DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Andres Arya Airlangga : L1A120031
Arjuna : L1A120027
Muhamad Iqbal : L1A120038
Luky Hartawan : L1A120044
Triana Pebrianti : L1A120092
Dosen Pengampu:
Jauhar Khabibi, S.Hut., M.Si
Ir. Riana Anggraini, S.Hut., M.Si., IPM
Partisipan Pemateri : Putra Hadi, SE., SSI
FAKULTAS PERTANIAN
PRODI KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan kuliah lapangan Pengolahan Hasil Hutan di PT.
Lontar Papyrus adalah :
3
1. Mampu memberikan pemahaman secara khusus pengolahan kayu
kepada suatu produk hasil hutan, berupa kayu dan tissu.
1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan kuliah lapang Pengolahan Hasil Hutan di
PT. Lontar Papyrus adalah :
1. Untuk mengetahui proses dalam tahap indentifikasi kayu, pengolahan
pulp, hingga produk jadi.
2. Untuk memberikan pengenalan langsung kepada cara kerja alat dan
mesin pada pembuatan kertas .
4
BAB II
METODOLOGI
2.1. PULP
5
Pada proses pemasakan, faktor-faktor yang berpengaruh antara lain
jenis bahan baku, konsentrasi bahan kimia, suhu,waktu pemasakan,
konsentrasi pelarut dan perbandingan cara pemasak terhadap bahan baku.
Proses pulp mekanik dikembangkan oleh E.G. Kellen (Jerman).
Pada proses ini, kayu dihancurkan menjadi lumpur di dalam rotary grind
mill stone dengan menambahkan air, kemudian ditarik-tarik sambil
berjalan di dalam rotary scrubber sehingga secara fisik serat rusak. Hal ini
menyebabkan pulp yang dihasilkan dari proses ini mempunyai kekuatan
yang rendah (mudah sobek). Pada tahun 1970-an, grind stone dimodifikasi
sehingga dapat berputar dengan kecepatan dan tekanan tinggi serta tidak
merusak serat, sehingga pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang
lebih baik.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Kayu log yang di terima harus memenuhi kriteria, seperti: kayu
tidak berlumpur, diameter kayu (8-30 cm), kayu tidak busuk, tidak
bekas terbakar, ranting dan daun sudah bersih dari batang, tidak
bengkok,kayu alam terkecuali akasia dan eucaliptus, dll.
Adapun kayu yang tidak memenuhi keriteria dan belum memenuhi
kriteria akan di beri pinalti dan reject.
Penerimaan kayu yang masuk hampir 300-400 dalam satu hari.
Pemeriksaan dokumen surat pengantar dari PT. HTI
Scan barcode legalitas kayu indonesia dari kementrian LHK
Entry data kayu masuk ke SIPUHH & woodtracking
Penerbitan SKSHHK
Pengisian buku keluar masuk kayu
Penimbangan angkutan kayu masuk ke mill sesuai oprasional dan
kapasitas kayu masuk
Pengangkutan kayu menuju mill dan pembogkaran di log yard
3.2 Chipping
Sebelum memasuki tahap chipping kayu log akan melalui beberapa tahap
yauitu sebagai berikut:
Washing
Pada tahap ini kayu sebelum dimasukan ke drumburker akan dicuci
terlebih dahulu guna menghilangkan kotoran, debu untuk mencegah
kotoran masuk kedalam mesin.
Debarking
Pada tahap ini kayu log akan dimasukan ke mesin Drumbarker
yang berfungsi untuk membantu mengelupaskan kulit dari kayu, dengan
cara memasukan kayu secara tersusun memanjang dengan kapasitas 35%,
kemudian Drumburker akan berputar 5-6 kali dalam 1 menit dan kayu
akan saling bertumpuk dan bergesek antar satu sama lain sehingga kulit
kayu akan terkelupas dengan sendirinya.
Chipper
Pada tahap ini kayu log akan masuk ke dalam mesin yang bernama
Rotary Chipping, kayu log akan dimasukan ke dalam mesin Chipper dan
naik secara berurutan ke dalam Rotary Chipper yang berbentuk seperti
roda pedati berukuran besar dan memiliki mata pisau yang tajam dan
berputar dengan kecepatan 2.000 rpm untuk memotong kayu menjadi
bagian yang kecil yang disebut chip. Kecepatan mesin akan
mempengaruhi ukuran chip. Setelah dipotong chip tersebut akan jatuh
kebawah atau akan disimpan di Chip Yard.
