Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Teknik Reaksi Kimia Dra. Zultiniar, MSi

PEMBUATAN PULP

DISUSU

Disusun Oleh :

Kelompok VI (Enam)

Teknik Kimia D3-B

Nama Kelompok : 1. Egi Supradi Bakara (1707035950)

2. Fariz Al Fajar (1707035601)

3. Fitri Ayu Diya Sari (1707035733)

4. Sophia Anggraini (1707035546)

LABORATORIUM PULP MAKING


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
ABSTRAK
Pulp adalah bahan baku pembuatan kertas dan senyawa-senyawa kimia turunan
selulosa. Pembuatan pulp proses kraft ini dilakukan dengan cara pemasakan yang
menggunakan larutan pemasak sodium hidroxide (NaOH) dan sodium sulfite (Na2S).
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air wood chip, menentukan jumlah
volume white liquor dan air yang akan digunakan, mampu melakukan proses pemasakan
bahan baku sampai menjadi pulp (brown stock), mengukur ph white liquor dan black
liquor, menghitung yield dari pulp. Wood chip, white liquor, dan air dimasukkan ke
dalam digester dan dilakukan pemasakan pada suhu 155°C dengan lama pemasakan 2
jam. Selama pemasakan berlangsung, lignin bereaksi dengan larutan kimia pemasak dan
membentuk senyawa-senyawa terlarut yang mudah dicuci. Setelah pemasakan, pulp
dicuci hingga bersih untuk menghilangkan lignin yang tersisa. Dari percobaan ini,
didapatkan hasil pH white liquor 13,2 dan pH black liquor 12,88. Sedangkan berat pulp
basah 680 gram dan berat pulp kering yaitu 392,35 gr. Nilai yield pulp yang diperoleh
adalah sebanyak 52,31%.

Kata kunci : chip; kraft; pH; pulp; yield.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan kertas semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia pun sungguh
memperlihatkan angka yang menakjubkan. Data APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas
Indonesia) menunjukkan bahwa antara tahun 1987-1996 jumlah ekspor kertas
Indonesia selalu lebih besar dari jumlah impornya, dengan tingkat pertumbuhan
tahunan sebesar 26,11%. Namun, fenomena ini memberikan fakta bahwa tingkat
penggunaan bahan baku, yang dalam hal ini adalah kayu, sangat besar. Hal ini
mengakibatkan ketersediaan kayu yang semakin terbatas dan semakin parahnya
degradasi yang terjadi di dalam hutan. Salah satu usaha dalam mengefisiensikan
pemanfaatan kayu dalam penggunaannya sebagai bahan baku pulp dan kertas
adalah menggantikan peranan kayu dengan bahan lain yang potensial
(Sastrohamidjojo, 1984).
Pada tahun 2008 kegiatan ekspor dan impor pulp-kertas Indonesia
mengalami peningkatan dengan nilai masing-masing mencapai US$ 5,219,62
miliar dan US$ 2,518,49 miliar. Penurunan ekspor dan impor terjadi pada tahun
2009 yang hanya mencapai nilai masing-masing US$ 4,859,58 miliar dan
US$ 2,279,81 miliar. Penurunan kegiatan ekspor dan impor terjadi akibat krisis
finansial yang dialami Amerika Serikat yang berdampak pada terjadinya krisis
finansial global. Sampai saat ini bahan baku pembuatan pulp masih menggunakan
kayu alam dan kayu hasil tanaman hutan (Renta, 2011).
Penggunaan kayu sebagai bahan baku industri pulp akan mengalami
penurunan akibat eksploitasi hutan secara terus menerus tanpa penanganan yang
seimbang dan semakin menipisnya cadangan kayu serta berkurangnya luas hutan
di Indonesia. Laju kerusakan hutan pada periode 2001-2004 meningkat menjadi
3,6 juta hektar pertahun karena penggunaan kayu untuk industri pulp. Kerusakan
hutan akan terus meluas setiap tahun yang dapatmengakibatkan penggundulan
hutan dan tidak seimbangnya ekosistem lingkungan, sehingga banyak
menimbulkan bencana alam. Selain memberikan dampak positif pada
perekonomian suatu wilayah, dunia perindustrian juga dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif diantaranya pencemaran dan perusakan lingkungan.
(Renta, 2011).

1.2 Landasan Teori


1.2.1 Kayu (Wood)
Kayu (wood) adalah batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Penyebab terbentuknya kayu
adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di
batang. Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat
perabot meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap) dan bahan pulp
dan kertas. Di dalam kayu terdiri dari beberapa komponen penyusun, yaitu
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lignoselulosa mengandung tiga komponen
penyusun utama, yaitu selulosa sebagai kerangka, kandungannya (30-45%-berat),
hemiselulosa sebagai bahan pengisi, kandungannya (25-35%-berat), dan lignin
sebagai pembungkus, kandungannya (20-30%-berat) (Renta, 2011).

