Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Inhibitor
PEMBIMBING : Ir. Retno Indarti MT

Tanggal Praktikum : 28 Maret 2019


Tanggal Penyerahan Laporan : 4 April 2019

Disusun oleh:
Kelompok 6

Regina Taskia Amalia (171411022)


Riza Yuliawati Nurhalipah (171411023)
Saeful Hidayat (171411024)
Sahrul Mulyadi (171411025)
Kelas : 2A D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk melindungi komponen suatu logam dengan menggunakan inhibitor. Bahan
inhibitor menguntungkan untuk menangani logam-logam besi karena dapat menghambat
laju korosi. Di industri, inhibitor berfungsi untuk mengurangi korosivitas lingkungan.
Di boiler sering ditambahkan inhibitor fodfat maupun hidrazine. Hidrazine sering disebut
sebagai oksigen sxavenger yang efektif untuk mengambil oksigen dari lingkungan,
sehingga elektrolit dalam boiler korosivitasnya berkurang dan menyebabkan laju korosi
menjadi turun. Karena pentingnya inhibitor di industri,maka praktikum ini penting untuk
dilakukan.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan proses korosi logam baja dalam larutan NaCl.
2. Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh inhibitor kalium dikromat dan borax
terhadap laju korosi baja dalam larutan NaCl.
3. Mahasiswa dapat menghitung laju korosi logam baja dalam larutan NaCl, NaCl dan
kalium dikromat, NaCl dan borax serta NaCl dan kalsium oksida
BAB II
DASAR TEORI

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan


lingkunganyang korosif. Korosi juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam
karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. (Putri dkk,
2012). Proses pencegahan korosi dapat dilakukan, di antaranya dengan pelapisan pada
permukaan logam, perlindungan katodik, penambahan inhibitor korosi dan lain-lain.
Sejauh ini, penggunaan inhibitor merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
mencegah korosi, karena biayanya yang nodice murah dan proses yang sederhana.
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat
suatu reaksi kimia. Inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke
dalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu
terhadap suatu logam. Umumnya inhibitor berasal dari senyawa-senyawa nodic dan
anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan nodice bebas,
seperti nitrit, pospat, dan lain-lain. (Anonim, 2012)
Bahan inhibitor menguntungkan untuk menangani logam-logam besi karena
dapat menghambat laju korosi. Inhibitor merupakan metoda perlindungan yang
fleksibel, yaitu mampu memberikan perlindungan dari lingkungan yang kurang
agresif sampai pada lingkungan yang tingkat korosifitasnya sangat tinggi, mudah
diaplikasikan (tinggal tetes), dan tingkat keefektifan biayanya paling tinggi karena
lapisan yang terbentuk sangat tipis sehingga dalam jumlah kecil mampu memberikan
perlindungan yang luas pada logam. Inhibitor yang saat ini biasa digunakan adalah
sodium nitrit, kromat, fosfat, dan garam seng. (Putri dkk, 2012)
a. Jenis inhibitor berdasarkan bahan dasarnya
1. Inhibitor Organik : Menghambat korosi dengan cara teradsorpsi
kimiawi pada permukaan logam, melalui ikatan logam-heteroatom.
Inhibitor ini terbuat dari bahan nodic. Contohnya adalah : gugus amine,
tio, fosfo, dan eter. Gugus amine biasa dipakai di anodic boiler.
2. Inhibitor Inorganik : Inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik.
b. Jenis inhibitor berdasarkan reaksi yang dihambat
1. Inhibitor katodik
Inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadinya
reaksi di katoda (reduksi), karena pada daerah katodik terbentuk
logam hidroksida (MOH) yang sukar larut dan menempel kuat
pada permukaan logam sehingga menghambat laju korosi. Dengan
berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju permukaan elektroda,
maka hydrogen overvoltage akan meningkat sehingga menghambat
reaksi evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi. Pada
reaksi ini, inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan
senyawa yang mengendap di permukaan katoda, sehingga menyelimuti
katoda dari elektrolit dan mencegah masuknya oksigen. Inhibitor yang
banyak digunakan untuk tipe ini adalah larutan garam seng dan
magnesium yang membentuk hidroksida tidak larut, kalsium yang
menghasilkan karbonat dan polifosfat. Reaksi katodik di lingkungan
+
asam: 2H + 2e → H2 Pembentukan gas hidrogen dapat
dikendalikan oleh peningkatan sistem seperti yang ditunjukkan
gambar di bawah
ini.

