PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia modern memerlukan energi lebih banyak dalam segi kuantitas maupun
kualitasnya. Berbeda dengan tumbuhan dan hewan yang hanya memerlukan energi bagi
pertumbuhan dan mobilitasnya yang dipenuhi dengan hanya sekedar makan. Tetapi manusia
modern memerlukan jauh lebih dari itu. Manusia modern memerlukan berbagai macam
penunjang kehidupan seperti mobilitas yang tinggi untuk bergerak dalam waktu singkat
menempuh jarak yang jauh, medium penghangat lebih dari sekedar baju hangat dari kulit, dan
lain-lain.
Pemenuhan sumber energi dalam bentuk cair terutama solar pada sektor transportasi
merupakan sektor paling kritis dan perlu mendapat perhatian khusus. Dengan meningkatnya
konsumsi solar dalam negeri, berarti impor dari luar negeri adalah hal yang tidak bisa ditunda
lagi, jika tidak maka kekurangan pasukan tidak dapat dihindari, pada saat ini kurang lebih 25%
kebutuhan solar dalam negeri telah menjadi bagian yang di Impor yang artinya adalah
pengurasan devisa negara. Oleh karena itu sudah saatnya dipikirkan untuk dapat disubtitusi
dengan bahan bakar alternatif lainnya terutama bahan bakar yang berkesinambungan terus
pengadaannya (renewable) dalam upaya meningkatkan security of supply dan mengurangi
kuantitas impor bahan baku tersebut.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari bahan mentah terbaharukan (renewable)
selain bahan bakar diesel dari minyak bumi. Biodiesel tersusun dari berbagai macam ester asam
lemak yang dapat diproduksi dari minyak-minyak tumbuhan seperti minyak sawit (palm oil),
minyak kelapa, minyak jarak pagar, minyak biji kapok randu, dan masih ada lebih dari 30
macam tumbuhan Indonesia yang potensial untuk dijadikan sumber energi bentuk cair ini.
Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan segala
komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan solar biasa
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)
sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin diesel yang ada hampir tanpa
modifikasi, dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable), 10 kali tidak beracun dibanding
minyak solar biasa, memiliki angka setana yang lebih baik dari minyak solar biasa, asap buangan
biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatic sehingga emisi
pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan serta tidak menambah akumulasi gas
karbondioksida di atmosfer sehingga lebih jauh lagi mengurangi efek pemanasan global atau
banyak disebut dengan zero CO2 emission. Oleh karena itu, pengembangan biodiesel di
Indonesia dan dunia menjadi sangat penting seiring dengan semakin menurunnya cadangan
bahan bakar diesel berbasis minyak bumi, isu pemanasan global, serta isu tentang polusi
lingkungan. Pengembangan biodiesel didunia sudah dilakukan sejak tahun 1980-an sehingga
pada saat ini ibeberapa bagian dunia telah dilakukan komersialisasi bahan bakar ramah
lingkungan ini..
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika
Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar.
Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan
juga pertumbuhan kendaraan yang menggunalkan biodiesel sebagai bahan baker.
Mampu membuat alkil ester dari asam lemak melalui proses transesterifikasi
Mampu menguji beberapa sifat fisika biodiesel seperti viskositas dan densitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
R1 C O CH2
H O CH3
R1 C O CH3
R2 C O CH
H O CH2
+ H O CH3
Na+
R2 C O CH3 + H O CH2
O
R1 C O CH2
H O CH3
R3 C O CH3
H O CH2
Catalyst
1 Oil or Fat
+ 3 Methanols
1 Triglyceride
+ 3 Alcohols
3 Methylesters
1 Glycerin
trigliserida
digliserida
monogliserida
alkohol
alkohol
alkohol
digliserida
monogliserida
gliserin
ester
ester
ester
Trigliserida
3 (alkohol)
gliserin
3 (ester)
Keunggulan Biodiesel :
1. Bilangan setana tinggi, yakni ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat
antiknocking dalam ruang bakar pada saat solar dibakar,
2. Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat
menyala, sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan
maupun pada saat didistribusikan dari pada solar,
3. Tidak mengandung sulfur dan benzen yang karsinogen serta dapat diuraikan secara alami,
4. Mempunyai sifat lubrikasi mesin yang lebih baik dari pada solar,
5. Emisi pembakaran biodiesel lebih ramah lingkungan, yakni hasil pembakaran lebih
sempurna dari pada solar dan tidak menghasilkan gas bakar yang bersifat karsinogenik,
6. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi Oleh
karena itu, tidak memerlukan modifikasi mesin apapun.
