Anda di halaman 1dari 22

STUDI LITERATUR PENERAPAN TEKNOLOGI PENGHEMAT AIR

PADA INDUSTRI KERTAS

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan
pendidikan Program Studi Diploma III Teknik Kimia

Dosen Pembimbing : Ir. Emma Hermawati Muhari, MT

Oleh:
Eryan Gabriel NIM.171411006
Saeful Hidayat NIM.171411024

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dilansir dari pdamtirtabenteng.co.id Bappenas melalui kajian lingkungan


hidup streategis memproyeksikan Indonesia akan mengalami kelangkaan air absolut
pada tahun 2040 dimana kelangkaan absolut ini dapat diartikan jumlah sumber daya
tidak mampu mencukupi kebutuhan manusia, selain itu kelangkaan absolut tidak
dapat ditanggulangi dengan cara mencari sumber air baru, oleh karena itu salah satu
langkah sederhana yang mampu memperlambat terjadinya kekeringan absolut
adalah menggunakan air dengan efisien.

Pemanfaatan air bersih saat ini meliputi sekitar 70% untuk pertanian, 20 %
industri dan 10 % untuk domestik (Rahmani,2015) dapat dilihat bahwasanya
industri merupakan konsumen air terbesar kedua setelah pertanian.

Industri kertas merupakan salah satu komoditas industri besar di Indonesia.


Hingga saat ini Jumlah industri kertas di indonesia mencapai 62 perusahaan dengan
kapasitas mencapai 12,98 juta ton kertas per tahun dan 7,93 ton pulp/tahun dimana
dengan kapasitas produksi tersebut industri kertas dinobatkan kedalam delapan
sektor industri boros energi oleh kemenperin melalui situs kemenperin.go.id

Menteri Perindustrian Republik Indonesia melalui kemenperin nomor 514/M-


IND/Kep/12/2015 menyatakan bahwasanya industri kertas harus menerapkan
standar industri hijau dan salah satu persyaratan teknisnya menyatakan konsumsi
air pada proses industri pulp maksimum 65m3/ton dan industri pulp terintegrasi
kertas 45m3/ton dimana pemanfaatan air daur ulang pada industri tersebut yakni
sebesar 25%.

Namun pada praktiknya setelah dibuat aturan tersebut masih ada saja industri
kertas yang kurang memanfaatkan air daur ulang seperti dilansir dari laman
detiknews.com PT Pindo Deli III yang berlokasi di kabupaten Karawang dilarang
beroprasi. Larangan tersebut dituangkan dalam surat No. 660.1/927/PPL yang
ditandatangani Wawan Setiawan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten pada
29 April 2019. Larangan tersebut muncul karena PT Pindo Deli III terbukti
mencemari lingkungan karena membuang limbah cair ke sungai. Hal tersebut
menjdaikan konumsi air pada industri menjadi lebih tinggi dari semestinya.

Untuk mengatasi hal tersebut, tentunya semua pihak harus diuntungkan baik
industri, pemerintah, maupun masyarakat oleh karena itu kami melakukan study
literatur mengenai teknologi penghematan air pada industri kertas dengan
memperhatikan aspek produksi bersih karena menurut (Bratasida, 1997) dampak
dari produksi bersih tidak hanya dirasakan oleh industri saja, melainkan masyarakat
dan pemerintah.

1.2 Perumusan Masalah

Ditinjau dari industri ada faktor yang menyebabkan industri kertas menjadi
industri yang boros. Pada umumnya permasalahan pada industri kertas masalah
stock preparation atau persiapan bahan baku. Banyaknya serat yang hilang loss
fiber menyebabkan konsumsi utilitas menjadi lebih tinggi akibatnya nonproduct
output hasil produksi menjadi tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan peninjauan
lebih spesifik terkait proses proses yang menyebabkan loss fiber pada proses
produksi kertas dan solusi atas masalah tersebut.

