pulp menjadi bentuk yang lebih padat. Lembaran
dikeringkan lagi menggunakan uap panas (steam) untuk mengurangi sisa kadar
air yang terkandung.

7. Proses Recovery
Tahapan selanjutnya yaitu proses recovery sisa bahan kimia pemasak yang
berguna untuk memulihkan sisa – sisa bahan kimia pemasak dengan mengolah
kembali pada unit recovery sehingga bahan – bahan kimia tersebut dapat
digunakan dalam proses di digester. Upaya ini dilakukan untuk meminimalisasi
biaya produksi dan penggunaan bahan kimia agar limbah yang membahayakan
lingkungan dapat berkurang.

2.5 Permasalahan Umum Pada Industri Kertas

Pada umumnya setiap industri mempunyai permasalahan baik di dalam sistem


proses ataupun produk yang dihasilkan. Tidak terkecuali pada industri kertas,
industri kertas mempunyai beberapa masalah di dalam pemilihan bahan baku,
metode proses yang digunakan, teknologi yang digunakan, limbah yang dihasilkan,
cost produksi yang tinggi, dan masih banyak lagi. Berikut merupakan masalah –
masalah yang sering ditemukan pada industri kertas [CITATION TTa \l 1057 ] :

1. Pemilihan bahan baku berserat yang tidak konsisten sehingga tidak mendapatkan
homogenitas pada proses pemasakan bubur

2. Konsenstrasi bahan kimia yang digunakan berlebih sehingga terjadi pemborosan


bahan baku dan pencemaran lingkungan

3. Proses pencucian pulp menggunakan air yang berlebih atau kurang efisien

4. Konsistensi kualitas kayu dalam masakan yang dapat mempengaruhi


homogenitas

5. Pemakaian air yang berlebih dalam mencuci pulp

6. Waktu perendaman dan pencucian tergolong masih lama


7. Limbah yang dihasilkan tidak diolah

Dalam[ CITATION Par11 \l 1057 ] terdapat beberapa variabel yang dapat


mempengaruhi kualitas atau penyebab faktor – faktor penyebab kecacatan pada
kertas yang dihasilkan oleh industri kertas terdiri dari lima variabel, yaitu :

1. Light
Pada variabel ini, kesalahan yang timbul dari tingkat terang suatu kertas yang
dihasilkan dapat menimbulkan dua permasalahan yaitu nilai Batas Control
Atas / Upper Control Limit (UCL) yang menyebabkan warna kertas menjadi
sangat terang dan nilai Batas Kontrol Bawah / Lower Control Limit (LCL)
warna kertas sangat gelap.
2. Dyes a
Variabel ini menjelaskan tentang pemakaian pewarna dalam produksi dengan
batas merah dan hijau. Terdapat dua permasalahan yaitu warna merah berlebih
dengan batas atas / UCL dan warna hijau yang berlebih dengan batas bawah /
LCL
3. Dyes b
Variabel selanjutnya yaitu Dyes b dengan batas pemakaian pewarna dari
kuning hingga biru. Dua permasalahan yang terjadi yaitu kuning berlebih
dengan batas atas / UCL dan biru berlebih dengan batas bawah / LCL.
4. Brightness / Tingkat Kecerahan Kertas
Variabel tentang kecerahan suatu kertas. Permasalahan yang timbul apabila
nilai skalarnya melebihi batas atas / UCL yang menyebabkan kertas sangat
cerah dan nilai skalarnya dibawah batas bawah / LCL yang menyebabkan kertas
pucat.
5. Whiteness / Tingkat Keputihan Kertas
Menjelaskan tentang tingkat putihnya suatu kertas dengan dua permasalahan
produksi yaitu nilai skalar melebihi batas atas / UCL yang menyebabkan warna
putih yang dominan dan nilai skalar dibawah batas bawah / LWL yang
menyebabkan warna tidak putih.
Pada proses terdapat masalah pitch yang dapat ditimbulkan akibat dari
penggunaan pulp kayu daun tropis campuran (Mixed Tropical Hardwood). Masalah
ini disebabkan karena adanya kandungan ekstraktif yang tinggi pada kayu jenis
MTH. Akibatnya, gangguan timbul pada mesin pembuat kertas (paper machine)
dan kualitas kertas yang dihasilkan menurun [ CITATION Ind10 \l 1057 ] . Selain
beberapa masalah diatas, terdapat juga masalah pada tempat penyimpanan bahan
baku kimia sebagai akibat dari penumpukan yang berdampak pada penurunan
kualitas bahan baku kimia dan juga meningkatkan biaya persediaan [ CITATION
Sim16 \l 1057 ].

