Penyempurnaan Anti Kusut Kain Kapas dengan Resin Dimetilol Dihidroksi Etilen Urea don Dialkoksi Dillidroksi Eti/en
Urea (Okay Rukaesih)
Okay Rukaesih
Balai Besar Litbang Industri Tekstil
JI. A. Yani 390 Bandung40281
E-mail: texird@bdg.centrin.id
ABSTRAK
PENYEMPURNAAN ANTI KUSUT KAIN KAPAS DENGAN RESIN DIMETILOL DnIIDROKSI ETILEN UREA
DAN DIALKOKSI DIHIDROKSI ETILEN UREA. Perbaikan sifat tahan kusut kain kapas dengan resin paling sering dilakukan
pada penyempumaan bahan tekstil. Untuk itu resin yang digunakan dipilih dari jenis yang akrab lingkungan, tidak menimbulkan
formaldehid bebas didalam penyimpanan, serta memenuhi persyaratan eko-Iabel untuk komoditi perdagangan di pasar global.
Resin dimetilol dihidroksi etilen urea (DMDHEU) banyak dipilih sebagai resin anti kusut, karena sifatnya yang reaktif terhadap
serat selulosa sehingga menghasilkan ketahanan kusut yang baik. Tetapi karena penyempumaan dengan DMDHEU masih
menghasilkan formaldehid bebas yang cukup tinggi, maka dalam penelitian ini digunakanjuga resin dialkoksi dihidroksi etilen urea
(DADHEU) yang merupakan hasil modifikasi dari DMDHEU dengan penguatan gugus metilol menjadi alkoksi dan diharapkan
akan lebih stabil terhadap hidrolisa, sehingga mengurangi timbulnya formaldehid bebas di dalam penyimpanan. Karena kedua
resin tersebut termasuk jenis termoset, maka reaksi polimerisasinya sangat dipengaruhi oleh suhu pemanas - awetan. Proses
- -
penyempumaan anti kusut dilakukan dengan memvariasikan suhu pemanas awetan, dari suhu I 10°C 160 °C dengan selang
10 °C. Hasil analisa dari data termogram DSC (differential scanning calorimeter) untuk resin DMDHEU dan DADHEU secara
berturut-turut menunjukkan bahwa kedua resin meleleh pada suhu sekitar 120 °C dan 130 °C, dan mengalami puncak polimerisasi
pada sekitar suhu 140 °C dan 150 °c. Hal tersebut ditunjang oleh hasil pengujian kain kapas yang telah mengalami penyempumaan,
yang menunjukkan sudut kusut optimum dihasilkan pada kain yang dipanas awetkan pada suhu 140 °C - 150 °C. Kekuatan tarik
dan mulur kain cenderung menurun dengan meningkatnya suhu pemanas awetan. Hasil uji kadar formaldehid bebas pada hasil
penyempumaan dengan suhu pemanas awetan optimum tersebut adalah sebesar 82 ppm untuk DMDHEU dan 5 ppm untuk
DADHEU.
ABSTRACT
CREASE RESISTANCE FINISHING ON COTTON FABRICS WITH DIMETHYLOL DrnYDROXY ETHYLENE
UREA AND DIALKOXY ETHYLENE UREA. Resin finishing to improve the crease resistance of cotton fabrics has been
carried out very often in the textile process, then it is reasonable to use the resin with euco-friendly properties and low free
formaldehyde content during storaging, as well as fulfilling the euco-Iabelling requirement for business commodity in the global
market. Dimethylol dihydroxy ethylene urea (DMDHEU) resin has been chosen favorably as crease resistant resin, for having
good reactivity to cellulose fiber producing good crease recovery. However, resin finishing with DMDHEU has produced
reasonable high free formaldehyde, then dialkoxy dihydroxy ethylene urea (DADHEU) was also examined in this research
activity, as it is produced from modified DMDHEU which replaced methylol group into alkoxy group hoping to be more stable
to hydrolysis, reducing the possibility of loosing free formaldehyde in the storaging. As both resins have been considered as
thermosetting type, then the curing process has influenced a great deal to its polymerization reactions. The crease resistant
-
finishing process was carried out by means of varying the curing temperature from 110°C 160 °C with 10°C ranges. Analysis
ofthermogram from DSC (differential scanning calorimeter) f(ir DMDHEU and DADHEU samples has shown the respected
melting points at 120°C and 130°C, and having the polymerization temperatures at 140 °C and 150°C.Those results have been
supported by the verification of the finished cotton fabrics, demonstrating that the optimum crease recovery angles was
produced by the fabric with the curing process at 140 °C - 150 °C. The breaking strength and its elongation tend to decrease by
increasing curing temperatures. The testing results of loosing free formaldehyde to the finished fabrics cured at optimum
temperatures were 82 ppm from DMDHEU and 5 ppm from DADHEU.
