Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Teknik Reaksi Kimia Ir. Rozanna Sri Irianty, M.Si

PEMBUATAN PULP DENGAN PROSES


SODA SEMI MEKANIS

KELOMPOK II

DISUSUNOLEH :

KELOMPOK III
KELAS B

1. BIMA ALFIANDA (1307035944)


2. RIYANI PERMATA (1307039843)
3. SISKA OKTAVIA (1307023531)
4. SUCI RIZKA MAHARANI (1307035725)

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL
DASAR PROSES DAN OPERASI PABRIK
PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat mengetahui pengaruh
kondisi operasi pembuatan pulp proses soda semi mekanis terhadap perolehan
pulp.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Komponen Kimiawi Biomassa
Biomassa adalah bahan yang dihasilkan dari hasil fotosintesis dimana
kandungan terbesar biomasa adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa
merupakan komponen kimia utama sebagai penyusun dinding sel kayu. Selulosa
adalah karbohidrat yang tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen
(O). Selulosa merupakan polimer yang memiliki rantai lurus dan tidak bercabang.
Rumus molekul dari selulosa adalah (C6H10O5)n, dimana n adalah jumlah
pengulangan unit glukosa, n disebut juga derajat polimerisasi (DP). Nilai n
bervariasi tergantung pada sumber dan pengolahannya, diasumsikan selulosa
alami mempunyai derajat polimerisasi yang seragam. Ketersediaan selulosa dalam
jumlah yang banyak pada pulp akan membentuk serat yang kuat, berwarna putih,
tidak larut dalam air dan pelarut-pelarut organik netral, serta tahan terhadap
bahan-bahan kimia.
Di dalam biomassa terdiri dari beberapa komponen penyusun, yaitu
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Oleh karena itu biomassa sering disebut sebagai
bahan berlignoselulosa. Lignoselulosa mengandung tiga komponen penyusun
utama, yaitu selulosa sebagai kerangka, kandungannya (30-50%-berat),
hemiselulosa sebagai bahan pengisi, kandungannya (15-35%-berat), dan lignin
sebagai pembungkus, kandungannya (13-30%-berat).
a. Selulosa
Komponen utama penyusun jaringan dinding sel tumbuh - tumbuhan pada
umumnya adalah selulosa. Selulosa adalah polimer alam berupa zat karbohidrat
(polisakarida) yang mempunyai serat dengan warna putih, tidak dapat larut dalam
air dan pelarut organik. Proses pembuatan pulp adalah contoh perlakuan fisik dan
kimia yang mempunyai tujuan untuk memisahkan selulosa dari kandungan
impuritiesnya.

Gambar 1.1 Struktur Selulosa


(sumber: wikipedia.id)
b. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah bagian dari kelompok polisakarida yang memiliki
rantai pendek dan bercabang. Pada tumbuhan, hemiselulosa berfungsi sebagai
bahan pendukung dinding sel. Hemiselulosa juga merupakan senyawa polimer
yang terdapat pada biomassa.

Gambar 1.2 Struktur Monomer Pembentuk Hemiselulosa


(sumber: wikipedia.id)
c. Lignin
Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur molekul lignin
sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem
aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propana.
Gambar 1.3 (1) koniferil alkohol, (2) sinapil alcohol, dan
(3) p-koumaril alkohol
(sumber: wikipedia.id)
d. Delignifikasi
Delignifikasi adalah proses penyisihan lignin dari biomassa. Proses
delignifikasi terjadi karena putusnya ikatan α-aril eter dalam makromolekul lignin.
Ikatan α-aril eter merupakan pengikat rantai-rantai polimer lignin pada
makromolekul lignoselulosa padatannya. Pemutusan ikatan lignin tersebut
disebabkan oleh adanya ion hidrogen (H+) yang berasal dari cairan pemasak,
sehingga lignin yang lepas dari makromolekul lignoselulosa dapat larut dalam
larutan pemasak. Keberhasilan proses delignifikasi ditunjukkan oleh derajat
delignifikasi dan selektivitas fraksionasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses delignifikasi antara lain konsentrasi asam organik, nisbah cairan-padatan
dan waktu reaksi.