2.1 Definisi produksi bersih

Produksi bersih atau cleaner production merupakan sebuah konsep yang


pada awalnya digagas dan diperkenalkan oleh United Nations Enviroment Program
(UNEP) Mei 1989 kemudian diajukan secara resmi pada september 1989 dalam
seminar The Promotion of upa Cleaner Production di Canterbury,dimana dalam
seminar ini dikatakan bahwasanya produksi bersih merupakan suatu strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu. (UNEP 2001)

Secara sederhana produksi bersih dapat didefinisikan sebagai penerapan


pola efisiensi produksi yang kemudian memberikan keuntungan berupa
menurunnya kadar limbah, dan juga penghematan energi yang bermuara pada
penghematan secara ekonomis dimana penghematan tersebut mecakup beberapa
cara antara lain :

1. Mengurangi pemakaian energi.


2. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam.
3. Meminimalkan limbah yang dihasilkan dengan memerhatikan nilai ekonomis
tanpa menurunkan kapasitas produksi.

2.2 Pelaksanaan Produksi Bersih


2.4.1 Prinsip - Prinsip Pokok Produksi Bersih
Untuk melaksanakan metode produksi bersih diperlukan pemahaman
terhadap prinsip prinsip yang mendukung berlangsungnya produksi bersih
dikalangan industri antara lain :

1. Win win solution

Perlu pemahaman yang baik pada semua elemen baik masyarakat,


pemerintah, maupun industri terkait keuntungan apabila produksi bersih
dilaksanakan dimana apabila seluruh elemen tersebut sadar akan betapa
menguntungkannya penerapan produksi bersih membuat semua pihak
merasa bahwa produksi bersih merupakan kebutuhan bagi setiap elemen.

2. Efisiensi proses produksi


Produksi bersih menitik beratkan kepada peningkatan efisiensi
produksi dengan cara penghematan bahan baku, energi dan sumberdaya
lainya yang menunjang proses produksi.
3. Menurunkan jumlah limbah hasil produksi
Produksi bersih merupakan skema yang dirancang untuk
meminimalisir penggunaan bahan berbahaya dan beracun selain
mengolah limbah sehingga dapat digunakan kembali dalam proses
sehingga dapat mengurangi tingkat cemaran yang dikeluarkan kepada
lingkungan
4. Perimbangan biaya dan penghematan
Produksi bersih merupakan metode yang memerhatikan nilai nilai
ekonomis dimana biaya investasi penerapan produksi bersih akan
tertutup oleh berbagai penghematan yang didapat setelah produksi bersih
ini diterapkan.
5. Kesadaran dan kerelaan
Prorgram produksi bersih ini diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran pihak pihak yang terlibat dengan berbagai keuntungan yang
ditawarkan oleh skema produksi bersih sehingga tercipta lingkungan
yang minim dari cemaran.
2.4.2 Keuntungan Penerapan Produksi Bersih
Menurut (Bratasida,1997) apabila produksi bersih diterapkan dalam
suatu industri maka dampaknya tidak hanya dirasakan oleh industri
melainkan akan dirasakan oleh masyarakat, dan pemerintah. Berikut
merupakan keuntungan apabila skema produksi bersih diterapkan :
1. Produksi bersih dapat mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan
lingkungan dengan upaya mengurangi kadar limbah, melakukan proses
daur ulang dan membuang limbah secara aman.
2. Mendukung pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
3. Dalam jangka panjang akan meningkatkan keuntungan secara ekonomis.
4. Produksi bersih dapat mencegah dan mengurangi penggunaan sumbaer
daya alam yang berlebihan Produksi bersih dapat meminimasi bahaya
kesehatan dan meningkatkan keselamatan kerja
5. Menurunkan tingkat bahaya kerja dan meningkatkan keselamatan kerja.
6. Meningkatkan daya saing produksi pada tingkat global
7. Meningkatkan citra produsen terhadap konsumen
2.4.3 Perangkat produksi bersih