Kata kunci : Anti kusut, Bahan tekstiI, Eko-Iabel, DMDHEU, DADDHEU, Suhu pemanas-awetan, Sudut kusut optimum,
Kekuatan tarik, Kekuatan mulur.
PENDAHULUAN
Serat kapas merupakan bahan baku tekstil yang nyaman dipakai, kekuatan clan daya cuci yang cukup
paling banyak digunakan untuk tekstil sandang karena tinggi, serta tahan terhadap panas. Kekurangan kapas
R1
Pros;d;ng Pertemuan Ilmiah lima Pengetahuan dun Teknolog; Bahan '99
Serpong, 19-200ktober 1999 ISSN 1411-2213
0'"
Penyempurnaan Anll Kusul Kaln Kopas dengan Resin DlmitJ/o/ Dlhldrolesl Ell/en Urea dan Dlalkolesl Dlhldrolesl Eli/en
Urea (Okay Rukaeslh)
selama 4 menit.
Untuk mengetahui terjadinya reaksi polimerisasi Gambar 1. Tennogram DSC kain kapas dengan
resin, terhadap kain yang sudah direndam peeRSdengan resin DMDHEU dan DADHEU
tarutao pre-kondensat resin, dikeringkan pads suhu
kamar, kemudian dilakukan pengujian termogram DSC. Ketahanan Kosot
Seisin itu, pads kain yang sudah dipanas-awetkan
dilakukanpengujianketahanankusut(SNI 08-0292-89), Hasil uji ketahanan kusut kain setelah proses
kekuatantarikdanMulOT kain(SNI08-0276-89),dankadar penyempurnaantereantum pads Gambar 2. Dari gambar
formaldehidabebas (AATCC 112). tersebut tampak bahwajumlah sudut kusut lOBi+ pakan
makin tinggi dengan makin naiknya suhu pemanas-
awetan, Damon setelah melewati suhu polimerisasi,
kenaikannyatidak signifIkanstag dapat disebut konstan.
BASIL DAN PEMBABASAN
-
-
endotermterjadi pads subu 95 97 °Cuntuk menguapkan
air clan suhu 120 130 °C untuk melelehkan resin,
(=-
en 110
110
:
120 no 140 110 110
8UHU PEMANA8 AWfITAN fcl
83
Prosiding Pertemaan IlmJah lima Pengetahuan dan Teknologi Bahan'99
Serpong, 19-200ktober 1999 ISSN 1411-2213
serat, akan mengikat susunan bagian-bagian tersebut terhadap selulosa lebih rendah sehingga membutuhkan
satu sarnalain, sehingga molekul-molekul serat menjadi suhu polimerisasi sedikit lebih tinggi (150 °C)dibanding
makin stabil. Karena kestabilan molekul-molekul serat pada selulosa-N-metilol(140 °C), narnun kekuatan tarik
ini,makaakan mengurangikecenderungansusunanserat selulosa-DADHEU> kekuatantarik selolosa-DMDHEU.
untuk saling menggelincir apabila diberi tekanan atau Penurunan kekuatan tarik pada kain yang sodah
lipatan. Dengan demikian ketahanan kusutnya menjadi disempumakan resin terutama dipengaruhi oleh katalis
lebih baik. Tetapi bila suhu pemanas-awetandipertinggi yang pada saat pemanas-awetan terurai mengeluarkan
melebihi sOOupolimerisasinya, asam yang terurai dan asam,sehinggadapatmenghidrolisakapas menjadirantai
katalisakanmenjadisemakinpekatdanadakemungkinan yang lebih pendek, yang mengakibatkan turunnya
dapat menghidrolisa polimer resin yang barn terbentuk kekuatan. Pada suhu yang lebih tinggi derajat hidrolisa
Kekoatan Tarik daDMolor akan makintinggikarena makin pekatnyaasarn,sehingga
penurunan kekuatan makin besar. Seperti terlihat pada
Hasil uji kekuatan tarik clanmulur kain seperti reaksi hidrolisis selulosa oleh asam pada gambar 5.