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut merupakan


tujuan dari penelitian yang kami lakukan

1. Mengetahui masalah pada industri kertas yang menyebabkan pemborosan air.


2. Didapatkan rekomendasi peluang penerapan produksi bersih pada Industri
kertas.

1.4 Ruang Lingkup Masalah

Penelitian studi literatur ini dibatasi pada beberapa aspek antara lain :

1. Literatur yang digunakan digolongkan menjadi dua jenis antara lain literatur
primer ( menggunakan lima literatur berupa tesis berdasarkan penelitian praktisi )
selama 10 tahun terakhir, literatur sekunder ( menggunakan sebuah buku
internasional dan jurnal yang relevan dengan penelitian).

2. Peluang penerapan produksi bersih pada industri kertas meliputi


goodhousekeeping dan penerapan konsep 3R (Reuse, reduce dan recycle).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pulp
Pulp adalah produk antara dalam pembuatan kertas dan kertas sebagai hasil
dari pemisahan (mekanis, semikimia, dan kimia) bahan baku berserat. Bahan baku
yang digunakan adalah bahan yang mengandung selulosa seperti kayu (wood) dan
non kayu (non wood) [ CITATION Tar18 \l 1057 ] . Ketika pulp berbentuk sebagai
benda berbentuk cair, maka pulp menyerupai dengan bubur. Pulp inilah yang
merupakan bahan baku dari kertas dan produk turunan lainnya seperti polywoods
[ CITATION Nur17 \l 1057 ]. Biasanya dalam bahan baku pulp terdapat beberapa
komponen seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Pada umumnya, prinsip yang
digunakan dalam pembuatan pulp adalah pemisahan selulosa dari senyawa lignin
yang dikandung dari bahan baku [ CITATION Azh10 \l 1057 ]. Adapun syarat bahan
baku yang digunakan untuk pembuatan pulp [ CITATION THa10 \l 1057 ] adalah

1. Memiliki serat
2. Kadar selulosa terkandung lebih dari 40%
3. Kandungan lignin 25%,
4. Kadar airnya 10%,
5. Mengandung sedikit abu

2.2 Bahan Baku Proses Produksi Kertas

Pada umumnya bahan baku dasar pembuatan pulp merupakan tanaman


berserat. Namun tidak semua tanaman berserat dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan pulp karena dilihat dari nilai ekonomis dan kualitas pulp yang akan
dihasilkan untuk dapat bersaing di pasaran. Tanaman serat utama sebagai sumber
bahan baku pembuatan kertas adalah tanaman kayu. Produksi tanaman kayu bulat
di Indonesia menurut hasil pengumpulan Data Kehutanan Indonesia [ CITATION
DrS18 \l 1057 ], Indonesia memproduksi kayu bulat sebesar 49,13 juta m3.

Secara umum bahan baku yang dipakai pada industri kertas menurut uraian
[ CITATION Smo82 \l 1057 ] dalam Kurniawan et al (2013), dipisahkan menjadi dua
kelompok yaitu :
1. Tanaman Kayu (Wood)
Sumber bahan baku utama pembuatan kertas berasal dari tanaman kayu.
Tanaman kayu ini dapat ditemukan dan tersedia cukup melimpah di Indonesia.
Berdasarkan jenisnya, kayu dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Kayu Daun Jarum atau Kayu Lunak (Softwood)
Tanaman kayu daun jarum memiliki daun yang tidak sempurna
karena tidak mempunyai tangkai, helai, dan urat daun. Daunnya berbentuk
daun jarum dan serat yang dihasilkan merupakan serat panjang. Tanaman
yang termasuk ke dalam softwood yaitu jumuju, cemara, aghatis.
[ CITATION Dum82 \l 1057 ]
b. Kayu daun Lebar atau Kayu Keras (Hardwood)
Tanaman kayu daun lebar mempunyai daun yang sempurna karena
memiliki tangkai, helai, dan urat daun. Biasanya tanaman kayu daun lebar
memiliki daun lebar dan berbentuk bulat, selain itu serat yang dihasilkan
berupa serat pendek. Meskipun berserat pendek, dinding serat hardwood
lebih tebal daripada dinding serat pada tanaman softwood [ CITATION Shm11
\l 1057 ]. Tanaman yang termasuk ke dalam hardwood yaitu Acacia
Mangium, Eucalyptus sp, Albazia sp.