Pada pelaksanaannya produksi bersih merupakan upaya mencegah,


mengurangi dan atau menghilangkan terbentuknya limbah atau pencemar
pada sumbernya, dimana upaya penurunan kadar limbah melalui tindakan
preventif lebih disukai dibanding upaya penurunan limbah dengan cara
pengolahan limbah.

Menurut (Purwanto,2013) apabila digolongkan berdasarkan prioritas,


penerapan produksi bersih dapat digolongkan menjadi :

1. Good Housekeeping
Merupakan upaya paling sederhana dalam produksi bersih dimana
metode ini dapat dilakukan dengan cara mengatur penggunaan bahan
baku, air dan energidengan tujuan produktifitas kerja dan mencegah
pencemaran lingkungan.
Berikut merupakan konsep Good Housekeeping :
1) Melakukan rasionalisasi terhadap penggunaan bahan baku, air dan
juga energi sehingga dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan.
2) Mengurangi jumlah atau kadar bahaya dalam limbah atau emisi yang
berkaitan dengan produksi.
3) Melakukan daur ulang terhadap bahan baku dan bahan kemasan
secara maksimal.
4) Memperbaiki kondisi keselamatan kerja dalam perusahaan.
5) Mengadakan perbaikan organisasi.

Dengan menerapkan konsep Good Housekeeping industri akan


merasakan manfaat secara langsung antara lain : biaya, kinerja
lingkungan hidup menjadi lebih baik, penyempurnaan organisional.
Selain itu Good Housekeeping juga dapat mengurangi dapak yang
ditimbulkan akibat kegiatan industri.

Sebagai pedoman untuk mengidentifikasi langkah yang dapat


dilaksanakan untuk menerapkan konsep Good Housekeeping dalam
perusahaan maka disusun daftar periksa yang meliputi enam bidang yang
berkaitan dengan good housekeeping antara lain : bahan, limbah,
penggunaan dan penyimpanan bahan, air dan air limbah, energi, dan
potensi keselamatan dan kesehatan kerja. Masing-masing daftar periksa
memliki serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengidentifikasi
masalah yang mungkin timbul, penyebabnya dan tingkat korektif dapat
diambil dalam lingkungan perusahaan pada bidang tersebut
(Moertinah,2008)