tercantum pada Gambar 3 clan4 menunjukkan bahwa hidrolisis asam terjadi karena atom karbon Domer I pada
makin tinggi suhu pemanas-awetan, kekuatan tarik clan unit anhidroglukosa bersifat seperti asetal [6,7,8].
mulur kain cenderung makin rendah, sedangkan kapas
I I I
0 0 0
CI
I-+-/CAPAS-+-1OW'tDI -t.-I<IWAOII I I I
/ct!.. /ct!.. /ct!..
----- HOCH HC-CH2OH HOCH HC,CH20H HOCH HC,CH20H
l I I OH I OH
~
'6 35 He. ~H 0 HOCH HOC
~ ~ ~ ,
~
\I:
.- 31
I
f :::;. ~---
Hldrollsa PH
_K~=':.
~~~ - ....
pH -
~ CI:!. c,H C-H
i 20 2S
HOH2cH HCOH
HOCH
I I
0
HOH2cH HCOH
I
HOCH 0
I
HOH2cH HCOH
I
HOCH"J>
I
110 120 131 141 150 160
~0 ~0 fH
0
!IHJ pe,ww; AVEfflloj
f'q
yang tidak dikerjakan resin tidak terpengarnh oleh naiknya Pada penyempumaan selulosa dengan resin,
suhu pemanas awetan. hidrolisa asam merupakan reaksi yang tidak dapat
dihindari,sehinggaharnsdicaricara menghindarinyaatau
11
I-+- KAPAS -+- NLt:ADI -t.- H.-£IADH I ditekansekecilmungkin.SifatreaktifitasDMDHEUyang
lebihtinggi menyebabkanterjadinyapenurunan kekuatan
10
yang lebih besar dibandingkan dengan DADHEU.
lz 9
Pengerjaan dengan asam memungkinkan memberikan
~ 8 senyawa hidroselulosa jenis B dimana selain terjadi
~ 7 ,-----
pemutusan rantai molekul selulosa juga terjadi
8,--- pembentukan gugus aldehida, tetapi apabila diikuti
pengeringan suhu tinggi seperti pemanas-awetan dalam
4 peny( mpurnaan resin, akan terbentuk senyawa
110 120 130 140 150 160
hidroselulosajenis C dimana gugos aldehida daTireaksi
SUfJ PEMANAS AVEfflloj rQ
B akan teroksidasi oleh energi panas membentuk gugus
Gambar 4. Mulur arah lusi kain kapas dengan karboksilat.
DMDHEU daD DADHEU Penurunanmulur kain yang makin rendah dengan
makin naiknya suhu pemanas-awetan, kemungkinan
Sesuai dengan penjelasan daTiTyrone (10) bahwa berhubungan erat dengan reaksi polimerisasi resin yang
mekanisme reaksi antara N-metilol dan DMDHEU clan terjadi. Dengan makin besarnya molekul resin di dalam
N-alkoksimetil pada DADHEU dengan polimer selulosa amorf serat, kain akan makin kaku, sehingga derajat
berlangsung dalam suasana asam, dengan kemungkinan elastisitasclanmulumya akan menjadirendahapabilakain
besar terjadi pemutusan rantai molekul selulosa pada tersebut mengalami penarikan. Pada suhu yang lebih
ikatan -C-O- membentuk karbokation. Laju pemutusan tinggidaTisOOupolimerisasi,penurunanmulur lebihIanjut
rantai selulosa pada reaksi dengan N-alkoksimetil pada kemungkinan lebih banyak dipengaruhi oleh hidrolisa
DADHEU lebih lambat karena resin ini lebih stabil asam pad a kapas, karena konsentrasi asam sangat
terhadap hidrolisa, karenanya meskipun kereaktifannya berpengaruh terhadap bentuk fisik kain kapas. Seperti
84
Penyempurnaan And Kusut Koin Kapas dengan Resin Dimetilol Dihidroksi Etilen Urea daft Dialkoksi Dihidroksi Etilen
Urea (Okay Rukaesih)
halnya pads proses Parchmentising, makin pekat naiknya suhu pemanas-awetan sampai terjadi reaksi
konsentrasi asam dapat mengubah bentuk fisik kapas polimerisasi, selanjutnya konstan; sedangkan Makin
karena terjadinya hidrolisa mulai dari kaku sampai tinggi suhu pemanas-awetan, kekuatan tarik clanmulur
transparan [3,8]. kain makin menurun.