Adapun komponen kimia penyusun dari tanaman kayu daun jarum dan
tanaman kayu daun lebar terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Komponen Kimia Penyusun Tanaman Kayu Daun Jarum dan
Tanaman Kayu Daun Lebar

Golongan Kayu
Komponen
Kayu Daun Jarum (%) Kayu Daun Lebar (%)
Abu 0,89 0,22
Zat 2,03 1-2
Ekstraktif
Pentosan 8-13 21-24
Lignin 28-32 18-33
Selulosa 41-44 40-45
Sumber : Dumanauw, 2001 : 30

2. Tanaman Bukan Kayu (Nonwood)


Selain tanaman kayu, ada juga tanaman bukan kayu yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp. Jenis tanaman bukan kayu
yang dapat digunakan diantaranya yaitu rumput – rumputan, perdu berbatang
basah, dan tanaman berkayu lunak. Sumber serat dari tanaman bukan kayu
yang dapat diandalkan sebagai bahan baku pembuatan pulp adalah tanaman
padi (Oriza Sativa), tifa, batang pisang, rumput alang – alang, dan lain
sebagainya [CITATION Tja98 \l 1057 ]. Tanaman bukan kayu dapat ditemukan
dari hasil perkebunan, hasil pertanian, ataupun limbah industri. Tanaman
bukan kayu memiliki kandungan sel gabus atau pith. Kandungan serat inti
berasal dari pith atau sel gabus yang mengandung proporsi serat yang rendah
[ CITATION Vil09 \l 1057 ]. Serat tanaman kayu pada terdapat pada jerami, kulit
pohon, daun, dan serat rumput [ CITATION Sur12 \l 1057 ]

2.3 Jenis – Jenis Proses Pembuatan Pulp

Pada dasarnya proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk


memperoleh serat dari bahan baku berserat dengan proses secara mekanis, kimia,
dan semikimia [CITATION JPC80 \l 1057 ]. Pemisahan ini bertujuan agar selulosa
terbebas dari lignin yang dapat mempengaruhi perubahan warna pada kertas selama
pemakaian. Pada proses kimia, bahan baku pembuatan pulp dimasak didalam
bejana / digester dengan menambahkan larutan kimia yang berfungsi untuk
melarutkan komponen yang tidak diinginkan sehingga menghasilkan pulp dengan
kadar selulosa yang tinggi. Pemisahan secara kimia untuk menghasilkan serat
selulosa dengan menghilangkan lignin (delignifikasi) tanpa mendegradasi
karbohidrat.
Dalam menghasilkan selulosa dari senyawa pengikatnya ,seperti lignin,
delignifikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai metode proses yaitu mekanis,
semikimia, dan kimia [ CITATION Vii02 \l 1057 ].