1.2.2 Tongkol Jagung


Batang jagung merupakan salah satu sumber biomassa dengan kadar
selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 42,43%, kadar lignin yang relatif rendah
sekitar 21,73% dan hemiselulosa 25,06% sehingga batang jagung cocok untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kimia seperti pabrik pulp, kertas dan
rayon. Potensi batang jagung di Indonesia cukup bagus untuk dikembangkan,
karena ketersediaannya yang cukup banyak.
Tongkol pada jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk
menempel. Istilah ini juga dipakai untuk menyebut seluruh bagian jagung betina
("buah jagung"). Tongkol terbungkus oleh kelobot (kulit "buah jagung").
Secara morfologi, tongkol jagung adalah tangkai utama malai yang termodifikasi.
Malai organ jantan pada jagung dapat memunculkan bulir pada kondisi tertentu.
Tongkol jagung muda, disebut juga babycorn, dapat dimakan dan dijadikan
sayuran. Tongkol yang tua ringan namun kuat, dan menjadi sumber furfural,
sejenis monosakarida dengan lima atom karbon.

Tongkol jagung merupakan salah satu limbah pertanian dari tanaman


jagung, yang biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak, tongkol jagung
ternyata dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas minyak goreng bekas pakai
(jelantah) menjadi minyak goreng yang nantinya dapat digunakan kembali.
Kandungan serat kasar (hemiselulosa, selulosa dan lignin) pada tongkol jagung
tergolong tinggi, yakni 38%, 41% dan 6%.

1.2.3 Pulp
Pulp atau bubur kertas merupakan serat berwarna putih yang diperoleh
melalui proses penyisihan lignin dari biomassa (Jalaluddin, 2005). Pulp dapat
diolah dengan lebih lanjut menjadi kertas, rayon, selulosa asetat dan turunan
selulosa yang lain. Sebagai bahan baku pulp dipakai bahan baku jerami dan
merang dan meningkat menjadi bahan baku bambu, ampas, tebu, pohon kapas,
serat dan jenis rumput – rumputan. Syarat – syarat bahan baku yang digunakan
dalam pulp, yakni (Harsini dan Susilowati, 2010) :
a. Berserat
b. Kadar alpha sellulosa lebih dari 40 %
c. Kadar ligninnya kurang dari 25 %
d. Kadar air maksimal 10 %
e. Memiliki kadar abu yang kecil

Pengelompokan pulp menurut komposisinya dikelompokkan menjadi tiga


jenis yaitu:
1. Pulp kayu (wood pulp)
Pulp kayu adalah pulp yang berbahan baku kayu. Pulp kayu dibedakan
menjadi :
 Pulp kayu lunak (soft wood pulp). Jenis kayu lunak yang umum
digunakan berupa jenis kayu berdaun jarum (Needle Leaf) seperti
Pinus Merkusi, Agatis Loranthifolia, dan Albizza Folcata.
 Pulp kayu keras (hard wood pulp) Pada umumnya serat ini terdapat
pada jenis kayu berdaun lebar (Long Leaf) seperti kayu Oak.
2. Pulp bukan kayu (non wood pulp)
Pada saat ini pulp non kayu yang dihasilkan digunakan untuk
memproduksi kertas meliputi : percetakan dan kertas tulis, linerboard,
medium berkerut, kertas koran, tisu, dan dokumen khusus. Pulp non kayu
yang umum digunakan biasanya merupakan kombinasi antara pulp non
kayu dengan pulp kayu lunak kraft atau sulfit yang ditambahkan untuk
menaikkan kekuatan kertas. Karekteristik bahan non kayu mempunyai
sifat fisik yang lebih baik daripada kayu lunak dan dapat digunakan di
dalam jumlah yang lebih rendah bila digunakan sebagai pelengkap dan
sebagai bahan pengganti bahan kayu lunak. Sumber serat non kayu
meliputi: - limbah pertanian dan industri hasil pertanian seperti jerami
padi, gandum, batang jagung, dan limbah kelapa sawit.
3. Pulp kertas bekas