7. Dapat mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan walaupun
penambahan hanya 5%-10% volum biodiesel kedalam solar.
Parameter
Unit
Nilai
Metoda
Densitas (40oC)
Kg/m3
850 - 890
ASTM D 1298
Viskositas (40oC)
Mm2/s
2,3 6,0
ASTM D 445
Min. 51
ASTM D 613
(cSt)
3
Cetane Number
Cloud point
(3 jam, 50oC)
C
C
Carbon residu
% mass
Max.
ASTM D 4530
0,05
-
sample
(Max.
- 10% dist.
0,3)
residu
8
% vol
Max.
ASTM D 2709
0,05*
atau
ASTM
D1160
9
Temperatur
destilasi,
Max. 360
ASTM D 1160
% mass
Max.
ASTM D 874
90% recovered
10
Sulfated ash
0,02
11
Sulfur
Ppm
Max. 100
(mg/kg)
ASTM D 5453
atau
ASTM
D1266
12
Phosphorous content
Ppm
Max. 10
AOCS Ca 12-55
Max. 0,8
AOCS Cd 3-36
(mg/kg)
13
Mg-KOH/g
atau
ASTM
664
14
Free Gliserin
% mass
Max.
AOCS Ca 14-56
0,02
atau
ASTM
D6584
15
% mass
Max.
AOCS Ca 14-56
0,24
atau
ASTM
D6584
16
Kandungan ester
% mass
17
Bilangan iod
AOCS Cd 1-25
I2/100g)
18
Halphen test
Negative
AOCS Cd 1-25
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Spesifikasi
Neraca teknis
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Termometer
2 buah
1 buah
Viskometer
1 buah
Botol semprot
1 buah
Spesifikasi
Minyak goreng
227,61 ml
KOH
Metanol murni
121,24 ml
0,25 ml pekat
Indikator pH universal
Aquadest
Secukupnya
Penentuan jumlah
katalis, alcohol dan
minyak
Control kualitas
Pembuatan katalis
Reaksi
transesterifikasi
Penentralan,
pencucian dan
pengeringan
Pemisahan
biodiesel
1. Reaktor 1 buah
2. Penangan paraffin 1 buah
3. Kondensor 1 buah
4. Termometer 2 buah
5. Tabung CaCl2
6. Motor pengaduk 1 buah
7. Selang silikon
10
121, 24 ml
Metanol
227,61 ml Minyak
goreng
Pemanasan, T = 55 0C
Pencampuran
Transesterifikasi,
T = 60 0C
Pemisahan
H2SO4 anhydrous
Gliserol
Biodiesel
(pH = 7)
Penetralan /pencucian
Pengeringan, T = 100 0C
Pendinginan
AnalisisFisika
(uji Biodiesel)
Proses Transesterifikasi
(Pembuatan
Viskositas, densitas)
11
Masukkan kedalam
corong pisah
Diamkan larutan
sampai terbentuk
dua lapisan
Biodiesel (metilester,KOH,air,
methanol, minyak )
Gliserin, air
Ukur Ph biodiesel
bila basa+asam
asetat glacial
Dinginkan biodiesel
sampai suhu kamar
12
BAB IV
Komposisi pereaksi
Table komposisi Minyak Kelapa
Sumber : https://www.google.com/search?q=tabel+komposisi+minyak+kelapa&client=firefox-a&rls=org.mozilla:enUS:official&biw=1366&bih=567&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=-WGMVK3xC4yuATk8oGQAw&ved=0CDAQsAQ
a. Persiapan
NO
Bahan
BM
Volume
(gr/mol)
(ml)
Rumus
Berat
( gram)
1
Minyak goreng
200.3
227,61
C12H24O2
(minyak kelapa )
Asam laurat
2
Metanol
32
121,24
CH3OH
Kalium Hidroksida
56
2,2761 gr
KOH
13
Gliserin
CH2 OH
92
CH OH
78
CH2 OH
C3H8O3
5
Biodiesel
297
242
Bahan
Volume/Berat (ml/gram)
1.