1. Proses Mekanik
Proses pembuatan pulp secara mekanis dilakukan hanya dengan bantuan
air dan tanpa menggunakan bahan kimia. Proses penguraian serat dilakukan
secara paksa sehingga menghasilkan pulp dengan kualitas yang rendah. Proses
mekanis ini merupakan proses tradisional yang digunakan pertama kali dalam
pembuatan pulp dan proses ini juga telah lama ditinggalkan. Walaupun begitu,
proses ini memiliki keuntungan karena membutuhkan biaya produksi yang
rendah ([ CITATION JPC80 \l 1057 ] . Proses mekanis ini terbagi lagi kedalam
beberapa proses yaitu :
1.1. Pembuatan Pulp Kayu Asah Batu
Menggunakan mesin grinda atau mesin pengasah dalam
menghaluskan kayu menjadi bagian – bagian halus dengan bantuan
silikon karbida atau alumunium oksida. Bagian – bagian halus dari kayu
ini yang disebut dengan pulp. Serat yang terkandung dalam bahan baku
yang diasah ini menjadi rusak akibat dari proses mekanik itu sendiri.
Maka dari itu kekuatan kertas yang dihasilkan akan menjadi rendah.
1.2. Pembuatan Pulp Kayu Asah Tekan
Proses ini juga menggunakan mesin gerinda namun diberi tekanan
oleh steam dengan temperatur 105 oC – 125 oC. Sebelum memasuki
gerinda, kayu dipanaskan terlebih dahulu supaya lunak. Proses ini
menghasilkan pulp dengan kekuatan tarik dan kecerahan yang lebih
baik dibandingkan dengan proses kayu asah batu. Selain itu, energi
yang digunakan lebih rendah.
1.3. Proses Mekanik Pembaharuan
Proses ini menggunakan bantuan chip yang dimasukkan ke dalam
lempengen – lempengan logam pada tekanan atmosfir. Selanjutnya uap
disalurkan ke dalam lempengen tersebut agar chip melunak. Proses
pemisahan serat ini tidak membutuhkan energi yang besar.
1.4. Thermomekanikal Pulp
Metode ini hampir serupa seperti proses mekanik pembaharuan,
tetapi proses ini dilakukan dengan dua proses pembaharuan yaitu tahap
pertama dengan meningkatkan suhu dan tekanan agar mempermudah
pemisahan serat lalu tahapan kedua persiapan serat untuk membuat
kertas dengan temperatur ambient. High Temperature dalam proses ini
adalah 110 oC – 130 oC. Pulp yang dihasilkan memiliki daya tarik yang
cukup kuat dan proses ini tidak membutuhkan energi yang terlalu besar.
Selain itu keuntungan proses ini yaitu yield yang diperoleh sebesar 90 –
98% dengan biaya produksi yang rendah. Namun kelemahan dari
proses ini yaitu masih terdapat lignin dalam pulp sehingga mengurangi
kualitas pulp.
Kelemahan dari proses mekanis menurut Viikari (2002) adalah :
1. Kertas yang memiliki kekuatan yang rendah
2. Bila dibandingkan dengan proses kimia, pemakaian energi lebih besar
3. Proses ini hanya bisa dilakukan dengan kayu yang lunak
2. Proses Kimia
Pembuatan pulp secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
sebagai bahan untuk melarutkan senyawa pengikat yang tidak diinginkan, seperti
lignin, pada bagian – bagian kayu. Pulp kimia yang diperoleh berasal dari hasil
pemasakan menggunakan digester, yang mana dalam proses ini ditambahkan
bahan – bahan kimia yang dapat mengurangi kandungan lignin dan mengikat
serat selulosa tanpada mengurangi kadar selulosa. Yield yang dihasilkan dalam
proses kimia ini yaitu 50 % dengan kadar lignin yang rendah yaitu 3-5 %
sehingga menghasilkan kekuatan tarik kertas yang tinggi. Proses kimia ini juga
menghasilkan pulp dengan tingkat kecerahan yang tinggi karena terdapat
tahapan bleaching atau proses pemucatan warna pulp [ CITATION Vii02 \l 1057 ].
Proses kimia menggunakan bahan – bahan kimia untuk menghasilkan pulp
dengan karakter yang berbeda. Terdapat beberapa jenis proses pembuatan pulp
kimia diantaranya :
2.1 Proses Soda
Pertama kali proses ini diperkenalkan oleh C. Watt dan H. Burges
pada tahun 1850. Proses soda, yaitu proses dengan dengan sistem
pemasakan yang menggunakan senyawa alkali seperti NaOH sebagai
larutan pemasak yang ditambahkan ke dalam kolom bertekanan dengan
perbandingan 4:1 dengan jumlah kayu yang akan diolah. Setelah larutan
pemasak digunakan, larutan pemasak bekas tersebut dipekatkan kembali
dengan proses evaporasi (penguapan) dan dibakar.