Gambar 1.1 Komponen Penyusun Kayu

a. Selulosa
Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman dan
hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni di alam melainkan berkaitan
dengan lignin dan hemiselulosa membentuk lignoselulosa. Selulosa adalah
polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida) yang mempunyai serat dengan
warna putih, tidak dapat larut dalam air dan pelarut organik. Proses pembuatan
pulp adalah contoh perlakuan fisik dan kimia yang mempunyai tujuan untuk
memisahkan selulosa dari kandungan impuritiesnya (Prawirohatmodjo, 1996).
Selulosa berantai panjang dan tidak bercabang. Selama pembuatan pulp
dalam digester, derajat polimerisasi akan turun pada suatu derajat tertentu.
Penurunan derajat polimerisasi tidak boleh terlalu banyak, sebab akan
memendekkan rantai selulosa dan membuat pulp menjadi tidak kuart. Selulosa
dalam kayu memilikib derajat polimerisasi sekitar 3500, sedangkan selylos dalam
pulp mempunyai derajat polimerisasi sekitar 600-1500. Rantai selulosa yang lebih
pendek akan menghasilkan pulp yang encer (Prawirohatmodjo, 1996).

Gambar 1.2 Struktur Selulosa

b. Hemiselulosa
Hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polimer gula.
Namun, berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun dari glukosa, hemiselulosa
tersusun dari bermacam-macam jenis gula.  Hemiselulosa adalah bagian dari
kelompok polisakarida yang memiliki rantai pendek dan bercabang. Pada
tumbuhan, hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dinding sel.
Hemiselulosa juga merupakan senyawa polimer yang terdapat pada biomassa
(Prawirohatmodjo, 1996).
Hemiselulosa memilki derajat polimerisasi lebih kecil dari 300.
Hemiselulosa adalah polimer bercabang atau tidak linier. Selama pembuatan pulp
hemoiselulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan selulosa. Rantai
hemiselulosa lebih pendek dari rantai selulosa. Hemiselulosa bersifat hidrofilik
(mudah menyerap air) yang menyebabkan struktur selulosa menjadi kurang
teratur sehingga air bisa masuk kejaringan selulosa. Hemisolulosa akan
memberikan fibrillasi yang lebih baik dari pada selulosa dan meningkatkan
kualitas kertas (Prawirohatmodjo, 1996).

Gambar 1.3 Struktur Hemiselulosa

c. Lignin
Lignin merupakan suatu makromolekul kompleks, suatu polimer aromatik
alami yang bercabang–cabang & mempunyai struktur tiga dimensi yang terbuat
dari fenil propanoid yang saling terhubung dengan ikatan yang bervariasi. Lignin
merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur molekul lignin sangat
berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik
yang tersusun atas unit-unit fenil propana (Prawirohatmodjo, 1996).
Lignin juga merupakan jaringan polimer fenolik tiga dimensei yang
berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan
proses pemutihan (bleaching) akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat
selulosa secara signifikan. Lignin berfungsi sebagai penyusun sel kayu
(Prawirohatmodjo, 1996).

Gambar 1.4 Struktur Lignin


Menurut SNI 7835.2:2012 Tentang Serpih Kayu (wood chips), persyaratan
bahan baku wood chip yang digunakan adalah :
1. Tidak diperkenankan adanya kayu lapuk/busuk
2. Persyaratan proporsi dimensi serpih kayu
- serpih kayu ukuran lebih dan serpih kayu tebal ≤ 10%
- serpih kayu lebar dan serpih kayu kecil yang diterima ≥ 85%
- serpih kayu ukuran jarum dan serbuk kayu ≤ 5%
3. Persyaratan kandungan kulit diperkenankan maksimal 1.5%
4. Persyaratan kadar air maksimum 48 %
5. Persyaratan kerapatan tumpukan serpih (bulk density) diperkenankan
antara 150 – 170 kg/m3 

Tabel 1. Sifat Kayu untuk Bahan Baku Pulp

Sifat Kayu Kualitas Pulp

Baik Cukup Kurang

Warna Kayu Putih-kuning Coklat-hitam Hitam


Massa Jenis < 0,501 0,501-0,600 > 0,600
Panjang Serat (mm) >1,600 0,900-1,600 < 0,900
Hemiselulosa (%) > 65 60-65 < 60
Lignin (%) < 25 25-30 > 30
Zat Ekstraktif (%) <5 5-7 >7
Sumber : Smook, 2002

1.2.2 White Liqour


WL (White Liquor) adalah  Suatu larutan pemasak yang di dapat dengan
membentuk kembali green liquor (GL) dalam operasi Causticizing dr pulpmill
jenis alkali sehingga mengandung bahan kimia aktif yaitu NaOH dan Na 2S yang
berfungsi mereduksi chip ke dalam komponen komponen fiber dengan melarutkan
lignin selama proses di digester sampai menjadi pulp. Parameter yang dianalisa
dalam white liquor adalah (Murugan, 1996) :
• Total Aktif Alkali(TAA) - target 98 gpl – 108 gpl
• Sulfiditas (S) - target 21% - 29%