KOH
2, 2761 gram
2.
Metanol
121, 24 ml
c. Kondisi Proses
Waktu
Media
Suhu
Suhu
penangas
Reaktor
74 oC
640C
Pengamatan
Keterangan
Warna keruh
fisik
10
750C
660C
Larutan mencampur
Warna keruh
20
690C
620C
Warna keruh
dan bening
650C
30
40
Penangas
620C
600C
580C
paraffin
50
580C
580C
bening
Warna menjadi 2
lapisan
Warna menjadi 2
lapisan
14
820C
60
620C
Warna menjadi 2
lapisan
terpisah menjadi 2
lapisan
Hasil Proses
Besaran
1.
Biodiesel Kasar
320 ml
2.
Gliserol
78 ml
3.
Biodiesel murni
242 ml
4.
Yield
e.
Pencucian / penetralan
NO
Bahan
Volume/Berat (ml/gram)
Air
100 ml
0,25 ml
Sifat Fisika
Nilai
1.
Viskositas
145 cP
2.
Densitas
0,7728 gr/mL
3.
pH
15
Nilai
1.
Viskositas
135 cP
2.
Densitas
0,9108 gr/mL
pH produk setelah
3
4.3 Pembahasan
Nama : Rita Inayah
NIM : 131424025
Pada percobaan kali ini praktikan melakukan pembuatan biodiesel dengan proses
transesterifikasi, bahan baku yang digunakan adalah minyak goreng (minyak kelapa) yang
direaksikan dengan senyawa alkohol (metanol) dengan katalis basa (KOH). Biodiesel biasanya
dibuat pada ester asam lemak dari minyak goreng cair yang mempunyai sifat lebih encer tidak
mudah membeku.pada percobaan ini bertujuan untuk memahami proses transesterifikasi dalam
pembuatan alkil ester (biodiesel), membuat biodiesel dari asam lemak melalui proses
transesterifikasi, dan menguji sifat fisika kimianya.
a. Proses Penentuan Jumlah Pereaksi
Pada proses transesterifikasi, reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan dari 1 mol
trigliserida dan 3 mol methanol menghasilkan 1 mol gliserol dan 3 mol metil aster(biodiesel).
Untuk mendorong agar kesetimbangan reaksi bergeser ke arah produk (kanan) maka jumlah
methanol yang ditambahkan harus berlebih dari jumlah stoikiometrinya. Seharusnya pada
praktikum perbandingan mol methanol : mol minyak yang digunakan adalah 4 : 1. Tetapi
praktikan melanjutkan praktikum dengan perbandingan 3:1
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)
16
Penggunaan methanol sebagai alcohol yang digunakan karena methanol lebih reaktif
dibandingkan alkohol yang lain seperti etanol dan butanol. Apabila jumlah alkohol terlalu
berlebih akan menyebabkan gliserol dan biodiesel bercampur dan sulit dipisahkan, selain itu juga
akan mengotori produk dan menyulitkan dalam pencucian.
b. Penambahan Katalis
Katalis yang digunakan adalah KOH sebanyak 1% dari berat minyak (2,2761 gr). Hal ini
dengan pertimbangan bahwa penggunaan katalis KOH lebih baik dibandingkan NaOH karena
KOH memiliki BM lebih besar sehingga pada proses pemisahan, fasa biodiesel dan gliserol
dapat terlihat jelas. Penggunaan katalis basa akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
dibandingkan dengan katalis asam. Penggunaan katalis ini bertujuan untuk menetralkan
kandungan FFA (free fatty acid) / asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak. Methanol
dan katalis mengalami pencampuran membentuk senyawa alkoksi. Pelarutan KOH dalam
methanol ini bertujuan untuk mencegah adanya kandungan air karena adanya kandungan air
akan menyebabkan jumlah katalis (KOH) berkurang. Penggunaan jumlah katalis yang cukup
besar akan memberikan efek buruk terhadap hasil reaksi. Jumlah katalis yang cukup besar akan
memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi antara katalis KOH dan metanol membentuk sabun.
c. Proses Transesterifikasi
Sebelum dicampurkan dengan minyak goreng terlebih dahulu metanol dicampurkan dengan KOH sehingga
membentuk alkoksi berupa Kalium metoksida, dan pemanasan minyak dilakukan terlebih dahulu
bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dalam produk.