2. Pengelolaan bahan baku berbahaya dan beracun merupakan upaya


penanganan bahan yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi
lingkungan maupun keselamatan kerja.
Mengurangi jumlah limbah yang terbentuk dapat melalui berbagai
cara antara lain sebagai berikut :
1) Pengolaan bahan baku dengan tepat.
2) Menghindari penggunaan bahan berbahaya dan beracun
3. Penggantian bahan baku
Sedapat mungkin industri menghindari penggunaan bahan baku
yang berbahaya dan mengganti setiap bahan baku yang berpotensi
menimbulkan bahaya dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
Daur ulang merupakan upaya pengolahan limbah sehingga dapat
dimanfaatkan, dengan demikian volume limbah yang dihasilkan akan
berkurang.
4. Perbaikan prosedur operasi
Merupakan upaya pengembangan standar operasional menjadi
lebih praktis dan efisien. Pengolahan limbah merupakan salah satu
alternatif bagi industri untuk membuang limbah hasil produksi dimana
dengan pengolahan tersebut limbah dapat digunakan kembali untuk
proses produksi.
5. Memodifikasi proses dan peralatan
Merupakan upaya meningkatkan efisiensi proses dan menurunkan
limbah dengan cara memodifikasi proses dan memperbaiki peralatan
yang digunakan.
6. Penggantian teknologi
Merupakan upaya mengganti teknologi yang ada dengan untuk
meningkatkan efisiensi produksi selain mengganti teknologi dapat pula
dilakukan dengan cara mengganti tata letak alat pada proses produksi.
7. Modifikasi dan reformulasi produk
Merupakan upaya memperbarui spesifikasi produk untuk
meminimalisir dampak terhadp lingkungan.
2.3 Kendala Dalam Menerapkan Produksi Bersih
1. Kendala ekonomi
Kendala ini timbul pada beberapa kalangan pengusaha karena merasa
produksi bersih tidak memberikan timbal balik secara signifikan dalam sisi
ekonomi, contoh hambatan ekonomi antara lain :
1) Investasi peralatan yang tinggi
2) Belum ada realisasi nyata terkait keuntungan yang diberikan oleh
penerapan skema produksi bersih
2. Kendala teknologi
1) Kurangnya sosialisasi terkait penerapan produksi bersih
2) Adanya kemungkinan gangguan akibat sistem yang baru
3) Tidak ada ruang untuk menyimpanalat tambahan
3. Kendala sumber daya manusia
1) Kurangnya komitmen dalam penerapan produksi bersih
2) Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi
3) Kurangnya pelatihan terhadap sumber daya manusia mengenai produksi
bersih.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan skema review literature dimana skema
ini merupakan metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk melakukan
identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap karya karya hasil pemikiran dan penelitian
yang sudah dihasilkan oleh para peneliti dan praktisi
(Okoli & Schabram ; Ring, Mulai Ritchie, Mandava & Jepson,
2011)
Merancang Review

Mengumpulkan Data

Analisis

Menyusun dan menulis


Review

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Rancangan Tahap Penelitian

3.1 Perancangan Review

Pada tahap ini dilakukan penentuan topik, tujuan, dan ruang lingkup bahasan
study literatur. Topik penelitian ini adalah penghematan air pada industri kertas
dengan tujuan mengetahui faktor penyebab terjadinya pemborosan air pada industri
kertas dan memberikan rekomendasi teknologi yang dapat diterapkan untuk
menghemat air. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada teknologi penghemat air
pada industri kertas, kendala industri kertas dalam menerapkan teknologi dan faktor
ekonomi dalam penerapan teknologi.

3.2 Pengumpulan Data

Pada tahap ini dikumpulkan dua sumber data yakni :

1. Sumber data primer : merupakan hasil penelitian langsung praktisi pada industri
kertas dalam kurun sepuluh tahun terakhir.

2. Sumber data sekunder : merupakan bahan penunjang berupa buku atau jurnal
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian.

3.3 Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap literatur yang digunakan dalam
penelitian dilakukan dengan cara membandingkan permasalahan umum pada
berbagai industri kertas dan teknologi yang diterapkan dalam setiap literatur.

3.4 Penyusunan dan Penulisan Review

Pada tahap ini akan dilakukan penarikan simpulan terhadap seluruh literatur
untuk kemudian dituliskan menjadi sebuah review dimana luaran dari tahapan ini
berupa permasalahan umum yang dihadapi industri kertas dan teknologi yang dapat
diterapkan untuk menanggulanginya sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan
oleh industri kertas untuk melanjutkan proses produksinya.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Produksi Bersih

Pada penelitian ini disusun rekomendasi produksi bersih meliputi good house
keeping yang berkaitan dengan pengehmatan air, dimana good housekeeping
merupakan upaya yang dilakukan perusahaan secara mandiri dalam
memberdayakan sumber daya untuk mengatur penggunaan energi, bahan baku, dan
air secara optimal guna mencegah pencemaran lingkungan (KLH,2003).