2.2 Proses Sulfat (Kraft)


Proses kraft ini menggunakan Natrium Hidroksida, Natrium
Sulfida, dan Natrium Karbonat atau disebut juga dengan lindi putih.
Lindi putih ini sebagai bahan pemasak yang dihasilkan dari hasil
pemekatan dengan cara penguapan (evaporasi) dan dibakar. Leburan
lindi putih yang mengandung Natrium Karbonat (Na2CO3) ini diubah
kembali menjadi Natrium Hidroksida dan dengan Kalsium Hidroksida
(Kostisisasi), karena Na2CO3 digunakan pada proses pemasakan yang
dikenal dengan proses soda. Proses ini telah lama diganti oleh proses
kraft karena keunggulan delignifikasi yang menghasilkan kualitas pulp
yang lebih baik. Kelebihan dari proses kraft adalah pulp yang dihasilkan
memiliki daya tarik yang lebih tinggi namun sulit untuk diputihkan
sehingga warna kurang baik [ CITATION Aus75 \l 1057 ]. Selain
menghasilkan pulp yang kuat, proses kraft ini dapat digunakan untuk
jenis kayu apapun dan senyawa kimia yang digunakan dapat recoverd
dan recycled. Keunggulan besar lainnya adalah selain serat kayu seperti
lignin, dikonversi menjadi panas menggunakan boiler dalam proses
recovery panas [ CITATION Ano02 \l 1057 ].

2.3 Proses Sulfit


Proses sulfit pertama kali ditemukan pada tahun 1866 oleh
Benyamin Tilghman, yang mana proses ini menggunakan larutan kalsium
hidurogen sulfit dan belerang dioksida di dalam sistem kolom
bertekanan. Kemudian kalsium digantikan dengan magnesium atau
natrium dan ammonium sulfat yang memiliki keuntungan lebih banyak.
Proses sulfit ini bertujuan untuk menghasilkan pulp dengan selulosa yang
murni seperti kertas, tisu, dan kertas koran.
Asam sulfit sebagai cairan pemasak digunakan unuk membakar
sulfur yang akan menghasilkan sulfur oksida, sulfur ini berfungsi untuk
menyerap air sehingga menghasilkan asam sulfit. Sebelumnya, dilakukan
persiapan cairan pemasak dengan menambahkan ion hidroksida atau
karbonat. Keluaran dari cairan pemasak merupakan cairan coklat atau
cairan merah yang akan dibersihkan dari pulp yang dilakukan dengan
aliran bolak balik sekaligus menghilangkan lignin dan hemiselulosa.
Proses sulfit menghasilkan yield yang lebih rendah daripada proses kraft
dan fibers yang dihasilkan juga tidak kuat, tetapi persentase lignin yang
hilang lebih besar sehingga lebih cocok untuk membuat kertas
berkualitas tinggi [ CITATION Hol03 \l 1057 ].
3. Proses Semikimia
Proses ini merupakan penggabungan dari proses mekanis dengan proses
kimia. Proses ini dilakukan dengan mekanisme sistem secara mekanik lalu
setelahnya ditambahkan senyawa kimia seperti natrium karbonat, natrium
hidroksida, natrium sulfat dan senyawa kimia lain. Proses dan peralatan yang
digunakan pun sama dengan pembuatan pulp secara mekanis.
4. Proses Bleaching
Proses Bleaching merupakan proses penghilangan zat warna atau
pemutihan pada pulp yang berasal dari residu pengotor yang menghasilkan
warna dan lignin. Tingkat deraja putih (brightness) dari pulp dapat dipengaruhi
oleh kandungan lignin didalamnya ( Dalam mengukur kualitas pulp, digunakan
parameter yang dinamakan tingkat kecerahan (brightness) yang sudah
terstandarisasi ISO Brightness dalam skala yang absolut yaitu dari skala 0 %
untuk skala terendah dan 100% untuk skala tertinggi. Sedangkan untuk tingkat
kecerahan pada pulp berada pada skala 20% dan 90% [ CITATION Her06 \l 1057 ]
.
Proses bleaching dapat dibagi menjadi dua macam yaitu bleaching secara
kimia yang menggunakan bahan kimia pemutih dan bleaching secara biologi
menggunakan mikroorganisme tertentu yang mengandung bahan pemutih sepeti
jamur. Bahan yang digunakan pada proses bleaching kimia yaitu klorin, klorin
dioksida, hidrogen peroksida, hypoklorit, dan asam paracetik. Pulp yang
dihasilkan dari proses bleaching kimia memiliki tingkat kecerahan > 88% ISO
Brightness. Bahan kimia yang digunakan dapat menghasilkan pulp dengan
kecerahan yang hampir sama dengan pemakaian senyawa klorin. Akan tetapi
terdapat kerugian dalam proses bleaching ini, yaitu bahan – bahan kimia yang
digunakan mencemari lingkungan dan berbahaya bagi mahluk hidup bila tidak
diolah dengan baik. Biaya bahan – bahan yang digunakan pun cukup mahal
[ CITATION Her06 \l 1057 ].
Sedangkan pada proses bleaching secara biologi menggunakan bantuan
mikroorganisme yaitu bakteri yang dapat mendegradasi lignin seperti Cytopaga
sp, Phanerochaeta sp, Trametes sp, Trichoderma, dan juga jamur pelapuk putih
seperti Myceliophthorat Thermophilia Laccase, P. Chrysosporium, Dichomitus
squales, C. Subvermispora CZ-3, dan mikroba lainnya [ CITATION Vii02 \l 1057 ].
Proses ini membutuhkan bahan yang tidak terlalu mahal dan cenderung tidak
mencemari lingkungan atau aman bagi lingkungan [ CITATION Vii02 \l 1057 ].