Gambar 1.5 Kandungan White Liqour

1.2.3 Proses Kraft


Proses kraft adalah suatu proses pembuatan pulp dengan proses kimia.
Proses ini menghasilkan pulp dengan kekuatan yang lebih tinggi di banding
proses mekanis dan semikimia, namun rendemen yang dehasilkan lebih kecil
karena komponen yang terdegradasi lebih banyak. Proses kraft awalnya
dipatenkan tahun 1854. Pada tahun 1865 mencakup pengabuan cairan soda untuk
melindungi banyaknya alkali yang digunakan dalam proses. Keberhasilan pabrik
soda pertama kali adalah ketika beroperasi pada tahun 1966. Sedikitnya pabrik
soda dalam memproduksi pulp masih beroperasi di seluruh dunia dengan
menggunakan bahan baku hardwood dan non kayu yang berserat. C.F Dahl
dihargai dengan perkembangan proses kraft (atau sulfate) dalam upaya mencari
pengganti akan mahalnya sodium karbonat (abu soda) sebagai rangkaian dari daur
kimia proses soda, dia melakukan percobaan dengan menambahkan sodium
sulfate (saltcake) untuk tungku pemulihan. Setelah itu Dahl menemukan bahwa
sulfida selama pemasakan larutan yang dipercepat dengan proses delignifikasi dan
menghasilkan pulp yang lebih kuat; dia memperoleh hak paten untuk prosesnya
tersebut pada tahun 1884 (Renta, 2011).
Larutan utama yang digunakan dalam proses kraft adalah natrium
hidroksida (NaOH) dan natrium sulfida (Na₂S). Natrium hidroksida merupakan
bahan kimia pemasak utama yang berfungsi untuk mempercepat kelarutan lignin,
sedangkan natrium sulfida merupakan komponen aktif tumbuhan yang berfungsi
untuk menggantikan bahan alkali yang hilang selama proses pemasakan sehingga
konsentrasi larutan pemasak alkali tetap stabil. Reaksi kimia yang terjadi pada
proses kraft diantaranya bentuk lignin yang sebenarnya pada chip kayu
merupakan hasil pemecahan dari ion-ion hidroksil (OHˉ) dan hidrosulfid (SHˉ).
Pada saat pemasakan kira-kira sebanyak 80% lignin, 50% hemiselulosa dan 10%
selulosa dihancurkan. Terjadi reaksi kondensasi dengan karbohidrat. Sehingga
berakibat lignin sulit untuk dipindahkan dari serat. Ion hidrosulfid mengurangi
reaksi kondensasi dengan memblok kelompok yang tidak aktif. Pada metode pulp
terdapat dua tenaga pendorong seperti konsentrasi alkali dan suhu. Faktor – faktor
yang mempengaruhi proses pemasakan pulp kraft yaitu (Supraptiah, 2014) :
1. Chip Size
Ketebalan chip sangat berpengaruh dalam proses pulping, ketika cairan
pemasak akan menembus chip pada semua sisi. Jika chip tebal, cairan
pemasak tidak akan menembus bagian dalam chip, sehingga bagian
tersebut tidak terjadi proses pemasakan.
2. Chip Bulk Density
Merupakan parameter yang penting pada saat pengisian digester. Hal ini
menentukan jumlah pulp yang dapat masukd dan dinyatakan dalam kg/m 3
Chip bulk density dipengaruhi oleh wood density dan chip size.
3. Chip Moisture
Mempunyai pengaruh pada yield yang diperoleh, kappa number, dan
kualitas pulp. Jika moisture terlalu rendah maka akan sulit untuk
menghasilkan chip. Dengan mengetahui moisture content chip dapat
dihitung wood input yang masuk kedalam digester. Supaya terjaga
konsentrasi liquor dan alkali secara konstan. Moisture content sebaiknya
dijaga dalam level 40-50%.
4. Bark (kulit kayu) dan kontaminasi lainnya
Bark merupakan komponen yang tidak diinginkan dalam produksi pulp
karena bark berisi 20-30% selulosan dan 20-30% ekstraktif dan selebihnya
lignin. Bark sendiri akan menaikkan komsumsi alkali dan mengurangi
kekuatan pulp. Kandungan ekstraktif yang tinggi menyebabkan masalah di
evaporator dan pitch pada pulp machine.
5. White Liqour Properties
White liqour merupakan bahan kimia pemasak pada metode sulfat (kraft
cycle) dalam bentuk aqueous solution dimana kandungannya terdiri dari
NaOH, Na2S, (Na2SO4.Na2CO3). White liquor digunakan untuk
mengurangi kandungan lignin dalam digester dan juga untuk ekstraksi
selulosa. Digester yang digunakan adalah digester continue.
6. Cooking Control Variable
Variabel yang digunakan yaitu waktu dan temperatur. Reaksi delignifikasi
bergantung pada temperatur. Kenaikan temperatur yang kecil
menyebabkan pengaruh yang besarpada reaksi delignifikasi seperti
kenaikan 10oC dari 160oC menjadi 170oC akan menyebabkan dua kali
delignifikasi.
7. Alkali Charge
Efektifitas normal alkali charge memiliki nilai antara 10-18% Na2O dalam
drywood tergantung dari jenis kayu, kondisi pemasakan dan derajat
deligniikasi yang dibutuhkan. Kelebihan alkalli dapat menyebabkan
kenaikan angka delignifikasi dan mengurangi yield.
8. Liquor to wood ratio
Rasio liqour : wood (normal rasio 3 : 1 atau 5 : 1) kelebihan black liquor
yang berasal dari digester ke chip untuk menaikkan rasio liquorwood.