Gambar 1. Polarisasi Katodik

+3 +3
Contoh: Arsen (AS ), antimon (Sb ), fosfor (P), kation positif
+2 +2 +2
dari logam divalent (seperti Zn , Pb , dan Fe ), air sadah yang
mengandung kalsium bikarbonat, soda, dan polifosfat. Inhibitor
katodik dibedakan menjadi:
 Inhibitor racun : Contohnya : As2O3, Sb2O3. Inhibitor jenis ini
menghambat penggabungan atom-atom Had menjadi molekul gas
H2 di permukaan logam, dapat mengakibatkan perapuhan hidrogen
pada baja kekuatan tinggi. Dan bersifat racun bagi lingkungan
 Inhibitor presipitasi katodik : mengendapkan CaCO3, MgCO3,
CaSO4, MgSO4 dari dalam air. Contoh : ZnSO4 + dispersan.
 Oxygen scavenger : mengikat O2 terlarut
Contoh : N2H4 (Hydrazine) + O2 N2 + 2 H2O
Hydrazine diinjeksikan di up stream Deaerator dalam sistem WHB
(Waste Heat Boiler) dan WHR (Waste Heat Recovery) di unit
pabrik Ammonia maupun Utilitas.
2. Inhibitor Anodik
Inhibitor anodik adalah zat yang ditambahkan ke dalam elektrolit,
sehingga mampu menahan terjadinya reaksi anodic dioksida. Inhibitor
ini berakibat potensial korosi bergerak ke arah positif. Contoh :
kromat, nitrat, dan nitrit yang merupakan inhibitor anodic oksidator
(efektif tanpa oksigen), sedangkan inhibitor non oksidator (efektif
hanya dengan adanya oksigen terlarut) seperti boraks, fosfat, silikat.
Inhibitor anodic merupakan inhibitor yang sangat efektif dan
digunakan secara luas, tetapi jenis inhibitor ini mempunyai sifat yang
tidak diinginkan, yaitu bila kandungan atau konsentrasi inhibitor tidak
cukup melapisi semua permukaan anodic, sehingga mengakibatkan
terjadinya korosi sumuran (pitting). Dengan demikian, inhibitor anodic
sering disebut sebagai inhibitor yang berbahaya. Pengaruh konsentrasi
inhibitor terhadap korosinya dapat ditunjukkan seperti gambar berikut.

Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Anodik


Inhibitor anodik adalah inhibitor yang menghambat reaksi oksidasi.
Fe + OH- FeOHad + e-
FeOHad + Fe + OH- FeOHad + FeOH+ + 2e-
Molekul anodic teradsorpsi di permukaan logam, sehingga katalis
FeOHad berkurang akibatnya laju korosi menurun. Contoh inhibitor
anodic adalah molibdat, silikat, fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat.
Inhibitor jenis ini sering dipakai / ditambahkan pada saat chemical
cleaning peralatan pabrik.

3. Inhibitor campuran : Campuran dari inhibitor katodik dan anodic


Inhibitor campuran merupakan gabungan antara inhibitor anodic
dan inhibitor katodik. Biasanya dalam inhibitor campuran
mengandung salah satu bahan oksidator seperti kromat, nitrit, dan
bahan non oksidator. Contoh aplikasi dari inhibitor campuran
adalah senyawa kromat dan ortofosfat dalam air garam, senyawa
kromat dan polifosfat sebagai inhibitor anodic dan katodik.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat Bahan Kimia
Gelas kimia 1000 ml 6 buah Kertas Amplas
Logam baja ukuran 2 cm x 10 cm 6 buah Larutan NaCl 3,56 gpl, buat dalam gelas
kimia 1000 ml

Spatula K2Cr2O7 2 % sebanyak 50 ml


Batang Pengaduk Borax 1% sebanyak 50 ml
Spatula CaO 1% sebanyak 50 ml
Larutan Etanol

3.2. Prosedur Kerja

3.2.1. Persiapan benda kerja

Mengamplas semua Mencelupkan benda


Menyiapkan 8 buah kerja ke etanol
pelat baja hingga
pelat baja
bersih selama ±3 menit

mengukur luas mengeringkan dan mencuci benda kerja


permukaan semua timbang semua benda dengan air sampai
pelat baja kerja bersih
3.2.2. Persiapan larutan

Membuat Membuat Membuat Membuat


larutan NaCl larutan K2Cr2O7 larutan borax larutan CaO 1%
3,56 gpl 2% 50ml 1% 50 ml 50 ml