Reaksi antara metanol dan KOH dituliskan dalam reaksi di bawah ini:
2CH3OH
2KOH
===>
2CH3OK
(kalium metoksida)
H2O
(air)
Minyak pada suhu ruang berbentuk semisolid maka suhu minimum yang digunakan adalah
60oC. Apabila suhu dibawah 60oC maka reaksi tidak akan berlangsung secara sempurna. Setelah
minyak mencapai suhu 60oC, campuran methanol dan KOH dicampurkan dalam reaktor. Suhu
maksimum dalam percobaan ini dijaga pada range 60-65oC. Suhu 60oC dipilih agar laju
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)
17
penguapan metanol tidak terlalu besar dimana titik didih methanol hanya 68 oC. Pada proses
refluks selama 60 menit warna campuran semakin lama semakin bening dan viskositas larutan
semakin rendah dan larutan terpisah menjadi 2 lapisan.
d. Pemisahan
Setelah dingin dan didiamkan 2 jam larutan yang terdapat dalam corong pisah membentuk 2
lapisan. Lapisan paling bawah (merah kecoklatan) merupakan gliserin dan lapisan paling atas
(putih keruh) adalah biodiesel. Terbentuknya gliserin disebabkan karena penggunaan KOH yang
terlalu banyak.
e. Peneralan, Pencucian, dan Pengeringan
Biodiesel kasar ber-pH 8 sehingga perlu dinetralkan dengan menggunakan larutan asam
asetat anhydrous. Hal ini bertujuannya untuk mengikat kadar air dalam produk. Biodiesel harus
pada pH netral (pH 7) untuk menghindari kerusakan pada mesin yang menggunakan biodiesel.
Biodiesel mengalami penyaringan dan volume biodiesel yang didapat 242 ml dengan berat
gliserol 78 ml dengan berat biodiesel kasar 320 ml.
f. Kontrol Kualitas
Analisis produk yang dihasilkan dilakukan dengan mengukur viskositas dan densitas dari
biodiesel murni yang dihasilkan. Viskositas dari biodiesel hasil percobaan yaitu sebesar 135 cP
dengan density 0,9108 g/mL. Densitas biodiesel seharusnya sekitar 890 gr/mL (SNI-04-71822006). Sehingga biodiesel yang dihasilkan dari praktikum ini masih kurang memenuhi standar
biodiesel yang seharusnya.
g. Yield
Berdasarkan data tersebut diperoleh volume biodiesel sebanyak 242 ml dan berat biodiesel
sebesar 220,4653
gram sehingga % yield yang diperoleh sebesar 41,77 %. Yield kurang dari
100 % karena :
1. Minyak nabati yang digunakan kemungkinan besar bukan minyak kelapa murni,
sehingga perolehan biodiesel kurang murni juga.
2. Pemisahan yang tidak sempurna.
3. Adanya sedikit biodiesel yang tertinggal di alat ketika proses pencucian,
pengeringan,dll.
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)
18
Pada praktikum ini dilakukan proses transesterifikasi pembuatan biodiesel dari minyak
kelapa murni. Tujuan dari percobaan ini adalah memahami proses transesterifikasi dalam
pembuatan alkyil ester (biodiesel), mampu membuat alkil ester dari asam lemak melalui proses
transesterifikasi, dan mampu menguji beberapa sifat fisika biodiesel seperti viskositas dan
densitas. Transesterifikasi adalah sebuah reaksi untuk menghasilkan ester baru dari suatu ester
yang direaksikan dengan alcohol, dalam hal ini reaksi transeterifikasi digunakan untuk
pembuatan biodiesel dengan bahan baku minyak kelapa murni dan methanol.
Pembuatan biodiesel ini dilakukan dengan mereaksikan bahan baku minyak kelapa, dimana
yang akan bereaksi dengan methanol untuk membentuk alkil ester adalah asam lemaknya.