1.2.4 Pulp
Pulp adalah bahan baku pembuatan kertas dan senyawa-senyawa kimia
turunan selulosa. Pulp dapat dibuat dari berbagai jenis kayu, bambu, dan rumput-
rumputan. Pulp adalah hasil pemisahan selulosa dari bahan baku berserat (kayu
maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatan baik secara mekanis,
semikimia, dan kimia. Pulp terdiri dari serat-serat (selulosa dan hemiselulosa)
sebagai bahan baku kertas. Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan secara
mekanis, kimiawi, dan semikimiawi. Bahan dasar pembuatan pulp yang terutama
adalah selulosa yang banyak dijumpai pada hampir semua jenis tumbuh-tumbuhan
sebagai pembentuk dinding sel (Tjahjono, 1997).
Pulp dapat diolah dengan lebih lanjut menjadi kertas, rayon, selulosa asetat
dan turunan selulosa yang lain. Sebagai bahan baku pulp dipakai bahan baku
jerami dan merang dan meningkat menjadi bahan baku bambu, ampas, tebu,
pohon kapas, serat dan jenis rumput – rumputan. Syarat–syarat bahan baku yang
digunakan dalam pulp, yaitu (Tjahjono, 1997) :
a) Berserat
b) Kadar alpha sellulosa lebih dari 40 %
c) Kadar ligninnya kurang dari 25 %
d) Kadar air maksimal 10 %
e) Memiliki kadar abu yang kecil.

Pengelompokan pulp menurut komposisinya dikelompokkan menjadi tiga


jenis yaitu (Renta, 2011) :
a) Pulp kayu (wood pulp)
Pulp kayu adalah pulp yang berbahan baku kayu. Pulp kayu dibedakan
menjadi :
 Pulp kayu lunak (soft wood pulp). Jenis kayu lunak yang umum digunakan
berupa jenis kayu berdaun jarum (Needle Leaf) seperti Pinus Merkusi,
Agatis Loranthifolia, dan Albizza Folcata.
 Pulp kayu keras (hard wood pulp) Pada umumnya serat ini terdapat pada
jenis kayu berdaun lebar (Long Leaf) seperti kayu Oak.
b) Pulp bukan kayu (non wood pulp)
Pada saat ini pulp non kayu yang dihasilkan digunakan untuk
memproduksi kertas meliputi : percetakan dan kertas tulis, linerboard, medium
berkerut, kertas koran, tisu, dan dokumen khusus. Pulp non kayu yang umum
digunakan biasanya merupakan kombinasi antara pulp non kayu dengan pulp kayu
lunak kraft atau sulfit yang ditambahkan untuk menaikkan kekuatan kertas.
Karekteristik bahan non kayu mempunyai sifat fisik yang lebih baik daripada
kayu lunak dan dapat digunakan di dalam jumlah yang lebih rendah bila
digunakan sebagai pelengkap dan sebagai bahan pengganti bahan kayu lunak.
Sumber serat non kayu meliputi: - limbah pertanian dan industri hasil pertanian
seperti jerami padi, gandum, batang jagung, dan limbah kelapa sawit.