1.2.4 Proses Pembuatan Pulp


Pulp merupakan hasil pembuburan bahan tumbuh-tumbuhan yang
komponen utamanya adalah selulosa. Pulp merupakan bahan baku utama untuk
pembuatan kertas. Proses pembuatan pulp industri dibagi atas tiga kelompok yaitu
proses mekanis, proses kimia dan proses semi kimia. Semuanya mempunyai
tujuan yang sama yaitu untuk memisahkan serat selulosa dari senyawa
pengikatnya terutama liginin. Lignin merupakan senyawa yang tidak diharapkan
dalam pembuatan pulp dan kertas karena akan membuat lembaran pulp kaku dan
mengurangi aktivitas ikatan permukaan antarserat. Lignin merupakan tambahan
total dari karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa) yang terkandung di dalam serat,
yang berfungsi sebagai pengikat antarserat dan memberikan warna kuning pada
pulp.
Pada percobaan skala laboratorium, penggunaan bahan baku bukan kayu
(non wood) seperti batang jagung akan memudahkan kondisi operasi pembuatan
pulp, karena bahan ini relatif lebih berpori dan kadar ligninnya juga lebih sedikit.
Untuk kemudahan proses, pemasakan bahan baku cukup dilakukan pada
suhu didih larutan pemasak dan tekanan ruang (1 atmosfir). Dalam proses ini
digunakan larutan pemasak NaOH sehingga disebut sebagai proses soda.
Keuntungan dari proses ini adalah :
1. Mudah dalam recovery atau mendapatkan kembali bahan kimia hasil
pemasakan.
2. Larutan pemasak mudah didapat.
Walaupun demikian, proses tersebut belum mampu melepaskan lignin dari
bahan baku yang dimasak. Dalam proses ini diperlukan gaya mekanis untuk
menghancurkan bahan yang telah dimasak untuk menghasilkan serat. Karena
bahan baku yang digunakan memerlukan bahan kimia dan gaya mekanis, proses
tersebut disebut dengan proses soda semi mekanis.

1.2.4.1 Secara Mekanis


Pulp dapat dibuat dari kayu dengan penglahan secara mekanis tanpa
perlakuan kimia. Proses ini memiliki keunggulan antara lain memberikan hasil
yang lebih tinggi tetapi itu membutuhkan energi yang lebih besar. Pulp mekanik
lebih banyak diproduksi dari kayu-kayu yang lunak. Pada proses ini kandungan
lignin dan zat-zat lain masih tinggi.

1.2.4.2 Secara Kimia


Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan
menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama utnuk melarutkan bagian-bagian
yang tidak diinginkan, sehingga pulp yang berkadar selulosa tinggi dapat
dihilangkan. Pulp yang telah dihasilkan akan mudah untuk diputihkan dan pada
umumnya dilakukan untuk menghasilkan jenis kertas tertentu seperti tissue,
kertass cetak dan lain-lain. Hampir semua produksi pulp kimia di dunia saat ini
masih didasarkan pada proses-proses sulfit dan sulfat, yang terakhir yang paling
banyak.
Ada beberapa metode pembuatan pulp dengan proses kimia, yaitu :
a. Metode proses basa : proses soda dan proses sulfat.
b. Metode proses asam : proses sulfit.

1.2.4.3 Semi chemical


Proses pembuatan pulp secara semikimia merupakan proses dua tahap
yaitu: tahap pertama serpihan kayu diolah dengan bahan kimia yang tidak terlalu
banyak untuk memutus ikatan interseluler dengan menghilangkan sebagian
hemiselulosa dan lignin, selanjutnya mengalami perlakuan mekanis utuk
memisahkan serat-seratnya. Cara pembuatan pulp secara semikimia dilakukan
untuk mendapatkan hasil pulp yang lebih baik, disamping untuk mempertahankan
keunggulan sifat pulp yang akan diperoleh dengan cara mekanis. Hasil dan
kualitas pulp yang diperoleh dengan cara semi kimia terletak diantara hasil pulp
yang diperoleh dengan cara kimia maupun mekanis cara semikimia ini lebih
sesuai untuk bahan baku jenis kayu keras. Hasil pulp diperoleh sekitar 60-70%
dan berat kering bahan baku.