Menambahkan Menambahkan Menambahkan


inhibitor CaO inhibitor borax inhibitor K2Cr2O7
sebanyak 5 ml ke sebanyak 5 ml ke sebanyak 5 ml ke
dalam larutan NaCl dalam larutan NaCl dalam larutan NaCl

3.2.3. Proses korosi


3.2.3.1. Tanpa aerasi
4 buah logam Ampelas
baja

Masukkan dalam larutan etanol


90%

Keringkan

Isolasi dan hitung luas logam

Timbang dan
catat berat

Logam 1 Logam 2 Logam 3 Logam 4

Larutan NaCl Larutan NaCl + Larutan NaCl + Larutan NaCl +


Larutan nitrit Larutan borax Larutan CaO

Diamkan selama 7 hari

Timbang berat
plat akhir
3.2.3.2. Dengan aerasi

4 buah logam Ampelas


baja

Masukkan dalam larutan etanol 90%

Keringkan

Isolasi dan hitung


luas logam

Timbang dan
catat berat plat

Logam 1 Logam 2 Logam 3 Logam 4

Larutan NaCl Larutan NaCl + Larutan NaCl + Larutan NaCl +


Larutan nitrit Larutan borax Larutan CaO

Aerasi selama 30 menit

Diamkan selama
7 hari

Timbang berat
plat akhir
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Pengamatan
Lingkungan Perlakuan Luas Berat awal Berat akhir Selisih
Logam
elektrolit permukaan logam logam(gram) berat
logam (cm2) (gram) (gram)

NaCl Tanpa aerasi 9,31 8,9848 8,9646 0,0202


1
NaCl + Borax Tanpa aerasi 9,12 9,2381 9,2083 0,0298
2
9,5 9,4934 9,4698 0,0236
3 NaCl + K2Cr2O7 Tanpa aerasi

NaCl + CaO Tanpa aerasi 9,69 10,3238 10,3143 0,0095


4
NaCl Dengan aerasi 9,12 9,6469 9,6151 0,0318
5

NaCl + Borax Dengan aerasi 8,82 8,5188 8,4892 0,0296


6

NaCl + K2Cr2O7 Dengan aerasi 9,5 10,2056 10,1918 0,0138


7

NaCl + CaO Dengan aerasi 9,5 7,8028 7,7695 0,0333


8

4.2 Data Pengamatan


Lingkungan Perlakuan pH pH
Logam
elektrolit Awal Akhir

NaCl Tanpa aerasi 6 6


1
NaCl + Borax Tanpa aerasi 9 9
2
5 7
3 NaCl + K2Cr2O7 Tanpa aerasi
NaCl + CaO Tanpa aerasi 12 8
4
NaCl Dengan aerasi 6 6
5

NaCl + Borax Dengan aerasi 10 10


6

NaCl + K2Cr2O7 Dengan aerasi 6 8


7

NaCl + CaO Dengan aerasi 12 7


8

4.1.2 Data kondisi logam sebelum korosi

No. Lingkungan elektrolit Pengamatan t=0 hari

1.
NaCl (tanpa aerasi)

2.
NaCl + Borax (tanpa aerasi)
3.
NaCl + K2Cr2O7 (tanpa
aerasi)

4.
NaCl + CaO (tanpa aerasi)

5.
NaCl (dengan aerasi)

6.
NaCl + Borax (dengan
aerasi)
7.
NaCl + K2Cr2O7 (dengan
aerasi)

8.
NaCl + CaO (dengan aerasi)

4.1.3 Data kondisi logam setelah korosi

Tanpa aerasi
Dengan aerasi

3.1 Pengolahan Data


3.1.1 Perhitungan laju korosi

Logam Lingkungan Elektrolit Perlakuan ∆W (mg) A (dm2) r (mdd)

1 NaCl Tanpa aerasi 20,2 0,0931 31,0

2 NaCl + Borax Tanpa aerasi 29,8 0,0912 46,7

3 NaCl + K2Cr2O7 Tanpa aerasi 23,6 0,0950 35,5

4 NaCl + CaO Tanpa aerasi 9,5 0,0969 14,0

5 NaCl Dengan aerasi 31,8 0,0912 49,8

6 NaCl + Borax Dengan aerasi 29,6 0,0882 46,4

7 NaCl + K2Cr2O7 Dengan aerasi 13,8 0,0950 20,8

8 NaCl + CaO Dengan aerasi 33,3 0,0950 50,1

3.1.2 Perhitungan efisiensi inhibitor


 Tanpa Aerasi
Lingkungan Elektrolit Laju korosi (mdd)

NaCl 31,0

NaCl + Borax 46,7

NaCl + K2Cr2O7 35,5

NaCl + CaO 14,0

 Dengan Aerasi

Lingkungan Elektrolit Laju korosi (mdd)