2.4 Proses Pembuatan Pulp

Adapun tahapan proses pembuatan pulp yaitu [CITATION Pul06 \l 1057 ] :

1. Pemotongan dan Screening

Sebelum diolah, bahan baku dipotong menjadi bagian – bagian yang lebih
kecil yang selanjutnya dilakukan pengelupasan (debarking). Kayu yang sudah
dikelupas dari kulitnya akan dicacah menjadi Chip yang mempunyai ukuran
Chip Standar menggunakan alat Chipper. Setelah itu, Chip masuk ke vibrating
screening untuk melakukan sortir antara chip yang sudah memenuhi standar
dengan yang belum memenuhi standar.

2. Proses Pemasakan

Proses pemasakan ini menggunakan cairan pemasak yang dimasukkan ke


dalam digester. Bahan kimia pemasak yang digunakan membuat delignifikasi
menjadi sangat selektif sehingga dapat menghasilkan yield yang lebih tinggi
dengan sifat kekuatan pulp yang tinggi dan pulp menjadi lebih seragam.

3. Tahapan Pencucian dan Penyaringan Pulp

Setelah chip dimasak dalam digester, kemudian terbentuklah keluaran pulp


Brown Stock atau pulp yang masih kotor karena terdapat kandungan sisa bahan
kimia pemasak dan lignin yang terlarut di dalam kayu. Pengotor yang terlarut
dalam brown stock dicuci secara secara berlawanan arah, yang mana
penggunaan air panas hanya pada tahap akhir rantai pencucian. Setelah itu pulp
ditekan untuk mencapai konsentrasi sekitar 10% yang kemudian hasilnya
diencerkan dengan filtrat first oxigen press sehingga konsentrasi menjadi 12%.
Filtrat yang masih mengandung sebagian besar fiber kemudian dipisahkan
melewati proses screening.

4. O2 Delignification.

Untuk mengurangi kandungan lignin dari pulp coklat yang belum


mengalami proses pemutihan, maka dilakukan tahapn delignifikasi oksigen yang
disebut juga tahapan pre-bleaching. Selain itu fungsi dari oksigen delignifikasi
ini yaitu untuk menghemat bahan – bahan kimia mahal pada tahapan bleaching
dan sekaligus mengurangi dampak terhadap lingkungan.

5. Bleaching

Tahapan selanjutnya setelah proses pencucian yaitu proses bleaching.