4.2 Masalah Pada Industri Kertas

Menurut (Tawonpanich dkk,) industri kertas yang memiliki masalah dalam


persiapan bahan baku yaitu inkonsistensi tingkat homogenitas pulp dalam proses
produksi.

Menurut (Nugraha, dan Susanti,), (Haryono), dan (Firdaus, dkk,) industri


kertas yang mereka teliti memiliki masalah kehilangan serat pada tahap preparasi
bahan baku maupun proses produksi.

Menurut (Anh. Tuong) industri kertas yang telah diteliti memiliki


permasalahan berupa kebocoran pipa, dan kehilangan serat pada proses produksi
akibat tingginya kadar non-serat dalam bahan baku.

Dapat dilihat bahwasanya permasalahan industri kertas secara umum meliputi


proses persiapan bahan baku dan kehilangan serat pada proses produksi. Hal
tersebut dapat menyebabkan meningkatnya kebutuhan air pada industri kertas / ton
produksi.

4.3 Produksi Bersih dan Peluang Produksi Bersih


Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang preventif
dan terpadu untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat produksi (UNEP,
2003). Berikut merupakan produksi bersih yang telah diterapkan dan peluang
produksi bersih yang dapat diterapkan pada berbagai industri kertas :

A. Industri Kertas Berbahan Dasar Mulberry di Thailand

Peluang produksi bersih yang dapat diterapkan pada industri kertas


berbahan dasar mulberry antara lain :

1. Proses Penambahan Bahan

 Jumlah kayu harus konsisten tiap satu kali proses pemasakan agar terjadi
homogenisasi pada pemasakan pulp
 Konsentrasi optimum bahan kimia perlu diperhatikan pada setiap grade
materi kayu bagian dalam mulberry untuk menghindari kelebihan
pemakaian bahan kimia.
 Pencucian secara counter current diperlukan dan juga pencucian secara
batch untuk menghemat air. Pengaplikasian gelembung udara dan teknik
ultrasonic menarik untuk digunakan agar meningkatkan efisensi
pembilasan.
 Air dari tahapan pencucian dapat digunakan kembali pada proses
perendaman. Tentunya dengan memperhatikan efek dari pemakaian
kembali air terhadap karakteristik pulp
 Direkomendasikan mixing untuk mengurangi waktu proses perendaman,
pemasakan, dan pencucian
 Otomasi kontrol air disarankan untuk menghemat air
 Daur ulang air limbah akhir yang digunakan untuk proses sangat
diperlukan. Treatments air limbah seperti reverse osmosis atau ozone
untuk meningkatkan kualitas air
 Air limbah dari tiap tahap harus dipisahkan dan diolah secara terpisah.
Treatment tambahan perlu dipertimbangkan untuk air limbah dari tahap
pulping yang mengandung molekul lignin dan tannin.
2. Modifikasi alat

 Steam digester dengan arah berlawanan / counter curent dapat


meningkatkan konsistensi dari pemasakan kayu.
 Desain baru dari digester dengan penutup dan sampling ports guna
menghemat energi dan mengecek kualitas dari pulp yang dimasak secara
manual.
 Sistem perpipaan daur ulang dipasang pada tahap pencucian dan
perendaman
 Modifikasi pada sistem pencucian menjadi aliran counter current setelah
tahap pemasakan dan bleaching
3 Pengunaan Bahan kimia alternatif.
 Hidrogen peroxide atau sodium peroxide dapat digunakan selain
penggunaan NaOH
 Ledakan uap digunakan sebagai pretreatment raw material sebelum tahap
pemasakan guna mengurangi pemakaian NaOH.
 Oksigen dan ozon dengan atau tanpa hidrogen peroxie dapat
dimanfaatkan pada tahap bleaching.

