Disusun oleh :
1. Ali Mahmut
(13050026)
2. Desi Putri Fajriyah (13050027)
3. Ernis Zulfaidah
(13050028)
Dosen : M. Ichwan, AT, MS,Eng
Asisten dosen : -Ika NataliaM.,S.ST.
-Anna S.
PENCELUPAN KAPAS
DENGAN ZAT REAKTIF PANAS
II.
TEORI PENDEKATAN
A. Serat kapas
Serat kapas merupakan serat alam dengan komposisi sebagai berikut:
1. Selulosa
Selulosa merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi molekulmolekul glukosa.
Derajat
sekitar
polimerisasinya
10.000
dengan
sekunder. Selulosa terdapat pada dinding primer dan dinding sekunder., gugus
OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk
mengadakan ikatan dengan zat warna direk berupa ikatan hidrogen.
2. Pektin
Pektin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi dan mempunyai struktur
molekul seperti selulosa. Terutama terdiri dari susunan linier asam dgalakturonat dalam garam-garam kalsium dan besi yang tidak larut. Selulosa
pecah menjadi glukosa, tetapi pektin terurai menjadi galaktosa, pentosa, asam
poligalakturonat, dan metil alkohol.
3. Zat-zat yang mengandung protein
Diperkirakan bahwa zat-zat ini merupakan sisa-sisa protoplasma yang tertinggal
di dalam lumen setelah selnya mati ketika buah membuka.
4. Lilin
Lilin merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada serat-serat kapas
mentah. Lilin seluruhnya melelh pada dinding primer.
5. Abu
Abu timbul kemungkinan karena adanya bagian-bagian daun, kulit buah, dan
kotoran-kotoran yang menempel pada serat. Abu tersebut mengandung
magnesium, kalsium, atau kalium karbonat, fosfat, atau klorida, dan garamgaram karbonat yang merupakan bagian terbesar.
Dasar
Berbentuk kerucut yang selama masa pertumbuhan serat , tertanam di antara
sel-sel epidermis.
Badan
Merupakan bagian utama serat kapas yang mempunyai diameter sama,
berdinding tebal, dan mempunyai lumen.
Ujung
Ujung serat merupakan bagian yang lurus dan mengecil, dengan sedikit
konvolusi dan juga memiliki lumen.
b. Penampang melintang
Kutikula
Kutikula merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin, dan protein,
yang tahan air, dan melindungi bagian dalam serat.
Dinding primer
Merupakan dinding sela yang asli yang mengandung selulosa, pektin, protein,
dan zat yang mengandung lilin. Selulosa ini berbentuk benang-benang yang sangat
halus ataau fibril yang susunannya membentuk spiral dengan sudut 65-70o
mengelilingi sumbu serat.
Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya sedikit
berbeda dengan dinding primer maupun sekunder.
Dinding sekunder
4.
Sifat fisika
a.Warna
Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit berwarna krem.
Pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran dapat menyebabkan warna
keabu-abuan. Sedangkan jamur dapt mengakibatkan warna puih kebiru-biruan
yang tidak hilang dalam pemutihan.
b.Kekuatan
Kekuatan serat per bundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per inci
persegi. Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.
c. Mulur
Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%.
d.Keliatan ( toughness )
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja.
e.Kekakuan ( stiffness )
Sifat kimia
Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia selulosa, yaitu :
a. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
b. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
c. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
d. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang
menyebabkan penggelembungan serat.
e. Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamin.
f. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
B. ZAT WARNA
Zat warna reaktif panas merupakan zat warna yang larut dalam air dan berikatan
dengan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan luntur warna hasil celupnya
baik, contoh strukturnya adalah jenis mono kloro triazin (MCT) sebagai berikut :
Gambar 3.reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif jenis vinil sulfon
Mempercepat pencelupan
Mempercepat migrasi, yakni perataan zat warna dari bagian-bagian yang
tercelup tua ke bagian-bagian yang tercelup muda sehingga terjadi
kesetimbangan.
Mendorong terjadinya reaksi antara serat dengan zat warna pada pencelupan
dengan menggunakan zat warna reaktif panas, akan tetapi kenaikan suhu
pada proses pencelupan mempengaruhi reaksi hidrolisa.
molekul zat warna yang datar memberikan daya tembus pada serat tetapi
setiap penambahan gugus kimianya yang merusak sifat datar tersebut akan
mengakibatkan daya tembus zat warna berkurang.
