Anda di halaman 1dari 4

PROSES PEMBUATAN KERTAS DARI BATANG PISANG

1. Latar Belakang
Pisang merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di
negara tropis seperti Indonesia. Selama ini pisang hanya dimanfaatkan pada buah
dan daunnya, sedangkan pelepah batang pisang kurang banyak dimanfaatkan.
Pelepah batang pisang mempunyai kandungan serat (selulosa) yang cukup tinggi
serta daur hidup pisang relatif pendek, hal itu sangat memungkinkan untuk
menggantikan kayu sebagai bahan baku pembuatan kertas.
Pada tahun 2003, produksi pisang Indonesia mencapai 2.374.841 ton
dengan luas sekitar sekitar 56.728 ha.Selanjutnya pada tahun 2004, produksi dan
luas tersebut meningkat menjadi 2.758.708 ton dan 65.897 ton. Atas dasar itu,
maka potensi pelepah batang pisang pada tahun 2002-2003 mencapai sekitar
79.603.169-92.469.504 ton (Sumarjono, 2004; Anonim, 2005/2006). Pelepah
pisang diharapkan baik dipergunakan sebagai bahan baku pulp untuk kertas,
karena berkadar lignin rendah (5%), selulosa (63-64%) dan hemiselulola (20%)
tinggi, sedangkan seratnya relatif panjang sekitar 4,29 mm. Kadar lignin yang
rendah dari pelepah merupakan keuntungan lain karena proses pembuatan pulp
relatif membutuhkan bahan pemasak yang relatif sedikit dan waktu yang relatif
singkat sehingga memberikan keuntungan secara ekonomis (Lisnawati, 2000).
Pelepah batang pisang memiliki serat putih yang sangat kuat sehingga
tidak diperlukan pemutihan, dan dapat diproduksi setebal 20 gsm. Pelepah batang
pisang terdiri dari 2 lapisan yang dapat menghasilkan bermacam produk sekaligus.
Lapisan luar berstruktur kasar, kekuatan basah tinggi, sifat barrier, dan tidak
mudah terbakar. Lapisan dalam mempunyai sifat yang sama namun berstruktur
serat lebih halus (Bulletin Berita Industri Pulp & Kertas Indonesia, edisi Agustus
2008).

2. Proses Pembuatan Kertas dengan metode Emil Heuser


Proses Emil Heuser adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan asam
phosphat sebagai pelarut dan asam asetat glacial sebagai acetylating agent.
Keunggulan proses ini bila dibandingkan dengan proses lain (proses celanese)
adalah asam fosfat yang encer yang dihasilkan sebagai produk samping yang lebih
mudah dipulihkan (recovery) dibandingkan dengan asam asetat encer yang
dihasilkan dari proses celanese. Selain itu penggunaan asam asetat glasial
sebagai acetylating agent lebih murah dan lebih mudah didapatkan dibandingkan
dengan asam asetat anhidrat (Savitri et al, 2004).
Dengan menggunakan proses ini diharapkan permasalahan lingkungan
yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini karena
proses Emil Heuser memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen
pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan
mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap
lingkungan, dapat menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa lignin dan
hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. Keuntungan lain dari metode Emil
Heuser adalah temperature pulping yang relatif lebih rendah dan waktu pulping
yang relatif singkat rendah daripada proses lainnya. Ini secara ekonomis dapat
mengurangi biaya produksi, dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada
kapasitas terpasang yang relatif kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari (Savitri et
al, 2004).
Berikut merupakan tahap-tahap pembuatan kertas dengan metode Emil Heuser :
a. Pengurangan kadar air
Pengurangan kadar air pada zat yang akan digunakan sebagai bahan baku
kertas dilakukan dengan proses pemanasan, baik dengan penjemuran maupun
proses oven (Santosa dan Wisastra, 2009).
b. Ekstraksi lemak
Proses ekstraksi lemak ini bertujuan untuk menghilangkan kadar lemak dalam
suatu bahan, biasanya dengan menggunakan campuran antara dietil eter dan etanol
95% dengan komposisi 2:1 (Sun dkk, 2004). Ekstraksi lemak ini dlakukan selama
2 jam, kemudian kita dapat menhitung kadar lemak dalam bahan tersebut dengan
membandingkan berat zat sebelum ekstraksi dengan sesudah ekstraksi.
c. Pulping
Proses pulping ini bertujuan untuk menghilangkan lignin yang terikat pada
selulosa sehingga diperoleh selulosa murni. Lignin dihilangkan karena dapat
membuat kertas mengalami degradasi (www.wikidot.com). Proses ini dilakukan
dengan menggunakan asam phosphat 85% (sebagai pelarut) dan asam asetat
glacial (sebagai acetylating agent), campuran tersebut kemudian dipanaskan pada
suhu tertentu (Savitri et al, 2004).
d. Bleaching
Proses ini merupakan tahap pemutihan kertas. Bleaching bisa dilakukan
dengan menambahkan senyawa peroksida, klorin, maupun ozon.Penggunaan
senyawa yang mengandung klorin dalam proses bleaching saat ini dihindari
karena klorin dapat mengakibatkan pencemaran yang serius terhadap lingkungan.
Oleh karena itu, diperlukan metode lain dalam proses bleaching sehingga tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan yang serius. Salah satu cara yang paling
ramah lingkungan adalah dengan menambahkan peroksida dan asamasetat dengan
katalis H2SO4 pada pulp, kemudian dipanaskan. Keuntungan dari proses
bleaching dengan metode ini adalah untuk meningkatkan derajat putih kertas dan
untuk mendegradasi lignin (delignifikasi) yang mungkin masih terdapat dalam
pulp. Selain itu, keuntungan lain dari penggunaan bahan ini adalah tidak merusak
selulosa, menyempurnakan proses asetilasi dan bebas klor (Hidayati,2000).
e. Penentuan bilangan permanganat pulp
Bilangan Permanganat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan
atau daya terputihkan dari suatu pulp kimia. Hal ini berkaitan dengan proses
delignifikasi. Kandungan lignin dalam pulp sangat erat hubungannya dengan
bilangan permanganat. Ini didasarkan pada prinsip bahwa lignin akan
menkonsumsi kalium permanganat dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dari
pada komponen-komponen karbohidrat di dalam pulp. Sehingga penggunaan
kalium permanganat bisa digunakan untuk mengukur kandungan lignin didalam
pulp. Kandungan lignin di dalam pulp semakin rendah dengan rendahnya bilangan
kappa dan bilangan permanganat (Hidayati, 2000).
f. Penentuan Kekuatan dan Elastisitas Kertas
Proses penentuan kekuatan dan elastisitas kertas ini ditentukan dengan
menggunakan metode tarik, sehingga kita mengetahui kekuatan serta elastisitas
kertas (Santosa dan Wisastra, 2009).
3. Alat Condansate

Anda mungkin juga menyukai