Screening
Merupakan filter penyaring untuk memisahkan potongan kayu
yang lebih besar dari target ukurannya, dan menghilangkan debu hasil
potong yang tidak perlu. Pada tahap ini kayu akan di pilah menjadi
beberapa bagian over siza, accept size, fine size, pins, dan ash. Kemudian
8
di lakukan dua kali ayakan, ayakan pertama untuk mencari ukuran finr size
dan accept size, yang kedua mencari ukuran pins dan ash.
3.3 Cooking
Pada proses ini chip sebelum di masak menjadi bubur kertas melewati
beberapa tahapan sebagai berikut:
Tahap Digister
Merupakan proses pengukusan Potongan kayu yang yang dimasak
dengan suhu dan tekanan yang tinggi dalam suatu larutan kimia
penghancur. Larutan dan proses masak ini merupakan proses penyajian
pulp atau bubur kertas yang telah jadi, dimana serat kayunya sudah
terpisah satu sama lain. Ada dua digister yakni batch digister dan continius
digister. Batch digester berbentuk selongsong atau tabung, berukuran lebih
kecil dan lebih pendek dengan volume 300-400 m3 namun berjumlah
banyak. Batch digester pada prinsipnya mempunyai sekuen-sekuen atau
tahapan (schedulling) dalam proses pemasakan chip. Jadi dalam batch
digester prosesnya dari chip filling hingga discharge dijalankan bertahap
atau berurutan dalam masing-masing digester. Sedangkan Continius
digister proses berlangsung secara kontinyu (terus-menerus), artinya
proses mulai dari chip filling sampai discharge tidak dijalankan secara
bertahap atau satu per satu karena di dalam continuous digester terdapat
zona-zona yang sudah terbagi mulai dari atas hingga ke bawah
diantaranya:
Zona Impregnasi
Zona Heating
Zona Cooking
Zona Washing.
Tahap Washing
Washing merupakan tahapan proses pemisahan pulp yang telah
dimasak sebelumnya dari berbagai macam kotoran. Biasanya, setelah
tahap pemasakan, pulp seagain besar masih mengandung kotoran atau
mata kayu (knot) yang tidak masak. Kandungan tersebut akan
mempengaruhi kualitas pulp sehingga perlu adanya kegiatan pemisahan
dari tahap awal proses ini. Proses penyaringan pulp juga terbagi menjadi
dua bagian, yaitu penyaringan kasar dan penyaringan halus. Proses akhir
dari penyaringan berada pada sand removal cyclones yang berfungsi untuk
memisahkan pasir dari pulp.
Tahap Screening
Setelah Washing maka perlu dilakukan Screening yang secara
selektif memisahkan zat-zat terlarut dari pulp. Bahan-bahan yang
dipisahkan pada screening adalah Knot (mata kayu), Shives (bundel dari
dua atau lebih berat), Dirt (kotoran), plastik. Partikel yang dipisahkan
dikonsentrasikan pada sebuah aliran sehingga mereka dapat dibuang.
9
Pulp yang telah diubah menjadi bubur kertas kemudian dicampur
dengan oksigen (O2) dan sodium hidroksida (NaOH) di dalam
delignification tower sebelum di cuci di dalam washer. Proses ini
bertujuan sebagai proses pra-bleaching untuk mengurangi bilangan kappa
(kadar lignin sisa), sehingga mengurangi pemakaian bahan kimia pemutih
pada proses pemutihan. Dari proses ini akan dihasilkan pulp berwarna
cokelat yang akan dikirim ke unit bleaching dan filtrat yang dikirim ke
unit pengolahan limbah cair (Effluent Treatment Plant).