Molekul zat warna yang besar akan mempunyai ketahanan cuci yang lebih baik.
pH
pH dalam pencelupan dengan zat warna reaktif panas sangat berpengaruh
karena zat warna reaktif panas memerk\lukan suasana pH yang cocok untuk
bereaksi. Dan apabila dilakukan pada pH alkali maka zat warna reaktif panas akan
cepat terhidrolisa.
III.
Percobaan
1. Alat dan Bahan
Alat :
-
Gelas kimia
Gelas ukur
Gelas porselen
Termometer
Pengaduk
Pipet ukur
Neraca
Bunsen burner
Kasa
Bahan :
Zat pembasah
Na2CO3
Nacl
CH3COOH
Fixing agent
Sabun
2. Fungsi zat
Zat
Zat
warna
reaktif
Fungsi
panas memberikan warna pada bahan yang akan dicelup.
menambah penyerapan zat warna paba kain kapas
dengan cara muatan yang berada dalam garam glauber
bereaksi dengan muatan yang berada pada kain dari
bahan selulosa.
Zat pembasah
Na2CO3
Sabun
3. Diagram alir
Pencucian sabun
Persiapan larutan
zat warna dan
bahan
pencelupan
Evaluasi
-ketuaan dan
kerataan
dying
4. Skema proses
Metode standar (resep 1)
Na2CO3
zat warna
Nacl
400C
pembasah
300
10
40
60
80
90
pembasah
300C
10
40
60
80
90
Na2CO3
pembasah
300C
10
40
60
80
5. Resep
o pencelupan
Resep
Zat warna reaktif panas (%
1
1%
2
1%
3
1%
owf)
Pembasah (ml/L)
Na2CO3 (g/L)
NaCl (g/L)
Vlot
1 ml/l
5 g/l
30 g/l
1:30
1 ml/l
5 g/l
30 g/l
1:30
1 ml/l
5 g/l
30 g/l
1:30
o Resep pencucian
Sabun
Na2CO3
Vlot
Suhu
Waktu
1 ml/l
0,5 g/L
1 : 20
800 C
10 menit
o Resep iring
Fixing agent
CH3COOH 30%
Vlot
Suhu
Waktu
2 ml/l
0,5 ml/L
1 : 20
700 C
10 menit
90
PERHITUNGAN RESEP
Pencelupan
Berat bahan
Zw Reaktif
Vlot
Pembasah
Resep 1
2,08 gr
Resep 2
2,17 gr
Resep 3
3,45gr
=0,034ml
ml/l
2,08 x 30 = 62,4ml
2,17 x 30=65,1 ml
/l
3,45 x 30= 103,5ml
62,4 2,2664=
65,1 - 3,4286=
103,5 3,346
60,1336 liter
61,6714 liter
=100,154 liter
Na2CO3
NaCl
Kebutuhan air
Resep 2
Resep 3
Vlot
Na2CO3
1,04 x 20 = 20,8
2,17 x 20 = 43,4
20x1,725=34,5
Suhu
Kebutuhan
80oC
20,8-0,03=20,77ml
80oC
43,4-
80oC
34,5-0,05175=34,44 ml
Sabun
Larutan
0,2604=43,1396ml
Iring
Vlot
CH3COOH
Resep 1
1,04 x 20= 20,8
Resep 2
1,085 x 20 = 21,7
Resep 3
20 x 1,725=34,5
20,8 0,05
21,7 0,05425=
34,5 0,08625=34,41
Fixing
Kebutuhan
Larutan
=20,75ml
21,64575ml
ml
MELALUI PROSES
MELALUI PROSES
b. Evaluasi
- Metoda Ringking( Ketuaan warna)
Pengamat
Resep 1
Iring
Resep 2
Non
Iring
Iring
Resep 3
Non
Iring
Iring
Non
Iring
Total
22
21
20
21
20
19
Keterangan :
5 = muda sekali
6 = muda
7 = agak tua
8 = tua
Resep 1
Iring
Resep 2
Non
Iring
Iring
Resep 3
Non
Iring
Iring
Non
Iring
Total
16
16
19
19
18
19
IV.
Keterangan :
5 = kurang rata
6 = agak rata
7 = rata
DISKUSI
Pada praktikum ini digunakan tiga resep dengan tiga macam variasi yang berbeda.