Berdasarkan literature, kandungan asam lemak terbanyak dari minyak kelapa murni adalah asam
laurat dengan presentasi 48,2%. Untuk mendapatkan biodiesel secara maksimal digunakan
katalis alkali yaitu kalium hidroksida.
Proses transesterifikasi dipengaruhi beberapa faktor yaitu Pengaruh air dan asam lemak
bebas, Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan minyak nabati, Pengaruh jenis alkohol,
jenis katalis, Metanolisis Crude dan Refined Minyak nabati, dan Pengaruh temperatur. Demi
optimalnya proses transterifikasi tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan jumlah
pereaksi. Jumlah pereaksi yang digunakan harus mampu mengonversi asam lemak dalam minyak
menjadi biodiesel dengan direaksikan dengan methanol pada perbandingan tertentu.
19
satu reaktan harus digunakan berlebih, dalam hal ini methanol digunakan berlebih sebanyak 3
mol sedangkan minyak kelapa 1 mol.
Tahap selanjutnya yang dilakukan dalam proses ini adalah pembuatan katalis kalium
metoksida. Kalium metoksida yang dipakai adalah campuran KOH sebnyak 1% dari volume
minyak (2,2761 gr) dengan methanol. Penggunaan KOH untuk pembentukan kalium metoksida
karena KOH memiliki kereaktifan yang lebih besar daripada NaOH. Pencampuran katalis ini
harus dilakukan bebas air, karena bila tercampur dengan uap air sedikt pun kalium metoksida
tidak akan terbentuk. Penggunaan katalis kalium metoksida akan mempercepat reaksi
transesterifikasi, kalium metoksida akan menetralkan kandungan asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak. Penggunaan KOH yang hanya 2,2761 gr yang dilarutkan dalam
121,24 ml methanol dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi penyabunan ketika KOH
bereaksi dengan asam lemak dalam minyak.
55 C, Setelah mencapai suhu tersebut minyak dicampurkan dengan katalis kalium metoksida.
Pemanasan minyak sebelum dicampur dengan katalis bertujuan untuk menguapkan kelebihan air
dalam minyak. Setelah mencapai suhu 55 oC dilakukan penambahan katalis secara perlahan, dan
suhu baru dinaikkan hingga 60 oC. proses dilakukan secara refluks selama 60 menit disertai
pengadukan. Saat suhu mencapai 60 oC reaksi transterifikasi berlangsung pada suhu 60 oC agar
terbentuk biodiesel secara optimal. Suhu harus dipertahankan agar tetap stabi pada Rentang 60
o
C untuk menghindari penguapan methanol yang memiliki titik didih rendah. Selama refluks
terjadi reaksi antara asam lemak dalam minyak dengan methanol ditandai dengan perubahan
warna larutan menjadi kecoklatan dan terjadi pemisahan fasa menjadi 2 lapis larutan berwarna
putih keruh di lapisan atas dan merah kecoklatan dilapisan bawah ketika refluks dihentikan dan
mulai dilakukan proses pemisahan dalam corong pisah.
Tahap selanjutnya adalah pendinginan larutan dalam corong pisah selama 24 jam. 2 lapisan
yang terbentuk pada lapisan atas yang merupakan biodiesel berwarna putih keruh dan lapisan
bawah yang berwarna merah kecoklatan adalah gliserin yang merupakan hasil samping reaksi
transesterifikasi.
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)
20
Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah tahap pemurnian biodiesel. Biodisesl kasar
yang terbentuk mempunyai Ph yang basa yaitu 8. Sehingga perlu dilakukan penetralan dengan
asam (asam asetat glaisal). Selanjutnya dilakukan pencucian dan pengeringan biodiesel.
Dari serangkaian proses tersebut didapat volume biodisel murni didapat sebesar 242 ml
disertai hasil samping berupa gliserin sebanyak 78 ml. biodisesl murni harus dianalisis
kemurniannya dengan menganalisis sifat fisika berupa massa jenis dan viskositas produk.