4. Alternatif pengolahan air limbah

 Cahaya matahari dan temperatur yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk


pengolahan menggunakan microalgae. Pengolahan ini sangat ramah
lingkungan, tanpa tambahan bahan kimia, dan biaya yang digunakan juga
kecil. Selain itu, biomassa dari microalgae dapat dikeringkan dan
digunakan untuk pakan hewan dan fertilizer
B. Perusahaan Pulp and Papper di Serang

Peluang produksi bersih yang dapat diterapkan :

1. White Water Recovery di Stock Preparation 3/6


Pengolahan air sisa produksi atau back water. Penambahan zat kimia
ke dalam air sisa produksi guna memisahkan serat dengan air menggunakan
alat purgomat yang dikendalikan dengan sistem Distribution Control
System (DCS). Air yang telah terpisah dari serat (White Water) akan
digunakan kembali untuk proses produksi. Sedangkan serat yang telah
terpisah akan di press untuk mengurangi kadar airnya lalu dikirim ke
penyimpanan bahan baku.

2. Penerapan Produksi Bersih di Paper Machine

Ada beberapa tindakan seperti House Keeping dan juga reuse yaitu
diantaranya :

a. Mengurangi Fiber Loss

 Pengoptimalan kinerja mesin produksi di paper machine


 Sebulan sekali dilakukan kontrol terhadap mesin
 Menjaga formula bahan yang digunakan

b. Efisiensi Bahan Kimia

 Dosis bahan kimia dikurangi tanpa mengurangi kualitas produk


 Memilih bahan baku yang minim penggunaan tambahan bahan kimia
seperti waste paper

c. Efisiensi Penggunaan Steam

 Uap panas yang lolos ke lingkungan dapat ditekan

d. Mengurangi Terjadinya Broke

 Mengatur turbulensi pulp yang menuju headbox


 Mengatur tekanan roll ketika proses pressing, agar tidak memutus
lembaran kertas
 Mengontrol kualitas pulp agar terbebas dari pengotor yang dapat
menghambat kerja pada paper machine

e. Reuse Broke
 Melakukan reuse lembaran kerja yang terputus (broke) akibat adanya
kotoran yang terbawa atau akibat dari tekanan yang terlalu kuat di
paper machine. Broke akan dikrim kembali ke machine test untuk
diolah dari tahapan awal paper machine.

f. Recycle di Finishing

 Produk yang mengalami kecacatan seperti sobek, kotor, adanya


gelombang, akan dikirim ke tempat penyimpanan bahan baku untuk
diolah kembali dari tahap awal proses produksi sebagai bahan baku.
C. Industri Pulp and Papper di Vietnam

Peluang produksi bersih yang dapat diterapkan :

1. Tata Graha Yang Baik

 Pemisahan inti halus dan debu ampas tebu menggunakan layar pemisah
 Perbaikan belt conveyor guna mencegah timbulnya tumpahan ampas
tebu
 Keran air diganti dengan jenis lain agar terhindar dari kebocoran
 Katup penutup otomatis dipasang untuk meminimalisasi pemborosan
air
 Pipa uap diisolasi
 Digester diisolasi
 Pembersihan gulungan pada paper machine agar kertas tidak pecah

2. Kontrol proses yang lebih baik

 Cairan hitam pekat awal dipisahkan


 Indikator konsistensi dipasang
 Ukuran pemotong tepi disesuaikan agar mengurangi kerugian
pemangkasan sisi
 Air lunak dimanfaatkan sebagai air umpan boiler
 Pemasangan unit pemulihan serat (saveall)
 Waktu pemukulan dikurangi
 Digester diperbesar

3. Daur ulang

 Cairan hitam pekat dimanfaatkan sebagai aditif bahan konstruksi.