Tujuan dari proses bleaching yaitu menghilangkan dan merusak struktur lignin
yang masih tersisa di dalam pulp dengan memerhatikan suhu dan waktu
pemutihan pulp. Variabel suhu dan waktu pemutihan dapat berpengaruh
terhadap target brightness yang ingin dicapai. Apabila suhu target brightness
yang rendah maka dapat mempengaruhi kualitas dari kertas yang dihasilkan
[ CITATION Kar15 \l 1057 ]

Menurut Bajpai (2006), proses bleaching melewati tiga tahap, yaitu :

1. Tahap penambahan lakase yaitu sebanyak 15% dari jumlah pulp


dengan pH 4, temperatur 40 oC, dan waktu tinggal 3 jam
2. Tahap Ep (Ekstraksi awal) dengan menambahkan NaOH 1,5%,
temperatur 70 oC, dan waktu tinggal 2 jam
3. Tahap D1 (Penambahan klorin dioksida awal) dengan pH 3,5 dan
temperatur 55 oC, dan waktu tinggal 3 jam

Pada tahapan ini, selain menggunakan klorin dioksida, bahan yang


ditambahkan adalah enzim yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan bahan
kimia berbahaya.

6. Proses Pencetakan dan Pembentukan Lembaran


Setelah melewati proses bleaching, bubur pulp dicetak dan dibentuk
menjadi lembaran – lembaran. Proses ini bertujuan untuk memudahkan
pendistribusian dan pengangkutan pulp. Sebelum dibentuk, bubur pulp
diencerkan terlebih dahulu menggunakan air proses dalam mixing tank. Tujuan
dari pengenceran ini adalah untuk memudahkan proses pembentukan kertas.
Pulp yang telah diencerkan kemudian dicetak dan dibentuk menjadi
lembaran – lembaran. Kemudian lembaran pulp di press untuk mengurangi
kadar air dan membuat pulp menjadi bentuk yang lebih padat. Lembaran
dikeringkan lagi menggunakan uap panas (steam) untuk mengurangi sisa kadar
air yang terkandung.

7. Proses Recovery
Tahapan selanjutnya yaitu proses recovery sisa bahan kimia pemasak yang
berguna untuk memulihkan sisa – sisa bahan kimia pemasak dengan mengolah
kembali pada unit recovery sehingga bahan – bahan kimia tersebut dapat
digunakan dalam proses di digester. Upaya ini dilakukan untuk meminimalisasi
biaya produksi dan penggunaan bahan kimia agar limbah yang membahayakan
lingkungan dapat berkurang.

2.5 Permasalahan Umum Pada Industri Kertas

Pada umumnya setiap industri mempunyai permasalahan baik di dalam sistem


proses ataupun produk yang dihasilkan. Tidak terkecuali pada industri kertas,
industri kertas mempunyai beberapa masalah di dalam pemilihan bahan baku,
metode proses yang digunakan, teknologi yang digunakan, limbah yang dihasilkan,
cost produksi yang tinggi, dan masih banyak lagi. Berikut merupakan masalah –
masalah yang sering ditemukan pada industri kertas [CITATION TTa \l 1057 ] :

1. Pemilihan bahan baku berserat yang tidak konsisten sehingga tidak mendapatkan
homogenitas pada proses pemasakan bubur

2. Konsenstrasi bahan kimia yang digunakan berlebih sehingga terjadi pemborosan


bahan baku dan pencemaran lingkungan

3. Proses pencucian pulp menggunakan air yang berlebih atau kurang efisien

4. Konsistensi kualitas kayu dalam masakan yang dapat mempengaruhi


homogenitas

5. Pemakaian air yang berlebih dalam mencuci pulp

6. Waktu perendaman dan pencucian tergolong masih lama

7. Limbah yang dihasilkan tidak diolah

Dalam[ CITATION Par11 \l 1057 ] terdapat beberapa variabel yang dapat


mempengaruhi kualitas atau penyebab faktor – faktor penyebab kecacatan pada
kertas yang dihasilkan oleh industri kertas terdiri dari lima variabel, yaitu :