NaCl 49,8

NaCl + Borax 46,4

NaCl + K2Cr2O7 20,8

NaCl + CaO 50,1


3.1.3 Grafik laju korosi dan efisiensi terhadap lingkungan
BAB V
PEMBAHASAN
1. Riza Yuliawati N (171411023)
Pada praktikum inhibitor korosi ini, logam yang digunakan yaitu Fe pada larutan
NaCl 3,56 gpl, borax 1%, K2Cr2O7 2% dan CaO 1% dengan logam yang memiliki luas
berbeda dan dilakukan variasi tanpa aerasi dan dengan aerasi lalu dikorosikan selama 7
hari. Logam tanpa aerasi ini adalah proses berlangsung tanpa adanya oksigen karena
praktikum ini dilakukan dengan menutupnya dengan aluminium foil. Kemudian pada
aerasi dilakukan dengan pengadukan selama 30 menit.
Setelah benda kerja disimpan didalam beberapa larutan selama 7 hari dapat
diamati bahwa semua logam menghasilkan endapan kuning pada permukaan logam dan
warna larutan menjadi warna kuning kecoklatan, pada proses aerasi yang memiliki
endapan paling banyak adalah larutan NaCl + CaO yang memiliki laju korosi 50,1 mdd
dan pada proses tanpa aerasi yang memiliki endapan paling banyak adalah larutan NaCl +
borax yang memilik laju korosi 46,7 mdd. Hal ini diduga karena NaCl memiliki ion Cl-
yang merupakan ion agresif dan larutan yang korosif. Namun berdasarkan literatur
seharusnya larutan NaCl yang memiliki laju korosi lebih besar dibandingkan dengan laju
korosi yang lainnya karena adanya inhibitor yang dapat menghambat laju reaksi, hal ini
diduga pada proses tanpa aerasi adanya pengotor dan adanya pengaruh dari lingkungan
yang menyebabkan nilai potensial menjadi lebih besar sehingga menggeser posisi pada
diagram E-Ph yang pada awalnya pasif menjadi terkorosi. pada larutan NaCl+ K2Cr2O7
tanpa aerasi laju korosi lebih besar dibandingan dengan aerasi karena K2Cr2O7 termasuk
dalam senyawa kromat yang merupakan inhibitor anodik oksidator yang efektrif tanpa
adanya aerasi. Berdasarkan pengolahan data laju korosi pada aerasi lebih besar
dibandingkan tanpa aerasi dikarenakan oksigen yang terlarut pada larutan aerasi dapat
lebih banyak bereaksi dengan ion Fe sehingga menyebabkan korosi pada logam.

2. Regina Taskia Amalia (171411022)


Pada teori inhibitor non-oksidator akan bekerja lebih optimal apabila terdapat oksigen
terlarut. Tetapi pada proses aerasi diharapkan tidak ada oksigen terlarutnya. Pada larutan NaCl
dan CaO juga memiliki laju korosi yang masih cukup besar, seharusnya penambahan inhibitor
CaO mampu menghambat proses reaksi karena kapur membentuk lapisan positif. Tetapi laju
korosi pada CaO masih relatif besar sehingga mungkin saja hal tersebut terjadi karena
penambahan CaO yang kurang tepat atau karena produk CaO yang digunakan sudah lama
sehingga inhibitor kurang optimum.
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum Inhibitor. Tujuan dari inhibitor
adalah menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia dengan cara menambahkan zat yg
dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan terhadap suatu logam. Zat yang digunakan
pada praktikum kali ini ialah NaCl, NaCl+Borax, NaCl+K2Cr2O7, NaCl+CaO.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati perubahan secara fisik dan berat pelat sebelum
dan sesudah direaksikan selama 7 hari. Proses inhibitor korosi berlangsung secara aerasi
(pengadukan) dan tanpa aerasi. Proses yang berlangsung secara aerasi pengadukannya secara
manual jadi dapat memungkinkan suatu pengadukan tidak stabil.

Logam Lingkungan Elektrolit Perlakuan r (mdd)

1 NaCl Tanpa aerasi 31,0

2 NaCl + Borax Tanpa aerasi 46,7

3 NaCl + K2Cr2O7 Tanpa aerasi 35,5

4 NaCl + CaO Tanpa aerasi 14,0

5 NaCl Dengan aerasi 49,8

6 NaCl + Borax Dengan aerasi 46,4

7 NaCl + K2Cr2O7 Dengan aerasi 20,8

8 NaCl + CaO Dengan aerasi 50,1


Dari
hasil pengamatan, lingkungan elektrolit yang diberi perlakuan dengan aerasi memiliki laju korosi
yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa aerasi. Hal ini disebabkan adanya oksigen
terlarut saat proses aerasi berlangsung.