1.2.5 Proses Pembuatan Pulp


Pulp merupakan hasil pembuburan bahan tumbuh-tumbuhan yang
komponen utamanya adalah selulosa. Pulp merupakan bahan baku utama untuk
pembuatan kertas. Proses pembuatan pulp industri dibagi atas tiga kelompok yaitu
proses mekanis, proses kimia dan proses semi kimia. Semuanya mempunyai
tujuan yang sama yaitu untuk memisahkan serat selulosa dari senyawa
pengikatnya terutama lignin (Renta, 2011).
1. Proses Mekanis
Pulp dapat dibuat dari kayu dengan pengolahan secara mekanis tanpa
perlakuan kimia. Proses ini memiliki keunggulan antara lain memberikan hasil
yang lebih tinggi tetapi itu membutuhkan energi yang lebih besar. Pulp-pulp
mekanik lebih banyak diproduksi dari kayu-kayu yang lunak. Pada proses ini
kandungan lignin dan zat-zat lain masih tinggi (Renta, 2011).
2. Proses Kimia
Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan
menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian-bagian
yang tidak diinginkan, sehingga pulp yang berkadar selulosa tinggi dapat
dihilangkan. Pulp yang telah dihasilkan akan mudah untuk diputihkan dan pada
umumnya dilakukan untuk menghasilkan jenis kertas tertentu seperti tissue, kertas
cetak dan lain-lain. Hampir semua produksi pulp kimia di dunia saat ini masih
didasarkan pada proses-proses sulfit dan sulfat, yang terakhir yang paling banyak.
Ada beberapa metode pembuatan pulp dengan proses kimia, yaitu (Supraptiah,
2014) :
a. Metode proses basa : proses soda dan proses sulfat.
b. Metode proses asam : proses sulfit.

3. Proses Semi Kimia


Pembuatan pulp secara semi kimia merupakan proses dua tahap yaitu:
tahap pertama serpihan kayu diolah dengan bahan kimia yang tidak terlalu banyak
untuk memutus ikatan interseluler dengan menghilangkan sebagian hemiselulosa
dan lignin, selanjutnya mengalami perlakuan mekanis utuk memisahkan serat-
seratnya. Cara pembuatan pulp secara semi kimia dilakukan untuk mendapatkan
hasil pulp yang lebih baik, disamping untuk mempertahankan keunggulan sifat
pulp yang akan diperoleh dengan cara mekanis. Hasil dan kualitas pulp yang
diperoleh dengan cara semi kimia terletak diantara hasil pulp yang diperoleh
dengan cara kimia maupun mekanis cara semi kimia ini lebih sesuai untuk bahan
baku jenis kayu keras. Hasil pulp diperoleh sekitar 60-70% dan berat kering bahan
baku (Supraptiah, 2014).

1.2.6 Faktor yang Berpengaruh Pada Pembuatan Pulp


Adapun faktor yang berpengaruh dalam pembuatan pulp sebagai berikut
(Renta, 2011) :
a) Jenis Larutan pemasak (larutan NaOH, Na2S, dan Na2CO3).
b) Larutan pemasak memisahkan dan menguraikan serat-serat selulosa dan
non selulosa. Pemisahan serat ini sangat penting sebab kadar non selulosa
yang cukup tinggi akan menurunkan kualitas pulp misalnya
mengakibatkan degradasi dan pelarutan selulosa yang berlebihan sehingga
mengakibatkan sifat-sifat kekuatan pulp turun,
c) Konsentrasi Pelarut
d) Semakin tinggi konsentrasi larutan alkali, akan semakin banyak selulosa
yang larut. Larutan NaOH berfungsi dalam pemisahan dan penguraian
serat selulosa dan nonselulosa.
e) Perbandingan Cairan Pemasak terhadap Bahan Baku
f) Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku haruslah memadai agar
pecahan-pecahan lignin sempurna dalam proses degradasi dan dapat larut
sempurna dalam cairan pemasak. Perbandingan yang terlalu kecil dapat
menyebabkan terjadinya redeposisi lignin sehingga dapat meningkatkan
bilangan kappa (kualitas pulp menurun). Perbandingan yang dianjurkan
lebih dari 8 : 1.
g) Temperatur Pemasakan
h) Temperatur pemasakan berhubungan dengan laju reaksi. Temperatur yang
tinggi dapat menyebabkan terjadinya pemecahan makromolekul yang
semakin banyak, sehingga produk yang larut dalam alkali pun akan
semakin banyak.
i) Lama Pemasakan
j) Lama pemasakan yang optimum pada proses delignifikasi adalah sekitar
60-120 menit dengan kandungan lignin konstan setelah rentang waktu
tersebut. Semakin lama waktu pemasakan, maka kandungan lignin di
dalam pulp tinggi, karena lignin yang tadi telah terpisah dari raw pulp
dengan berkurangnya konsentrasi NaOH akan kembali menyatu dengan
raw pulp dan sulit untuk memisahkannya lagi. Proses pembuatan pulp
yang menggunakan suhu 190 – 200oC, hanya membutuhkan waktu
pemasakan 15–30 menit. Waktu pemasakan yang cukup lama akan
merusak struktur selulosa dan pemanasan dibawah suhu penguraian akan
mengakibatkan selulosa dalam bahan baku belum terurai secara sempurna.
k) Temperatur pemasak dan pengeringan
l) Pengeringan dan pemasakan dibawah suhu penguraian akan
mengakibatkan selulosa dalam bahan baku belum terurai secara sempurna
dan akan mengakibatkan pula beberapa perubahan sifat selulosa.
m) Tekanan
n) Tekanan yang digunakan dalam setiap proses tergantung dari jenis bahan
baku yan digunakan dan temperatur operasi.
o) Dimensi serat meliputi panjang serat, diameter serta tebal dinding sel.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah
a. Menentukan kadar air wood chip
b. Menentukan jumlah volume white liquor dan air yang akan digunakan
c. Mampu melakukan proses pemasakan bahan baku sampai menjadi pulp
(brown stock),
d. Mengukur pH white liquor dan black liquor
e. Menghitung yield dari pulp
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum adalah mini-digester, vessel,
wadah, gelas ukur 1000 ml, screening bucket (kain penyaring)

