Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Teknik Reaksi Kimia Dra. Zultiniar M.Si

PEMBUATAN PULP SODA SEMI MEKANIS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

Alkin Yudayana Pasaji (1907036390)

Fajar Ikhsan Pradana (1907036386)

Feni Afriana (1907036127)

Synta Yulisama (1907035939)

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
ABSTRAK

Proses soda semi mekanis dalam pembuatan pulp merupakan proses yang
menggunakan proses kimiawi dan proses mekanis. Proses kimiawi yang
dilakukan adalah pemasakan dengan menggunakan larutan pemasak NaOH,
sedangkan proses mekanis yang dilakukan adalah menggunakan blender untuk
menghasilkan serat yang lebih halus. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kondisi operasi pembuatan pulp proses soda semi mekanis terhadap
perolehan pulp. Pada percobaan digunakan larutan pemasak NaOH 0,5 M
dengan varian waktu 30 menit dan 60 menit. Diperoleh berat pulp berturut-turut
16,8 gram dan 6,78 gram. Kadar air pulp yang diperoleh yaitu pada waktu
pemasakan 30 menit yaitu 22,91% dan yield yang diperoleh yaitu 33,6 % dan
pada pemasakan 60 menit kadar air yang diperoleh yaitu 11,6 % dan yield yang
diperoleh 27,12 %.

Kata kunci : NaOH, konsentrasi, larutan pemasak, proses semi mekanis, pulp,
yield.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori


1.1.1 Ampas Tebu
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan
baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman
ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa
dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan
di pulau Jawa dan Sumatra (Anonim, 2008).
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses
ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar
35 – 40% dari berat tebu yang digiling. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32%
dari berat tebu giling. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut
dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas,
bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-lain. Oleh karena itu
diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan
(Anonim, 2009).
Ampas tebu sebagian besar mengandung lignoselulosa. Panjang seratnya
antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu
ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan.
Bagase mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%.
Serat bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa,
pentosan dan lignin (Anonim, 2008).
Tabel 1. Komposisi Kimia Ampas Tebu

Kandungan Kadar %
Abu 38,2
Lignin 22,09
Selulosa 37,65
Sari 1,81
Pentosan 27,97
SiO2 3,01
Kadar air 9,67%
Sumber : Anonim, 2008.

Berdasarkan penelitian tentang dimensi serat, bagase yang dipakai untuk


bahan baku pulp dan kertas oleh PT Kertas Leces, Probolinggo, rata-rata memiliki
panjang serat 1,43 mm, diameter 10,33 nm, tebal dinding serat 0,68 nm, diameter
lumen 8,51 nm, dan nisbah serat dengan diameter serat 138,43. Menurut Anonim,
2008. Batang tebu tersusun atas 2 sel utama yaitu :
1. Bagian berserat, tersusun dari kulit berserabut panjang & berdinding tebal
serta fibrovascular. Bagian ini menyebabkan suatu batang tebu tampak utuh
dan padat, terletak di bagian kulit batang.
2. Bagian yang tak berserat/pith, berasal dari dinding sel tipis yang merupakan
dasar dari anyaman – anyaman / parenchym tangkai. Bagian ini menyimpan
juice dalam tebu.
Kedua bagian diatas saling terikat erat, tidak dapat dipisahkan secara
sempurna. Kandungan pith (Cane Sugar Handbook 12ed) adalah 20% berat dari
bagasse yang terdiri dari sel-sel perenkim, jika tidak dihilangkan maka akan
menyerap larutan pemasak kimia dan tidak diharapkan untuk kertas. Perbedaan
dari kedua fraksi tersebut yaitu kulit yang beserta dan fibrovascular dengan pith
adalah pada sifat fisiknya dan pada keadaan waktu mengalami proses pulping.
Berdasarkan sifatnya, pith sukar untuk dibuat kertas, maka jika pith sampai
terdapat dalam pulp akan menurunkan rate pengaliran dan kekuatan kertas yang
dihasilkan, bahkan lebih dari itu pith akan menyebabkan luas permukaan menjadi
lebih besar sehingga bahan kimia yang dibutuhkan pada proses pulping
bertambah. Dengan alasan ini maka kandungan pith diusahakan hilang sebelum
proses pulping (Anonim, 2008).
1.1.2 Pulp
Pulp adalah bahan baku pembuatan kertas dan senyawa-senyawa kimia
turunan selulosa. Pulp dapat dibuat dari berbagai jenis kayu, bambu, dan rumput-
rumputan. Pulp adalah hasil pemisahan selulosa dari bahan baku berserat (kayu
maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatan baik secara mekanis,
semikimia, dan kimia. Pulp terdiri dari serat-serat (selulosa dan hemiselulosa)
sebagai bahan baku kertas. Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan secara
mekanis, kimiawi, dan semikimiawi. Bahan dasar pembuatan pulp yang terutama
adalah selulosa yang banyak dijumpai pada hampir semua jenis tumbuh-tumbuhan
sebagai pembentuk dinding sel (Saleh dkk, 2009).
Pulp dapat diolah dengan lebih lanjut menjadi kertas, rayon, selulosa asetat
dan turunan selulosa yang lain. Sebagai bahan baku pulp dipakai bahan baku
jerami dan merang dan meningkat menjadi bahan baku bambu, ampas, tebu,
pohon kapas, serat dan jenis rumput – rumputan.
Menurut Anonim (2008), syarat–syarat bahan baku yang digunakan dalam
pulp, yakni :
a. Berserat
b. Kadar alpha sellulosa lebih dari 40 %
c. Kadar ligninnya kurang dari 25 %
d. Kadar air maksimal 10 %
e. Memiliki kadar abu yang kecil.
Menurut Anonim (2009), pengelompokan pulp menurut komposisinya
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Pulp kayu (wood pulp)
Pulp kayu adalah pulp yang berbahan baku kayu. Pulp kayu dibedakan
menjadi :
 Pulp kayu lunak (soft wood pulp). Jenis kayu lunak yang umum digunakan
berupa jenis kayu berdaun jarum (Needle Leaf) seperti Pinus Merkusi, Agatis
Loranthifolia, dan Albizza Folcata.
 Pulp kayu keras (hard wood pulp) Pada umumnya serat ini terdapat pada
jenis kayu berdaun lebar (Long Leaf) seperti kayu Oak.
2. Pulp bukan kayu (non wood pulp)
Pada saat ini pulp non kayu yang dihasilkan digunakan untuk memproduksi
kertas meliputi : percetakan dan kertas tulis, linerboard, medium berkerut, kertas
koran, tisu, dan dokumen khusus. Pulp non kayu yang umum digunakan biasanya
merupakan kombinasi antara pulp non kayu dengan pulp kayu lunak kraft atau
sulfit yang ditambahkan untuk menaikkan kekuatan kertas. Karekteristik bahan
non kayu mempunyai sifat fisik yang lebih baik daripada kayu lunak dan dapat
digunakan di dalam jumlah yang lebih rendah bila digunakan sebagai pelengkap
dan sebagai bahan pengganti bahan kayu lunak. Sumber serat non kayu meliputi: -
limbah pertanian dan industri hasil pertanian seperti jerami padi, gandum, batang
jagung, dan limbah kelapa sawit (Anonim, 2008).

1.1.3 Selulosa dan Lignin


1. Selulosa
Selulosa merupakan polimer dengan rumus kimia (C6H10O5)n. Dalam hal

ini n adalah jumlah pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi yang harganya
bervariasi berdasarkan sumber selulosa dan perlakukan yang diterimanya.
Kebanyakan serat untuk pembuat pulp mempunyai harga derajat polimerisasi
600–1500. Selulosa terdapat pada sebagian besar dalam dinding sel dan bagian-
bagian berkayu dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa mempunyai peran yang
menentukan karakter serat dan memungkinkan penggunaannya dalam pembuatan
kertas. Dalam pembuatan pulp diharapkan serat-serat mempunyai kadar selulosa
yang tinggi (Saleh dkk, 2009).
Sifat-sifat bahan yang mengandung selulosa berhubungan dengan derajat
polimerisasi molekul selulosa. Berkurangnya berat molekul di bawah tingkat
tertentu akan menyebabkan berkurangnya ketangguhan. Serat selulosa
menunjukkan sejumlah sifat yang memenuhi kebutuhan pembuatan kertas.
Kesetimbangan terbaik sifat-sifat pembuatan kertas terjadi ketika kebanyakan
lignin tersisih dari serat. Ketangguhan serat terutama ditentukan oleh bahan
mentah dan proses yang digunakan dalam pembuatan pulp (Anonim, 2008).
Molekul selulosa seluruhnya berbentuk linier dan mempunyai
kecenderungan kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen, baik dalam satu rantai
polimer selulosa maupun antar rantai polimer yang berdampingan. Ikatan
hidrogen ini menyebabkan selulosa bisa terdapat dalam ukuran besar, dan
memiliki sifat kekuatan tarik yang tinggi (Saleh dkk, 2009).

2. Lignin
Lignin merupakan makromolekul ketiga yang terdapat dalam biomassa,
berfungsi sebagai pengikat antar serat. Lignin dapat dihilangkan dari bahan
dinding sel yang tak larut dengan klor dioksida. Struktur molekul lignin sangat
berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida, karena terdiri dari sistem
aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propane. Sifat-sifat lignin yaitu tidak
larut dalam air dan asam mineral kuat, larut dalam pelarut organik, dan larutan
alkali encer. Lignin yang terikut dalam produk pulp menurunkan kekuatan kertas
dan menyebabkan kertas menguning (Anonim, 2009).
Pulp akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik apabila
mengandung sedikit lignin. Hal ini karena lignin bersifat menolak air dan kaku
sehingga menyulitkan dalam proses penggilingan. Kadar lignin untuk bahan baku
kayu 20-35 %, sedangkan untuk bahan non-kayu lebih kecil lagi (Saleh dkk,
2009).

Tabel 2. Perbedaan Antara Selulosa dan Lignin


Selulosa Lignin
- Tidak larut dalam pelarut organik dan air - Tidak larut dalam air dan asam
- Tidak larut dalam alkali mineral kuat
- Larut dalam asam pekat - Larut dalam pelarut organik dan
- Terhidrolisis relatif lebih cepat pada larutan alkali encer
temperatur tinggi
Sumber :Anonim, 2009.

1.1.4 NaOH (Natrium Hidroksida)


Natrium Hidroksida anhidrat berbentuk kristal berwarna putih. NaOH
bersifat sangat korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering digunakan dalam
industri yaitu soda kaustik. Soda kaustik apabila dilarutkan dalam air akan
menimbulkan reaksi eksotermis (Anonim, 2008).
Tabel 3. Sifat Fisika NaOH
Sifat Nilai
Berat molekul 39,998 gr/mol
Spesific Gravity 2,130
Titik leleh 318oC
Titik didih 1390oC
Kelarutan pada 20oC, gr/100gr air 299,6
Sumber : Anonim, 2009.

1.1.5 Proses Pembuatan Pulp


Pulp merupakan hasil pembuburan bahan tumbuh-tumbuhan yang
komponen utamanya adalah selulosa. Pulp merupakan bahan baku utama untuk
pembuatan kertas. Proses pembuatan pulp industri dibagi atas tiga kelompok yaitu
proses mekanis, proses kimia dan proses semi kimia. Semuanya mempunyai
tujuan yang sama yaitu untuk memisahkan serat selulosa dari senyawa
pengikatnya terutama lignin (Anonim, 2009).

1. Proses Mekanis
Pulp dapat dibuat dari kayu dengan pengolahan secara mekanis tanpa
perlakuan kimia. Proses ini memiliki keunggulan antara lain memberikan hasil
yang lebih tinggi tetapi itu membutuhkan energi yang lebih besar. Pulp-pulp
mekanik lebih banyak diproduksi dari kayu-kayu yang lunak. Pada proses ini
kandungan lignin dan zat-zat lain masih tinggi (Anonim, 2009).

2. Proses Kimia
Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan
menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian-bagian
yang tidak diinginkan, sehingga pulp yang berkadar selulosa tinggi dapat
dihilangkan. Pulp yang telah dihasilkan akan mudah untuk diputihkan dan pada
umumnya dilakukan untuk menghasilkan jenis kertas tertentu seperti tissue, kertas
cetak dan lain-lain. Hampir semua produksi pulp kimia di dunia saat ini masih
didasarkan pada proses-proses sulfit dan sulfat, yang terakhir yang paling banyak.
Menurut Saleh dkk, 2009. Ada beberapa metode pembuatan pulp dengan proses
kimia, yaitu :
a. Metode proses basa : proses soda dan proses sulfat.
b. Metode proses asam : proses sulfit.

3. Proses Semi Kimia


Pembuatan pulp secara semi kimia merupakan proses dua tahap yaitu:
tahap pertama serpihan kayu diolah dengan bahan kimia yang tidak terlalu banyak
untuk memutus ikatan interseluler dengan menghilangkan sebagian hemiselulosa
dan lignin, selanjutnya mengalami perlakuan mekanis utuk memisahkan serat-
seratnya. Cara pembuatan pulp secara semi kimia dilakukan untuk mendapatkan
hasil pulp yang lebih baik, disamping untuk mempertahankan keunggulan sifat
pulp yang akan diperoleh dengan cara mekanis. Hasil dan kualitas pulp yang
diperoleh dengan cara semi kimia terletak diantara hasil pulp yang diperoleh
dengan cara kimia maupun mekanis cara semi kimia ini lebih sesuai untuk bahan
baku jenis kayu keras. Hasil pulp diperoleh sekitar 60-70% dan berat kering bahan
baku (Anonim, 2009).

1.1.6 Faktor yang Berpengaruh Pada Pembuatan Pulp


Menurut Anonim, 2008. Adapun faktor yang berpengaruh dalam
pembuatan pulp sebagai berikut :
1. Jenis Larutan pemasak (larutan NaOH, Na2S, dan Na2CO3).
Larutan pemasak memisahkan dan menguraikan serat-serat selulosa dan non
selulosa. Pemisahan serat ini sangat penting sebab kadar non selulosa yang
cukup tinggi akan menurunkan kualitas pulp misalnya mengakibatkan
degradasi dan pelarutan selulosa yang berlebihan sehingga mengakibatkan
sifat-sifat kekuatan pulp turun
2. Konsentrasi Pelarut
Semakin tinggi konsentrasi larutan alkali, akan semakin banyak selulosa
yang larut. Larutan NaOH berfungsi dalam pemisahan dan penguraian serat
selulosa dan nonselulosa.
3. Perbandingan Cairan Pemasak terhadap Bahan Baku
Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku haruslah memadai agar
pecahan-pecahan lignin sempurna dalam proses degradasi dan dapat larut
sempurna dalam cairan pemasak. Perbandingan yang terlalu kecil dapat
menyebabkan terjadinya redeposisi lignin sehingga dapat meningkatkan
bilangan kappa (kualitas pulp menurun). Perbandingan yang dianjurkan
lebih dari 8 : 1.
4. Temperatur Pemasakan
Temperatur pemasakan berhubungan dengan laju reaksi. Temperatur yang
tinggi dapat menyebabkan terjadinya pemecahan makromolekul yang
semakin banyak, sehingga produk yang larut dalam alkali pun akan semakin
banyak.
5. Lama Pemasakan
Lama pemasakan yang optimum pada proses delignifikasi adalah sekitar 60-
120 menit dengan kandungan lignin konstan setelah rentang waktu tersebut.
Semakin lama waktu pemasakan, maka kandungan lignin di dalam pulp
tinggi, karena lignin yang tadi telah terpisah dari raw pulp dengan
berkurangnya konsentrasi NaOH akan kembali menyatu dengan raw pulp
dan sulit untuk memisahkannya lagi. Proses pembuatan pulp yang
menggunakan suhu 190 – 200oC, hanya membutuhkan waktu pemasakan
15–30 menit. Waktu pemasakan yang cukup lama akan merusak struktur
selulosa dan pemanasan dibawah suhu penguraian akan mengakibatkan
selulosa dalam bahan baku belum terurai secara sempurna.
6. Temperatur pemasak dan pengeringan
Pengeringan dan pemasakan dibawah suhu penguraian akan mengakibatkan
selulosa dalam bahan baku belum terurai secara sempurna dan akan
mengakibatkan pula beberapa perubahan sifat selulosa.
7. Tekanan
Tekanan yang digunakan dalam setiap proses tergantung dari jenis bahan
baku yan digunakan dan temperatur operasi.
8. Dimensi serat meliputi panjang serat, diameter serta tebal dinding sel.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat
1. Labue erlenmeyer 2000 ml dan 500 ml
2. Pemanas atau hotplate
3. Blender
4. Corong Buchner
5. Labu vakum
6. Timbangan
7. Batang pengaduk
8. Kain kasa
2.2 Bahan
1. Ampas Tebu
2. NaOH
3. Aquadest.

2.3 Prosedur Percobaan


Langkah-langkah untuk melakukan percobaan pembuatan pulp dengan
proses soda mekanis adalah sebagai berikut :

1) Bahan baku yang telah kering ditimbang seberat 25 gram.


2) Kondisi proses yang akan digunakan adalah larutan pemasak NaOH
dengan pH tertentu dan suhu didih normal.
3) Bahan baku yang telah ditimbang, dimasukkan ke labu Erlenmeyer
yang berisi larutan pemasak. Mungkin sebagian bahan baku akan
mengapung, gunakan batang pengaduk untuk membenamkan, dan
bahan akan terbenam seiring adanya pemanasan.
4) Erlenmeyer yang berisikan larutan pemasak dan bahan baku diletakkan
di atas hotplate dan ditutup menggunakan labu Erlenmeyer 250 ml
yang dimasukkan secara terbalik ke dalam mulut labu Erlenmeyer
1000 ml. Pemanas dinyalakan dan diatur suhunya pada setting tinggi
untuk mempercepat pemanasan.
 Ingat!!! Jangan pernah melalaikan perhatian terhadap bahan
baku yang telah dimulai dimasak.
 Ketika pemanasan melalui hotplate berlangsung, jangan
meletakkan tangan pada hotplate atau terlalu dekat dengan
bahan yang mulai mendidih, mungkin saja bahan yang
dimasak akan terlempar keluar dari Erlenmeyer.
5) Sekali-kali bahan baku dalam Erlenmeyer diaduk dengan batang
pengaduk untuk menyeragamkan pemanasan dan pemasakan. Saat
larutan mulai mendidih akan terbentuk uap yang terkondensasi pada
labu Erlenmeyer penutup dan kondensat terjatuh kembali ke larutan
yang mendidih. Tutup mungkin bisa bergerak sedikit disebabkan
tekanan yang terlepas dari cairan mendidih.
6) Pemanas diatur suhunya pada setting menengah untuk
memperlambat dan menyeragamkan pendidihan pada semua bahan
baku yang dimasak
7) Saat pendidihan telah berlansung baik, waktu reaksi mulai dihitung.
Pendidihan dibiarkan selama waktu yang dibutuhkan (diberikan
pembimbing).
8) Setelah waktu pemasakan dicapai, pemanas dimatikan dan labu
Erlenmeyer dipindahkan dari pemanas dan dibiarkan dingin selama
15-30 menit.
9) Bahan termasak yang telah dingin disaring menggunakan kain kasa
dan corong. Letakkan kain kasa di atas corong, cairan beserta bahan
termasak dituangkan ke atas kain kasa dan dan cairan pemasak bekas
ditampung. Biarkan sampai seluruh cairan turun dan bahan termasak
dalam kain kasa diperas untuk meniris sisa cairan (gunakan sarung
tangan selama penyaringan bahan termasak).
10) Bahan termasak dalam kain kasa dibilas kembali dengan air keran
sampai cukup bersih.
11) Setelah bahan termasak selesai dibilas, bahan dimasukkan ke
blender dan air keran sebanyak 600 ml ditambahkan ke dalam
blender. Pastikan tutup blender ditutup dan ditekan dengan tangan di
tutupnya. Nyalakan blender selama waktu yang ditentukan dengan
setting kecepatan yang juga ditentukan.
12) Bahan yang telah diblender, diiriskan kedalam corong buchner yang
telah diberi kertas saring. Biarkan seluruh cairan menetes, dan isi
kembali blender dengan air untuk membersihkan dan
mendispersikan padatan yang tertinggal dalam blender, dan
dituangkan kembali di atas bahan tersaring dalam corong buchner.
13) Setelah seluruh cairan menetes dari padatan yang tesaring, bahan
tersaring diangkat dari corong buchner, kemudian dikeringkan di
udara terbuka.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan


Percobaan pembuatan pulp dengan proses soda semi mekanis dilakukan
dengan memvariasikan waktu pemasakan 30 menit. Dengan menggunakan NaOH
0,5 M. Data hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan dengan variasi waktu pemasakan 30 menit dan 60
menit
Hasil Pengamatan
Pengamatan Run 1 Run 2
Waktu 30 menit Waktu 60 menit
Berat ampas tebu 50 gram 25 gram
Larutan pemasak sebelum Warna kuning Warna kuning
mendidih pH 13 pH 13
Lama waktu hingga
18 menit 38 menit
mendidih
Larutan pemasak setelah Warna coklat Warna coklat muda
proses pemasakan pH 12 pH 12
Lama waktu blender dan 2 menit 25 detik 1 menit 30 detik
kecepatan kecepatan 2 kecepatan 1
Warna pulp Putih kekuningan Putih sedikit kekuningan
Tekstur pulp Halus Sedikit kesat
Berat pulp basah 92,67 gram 7,67 gram
Berat pulp kering 16,8 gram 6,78 gram
Kadar air 22,91 % 11,6 %
Yield pulp 22,19 % 27,12 %

3.2 Pembahasan
Percobaan dilakukan dengan menggunakan larutan pemasak berupa
NaOH. Larutan NaOH berfungsi dalam pemisahan lignin dan penguraian serat
selulosa dan nonselulosa. Pemisahan serat ini sangat penting sebab kadar non
selulosa yang cukup tinggi akan menurunkan kualitas pulp misalnya
mengakibatkan degradasi dan pelarutan selulosa yang berlebihan akan
mengakibatkan sifat-sifat kekuatan pulp turun. Pada percobaan dilakukan dengan
menvariasikan waktu pemasakan 30 menit dan 60 menit. Semakin lama waktu
pemasakan akan merusak struktur selulosa, sehingga pulp yang dihasilkan akan
berjumlah sedikit atau berukuran kecil.
Bahan baku ampas tebu yang digunakan sebanyak 50 gram pada waktu 30
menit dan 25 gram pada waktu 60 menit dicampurkan dengan larutan pemasak
(NaOH) sebanyak 250 ml. Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku
haruslah memadai agar pecahan-pecahan lignin sempurna dalam proses degradasi
dan dapat larut sempurna dalam cairan pemasak. Perbandingan yang terlalu kecil
dapat menyebabkan terjadinya redeposisi lignin sehingga dapat meningkatkan
bilangan kappa (kualitas pulp menurun). Perbandingan bahan baku terhadap
cairan pemasak pada percobaan ini adalah 1:5. Temperatur yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya pemecahan makromolekul yang semakin banyak,
sehingga produk yang larut dalam alkali pun akan semakin banyak dan pemanasan
dibawah suhu penguraian akan mengakibatkan selulosa dalam bahan baku belum
terurai secara sempurna. Maka pengaturan suhu sangat diperhatikan dalam proses
pembuatan pulp. Temperatur yang digunakan pada pemasakan pulp ini adalah
1500C.
Pada pembuatan pulp lama waktu ketika larutan mulai mendidih yaitu
pada waktu 18 menit. Hal ini dikarenakan oleh konsentrasi larutan pemasak
(NaOH) sama yaitu 0,5 M. Pada percobaan, terjadi perubahan warna pada larutan
setelah proses pemasakan. Perubahan warna yang terjadi ditunjukkan dari larutan
yang awalnya berwarna kuning setelah pemasakan run 1 dan run 2 menjadi warna
coklat. Hal ini dikarenakan pada proses pemasakan digunakan NaOH sebagai
pengikat lignin dan pemanasan berfungsi untuk membantu kerja NaOH dalam
proses pelepasan lignin dari ampas tebu.
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pulp yang dihasilkan dengan waktu
pemasakan 30 menit adalah 16,8 gram dan pada pemasakan 60 menit adalah 6,78
gram. Hal ini disebabkan karena waktu pemasakan dan berat ampas tebu yg
digunakan, sehingga menyebabkan NaOH tidak dapat menyerap lignin seutuhnya,
lignin yang masih terdapat pada bahan menyebabkan perolehan pulp menjadi
tinggi. Jadi jika semakin banyak lignin yang terlepas, maka yield yang dihasilkan
akan semakin sedikit dan pulp yang dihasilkan akan semakin bagus karena lignin
yang tersisa dalam bahan baku lebih sedikit
Lamanya waktu pemasakan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pulp yang dihasilkan. Semakin lama waktu pemasakan,
maka kandungan lignin di dalam pulp tinggi, karena lignin yang tadi telah terpisah
dari raw pulp dengan berkurangnya konsentrasi NaOH akan kembali menyatu
dengan raw pulp dan sulit untuk memisahkannya lagi. Waktu pemasakan yang
cukup lama akan merusak struktur selulosa dan pemanasan dibawah suhu
penguraian akan mengakibatkan selulosa dalam bahan baku belum terurai secara
sempurna. Dengan kata lain, waktu pemasakan yang terlalu sebentar
mengakibatkan lignin belum terekstrak secara sempurna sedangkan jika terlalu
lama akan menghidrolisis selulosa dan terbentuknya lignin baru.
Kadar air yang di dapat pada waktu 30 menit yaitu 22,91 % dan pada waktu
60 menit yaitu 11,6 % dan yang Ampas tebu yang digunakan harus benar-benar
kering sehingga kadar air yang ada pada bahan baku tidak terlalu banyak. Kadar
air ampas tebu yang sasuai teori adalah 9,67% dan paling maksimal adalah 10%.
Sedangkan kadar air yang diperoleh diatas angka 10%. Menurut Notojoewono,
2003. Tidak maksimalnya penjemuran ampas tebu yang digunakan dan jenis
ampas tebu yang berbeda jenis dapat mempengaruhi kadar air pada pembuatan
pulp. Pada pengambilan bahan baku ampas tebu diperoleh pada 3 tempat dan
masing-masing memiliki jenis ampas tebu yang berbeda-beda. Ampas tebu hijau
yang biasa dijual untuk air tebu memiliki tekstur daging tebu yang tebal. Batang
tebu yang besar memiliki kandungan kadar air 70%-85%. Tebu kuning juga biasa
digunakan pada penjual air tebu, memiliki batang tebu lebih kecil dari pada tebu
hijau. Warna tebu kekuningan dan memiliki rasa yang sangat manis. Kandungan
kadar air pada tebu kuning lebih sedikit dibandingkan dengan tebu hijau yaitu
68%-74%. Tebu telur memiliki ruas yang pendek dan air tebu berwarna hijau, rasa
air tebu ini tidak semanis air tebu kuning. Tekstur tebu yang lebih lunak dibanding
tebu yang lainnya. Kadar air yang terkandung pada tebu telur yaitu 65%-70%.
Maka pada pengambilan ampas tebu yang berbeda dapat mengurangi kwalitas
pulp dan sangat berpengaruh pada kandungan kadar air pulp yang diperoleh.
Pada pembuatan pulp diperoleh warna pulp yang bagian depan dan belakang
pulp berbeda. Hal ini dikarenakan pada saat penjemuran kondisi pulp tidak
dibalikan. Oleh karena itu hasil warna pulp yang diperoleh menjadi berbeda antara
bagian depan dan belakang pulp. Pada bagian depan berwarna terang dan pada
bagian belakang berwarna gelap dari bagian depan pulp, ini juga mempengaruhi
kualitas pulp yang dihasilkan menjadi menurun.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan ini dengan waktu pemasakan 30 menit diperoleh berat pulp
yaitu 16,8 gram, dengan yield 33,6 % dan waktu pemasakan 60 menit
diperoleh berat pulp yaitu 6,78 gram, dengan yield 27,12 %
2. Waktu pemasakan yang terlalu sebentar mengakibatkan lignin belum
terekstrak secara sempurna.
3. Semakin banyak lignin yang terlepas, maka warna pulp yang dihasilkan
akan semakin putih dan semakin bagus kualitasnya.

4.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum harus teliti dalam pembuatan larutan agar
persentasi kesalahan tidak besar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. ”pulping Proces”. Diakses pada 28 september 2018 dari


http://wikipedia.com/.
Anonim, 2009. ”Cellulose”. Diakses pada 4 Oktober 2018 dari
http://en.wikipedia.org.
Notojoewono, A.W. 2003. Tebu. PT. Soeroengan. Jakarta.
Saleh, A. Pakphan, M dan Agelina, N. 2009. Pengaruh Konsentrasi Pelarut,
Temperatur dan Waktu Pemasakan Pada Pembuatan Pulp Dari Sabut Kelapa
Muda. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 16, No.3, Universitas Sriwijaya.
Tim Program Studi. 2018. Penuntun Praktikum Teknik Reaksi Kimia.
Pekanbaru : Laboratorium Dasar-Dasar Proses Program D3 Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

1) Pembuatan Larutan Pemasak


Konsentrasi NaOH 0,5 M
zat terlarut
Konsentrasi ¿
larutan
ml
0,5 M =
500 ml
ml
0,5 M =
500 ml
= 250 ml

2) Menghitung Kadar Air


Run 1 ( 30 menit )
Berat pulp kering−Berat pulp setelah dioven
Kadar Air = x 100 %
Berat pulpkering

16,8 gram – 12,95 gram


= x 100 %
16,8 gram
= 22,91 %

Run 2 ( 60 menit )
Berat pulp kering−Berat pulp setelah dioven
Kadar Air = x 100 %
Berat pulpkering

6 ,78 gram – 6 gram


= x 100 %
6 ,7 8 gram
= 11,50 %

3) Menghitung Yield Pulp


Run 1 ( 30 menit )
Berat pulp
Yield pulp = x 100 %
Berat bahanbaku
16,8 gram
Yield pulp = x 100 %
50 gram
= 33,6 %
Run 2 ( 60 menit )
Berat pulp
Yield pulp = x 100 %
Berat bahanbaku

6 ,7 8 gram
Yield pulp = x 100 %
25 gram

= 27,12
LAMPIRAN B
LAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum : Pembuatan Pulp dengan Proses Semi Mekanis


Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 10 November 2021
Pembimbing : Dra. Zultiniar, M.Si
Asisten Laboratorium : Ivo Maulidya
Nama Kelompok : 1. Alkin Yudayana Pasaji (1907036390)

2. Fajar Ikhsan Pradana (1907036386)

3. Feni Afriana (1907036127)

4. Synta Yulisama (1907035939)

Hasil Percobaan :

Hasil Pengamatan
Pengamatan Run 1 Run 2
Waktu 30 menit Waktu 60 menit
Berat ampas tebu 50 gram 25 gram
Larutan pemasak sebelum Warna kuning Warna kuning
mendidih pH 13 pH 13
Lama waktu hingga
18 menit 38 menit
mendidih
Larutan pemasak setelah Warna coklat Warna coklat muda
proses pemasakan pH 12 pH 12
Lama waktu blender dan 2 menit 25 detik 1 menit 30 detik
kecepatan kecepatan 2 kecepatan 1
Warna pulp Putih kekuningan Putih sedikit kekuningan
Tekstur pulp Halus Sedikit kesat
Berat pulp basah 92,67 gram 7,67 gram
Berat pulp kering 16,8 gram 6,78 gram
Kadar air 22,91 % 11,6 %
Yield pulp 22,19 % 27,12 %

Mengetahui Pekanbaru, 10 November 2021


Asisten Praktikan

Ivo Maulidya Alkin Yudayana Pasaji

Anda mungkin juga menyukai