3. Saeful Hidayat
Pada praktikum kali ini dilakukan korosi logam baja dalam larutan NaCl dengan
memvariasikan beberapa kondisi ( ditambah inhibitor) da nada yang tidak menggunakan
inhibitor, dalam praktikum kali ini inhibitor yang digunakan adalah borax CaO dan juga kalium
dikromat, secara teoretis seharusnya laju korosi logam dengan inhibitor semakin menurun namun
dalam praktikum kali ini hal tersebut tidak terlihat, diduga hal tersebut terjadi karena beberapa
factor antara lain sebagai berikut :

1. Jumlah inhibitor yang tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan belum terbentuknya
lapisam pasif dalam permukaan logam
2. Adanya oksigen yang terlarut sehingga mampu mempercepat proses korosi.
Selain itu praktikum dilakukan dengan cara aerasi dan tanpa aerasi dimana dari hasil praktikum
sudah sesuai dengan teori ketika logam di aerasi laju korosi logam semakin meningkat.

4. Sahrul Mulyadi
Berdasarkan hasil praktikum ini kita dapat mengetahui pengaruh inhibitor terhadap laju
korosi. Untuk mengetahui pengaruh korosi tersebut digunakan NaCl 3,56 gpl sebanyak 2 liter.
NaCl tersebut dibagi kedalam 8 gelas plastik. Setiap 2 gelas plastik diisi larutan yang sama yaitu
NaCl sebagai pembanding, NaCl+borax 1%, NaCl+ K2Cr2O7 2% dan NaCl+CaO 1%. Semua
gelas plastik yang berisi larutan diisi logam Fe. Gelas pertama dari semua larutan di diamkan
selama 7 hari dan atasnya ditutup alumunium foil. Sedangkan gelas kedua di berikan aerasi
dengan cara diaduk selama 1 jam, setelah itu didiamkan selama 7 hari tanpa ditutup.
Setelah 7 hari dapat dihitung laju korosi dari masing-masing logam Fe, hasilnya
menujukkan bahwa di larutan tanpa laju korosi yang berada pada larutan NaCl+CaO 1% lebih
kecil dibanding yang lainnya yaitu sebesar 14 mdd, hal ini menunjukkan bahwa CaO berfungsi
sebagai inhibitor atau berfungsi memperlambat laju korosi, sedangkan dalam larutan NaCl+borax
laju korosinya terbesar dari yang lainnya.
Sedangkan dalam larutan dengan aerasi laju korosinya lebih besar dibandingkan dengan
larutan tanpa aerasi, hal ini disebabkan karena aerasi akan menambah oksigen terlarut dalam air,
sedangkan oksigen dapat mempercepat terjadinya korosi. Sedangkan untuk lingkungan
berdasarkan data diatas, pH 8 memberikan laju korosi yang lebih kecil dibanding lingkungan
yang lain.

BAB VI
KESIMPULAN
Setelah dilakukan praktikum dapat diketahui bahwa laju korosi logam baja dalam larutan
NaCl dengan dan tanpa inhibitor adalah sebagai berikut :

Logam Lingkungan Elektrolit Perlakuan r (mdd)

1 NaCl Tanpa aerasi 31,0

2 NaCl + Borax Tanpa aerasi 46,7

3 NaCl + K2Cr2O7 Tanpa aerasi 35,5


4 NaCl + CaO Tanpa aerasi 14,0

5 NaCl Dengan aerasi 49,8

6 NaCl + Borax Dengan aerasi 46,4

7 NaCl + K2Cr2O7 Dengan aerasi 20,8

8 NaCl + CaO Dengan aerasi 50,1

Dengan mekanisme korosi sebagai berikut, ketika logam besi dicelupkan kedalam NaCl
maka ion ion Cl akan bereaksi dengan Fe dan mampu mengikis lapisan pasif yang ada
pada permukaan logam.
Secara teoretis seharusnya inhibitor dapat memperkecil laju korosi namun pada
praktikum yang kami lakukan hal tersebut tidak terjadi, dikarenakan faktor faktor yang
telah dijelaskan dalam pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Nathan, Corrosion Inhibitor.
2. Ngatin, A, Drs. MT. dkk. 2002. “Teknik Pengendalian Korosi”. Jurusan Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai