Anda di halaman 1dari 4

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


1.1. Maksud
Melakukan penyempurnaan pelemasan pada kain kapas dan T/C serta dengan
menggunakan variasi pencucian dan non pencucian, dan membuat hasil
penyempurnaan berdasarkan uji kekakuan.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh variasi pencucian proses penyempurnaan pelemasan pada
kain kapas dan T/C
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyempurnaan pelemasan
pada kapas dan T/C
3. Menganalisis hasil praktikum pada evaluasi pengujian kekakuan

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Kapas

Serat Kapas

Serat kapas adalah serat alam dengan kandungan gugus –OH yang sangat banyak,
kapas bersifat tidak tahan asam kuat/pekat, kekuatan saat basahnya lebih besar dari pada
saat kering, dengan MR antara 7-8,5 % membuat kapas sangat mudah menyerap
keringat. Sedangakan kapas sendiri memiliki kilau yang kurang baik, ini dikarenakan
struktur serat sendiri seperti pita terpuntir. Puntiran ini disebut konvolusi, selain itu
penampang melintang yang seperti ginjal membuat cahaya yang datang kurang begitu
baik dipantulkan kembali. Berikut adalah struktur kimia molekul serat kapas.

Struktur Kimia Rantai selulosa


Sifat fisika serat kapas :

1. Warna serat kapas tidak betul-betul putih, biasanya sedikit kekuning-kuningan.

Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan warna

yang keabu-abuan.

2. Kekuatan serat kapas dalam keadaan basah lebih tinggi dibandingkan dengan

kekuatan serat kapas pada keadaan kering

3. Mulur serat kapas berkisar antara 4 – 13% tergantung pada jenisnya


4. Moisture regain 7 – 8.5%
5. Berat jenis serat kapas 1.5 – 1.56
6. Indeks bias serat kapas sejak sumbu serat 1.58, indeks bias melintang sumbu
serat 1.53
Sifat Kimia serat kapas :

1. Tahan terhadap kondisi penyimpanan,pengolahan, dan pemakaian yang normal.


2. Rusak karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa yang biasanya terjadi

karena pemutihan yang terlalu berlebih-lebihan, penyinaran dalam keadaan

lembab, atau pemanasan yang terlalu lama dengan suhu tinggi

3. Asam-asam menyebabkan hirolisa ikatan-ikatan glukosa dalam rantai selulosa

membentuk hidroselulosa

4. Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamina


5. Mudah terserang oleh jamur dan bakteri terutama pada keadaan lembab dan

pada suhu yang hangat.

2.2 Serat Poliester-Kapas (T/C)

Tujuan utama dari pencampuran serat poliester dan kapas adalah untuk
mendapatkan kain yang mutunya lebih baik dibandingkan dengan kain yang terbuat
dari masing – masing seratnya. Faktor yang merupakan suatu keuntungan dalam
pencampuran antar serat poliester dan kapas adalah sifat buruk dari poliester merupakan
sifat yang baik dari serat kapas, begitu pula sebaliknya. Sehingga dari pencampuran
kedua jenis serat ini, sifat – sifat yang kurang dari salah satu jenis serat dapat diimbangi
dengan sifat – sifat yang baik dari serat lain. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

Sifat – sifat Bahan Campuran Poliester – Kapas

Bahan – bahan yang terbuat dari serat poliester merupakan bahan yang memiliki
sifat-sifat yang baik seperti kekuatan tinggi, daya tahan abrasi yang baik, sifat cuci
pakai yang baik, dan lipatan yang lama. Sifat – sifat yang baik dari serat poliester
tersebut akan lebih baik lagi jika dicampur dengan serat selulosa pada kondisi tertentu.
Serat selulosa yang dicampur dengan serat poliester ini akan memberikan bahan
campuran dengan sifat yang baik, diantaranya : Rasa yang nyaman dalam pemakaian.

2.3 Resin Pelembut (Softener)

Silicone sebagai Zat Pelemas (Softener)


Untuk memberikan efek pegangan yang lebih lembut dan lemas pada kain
tertentu, terutama untuk kain kebutuhan konveksi diperlukan penyempurnaan pelemas
yang memakai zat pelemas. Penyempurnaan pelemas ini termasuk penyempurnaan
secara kimia karena dalam pengerjaannya digunakan zat kimia.

Zat pelemas adalah suatu zat yang biasa digunakan dalam proses penyempurnaan
untuk mendapatkan sifat bahan menjadi lembut, lemas, licin, tidak rapuh dan anti statik.
Zat pelemas yang biasa digunakan merupakan suatu zat yang mengandung
minyak/lemak. Zat pelemas ini dapat digunakan sebagai zat penyempurnaan tersendiri
maupun ditambahkan dengan zat penyempurnaan lain untuk memperoleh kelemasan,
kehalusan, pegangan penuh dan lembut serta kesupelan pada bahan tekstil. Sifat
tersebut didapat karena terjadi penurunan koefisien gesekan antara serat atau filamen-
filamen benang.

Pada dasarnya zat pelemas merupakan senyawa lemak dengan rantai panjang
yang diemulsikan, dibuat dari bahan alam seperti minyak, lemak dan berbagai jenis
sabun. Berdasarkan ionisasinya dalam air, zat pelemas dibagi menjadi zat pelemas
golongan anionik, kationik, nonionik maupun amfoter. Pada percobaan kali ini, zat
pelemas yang digunakan adalah silikon yang tergolong zat pelemas nonionik
Zat pelemas nonionik adalah zat pelemas yang tidak mempunyai muatan ion,
merupakan zat pelemas yang tidak reaktif. Zat pelemas ini umumnya dapat dipakai
bersama-sama dengan zat penyempurnaan lainnya, walaupun substantivitasnya kecil.
Zat pelemas tersebut tidak memberikan sifat pelemasan yang permanen pada serat
karena tidak bereaksi dengan serat, melainkan hanya membentuk lapisan film tipis pada
permukaan serat saja. Oleh karena itulah, maka ketahanan cucinya kurang baik. Pada
umumnya, zat pelemas ini banyak digunakan dalam campuran dengan zat pelemas
anionik atau kationik. Kerja zat pelemas ini tidak terpengaruh oleh pH larutan, stabil
terhadap elektrolit, tidak terpengaruh oleh air sadah dan tidak memberikan efek
kekuningkuningan. Salah satu contoh dari resin golongan ini adalah silikon.

Senyawa silikon berbentuk emulsi silikon yang dapat dipakai pada bahan dari
kapas, wol, sintetik dan serat campuran.senyawa silikon dapat digunkan sebagai zat
pelemas (softener), zat anti busa (antifoam agent), zat tolak air (water repellent agent),
dan lain-lain. Stabilitas ikatan Si-O dan Si-C yang tinggi menyebabkannya mempunyai
yang bagus terhadap panas, cuaca, kelembaban, oksidasi dan bantingan-bantingan
selama penyimpanan. Tekanan permukaan yang rendah dari kelompok metil,
memberikanya sifat kebebasan dan pelumasan (release and lubrication) yang baik.

Mekanisme kerja zat pelemas terhadap bahan ada beberapa cara yaitu :

1. Pembentukan lapisan film yang lembut diatas serat.


2. Kemampuan menarik dan menyimpan kelembaban (attracting and
holding moisture)

3. Pelapisan serat dengan asam lemak amina, campuran polietilena dan


wax, atau dengan larutan silikon.

Anda mungkin juga menyukai