PEMBUATAN PULP
DISUSU
Disusun Oleh :
Kelompok VI (Enam)
a. Selulosa
Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman dan
hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni di alam melainkan berkaitan
dengan lignin dan hemiselulosa membentuk lignoselulosa. Selulosa adalah
polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida) yang mempunyai serat dengan
warna putih, tidak dapat larut dalam air dan pelarut organik. Proses pembuatan
pulp adalah contoh perlakuan fisik dan kimia yang mempunyai tujuan untuk
memisahkan selulosa dari kandungan impuritiesnya (Prawirohatmodjo, 1996).
Selulosa berantai panjang dan tidak bercabang. Selama pembuatan pulp
dalam digester, derajat polimerisasi akan turun pada suatu derajat tertentu.
Penurunan derajat polimerisasi tidak boleh terlalu banyak, sebab akan
memendekkan rantai selulosa dan membuat pulp menjadi tidak kuart. Selulosa
dalam kayu memilikib derajat polimerisasi sekitar 3500, sedangkan selylos dalam
pulp mempunyai derajat polimerisasi sekitar 600-1500. Rantai selulosa yang lebih
pendek akan menghasilkan pulp yang encer (Prawirohatmodjo, 1996).
b. Hemiselulosa
Hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polimer gula.
Namun, berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun dari glukosa, hemiselulosa
tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Hemiselulosa adalah bagian dari
kelompok polisakarida yang memiliki rantai pendek dan bercabang. Pada
tumbuhan, hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dinding sel.
Hemiselulosa juga merupakan senyawa polimer yang terdapat pada biomassa
(Prawirohatmodjo, 1996).
Hemiselulosa memilki derajat polimerisasi lebih kecil dari 300.
Hemiselulosa adalah polimer bercabang atau tidak linier. Selama pembuatan pulp
hemoiselulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan selulosa. Rantai
hemiselulosa lebih pendek dari rantai selulosa. Hemiselulosa bersifat hidrofilik
(mudah menyerap air) yang menyebabkan struktur selulosa menjadi kurang
teratur sehingga air bisa masuk kejaringan selulosa. Hemisolulosa akan
memberikan fibrillasi yang lebih baik dari pada selulosa dan meningkatkan
kualitas kertas (Prawirohatmodjo, 1996).
c. Lignin
Lignin merupakan suatu makromolekul kompleks, suatu polimer aromatik
alami yang bercabang–cabang & mempunyai struktur tiga dimensi yang terbuat
dari fenil propanoid yang saling terhubung dengan ikatan yang bervariasi. Lignin
merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur molekul lignin sangat
berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik
yang tersusun atas unit-unit fenil propana (Prawirohatmodjo, 1996).
Lignin juga merupakan jaringan polimer fenolik tiga dimensei yang
berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan
proses pemutihan (bleaching) akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat
selulosa secara signifikan. Lignin berfungsi sebagai penyusun sel kayu
(Prawirohatmodjo, 1996).
1.2.4 Pulp
Pulp adalah bahan baku pembuatan kertas dan senyawa-senyawa kimia
turunan selulosa. Pulp dapat dibuat dari berbagai jenis kayu, bambu, dan rumput-
rumputan. Pulp adalah hasil pemisahan selulosa dari bahan baku berserat (kayu
maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatan baik secara mekanis,
semikimia, dan kimia. Pulp terdiri dari serat-serat (selulosa dan hemiselulosa)
sebagai bahan baku kertas. Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan secara
mekanis, kimiawi, dan semikimiawi. Bahan dasar pembuatan pulp yang terutama
adalah selulosa yang banyak dijumpai pada hampir semua jenis tumbuh-tumbuhan
sebagai pembentuk dinding sel (Tjahjono, 1997).
Pulp dapat diolah dengan lebih lanjut menjadi kertas, rayon, selulosa asetat
dan turunan selulosa yang lain. Sebagai bahan baku pulp dipakai bahan baku
jerami dan merang dan meningkat menjadi bahan baku bambu, ampas, tebu,
pohon kapas, serat dan jenis rumput – rumputan. Syarat–syarat bahan baku yang
digunakan dalam pulp, yaitu (Tjahjono, 1997) :
a) Berserat
b) Kadar alpha sellulosa lebih dari 40 %
c) Kadar ligninnya kurang dari 25 %
d) Kadar air maksimal 10 %
e) Memiliki kadar abu yang kecil.
2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum adalah mini-digester, vessel,
wadah, gelas ukur 1000 ml, screening bucket (kain penyaring)
2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum adaalah wood chip,
white liquor, air.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa kadar air wood chip yng
digunakan adalah 12,77%. Berdasarkan SNI 7835.2:2012, persyaratan kadar air
maksimum 48 %. Kadar air wood chip juga akan berpengaruh terhadap rendemen
pulp yang akan dihasilkan. Semakin rendah kadar air kayu maka semakin mudah
melarutkan lignin dan zat ekstraktif (pengotor) dalam pulp, serta efisiensi
pencucian. Dengan pencucian yang dilakukan semaksimal mungkin, maka
semakin sedikit lignin dan zat ekstraktif yang terikut dalam rendemen pulp. Ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Saleh dkk (2015),
menemukan bahwa kadar air yang tinggi menghasilkan rendemen pulp yang
semakin rendah. Kadar air yang tinggi tidak baik untuk pulp, hal ini disebabkan
karena kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi pulp dan menyebabkan kualitas
pulp menurun. Pada proses pemasakan, banyaknya rendemen mempengaruhi
konversi pulp yang diperoleh. Semakin tinggi rendemen, maka konversi pulp akan
semakin tinggi pula.