1.2.5 Faktor yang berpengaruh pada pembuatan pulp


Faktor yang berpengaruh pada pembuatan pulp adalah sebagai berikut:
a. Larutan pemasak (larutan NaOH, Na2S, dan Na2CO3)
Larutan pemasak memisahkan dan menguraikan serat-serat selulosa dan
non selulosa. Pemisahan serat ini sangat penting sebab kadar non selulosa
yang cukup tinggi akan menurunkan kualitas pulp misalnya mengakibatkan
degradasi dan pelarutan selulosa yang berlebihan sehingga mengakibatkan
sifat-sifat kekuatan pulp turun (Sjostrum, 1981).
b. Temperatur pemasak dan pengeringan
Pengeringan dan pemasakan dibawah suhu penguraian akan
mengakibatkan selulosa dalam bahan baku belum terurai secara sempurna dan
akan mengakibatkan pula beberapa perubahan sifat selulosa.
c. Waktu pemasakan
Proses pembuatan pulp yang menggunakan suhu 190 – 200oC, hanya
membutuhkan waktu pemasakan 15 – 30 menit (Nolan, 1957; Kleinert, 1965).
Waktu pemasakan yang cukup lama akan merusak struktur selulosa dan
pemanasan dibawah suhu penguraian akan mengakibatkan selulosa dalam
bahan baku belum terurai secara sempurna.
d. Tekanan
Tekanan yang digunakan dalam setiap proses tergantung dari jenis bahan
baku yang digunakan dan temperatur operasi.
e. Dimensi serat meliputi panjang serat, diameter serta tebal dinding sel.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan pulp
dengan proses semi mekanis adalah labu erlenmeyer 250 ml, labu erlenmeyer 500
ml, pemanas (hot plate), kain kasa, blender, timbangan, gelas kimia, kertas saring
dan batang pengaduk.

2.2 Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan pulp
dengan proses semi mekanis adalah tongkol jagung dan larutan NaOH 28%.

2.3 Prosedur Kerja

1) Tongkol jagung dipotong-potong kecil lalu dikeringkan.


2) Bahan baku yang telah kering ditimbang sebanyak 50 gram.
3) Larutan NaOH 28% sebanyak 250 ml dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer 500 ml.
4) Selanjutnya bahan baku yang telah ditimbang, dimasukan ke dalam labu
erlenmeyer 500 ml yang berisi larutan pemasak NaOH 28%.
5) Erlenmeyer yang berisikan larutan pemasak dan bahan baku diletakkan di
atas hot plate dan ditutup menggunakan labu erlenmeyer 250 ml.
Alumunium foil dipasang diantara kedua erlenmeyer untuk menutup celah
antara keduanya sehingga tidak ada uap yang keluar saat pemasakan.
6) Pemanas dinyalakan dan diset pengatur suhunya pada setting tinggi untuk
mempercepat pemanasan.
7) Pemanas diset pengatur suhunya pada setting menengah jika larutan
pemasak telah mendidih untuk memperlambat dan menyeragamkan
pendidihan pada semua bahan baku yang dimasak.
8) Saat pendidihan telah berlangsung baik, waktu reaksi mulai dihitung,
lamanya pemasakan dibiarkan berlangsung selama 90 menit. Setiap 15
menit dilakukan pengadukan.
9) Setelah waktu pemasakan dicapai, pemanas dimatikan dan labu
erlenmeyer dipindahkan dari pemanas dan dibiarkan dingin selama 15-30
menit.
10) Bahan termasak yang telah dingin disaring menggunakan kain kasa dan
diperas untuk meniris sisa cairan pemasakan.
11) Bahan termasak dalam kain kasa dibilas kembali dengan air keran, sampai
kira-kira cukup bersih.
12) Setelah bahan termasak selesai dibilas, bahan dimasukan ke blender dan
air keran ditambahkan ke dalam blender. Blender dinyalakan dengan
setting kecepatan 1 selama 1 menit.
13) Bahan yang telah diblender ditiris dalam kain kasa, kemudian diperas
untuk membuang sisa cairan.
14) Setelah seluruh cairan menetes dari padatan yang tersaring, bahan
dikeringkan di udara terbuka selama satu malam.
15) Setelah dikeringkan di udara terbuka selama satu malam, bahan
dikeringkan di oven.
16) Proses pengeringan dilakukan hingga berat bahan konstan (tidak ada
kandungan air pada bahan).
17) Percobaan dilakukan lagi dengan variasi lama pemasakan 120 menit.