2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum adaalah wood chip,
white liquor, air.

2.3 Prosedur Percobaan


1. Dinyalakan power digester dan pilih pogram (PT number 4) yang akan
dijalankan.
2. Di atur controller dengan waktu pemasakan selama 2 jam pada suhu
pemasakan 155°C.
3. Dimasukkan chip ke dalam portable vessel sebanyak 750,02 gram.
4. Dipasang tutup chip portable vessel di atas tumpukan chip.
5. Dimasukkan portable vessel yang berisi chip ke dalam digester.
6. Ditutup semua manual valve (screw drain valve, stop drain valve, stop
condenser valve) yang ada di bawah digester.
7. Dimasukkan white liquor ke dalam digester sebanyak 1700 ml.
8. Dimasukkan air ke dalam digester sebanyak 821 ml.
9. Dinyalakan pompa digester dan atur aliran liquor yang masuk menuju
penutup vessel portable sehingga aliran diperkirakan menyebar sempurna
10. Ditutup digester dengan memastikan screw valve yang ada di atasntya
dalam kondisi terbuka dengan nozzle menghadap ke steam trap area.
11. Dikencangkan mur penguat secara seimbang sampai tidak dapat diputar lagi
dengan tangan.
12. Ditutup screw valve yang ada dibagian atas penutup.
13. Disambung dan dikencangkan nozzle pipa yang menuju steam trap
menggunakan kunci 17 yang tersedia.
14. Ditekan tombol Run pada kontroler selama 3 detik.
15. Satu menit sebelum proses pemasakan selesai, akan terdengar bunyi alarm
pengingat. Dibuka process water source valve yang menuju ke condenser
dengan besar bukaan tertentu (tergantung pressure process water pada saat
itu) yang tidak melebihi flow air keluar pada steam trap.
16. Diperhatikan pada controller sampai lampu “prg” yang menyala mati dan
digantikan dengan lampu “rst” yang menyala.
17. Setelah lampu ‘rst’ menyala, dimatikan saklar pompa.
18. Diturunkan tekanan dengan membuka valve pembuangan di bagian ata
digester.
19. Pada tekanan 3 bar, sambil sampel black liquor dengan membuka kondensor
valse kira-kira 50% bukaam sebanyak ± 100 ml lalu langsung tutup kembali.
20. Diturunkan tekanan dengan bukaan valve 100% sampai bacaan pressures
gauge sama dengan nol.
21. Dibuka semua manual valve (screw drain valve, stop drain valve, stop
condenser valve) yang ada dibagian bawah digester.
22. Dibuka semua noozle ke stream trap dengan kunci 17 mm yang tersedia.
23. Dilepaskan mur penguat tutup digester dengan menggunakan sarung tangan
anti panas.
24. Dilepaskan penutup digester dengan menggunakan sarung tangan anti
panas.
25. Diangkat portable vessel menggunakan pengait yang tersedia dan langsung
dilantai tempat pencucian pulp.
26. Didinginkan portable vessel menggunakan air selang yang mengalir.
27. Setelah vessel didinginkan dengan air, dimasukkan pulp ke dalam kain
saringan.
28. Dicuci pulp sampai bersih hingga warna air cucian tidak berwarna hitam
kecoklatan lagi.
29. Setelah pulp dicuci hingga bersih, diperaskan pulp hingga agak kering.
30. Dimasukkan pulp ke dalam kantong plastic klip.
31. Dihitung pH black liquor yang dihasilkan.
32. Keringkan pulp hingga pulp nya menjadi kering pada suhu ruang, dan
timbang berat pulp kering.