D. PT Perawang Industri Pulp and Papper.

Sumber limbah beserta opsi produksi bersih

1. Reject cleaner (menghasilkan limbah cair) mulanya air sisa proses


dimasukan kedalam penampung kemudian dipisahkan antara padatan dan
cairan, dimana air yang terpisah dibuang langsung ke lingkungan. Opsi
produksi bersih yang ditawarkan adalah menggunakan air kembali dengan
cara mengirimkannya ke tangki save all.

2. Machine screen (menghasilkan limbah cair) mulanya air sisa olahan dari
machine screen yang mengandung fiber langsung dibuang ke lingkungan.
Opsi produksi bersih air sisa olahan dialirkan menuju reject cleaner untuk
mendapat perlakuan yang sama.

3. Wire and press part (menghasilkan limbah cair) banyak air yang terbuang
pada unit ini. Opsi produksi bersih membuat penampung air dan
menggunakan kembali air untuk produksi.

Hasil penerapan produksi bersih yaitu turunnya kualitas limbah yang


dihasilkan dimana pada awalnya limbah yang keluar memiliki nilai TSS
1012,98 mg/L menjadi 256,59 mg/L terjadinya penurunan kebutuhan air dari
12 t/ ton paper menjadi 8 t/ ton paper.

E. PT Pindo Delli Industri Kertas

a. Produksi bersih yang telah diterapkan

 Penggunaan sumber daya secara efisien dan melakukan upaya konservasi.


 Penggantian bahan baku dan bahan penolong.
 Modifikasi proses.
 Formulasi produk.
 Pemeliharaan dan peningkatan kebersihan.
 Minimasi penggunaan air dan energi.
 Penerapan goodhousekeeping.
 Pelatihan

Uraian lebih detail terkait produksi bersih yang diterapkan PT. Pindo Deli

1. Penjadwalan produksi per cycle

2. Pemasangan kropta (untuk recovery fiber)

Prinsip kerja kropta ini sama seperti clarifier dimana fungsi dari kropta
sendiri untuk memisahkan serat dengan air dari limbah white water.

3. Pengoprasian incleaner screen.

Dilakukan pada mesin stock preparation (PM 3-4) sehingga fiber


yang terbuang dapat diolah kembali menjadi bahan baku duplex.

b. Rekomendasi produksi bersih

1. Peningkatan goodhousekeeping.

2. Analisis terhadap pulp sebelum digunakan.

3. Mengganti mesin lama dengan mesin baru.

4. Daur ulang terhadap limbah sludge.

5. Melakulan daur ulang pada unit stock preparation.

F. Panduan Produksi Bersih Gujarat

Menurut Gujarat Cleaner Production Centre-Envis Centre ada beberapa


peluang produksi bersih yang dapat diterapkan pada industri kertas antara lain :

