MODUL : Inhibitor
PEMBIMBING : Ir. Retno Indarti MT
Disusun oleh:
Kelompok 6
+3 +3
Contoh: Arsen (AS ), antimon (Sb ), fosfor (P), kation positif
+2 +2 +2
dari logam divalent (seperti Zn , Pb , dan Fe ), air sadah yang
mengandung kalsium bikarbonat, soda, dan polifosfat. Inhibitor
katodik dibedakan menjadi:
Inhibitor racun : Contohnya : As2O3, Sb2O3. Inhibitor jenis ini
menghambat penggabungan atom-atom Had menjadi molekul gas
H2 di permukaan logam, dapat mengakibatkan perapuhan hidrogen
pada baja kekuatan tinggi. Dan bersifat racun bagi lingkungan
Inhibitor presipitasi katodik : mengendapkan CaCO3, MgCO3,
CaSO4, MgSO4 dari dalam air. Contoh : ZnSO4 + dispersan.
Oxygen scavenger : mengikat O2 terlarut
Contoh : N2H4 (Hydrazine) + O2 N2 + 2 H2O
Hydrazine diinjeksikan di up stream Deaerator dalam sistem WHB
(Waste Heat Boiler) dan WHR (Waste Heat Recovery) di unit
pabrik Ammonia maupun Utilitas.
2. Inhibitor Anodik
Inhibitor anodik adalah zat yang ditambahkan ke dalam elektrolit,
sehingga mampu menahan terjadinya reaksi anodic dioksida. Inhibitor
ini berakibat potensial korosi bergerak ke arah positif. Contoh :
kromat, nitrat, dan nitrit yang merupakan inhibitor anodic oksidator
(efektif tanpa oksigen), sedangkan inhibitor non oksidator (efektif
hanya dengan adanya oksigen terlarut) seperti boraks, fosfat, silikat.
Inhibitor anodic merupakan inhibitor yang sangat efektif dan
digunakan secara luas, tetapi jenis inhibitor ini mempunyai sifat yang
tidak diinginkan, yaitu bila kandungan atau konsentrasi inhibitor tidak
cukup melapisi semua permukaan anodic, sehingga mengakibatkan
terjadinya korosi sumuran (pitting). Dengan demikian, inhibitor anodic
sering disebut sebagai inhibitor yang berbahaya. Pengaruh konsentrasi
inhibitor terhadap korosinya dapat ditunjukkan seperti gambar berikut.
Keringkan
Timbang dan
catat berat
Timbang berat
plat akhir
3.2.3.2. Dengan aerasi
Keringkan
Timbang dan
catat berat plat
Diamkan selama
7 hari
Timbang berat
plat akhir
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Pengamatan
Lingkungan Perlakuan Luas Berat awal Berat akhir Selisih
Logam
elektrolit permukaan logam logam(gram) berat
logam (cm2) (gram) (gram)
1.
NaCl (tanpa aerasi)
2.
NaCl + Borax (tanpa aerasi)
3.
NaCl + K2Cr2O7 (tanpa
aerasi)
4.
NaCl + CaO (tanpa aerasi)
5.
NaCl (dengan aerasi)
6.
NaCl + Borax (dengan
aerasi)
7.
NaCl + K2Cr2O7 (dengan
aerasi)
8.
NaCl + CaO (dengan aerasi)
Tanpa aerasi
Dengan aerasi
NaCl 31,0
Dengan Aerasi
NaCl 49,8
3. Saeful Hidayat
Pada praktikum kali ini dilakukan korosi logam baja dalam larutan NaCl dengan
memvariasikan beberapa kondisi ( ditambah inhibitor) da nada yang tidak menggunakan
inhibitor, dalam praktikum kali ini inhibitor yang digunakan adalah borax CaO dan juga kalium
dikromat, secara teoretis seharusnya laju korosi logam dengan inhibitor semakin menurun namun
dalam praktikum kali ini hal tersebut tidak terlihat, diduga hal tersebut terjadi karena beberapa
factor antara lain sebagai berikut :
1. Jumlah inhibitor yang tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan belum terbentuknya
lapisam pasif dalam permukaan logam
2. Adanya oksigen yang terlarut sehingga mampu mempercepat proses korosi.
Selain itu praktikum dilakukan dengan cara aerasi dan tanpa aerasi dimana dari hasil praktikum
sudah sesuai dengan teori ketika logam di aerasi laju korosi logam semakin meningkat.
4. Sahrul Mulyadi
Berdasarkan hasil praktikum ini kita dapat mengetahui pengaruh inhibitor terhadap laju
korosi. Untuk mengetahui pengaruh korosi tersebut digunakan NaCl 3,56 gpl sebanyak 2 liter.
NaCl tersebut dibagi kedalam 8 gelas plastik. Setiap 2 gelas plastik diisi larutan yang sama yaitu
NaCl sebagai pembanding, NaCl+borax 1%, NaCl+ K2Cr2O7 2% dan NaCl+CaO 1%. Semua
gelas plastik yang berisi larutan diisi logam Fe. Gelas pertama dari semua larutan di diamkan
selama 7 hari dan atasnya ditutup alumunium foil. Sedangkan gelas kedua di berikan aerasi
dengan cara diaduk selama 1 jam, setelah itu didiamkan selama 7 hari tanpa ditutup.
Setelah 7 hari dapat dihitung laju korosi dari masing-masing logam Fe, hasilnya
menujukkan bahwa di larutan tanpa laju korosi yang berada pada larutan NaCl+CaO 1% lebih
kecil dibanding yang lainnya yaitu sebesar 14 mdd, hal ini menunjukkan bahwa CaO berfungsi
sebagai inhibitor atau berfungsi memperlambat laju korosi, sedangkan dalam larutan NaCl+borax
laju korosinya terbesar dari yang lainnya.
Sedangkan dalam larutan dengan aerasi laju korosinya lebih besar dibandingkan dengan
larutan tanpa aerasi, hal ini disebabkan karena aerasi akan menambah oksigen terlarut dalam air,
sedangkan oksigen dapat mempercepat terjadinya korosi. Sedangkan untuk lingkungan
berdasarkan data diatas, pH 8 memberikan laju korosi yang lebih kecil dibanding lingkungan
yang lain.
BAB VI
KESIMPULAN
Setelah dilakukan praktikum dapat diketahui bahwa laju korosi logam baja dalam larutan
NaCl dengan dan tanpa inhibitor adalah sebagai berikut :
Dengan mekanisme korosi sebagai berikut, ketika logam besi dicelupkan kedalam NaCl
maka ion ion Cl akan bereaksi dengan Fe dan mampu mengikis lapisan pasif yang ada
pada permukaan logam.
Secara teoretis seharusnya inhibitor dapat memperkecil laju korosi namun pada
praktikum yang kami lakukan hal tersebut tidak terjadi, dikarenakan faktor faktor yang
telah dijelaskan dalam pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nathan, Corrosion Inhibitor.
2. Ngatin, A, Drs. MT. dkk. 2002. “Teknik Pengendalian Korosi”. Jurusan Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Bandung.