Sifat-sifat lain
. Pads kondisi pemanas-awetan optimum, diperoleh
basil uji lain yaitu kadar formaldehidabebas,
Pengujian sifat-sifat lain yang berkaitan dengan kenampakan kain , derajat putih, clankekuatan sobek
mutu kain, khususnyapersyaratanmutu kain kemeja clan yang cukup balk clan lfiemenuhi syarat, kecuali
persyaratan eko-Iabel menunjukkan bahwa pads suhu kekuatan sobek kain yang disempurnakan dengan
polimerisasi telah diperoleh basil yang memenuhi syarat DMDHEU mengalami penurunan yang sangat besar.
seperti tercantum pads Tabell.
Tabel 1. Karakter kain kapas setelah reaksi
polimerisasi UCAPAN TERIMA KASIH
No. Karakter DMDHEU DADHEU Ueapan terima kasih clan penghargaan yang
1. Kadar Cormaldehida 82 5 setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada DR.
bebas,ppm Isminingsih clanternan-ternan di Laboratorium Pengujian
Kenampakansetelah: clan Laboratorium Polimer, Balai Besar Litbang Industri
1 x pencucian 3,5 3 tekstil atas bantuan clan kerjasamanya.
2. 3
3 x pencucian 3,5
Sx pencucian 3,5 3
3. Derl\lat putih, Y % 93,4 93,5 DAFTARACUAN
Kekuatan Sobek,
4. gram 652,8 921,6 [I]. John W. Palmer, "Textile Processing and Finishing
. Lusi
- Pakan 416,0 745,6 Aids", Noyes Data Corpora-tion, Park Ridge, New
Jersey, USA, 1977.
Jika dibandingkan dengan kain kapas yang belum [2]. Mark, H et all, "Chemical After Treatment o/Textile",
disempurnakan resin, terjadi perbaikan ketahanan kusut Interscience a Division of John Wiley & Sons Inc,
clankenampakan yang cukup tinggi dengan derajat putih New York, 1971.
yang relatif tetap, naiknya kadar formaldehida serta [3]. Mars, J.T., "Self Smoothing Fabrics", Chapman and
turunnya kekuatan tarik, mulur, clankekuatan sobek kain, Hall Limited, London, 1962.
tetapi masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan, [4]. Okay Rukaesih daD Achmad Syukur, "Pengaruh
kecuali kekuatan sobek untuk kain yang disempurnakan Perlakuan Akhir pada Proses Penyempurnaan
dengan resin DMDHEU yang menurun sangat besar Tahan Kusut terhadap Kadar Formaldehida Bebas
(53 -60 %). Terjadinya penurunan kekuatan sobek yang daft Sifat Fisika Kain", Jurnal Balai Besar Tekstil,
1993.
sangat besar ini, seisin adanya hidrolisa asam yang
berasal daTikatalis,juga erst kaitannya dengan reaktifitas [5]. "Oko-Tex Standard JOO", Textil Serviee-Verlags-
DMDHEU yang lebih tinggi. Reaksi polimerisasi Und Zertifizierungsstelle Oko-Tex Gmbh
DMDHEU lebih tinggi dari pads DADHEU, sehingga HRB-Nr25524,F~1997
ketahanan kusut, kenampakan, clan kekakuannya lebih [6]. Rasjid Djufri, dkk.,"Teknologi Pengelantangan,
tinggi, tetapi mulumya lebih rendah. Tingginya kekakuan Pencelupan, daft Pencapan", Cetakan ke 2, Institut
dan rendahl)~ mulur menyebabkan kain lebih mudah Teknologi Tekstil, 1976.
-- - - - disobek bmma kain lebih getas. [7]. Textile Chemist and Colorist, "Chemical Reactions
with Cellulosic Fibers", November, 1972, Vol 4, No.
./-, II.
[8]. TYRONE L. VIGO, Textile Processing and
KESIMPULAN
. Resin DMDHEU clan DADHEU dapat digunakan
untuk penyempurnaan tahan kusut kain kapas.
Properties, Elsvier, Amsterdam 1994.
85