1. Produksi Bersih Pada Bahan Baku


 Menjaga kandungan air pada penyimpanan bahan baku.
 Mengunakan bahan kimia sesedikit mungkin dan mengadakan
penyimpanan khusus untuk bahan baku yang jarang dipakai.
 Memeanfaatkan uap panas sisa produksi untuk proses pretreatment
bahan sebelum tahap digesti untuk mengurangi penggunaan NaOH.
2. Produksi bersih Pada Proses pembuatan pulp
 Meningkatkan efisiensi pembersihan zat organik dan anorganik agar
konsumsi bahan kimia yang digunakan pada proses cooking tidak
terlalu tinggi.
 Kualitas kulit kayu pada proses pemasakan harus konsisten agar
menghasilkan pulp yang homogen.
 Pencucian pulp secara counter current lebih disarankan untuk
penghematan air.
 Penggunaan air kondensat dari evaporator.
 Melakukan proses repulping terhadap bahan yang tidak lolos
penyaringan lebih baik daripada dimasukkan ke dalam landfill.
 Melakukan sentrifugasi pulp untuk mengurangi kandungan pengotor.
3. Recovery bahan kimia
 Penggunaan teknologi terbaru seperti ion exchange heat exchanger
dan lain-lain.
 Peningkatan parameter teknis pada recovery boiler atau pemanasan.
 Menggunakan sensor kebocoran gas untuk keselamatan kerja.
 Dearator tank disimpan di atas boiler untuk mengurangi penambahan
air.
4. Produksi bersih pada proses bleaching
 Mengurangi agen pemutih klorin
 Melanjutkan penelitian bioteknologi dan elektrokimia pada proses
bleaching
 Oksigen dan ozon dengan atau tanpa H2O2 dapat dimanfaatkan pada
proses bleaching.
5. Produksi bersih pada proses pembuatan kertas
 Pembersihan roll pada mesin kertas untuk mengurangi kerusakan pada
kertas.
 Penambahan mata pisau untuk mengurangi potongan yang hilang.
 Penggunaan soft water sebagai air umpan boiler.
 Melakukan recycle air kondensat dari evaporator.
 Mengoptimalkan efek termal pada penggunaan air dalam mesin kertas
dan area persiapan bahan baku.
 Mengetahui keselamatan kerja terkait mesin kertas.
 Melakukan repulping rejected paper pada lintasan tertutup.
6. Proses recycle dan reduce
 Peningkatan jumlah proses recycling.
 Penggunaan kemasan yang ramah lingkungan.
 Air bilas dapat digunakan kembali pada tahap perendaman.
 Melakukan proses perendaman diserta pengadukan agar mengurangi
waktu perendaman, pemanasan dan pencucian.
 Air bilas dari setiap tahapan proses sebaiknya dipisahkan dan diolah
secara terpisah.
 Melakukan proses recycle system perpipaan pada tahap pencucian dan
perendaman.

4.4 Solusi Penghemat air pada Industri kertas

Penyebab borosnya air antara lain persiapan bahan baku dan kehilangan serat
akibat kurang disiplinnya pekerja sehingga perlu diberlakukan konsep produksi
bersih sesuai dengan skala prioritas penerapan produksi bersih antara lain :

1. Good Housekeeping
a. Pembuatan SOP terkait Penggunaan alat dan bahan baku.
 Penerapan sistem produksi per cycle.
b. Menjaga kandungan air pada bahan baku agar tidak cepat rusak.
c. Membuat penyimpanan khusus untuk bahan baku yang jarang dipakai.
d. Dilakukan pemisahan terhadap inti serat dan ampas kayu sebelum proses
produksi.
 Pemasangan incleaner screen.
e. Melakukan isolasi terhadap pipa dan digester.

f. Efisiensi bahan kimia

 Dosis bahan kimia dikurangi tanpa mengurangi kualitas produk


 Memilih bahan baku yang minim penggunaan tambahan bahan kimia
seperti waste paper
f. Efisiensi Penggunaan Steam
g. Mengurangi terjadinya Broke
 Mengatur turbulensi pulp yang menuju headbox
 Mengatur tekanan roll ketika proses pressing, agar tidak memutus
lembaran kertas
 Mengontrol kualitas pulp agar terbebas dari pengotor yang dapat
menghambat kerja pada paper machine
h. Perbaikan komponen
i. Pembersihan gulungan pada paper machine agar kertas tidak pecah
j. Melakukan analisis terhadap bahan baku.

2. Mengurangi kehilangan serat

 Dilakukan pemasangan clarifier untuk limbah cair hasil produksi sehingga air
dan serat akan terpisah untuk kemudian dapat kembali dimanfaatkan dalam
produksi kertas.

3. Melakukan alternatif pengolahan limbah.

Apabila industri terhambat faktor ekonomi dalam memasang clarifier untuk mengolah
limbah cair maka dapat diterapkan alternatif pengolahan limbah dimana menurut
(Simao, Hotza dkk, 2018) limbah cair Industri pulp and papper dapat dimanfaatkan oleh
beberapa sektor antara lain; pertanian, konstruksi, dan energi sehingga dapat
memberikan dampak positif secara finansial bagi industri.

Anda mungkin juga menyukai