2.4 Rangkaian Alat

Gambar 2.1 Rangkaian Alat Proses Pembuatan Pulp


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan


Pada percobaan pembuatan pulp ini, waktu yang digunakan untuk
pemasakan yaitu 2 jam dengan suhu 155°C. Untuk hasil percobaannya dapat
dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan

Pengamatan Hasil Pengamatan


Berat Bahan Baku
750,02 gram
(wood chip)
Larutan pemasak
Warna kuning, 1700 ml
sebelum pemasakan
pH = 13,20
(white liquor)
Air yang digunakan 821 ml

Lama Pemasakan 2 jam


Larutan pemasak setelah
proses pemasakan Warna hitam kecoklatan, pH = 12,88
(black liquor)

Berat pulp basah 680 gram

Berat pulp kering


(setelah dikeringkan 392,35 gram
selama 3 hari)
Kadar air wood chip 12,77 %

Yield pulp 52,31 %

3.2 Pembahasan
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa kadar air wood chip yng
digunakan adalah 12,77%. Berdasarkan SNI 7835.2:2012, persyaratan kadar air
maksimum 48 %. Kadar air wood chip juga akan berpengaruh terhadap rendemen
pulp yang akan dihasilkan. Semakin rendah kadar air kayu maka semakin mudah
melarutkan lignin dan zat ekstraktif (pengotor) dalam pulp, serta efisiensi
pencucian. Dengan pencucian yang dilakukan semaksimal mungkin, maka
semakin sedikit lignin dan zat ekstraktif yang terikut dalam rendemen pulp. Ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Saleh dkk (2015),
menemukan bahwa kadar air yang tinggi menghasilkan rendemen pulp yang
semakin rendah. Kadar air yang tinggi tidak baik untuk pulp, hal ini disebabkan
karena kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi pulp dan menyebabkan kualitas
pulp menurun. Pada proses pemasakan, banyaknya rendemen mempengaruhi
konversi pulp yang diperoleh. Semakin tinggi rendemen, maka konversi pulp akan
semakin tinggi pula.
Dari percobaan ini larutan pemasak yang digunakan awalnya merupakan
basa kuat dengan pH 13,20. Larutan pemasak yang digunakan pada praktikum ini
adalah white liquor, dimana fungsinya adalah sebagai larutan pemasak yang akan
memisahkan antara fiber dengan lignin. Larutan pemasak awalnya berwarna
kuning hal ini dikarenakan belum bereaksi dengan lignin. Proses pemasakan
berlangsung selama 2 jam, lamanya pemasakan juga akan mempengaruhi kualitas
pulp yang dihasilkan. Karena jika terlalu lama akan menyebabkan selulosa
terhidrolisis, sehingga akan menurunkan kualitas pulp, sedangkan terlalu sebentar
maka akan mengakibatkan lignin belum terekstrak secara sempurna, hal ini
dikarenakan waktu sangat berpengaruh untuk bereaksi nya white liquor untuk
memisahkan antara lignin dengan fiber (serat kayu). Ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Syamsul Bahri (2015) menemukan bahwa semakin lama
waktu reaksi maka semakin banyak lignin yang tersisihkan dari biomassa,
sehingga kandungan lignin dalam pulp semakin berkurang. Yang dimana semakin
banyak lignin yang terlepas, maka akan menyebabkan yield yang dihasilkan
semakin sedikit dan pulp yang dihasilkan akan semakin bagus karena lignin yang
tersisa dalam bahan baku lebih sedikit.
Setelah proses pemasakan wood chip selesai, pulp yang dihasilkan dicuci
dan dikeringkan selama ±3 hari. Hasil dari pemasakan chip kayu 750 gr
menghasilkan pulp kering sebanyak 392,35 gram, menghasilkan black liquor
dengan pH 12,88 dan nilai yield dari pulp adalah 52,31%. Larutan sisa cairan
pemasak pulp (Black liquor) dihasilkan dari proses reaksi antara white liquor
mengikat lignin. Berdasarkan penelitian Supraptiah, dkk (2014), yang dimana
standard nilai yield yang dihasilkan berkisar antara 55-65 %. Berarti pulp yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kertas karena telah
memenuhi standar kualitas kertas pulp.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Kadar air chip yang digunakan yaitu 12,77%.
2. Kebutuhan bahan kimia pemasak (white liquor) yang digunakan ialah
1700 ml, dan kebutuhan air yang diperlukan 821 ml.
3. Proses kraft pada pemasakan bahan baku (wood chip) sebanyak
750,02 gram hingga menjadi pulp pada suhu 155°C selama 2 jam
diperoleh pulp basah seberat 680 gram dan pulp kering seberat 392,35
gram. Semakin lama waktu pemasakan, maka pH larutan pemasak akan
semakin kecil karena semakin banyak lignin yang terekstrak dan larut pada
larutan pemasak tersebut.
4. pH white liquor (sebelum pemasakan) 13,2 dan pH black liquor (sesudah
pemasakan) 12,88.
5. Yield yang dihasilkan adalah 52,31% .