Dari percobaan ini larutan pemasak yang digunakan awalnya merupakan
basa kuat dengan pH 13,20. Larutan pemasak yang digunakan pada praktikum ini
adalah white liquor, dimana fungsinya adalah sebagai larutan pemasak yang akan
memisahkan antara fiber dengan lignin. Larutan pemasak awalnya berwarna
kuning hal ini dikarenakan belum bereaksi dengan lignin. Proses pemasakan
berlangsung selama 2 jam, lamanya pemasakan juga akan mempengaruhi kualitas
pulp yang dihasilkan. Karena jika terlalu lama akan menyebabkan selulosa
terhidrolisis, sehingga akan menurunkan kualitas pulp, sedangkan terlalu sebentar
maka akan mengakibatkan lignin belum terekstrak secara sempurna, hal ini
dikarenakan waktu sangat berpengaruh untuk bereaksi nya white liquor untuk
memisahkan antara lignin dengan fiber (serat kayu). Ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Syamsul Bahri (2015) menemukan bahwa semakin lama
waktu reaksi maka semakin banyak lignin yang tersisihkan dari biomassa,
sehingga kandungan lignin dalam pulp semakin berkurang. Yang dimana semakin
banyak lignin yang terlepas, maka akan menyebabkan yield yang dihasilkan
semakin sedikit dan pulp yang dihasilkan akan semakin bagus karena lignin yang
tersisa dalam bahan baku lebih sedikit.
Setelah proses pemasakan wood chip selesai, pulp yang dihasilkan dicuci
dan dikeringkan selama ±3 hari. Hasil dari pemasakan chip kayu 750 gr
menghasilkan pulp kering sebanyak 392,35 gram, menghasilkan black liquor
dengan pH 12,88 dan nilai yield dari pulp adalah 52,31%. Larutan sisa cairan
pemasak pulp (Black liquor) dihasilkan dari proses reaksi antara white liquor
mengikat lignin. Berdasarkan penelitian Supraptiah, dkk (2014), yang dimana
standard nilai yield yang dihasilkan berkisar antara 55-65 %. Berarti pulp yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kertas karena telah
memenuhi standar kualitas kertas pulp.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Kadar air chip yang digunakan yaitu 12,77%.
2. Kebutuhan bahan kimia pemasak (white liquor) yang digunakan ialah
1700 ml, dan kebutuhan air yang diperlukan 821 ml.
3. Proses kraft pada pemasakan bahan baku (wood chip) sebanyak
750,02 gram hingga menjadi pulp pada suhu 155°C selama 2 jam
diperoleh pulp basah seberat 680 gram dan pulp kering seberat 392,35
gram. Semakin lama waktu pemasakan, maka pH larutan pemasak akan
semakin kecil karena semakin banyak lignin yang terekstrak dan larut pada
larutan pemasak tersebut.
4. pH white liquor (sebelum pemasakan) 13,2 dan pH black liquor (sesudah
pemasakan) 12,88.
5. Yield yang dihasilkan adalah 52,31% .
4.2. Saran
Lakukan pencucian pulp dengan hati-hati hingga bersih. Praktikum ini
dilanjutkan dengan tahapan bleaching dan pembuatan kertas.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S. 2015. Pembuatan Pulp dari Batang Pisang. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal. 4 (2): 36-50.
Murugan, B. 1996. Proses Kraft Pulping. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
Perawang.
Prawirohatmodjo, S. 1996. Kimia Kayu. Diktat Kuliah Kimia Kayu Mahasiswa
Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Renta, M. 2011. Pembuatan Pulp dari Kayu Akasia dengan Proses Kraft dan
Bleaching Menggunakan Enzim Lakase. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Saleh, A., Meilina M. D., Pakpahan dan Angelina N. 2009. Pengaruh Konsentrasi
Pelarut, Temperatur Dan Waktu Pemasakan Pada Pembuatan Pulp Dari
Sabut Kelapa Muda. Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16 : 35-44
Sastrohamidjojo, H. 1984. Kayu Kimia Ultra Struktur Dan Reaksi-Reaksi.
Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.
Smook, G, A. 2002. Handbook for pulp and paper Technologist Third Edition.
A.W Publication Inc. Canada.
Supraptiah, E., Ningsih, A. S., Sofiah dan Apriandini, R. 2014. Pengaruh Rasio
Cairan Pemasak (Aa Charge) Pada Proses Pembuatan Pulp Dari Kayu
Sengon (Albizia Falcataria) Terhadap Kualitas Pulp. Jurnal Kinetika
Teknik Kimia Politeknik Negeri. Vol 5 : 14-21.
Tim Penyusun. 2019. Penuntun Praktikum Teknik Reaksi Kimia. Program Studi
D3 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau. Pekanbaru.
Tjahjono, J. 1997. Proses Pembuatan Pulp. Diklat Identifikasi Sumber Serat dan
Demo Proyek Teknologi Tepat Guna Pembuatan Pembuatan Pulp Merang
dan Karton. Bandung.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
Fariz Al Fajar
Sophia Anggraini
Hasil Praktikum :
Praktikan Asisten
PERHITUNGAN
= 12,77 %
% Active alkali = 20 %
= 0,2 x 654,243
= 130,84 gram
130,84 gram
Volume White Liqour = = 1,7 liter (1700 ml)
77 gram/liter
= 821,225 ml
≈ 821 ml
4) Menghitung Yield Pulp
Yield pulp = ( Berat pulp / berat bahan baku) x 100 %
= 52,31 %
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI