Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI LEMAK DAN MINYAK

EKSTRAKSI MINYAK KEDELAI DENGAN PELARUT N-HEKSANA DAN DIETIL


ETER

Disusun Oleh:

1. KHOLIQ MUNADLIR (G2D015051)


2. ROFIATUL ULYAH (G2D015008)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018
A. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengambil minyak nabati dari biji kedelai dengan cara ekstraksi dengan solven n-heksan
dan dietil eter..

2. Menghitung rendemen minyak/kadar minyak dari kedelai.

B. DASAR TEORI

Suatu senyawa dapat larut dalam pelarut tertentu apabila mempunyai polaritas yang
sama. Senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar. Minyak dan lemak merupakan
senyawa non polar sehingga senyawa ini mudah larut dalam senyawa non polar seperti
kloroform, karbon disulfida, karbon tetraklorida, heksana, heptana, dsb. Kelarutan dari
minyak dan lemak perlu diketahu untuk menentukan dasar pemilihan pelarut dalam
mengambil minyak/lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak. Asam-asam lemak
yang berantai pendek dapat mudah larut dalam air. Semakin panjang rantai asam lemak,
maka kelarutan dalam air akan berkurang. Sebagai contoh asam kaprilat pada suhu 30 C
mempunyai kelarutan 1 gram dalam 100 ml air, sedangkan pada suhu yang sama untuk asam
stearat mempunyai kelarutan 0,00034 g/100 ml air. Asam lemak tidak jenuh sangat mudah
larut dalam beberapa pelarut organik dibanding asam lemak jenuh.

Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang
menjadi bahan dasar banyak makanan Timur Jauh seperti kecap, tahu dan tempe. Kedelai
yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut
kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja
(kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti
Tiongkok dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia
Tenggara. Di Indonesia pertanaman kedelai terpusat di Jawa, Lampung, Nusa Tenggara Barat
dan Bali. Varietas-varietas kedelai yang ada di Indonesia adalah Daphros, Orba dan T.K.5.
Kedelai dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m dpi, sedangkan ketinggian optimalnya
adalah 650 m dpi. Untuk pertumbuhan kedelai perlu suhu optimal 29,4"C, pH tanah 6,0-6,8.
Kedelai dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari, di lahan kering (tegalan)
maupun di lahan bekas padi di lahan sawah.

Kedelai merupakan sumber protein nabati. Rata-rata kandungan protein biji adalah
35%, kandungan asam amino terbanyak adalah leusin (484 mg/g N2). Kedelai dapat
digunakan sebagai bahan makanan (tahu, tempe, kecap, tauco, taoji, susu kedelai, tauge dan
sebagainya.). Dalam minyak kedelai terdapat fosfatida yang terdiri dari sekitar 2 persen
lesitin dan sepalin yang digunakan sebagai bahan pengemulsi dalam industri makanan.
Lesitin digunakan sebagai bahan pengempuk dalam pembuatan kue dan roti. Kandungan
minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh varietas dan keadaan
iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar 90-95 persen, sedangkan
sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan tokoferol. Minyak kedelai mempunyai
kadar asam lemak jenuh sekitar 15% sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak dan
minyak yang memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi.
Hal ini berarti minyak kedelai sama seperti minyak nabati lainnya yang bebas kolestrol,
seperti yang ditunjukkan dalam komposisi dari minyak nabati dibawah ini.

Gambar 1. Komposisi minyak nabati

Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan
lainnya, tetapi lebih tinggi daripada kadar minyak serelia. Kadar protein kedelai yang tinggi
menyebabkan kedelai lebih banyak digunakan sebagai sumber protein daripada sebagai
sumber minyak. Asam lemak dalam minyak kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak
essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Dibawah ini disajikan komposisi kimia minyak
kedelai, sifat fisiko-kimia minyak kedelai dan standar mutu minyak kedelai
C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
a. Ekstraktor
b. Heating mantel
c. Neraca analitik
d. Kondensor
e. Statif dan klem
f. Ball filler
g. Pipet ukur 50 ml
h. Labu alas bulat
i. Mortar porselen
j. Kertas saring
k. Tali
l. Corong
2. Bahan
a. Kedelai 50 gram
b. n-heksana 150 ml
c. dietel eter 150 ml

D. CARA KERJA
Kedelai 50 gr

N hexane atau

dietel eter

E. PEMBAHASAN

Tabel.1 Hasil ekstraksi minyak kedelai dengan pelarut n-heksana dan dietil eter

Jenis
Berat kedelai Berat minyak Rendemen
Pelarut
N-heksana 50 gram 4,712 gram (4,712/50)x100%=9,424%
Dietil eter 50 gram 3,782 gram (3,782/50)x100%=7,568%

Pada percobaan isolasi minyak kedelai dilakukan dengan metode ekstraksi


pelarut yang prinsip dasarnya adalah untuk memisahkan komponen minyak kedelai
dari campurannya dengan pelarut yang mudah menguap. Biji kedelai yang akan
diekstraksi dihaluskan terlebih dahulu. Penghalusan biji kedelai bertujuan untuk
memperbesar luas permukaan dan luas kontak antara sel-sel biji kedelai dengan
pelarut. Sehingga komponen minyak yang terdapat dalam sel-sel biji kedelai dapat
lebih cepat larut dalam pelarut. Biji kedelai yang digunakan sebagai sampel sebanyak
50 gram sedangkan pelarut yang digunakan adalah n-heksana dan dietil eter sebanyak
150 ml. n-heksana dan dietil eter memiliki titik didih kurang lebih 68 0C dan
termasuk senyawa non polar, sehingga cocok untuk melarutkan minyak biji kedelai
yang bersifat non polar.
Proses ekstraksi dilakukan sebanyak 5 siklus, pada siklus 1 sampai siklus 5
hasil ekstraksi berwarna kuning yang menunjukkan adanya minyak yang terlarut
dalam n-heksana dan dietil eter. Pada proses recoveri dijaga agar tidak terjadi siklus
sehingga pelarut yang sudah terpisah tidak bercampur kembali dengan minyak biji
kedelai. Proses recovery dilakukan hingga tidak ada lagi pelarut yang menguap.
Dengan menggunakan pelarut dietil eter didapat minyak kedelai sebanyak 3,782 gr
sehingga rendemennya adalah 7,568%. Sedangkan ekstraksi dengan pelarut n-heksan
didapat minyak kedelai sebanyak 4,712 gr sehingga rendemnnya adalah 9,424%.
Rendemen yang diperoleh masih jauh dari literature yaitu 15%. Hal ini disebabkan
oleh proses penghancuran kacang kedelai yang kurang maksimal sehingga minyak
tidak dapat diekstraksi secara maksimal. Dan dapat juga disebabkan karena ekstraksi
yang dilakukan hanya satu jam (+ 5 siklus). Waktu yang singkat menyebabkan tidak
semua minyak kasar terekstrak.

F. KESIMPULAN

a. Minyak kedelai yang dihasilkan dari ekstraksi dengan pelarut dietil eter selama 5
siklus sebanyak 3,782 gram dan dengan pelarut n-heksana sebanyak 4,712 gr.

b. Rendemen yang dihasilkan dengan pelarut dietil eter sebanyak 7,658 % dan dengan
pelarut n-heksana sebanyak 9,424%.

c. Ekstraksi kedelei 50 gram dengan pelarut n-heksana menghasilkan minyak dengan


berat dan rendemen yang lebih besar diabndingkan dengan menggunakan pelarut
dietil eter.

Anda mungkin juga menyukai