Terdapat tiga variabel yang harus diamati pengaruhnya terhadap hasil pencelupan, ketiga
variabel tersebut adalah :
-
konsentrasi pembasah
konsentrasi Na2CO3
konsentrasi NaCl
suhu proses
Selain itu juga dilakukan proses iring setelah pencelupan zat warna selesai. Tujuan
dari dilakukannya proses iring adalah untuk memperbaiki ketahanan terhadap pencucian
hasil pencelupan zat warna direk yang pada prinsipnya adalah memperbesar molekul zat
warna dalam serat sehingga zat warna akan lebih sukar bermigrasi. Dalam praktikum ini
dilakukan pengerjaan iring dengan zat-zat kation aktif.
Pada proses pencelupan benang kapas ke dalam zat warna direk terjadi peristiwa
melarutkan zat warna dalam air kemudian memasukkan bahan tekstil (benag kapas) ke
dalam larutan zat warna sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan
zat warna kedalam serat merupakan reaksi eksotermik dan reaksi kseimbangan. Pada
praktikum ini terdapat lima variasi pada konsentrasi resep yang digunakan dan suhu
pencelupan sehingga hasil yang diperoleh bisa dibandingkan satu sama lain.
Proses pencelupan benang kapas dalam zat warna direk berlangsung pada suhu 90 0
C selama 90 menit dengan pembagian waktu sebagai berikut :
10 menit pertama benang direndam dalam larutan zat warna direk pada suhu
kamar 300 C.
30 menit berikutnya larutan zat warna dan benang kapas dipanaskan diatas
pembakar Bunsen agar suhu mengalami kenaikan menuju suhu 900 C, pada fase
ini juga ditambahkan garam (NaCl) secara bertahap untuk membantu
penyerapan zat warna agar optimal. Kenaikan suhu ini bertujuan untuk
mempercepan penyerapan zat warna pada benang.
40 menit berikutnya larutan zat warna dan benang kapas dipanaskan pada suhu
stabil 900 C dan penambahan Na2CO3
Pada skema proses pencelupan terjadi kenaikan suhu dari 300 C menjadi 900 C hal
ini bertujuan agar kecepatan penyerapan zat warna lebih cepat sehingga fiksasi yang terjadi
lebih kecil karena reaksi berlangsung eksoterm.
II. KESIMPULAN
1. Variasi resep yang digunakan menyebabkan hasil celup yang berbeda kerataan dan
ketuaan warnanya.
2. Semakin banyak pembasah yang dipakai maka proses pembasahan benang oleh
larutan celup akan semakin cepat dan hasil celupnya pun lebih rata.
3. Penambahan Na2CO3 pada larutan zat warna menyebabkan warna menjadi lebih
muda, tetapi hal ini tidak selalu terjadi, benang akan tampak lebih tua karena
selulosa dalam suasana alkali menyebabkan serat mengembang sehingga zat warna
mudah larut dan masukkedalam serat akibatnya warna menjadi lebih tua.
4. Semakin banyak NaCl yang digunakan akan mendorong penyerapan zat warna dan
menetralisir zat warna tersebut, mengurangi kelarutan zat warna sehingga zat warna
terdorong kedalam serat .
5. Kenaikan suhu akan menambah kecepatan penyerapan zat warna sehingga fiksasi
yang terjadi lebih sedikit karena reaksi berlangsung secara eksoterm.
6. Hasil pencelupan yang kurang rata terjadi karena kesalahan pada proses pencelupan
dan kurang optimalnya resep dan suhu yang digunakan.
7. Hasil pencelupan dengan proses iring lebih baik ketahanan warnanya terhadap
pencucian karena dengan proses iring molekul zat warna dalam serat akan menjadi
lebih besar sehingga zat warna akan lebih sukar bermigrasi.
8. Hasil celup yang paling baik adalah resep 3 dan resep 4.
9. Faktor yang berpengaruh pada proses pencelupan adalah konsentrasi zat yang
digunakan, suhu celup dan waktu celup.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Karyana, Dede, S.Teks,M.Si dan Ir. Elly K. Bk. Teks. 2005. Bahan Ajar
Praktikum Pencelupan I. Bandung: STTT Bandung
Djufri, Rasjid. M.Sc.dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, dan
Pencapan. Bandung: Institut Teknologi Bandung