Biodiesel hasil percobaan memliki densitas 0,9108 gr/ml dan viskositas kinematic sebesar 135
Cp. Parameter telah terbentuknya biodiesel dari reaksi transterifikasi adalah salah satunya dari
penurunan viskositas kinematic dari minyak kelapa (bahan baku) sebesar 145 Cp menjadi 135
Cp setelah menjadi produk. Parameter lainya adalah dari peningkatan massa jenis dari 0,7728
gr/ml menjadi 0,9108 gr/ml. menurut standar nasional biodiesel massa jenis yang standar adalah
0,850-0,890 gr/ml, sedangkan biodiesel percobaan 0,9108 gr/ml. hal ini mengindikasikan
biodiesel hasil percobaan masih belum memenhui standar nasional. Total gliserin dalam produk
percobaan juga masih beum memenuhi standar nasional yang hanya mengizinkan total gliserin
sebanyak 24% dari total biodiesel. Total gliserin hasil percobaan adalah 32% dari total biodiesel
yang dihasilkan.
Konversi minyak kelapa menjadi biodiesel dihitung dan menghasilkan %yield 41,77 %
dari berat teorotis yang seharusnya dihasilkan. Perolehan yield yang tidak mencapai 100%
adalah diantaranya faktor jumlah pereaksi yang berlebih yang menurut literature jumlah
methanol yang digunakan berbading lurus dengan konversi minyak kelapa menjadi biodisesl.
Dalam percobaan ini dilakukan perbandingan minyak : methanol yang paling minimum 1:3
sehingga hanya dihasilkan yield sebesar 41,77% saja. Faktor lainnya adalah kemungkinan
minyak kelapa yang digunakan kandungan asam lemak bebasnya terlampau banyak, sehingga
menghambat proses transestrifikasi. Faktor lainnya juga bisa terjadi ketika proses pemisahan,
dimana ada biodisesl yang terbuang ketika pencucian.
21
BAB V
5.1 Simpulan
Pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan proses transesterifikasi antara asam lemak
dalam minyak kelapa direaksikan dengan methanol membentuk alkil ester (biodiesel).
5.2 Saran
Pengaruh Suhu pada saat pemanasan dan tahap pencucian biodiesel sangat
mempengaruhi produk yang dihasilkan.
Pastikan saat pembuatan katalis kalium metoksida harus bebas air agar katalis kalium
metoksida dapat terbentuk sempurna
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
= 227,61 ml
minyak
= 0,880 g/ml
Mr minyak
= 200.3 g/mol
Ditanyakan :
Massa minyak goreng = minyak goreng Vol minyak goreng
= 0,880 g/ml x 227,61 ml
= 200,3 gram
Mol minyak goreng
= 1 mol
2.Perhitungan mol metanol
Perbandingan mol metanol 3 : 1 mol minyak
Mol metanol
=3x1
= 3 mol
24
metanol
= 0,7918 g/ml
Mr metanol
= 32 g/mol
Ditanyakan :
Massa metanol = mol metanol Mr metanol
= 3 mol 32 gr/mol
= 96 gram
Volume metanol = massa metanol
metanol
= 121,24 ml
Mol metanol
= gram metanol
Mr metanol
= 3 mol
= 242 ml
Densitas biodiesel
= 0,9108 gr/ml
gr biodiesel
25
Volume minyak
= 227,61 mL
minyak
= 0,7728 gr/mL
gr minyak
= Vminyak x minyak
= 227,61 x 0,7728 = 175.897 gr
mol minyak
=
=
= 0,6223mol
Volume methanol
= 121,24 mL
methanol
= 0,7918 gr/mL
massa methanol
= x V = 0,7918 x 81 = 95.997 gr
mol methanol
= 2,9999 mol
Reaksi
+ 3 methanol
gliserol
1 trigliserida
Mula-mula :
0,6223 mol
2,999 mol
Bereaksi
0,6223 mol
1,8669 mol
1,8669 mol
0,6223
Sisa
1,1291 mol
1,8669mol
Mol Biodiesel
= 1,8669 mol
Massa teoritis
= mol x Mr
0,6223 mol
26
Perolehan % Yield
% yield =
=
x 100%
x 100% = 41,77 %
Proses refluks
Proses pemisahan
Viskositas
27
pH 7
28