4.2. Saran
Lakukan pencucian pulp dengan hati-hati hingga bersih. Praktikum ini
dilanjutkan dengan tahapan bleaching dan pembuatan kertas.
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. 2015. Pembuatan Pulp dari Batang Pisang. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal. 4 (2): 36-50.
Murugan, B. 1996. Proses Kraft Pulping. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
Perawang.
Prawirohatmodjo, S. 1996. Kimia Kayu. Diktat Kuliah Kimia Kayu Mahasiswa
Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Renta, M. 2011. Pembuatan Pulp dari Kayu Akasia dengan Proses Kraft dan
Bleaching Menggunakan Enzim Lakase. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Saleh, A., Meilina M. D., Pakpahan dan Angelina N. 2009. Pengaruh Konsentrasi
Pelarut, Temperatur Dan Waktu Pemasakan Pada Pembuatan Pulp Dari
Sabut Kelapa Muda. Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16 : 35-44
Sastrohamidjojo, H. 1984. Kayu Kimia Ultra Struktur Dan Reaksi-Reaksi.
Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.
Smook, G, A. 2002. Handbook for pulp and paper Technologist Third Edition.
A.W Publication Inc. Canada.
Supraptiah, E., Ningsih, A. S., Sofiah dan Apriandini, R. 2014. Pengaruh Rasio
Cairan Pemasak (Aa Charge) Pada Proses Pembuatan Pulp Dari Kayu
Sengon (Albizia Falcataria) Terhadap Kualitas Pulp. Jurnal Kinetika
Teknik Kimia Politeknik Negeri. Vol 5 : 14-21.
Tim Penyusun. 2019. Penuntun Praktikum Teknik Reaksi Kimia. Program Studi
D3 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau. Pekanbaru.
Tjahjono, J. 1997. Proses Pembuatan Pulp. Diklat Identifikasi Sumber Serat dan
Demo Proyek Teknologi Tepat Guna Pembuatan Pembuatan Pulp Merang
dan Karton. Bandung.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum : Pembuatan Pulp

Dosen Pengampu : Dra. Zultiniar, MSi

Tanggal Praktikum : Rabu, 9 Oktober 2019

Asisten : Ines Indriyani

Kelompok : VI (Enam) D3-B

Anggota : Egi Supradi Bakara

Fariz Al Fajar

Fitri Ayu Diya Sari

Sophia Anggraini

Hasil Praktikum :

Suhu Pemasakan 155°C dalam waktu pemasakan 2 jam

Pengamatan Hasil Pengamatan


Berat Bahan Baku
750,02 gram
(wood chip)
Larutan pemasak
Warna kuning, 1700 ml
sebelum pemasakan
pH = 13,20
(white liquor)
Air yang digunakan 821 ml

Lama Pemasakan 2 jam


Larutan pemasak setelah
proses pemasakan Warna hitam kecoklatan, pH = 12,88
(black liquor)

Berat pulp basah 680 gram

Berat pulp kering 392,35 gram


(setelah dikeringkan
selama 3 hari)
Kadar air wood chip 12,77 %

Yield pulp 52,31 %

Pekanbaru, 10 Oktober 2019

Praktikan Asisten

Egi Supradi Bakara Ines Indriyani


LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

1) Menghitung Kadar Air Wood Chip


Berat chip sebelum dioven−Berat chip setelah di oven
Kadar Air = x 100 %
Berat chip sebelum dioven

5,1997 gram – 4,5352 gram


= x 100 %
5,1997 gram

= 12,77 %

2) Menghitung jumlah White Liqour yang digunakan


% Kadar air = 12,77 %

% Active alkali = 20 %

= % Active Alkali x ( berat chip – berat chip x % kadar air)

= 0,2 x ( 750,02 – 750,02 x 12,77% )

= 0,2 x ( 750,02 – 95,777 )

= 0,2 x 654,243

= 130,84 gram

Active Alkali = NaOH + Na2S = 77 gram/liter

130,84 gram
Volume White Liqour = = 1,7 liter (1700 ml)
77 gram/liter

3) Menghitung volume air yang digunakan


Liqour = 4 x 654,225 gram

= 2616,9 gram = 2617 ml

Volume Air = 2617 ml – 95,775 ml – 1700 ml

= 821,225 ml
≈ 821 ml
4) Menghitung Yield Pulp
Yield pulp = ( Berat pulp / berat bahan baku) x 100 %

Yield pulp = (392,35 gram / 750,02 gram) x 100 %

= 52,31 %
LAMPIRAN C

DOKUMENTASI

Gambar C.1 Alat Perlengkapan Pembuatan Pulp

Gambar C.2 Persiapan Bahan Baku Pembuatan Pulp

Gambar C3. Proses Pemasukan Bahan ke Dalam Digester


Gambar C.4 Setelah Terjadi Proses Cooking (Pemasakan)

Gambar C.5 Proses Pendinginan Vessel

Gambar C.6 Proses Pencucian Pulp


Gambar C.7 Pengujian pH White Liqour (WL) dan Black Liqour (BL)

Gambar C.8 Pulp Basah Gambar C.9 Pulp Kering

Anda mungkin juga menyukai