Tahapan Bleaching
Proses pembuatan pulp umumnya menggunakan proses sulfat (kraft)
dengan bahan baku kayu (chips) yang dimasak dengan larutan yang
mengandung NaOH dan Na2S (white liquor) untuk memisahkan lignin
dari serat selulosa dan hemiselulosa. Pulp yang dihasilkan dari Digester
berwarna coklat karena masih mengandung sisa lignin, selanjutnya
dipisahkan dengan proses Oksigen Delignifikasi (ODL) dan chemical
bleaching untuk mencapai brightness ketingkat yang diinginkan.
Pengunaan senyawa klorin pada Chemical Bleaching dapat menghasilkan
limbah cair yang mengandung chlorinated organic compounds (AOX) dan
berbahaya terhadap lingkungan. AOX dapat terakumulasi pada tubuh ikan,
dan meningkatkan resiko apabila terkonsumsi manusia. Pemakaian ClO2
yang berlebih juga dapat mengurangi kekuatan pulp. Enzyme Pretreatment
(Biobleaching) merupakan salah satu metode pemutihan pulp yang lebih
ramah lingkungan. Proses biobleaching menggunakan enzim dari mikroba
seperti Xylanase yang mampu menghidrolisis xylan dari hemiselulosa dan
lignin sehingga selulosa terbebas dari lignoselulosa. Hal ini menyebabkan
pemakaian bahan seperti ClO2 berkurang sehingga dampak AOX dan
chlorinated dioxin menurun. Aktivitas enzim pada reaksi biobleaching
dipengaruhi oleh waktu, suhu, volume enzim dan pH. Waktu reaksi yang
terlalu lama, dapat mengakibatkan kerusakan rantai selulosa Laju reaksi
suatu proses biokimia akan meningkat dengan kenaikan suhu karena
meningkatkannya energi kinetik antar molekul. Penambahan volume
enzim akan meningkat jumlah aktivitias yang bereaksi dengan subtrak.
Enzim mengalami penurunan aktivitas pada saat pH diatas maupun
dibawah pH optimum. Pada pH yang lebih rendah kadar ion H + akan
meningkat (protonisasi), menyebabkan kompleks enzim substrat tidak
terbentuk.. Pada pH yang lebih tinggi enzim kelebihan ion ion OH-
(deprotonasi) yang dapat menganggu reaksi enzimatis karena ion OHakan
bereaksi dengan substrat.
Tahap Washing
Tahapan ini hampir sama dengan kegiatan washing sebelumnya.
Untuk memperoleh bubur kertas yang bersih maka pulp perlu adanya
kegiatan pemisahan bagian serat yang lebih kecil dari berbagai macam
kotoran dengan kegiatan penyaringan. Bedanya pada kegiatan screening,
tahap penyaringan lebih spesiik sehingga serat yang diperoleh dari hasil
pennyaringan lebih homogen tanpa ada kotoran yang halus maupun kasar.
Proses penyaringan kotoran yang terkandung di dalam pulp dilakukan
10
dengan tiga tahap sehingga mampu diperoleh hasil yang lebih efisien.
Tujuan pemisahan ini secara umum untuk mengurangi kandungan serat
sekecil mungkin terbawa pada pemishan tahap ketiga. Tahap-tahap
tersebut adalah primary screening, secondary screening, dan teriary
screening.
3.4 Driying
11
diameter 3 mm
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Sebelum kayu log di olah menjadi pulp, akan melewati beberapa tahapan
seperti:
o Wood suplay (pemanenan kayu, pemeriksaan pos faktu, mill)
o Chipping (washing, debarking, chipping, dan screening)
o Cooking (digister, washing, screening bleaching)
o Drying
o Werehouse
o distribution
b. Bahan baku pembutan pulp terdiri bahan baku primer (kayu dan bukan
kayu) dan bahan baku skunder (lignin, sululosa, hemiselulosa, dan zat
ekstraktif).
c. Bahan kimia Pembuatan pilp terdiri dari NaOH dan Na2S (white liquar)
Na2CO3 + NaSO4 (black liquar).
d. Kulitas chip yang digunakan harus berkualitas dan merupakan faktor
penting dalam pembutan pulp.
4.2 Dokumentasi
13
14
DAFTAR PUSTAKA
AMRAINI, Said Zul, et al. Kajian Awal Pembuatan Pulp Akasia Dengan
Metode Pulp. 2015
15