1. Light
Pada variabel ini, kesalahan yang timbul dari tingkat terang suatu kertas yang
dihasilkan dapat menimbulkan dua permasalahan yaitu nilai Batas Control
Atas / Upper Control Limit (UCL) yang menyebabkan warna kertas menjadi
sangat terang dan nilai Batas Kontrol Bawah / Lower Control Limit (LCL)
warna kertas sangat gelap.
2. Dyes a
Variabel ini menjelaskan tentang pemakaian pewarna dalam produksi dengan
batas merah dan hijau. Terdapat dua permasalahan yaitu warna merah berlebih
dengan batas atas / UCL dan warna hijau yang berlebih dengan batas bawah /
LCL
3. Dyes b
Variabel selanjutnya yaitu Dyes b dengan batas pemakaian pewarna dari
kuning hingga biru. Dua permasalahan yang terjadi yaitu kuning berlebih
dengan batas atas / UCL dan biru berlebih dengan batas bawah / LCL.
4. Brightness / Tingkat Kecerahan Kertas
Variabel tentang kecerahan suatu kertas. Permasalahan yang timbul apabila
nilai skalarnya melebihi batas atas / UCL yang menyebabkan kertas sangat
cerah dan nilai skalarnya dibawah batas bawah / LCL yang menyebabkan kertas
pucat.
5. Whiteness / Tingkat Keputihan Kertas
Menjelaskan tentang tingkat putihnya suatu kertas dengan dua permasalahan
produksi yaitu nilai skalar melebihi batas atas / UCL yang menyebabkan warna
putih yang dominan dan nilai skalar dibawah batas bawah / LWL yang
menyebabkan warna tidak putih.

Pada proses terdapat masalah pitch yang dapat ditimbulkan akibat dari
penggunaan pulp kayu daun tropis campuran (Mixed Tropical Hardwood). Masalah
ini disebabkan karena adanya kandungan ekstraktif yang tinggi pada kayu jenis
MTH. Akibatnya, gangguan timbul pada mesin pembuat kertas (paper machine)
dan kualitas kertas yang dihasilkan menurun [ CITATION Ind10 \l 1057 ] . Selain
beberapa masalah diatas, terdapat juga masalah pada tempat penyimpanan bahan
baku kimia sebagai akibat dari penumpukan yang berdampak pada penurunan
kualitas bahan baku kimia dan juga meningkatkan biaya persediaan [ CITATION
Sim16 \l 1057 ].

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan skema review literature dimana skema
ini merupakan metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk melakukan
identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap karya karya hasil pemikiran dan penelitian
yang sudah dihasilkan oleh para peneliti dan praktisi (Okoli & Schabram ; Ring,
Ritchie, Mandava & Jepson, 2011)

Mulai

Merancang Review

Mengumpulkan Data

Analisis

Menyusun dan menulis


Review

Gambar 3.1 Diagram Alir Selesai Rancangan Tahap


Penelitian

3.1 Perancangan Review

Pada tahap ini dilakukan penentuan topik, tujuan, dan ruang lingkup bahasan
study literatur. Topik penelitian ini adalah penghematan air pada industri kertas
dengan tujuan mengetahui faktor penyebab terjadinya pemborosan air pada industri
kertas dan memberikan rekomendasi teknologi yang dapat diterapkan untuk
menghemat air. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada teknologi penghemat air
pada industri kertas, kendala industri kertas dalam menerapkan teknologi dan faktor
ekonomi dalam penerapan teknologi.

3.2 Pengumpulan Data

Pada tahap ini dikumpulkan dua sumber data yakni :

1. Sumber data primer : merupakan hasil penelitian langsung praktisi pada industri
kertas dalam kurun sepuluh tahun terakhir.

2. Sumber data sekunder : merupakan bahan penunjang berupa buku atau jurnal
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian.

3.3 Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap literatur yang digunakan dalam
penelitian dilakukan dengan cara membandingkan permasalahan umum pada
berbagai industri kertas dan teknologi yang diterapkan dalam setiap literatur.

3.4 Penyusunan dan Penulisan Review

Pada tahap ini akan dilakukan penarikan simpulan terhadap seluruh literatur
untuk kemudian dituliskan menjadi sebuah review dimana luaran dari tahapan ini
berupa permasalahan umum yang dihadapi industri kertas dan teknologi yang dapat
diterapkan untuk menanggulanginya sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan
oleh industri kertas untuk melanjutkan proses produksinya.

Anda mungkin juga menyukai