2.4 Rangkaian Alat

Gambar 2.1 Rangkaian Alat Proses Pembuatan Pulp Soda Semi Mekanis
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan pembuatan pulp ini, variasi yang dilakukan adalah


lamanya pemasakan dimana variasi waktunya 1,5 jam dan 2 jam. Untuk hasil
percobaannya dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Hasil pengamatan pada variasi lama pemasakan 1,5 jam dan 2
jam.

Hasil Pengamatan
Pengamatan
Run 1 Run 2
(Pemasakan 1,5 jam) (Pemasakan 2 jam)

Larutan pemasak Warna kuning, Warna kuning,


sebelum mendidih pH = 14 pH = 13
Warna hitam
Larutan pemasak setelah Warna kecoklatan, pH
kecoklatan,
proses pemasakan = 13
pH = 11
Lama pendidihan 90 menit 120 menit

Berat pulp basah


29,05 gram 33,34 gram
(sebelum dikeringkan)

Berat pulp kering


(setelah dikeringkan 6,29 gram 7,47 gram
selama 2 hari)
Kadar air
(setelah dikeringkan 31,7% 34,5 %
selama 2 hari)
Yield pulp 8,6 % 9,78 %

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa larutan pemasak yang digunakan
awalnya merupakan basa kuat dengan pH 14. Pada Run 1 dan Run 2 setelah
proses pemasakan memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan sebelum proses
pemasakan. Larutan pemasak pada Run 2 setelah proses pemasakan memiliki pH
yang lebih rendah dibandingkan pada Run 1. Larutan pemasak setelah proses
pemasakan selama 90 menit memiliki pH 13, sedangkan pada lama pemasakan
120 menit pH-nya 11. Berdasarkan Tabel 3.1 juga dapat dilihat bahwa perolehan
pulp yang dihasilkan pada Run 2 lebih banyak dibandingkan pada Run 1. Pada
Run 1 pulp yang dihasilkan dari bahan baku sebanyak 50 gram adalah 6,29 gram,
sedangkan pada Run 2 pulp yang dihasilkan adalah sebanyak 7,47 gram dari berat
bahan baku yang sama. Kedua hal ini dikarenakan semakin lama proses
pemasakan, lignin yang terekstrak dari tongkol jagung juga akan semakin banyak.
Jika semakin banyak lignin yang terlepas, maka yield yang dihasilkan akan
semakin sedikit dan pulp yang dihasilkan akan semakin bagus karena lignin yang
tersisa dalam bahan baku lebih sedikit.
Lamanya pemasakan juga akan mempengaruhi kualitas pulp yang
dihasilkan. Karena jika terlalu lama akan menyebabkan selulosa terhidrolisis,
sehingga akan menurunkan kualitas pulp. Dengan kata lain, waktu pemasakan
yang terlalu sebentar mengakibatkan lignin belum terekstrak secara sempurna
sedangkan jika terlalu lama akan menghidrolisis selulosa. Untuk melihat
perbandingan kualitas pulp yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Perbandingan kualitas pulp pada variasi lama pemasakan 1,5 jam
dan 2 jam

Setelah Dimasak Setelah Diblender

Pengamatan dan Dicuci dan Ditiriskan

Run 1 Run 2 Run 1 Run 2

Putih Putih sedikit Putih Putih sedikit


Warna
kekuningan kekuningan kekuningan kekuningan

Tekstur Kasar Kasar Halus Halus

Seperti
Penampilan Berserat Berserat Seperti bubur
bubur
Rasa
Kasar Kasar Lembut Lembut
ditangan

Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat adanya sedikit perbedaan pada pulp
yang dihasilkan. Pada pengamatan warna, ada sedikit perbedaan dimana pada Run
2 warnanya lebih pucat dibandingkan Run 1. Perbedaan ini juga dipengaruhi
banyaknya lignin yang terlepas dari bahan baku. Lignin akan memberikan warna
kuning pada pulp. Semakin banyak lignin yang terlepas, maka warna pulp yang
dihasilkan akan semakin putih dan semakin bagus kualitasnya. Selain itu
perbedaan pada sentuhan ditangan dimana pada Run 2 terasa lebih halus atau
lembut dibandingkan Run 1, hal ini dikarenakan pada run 2 lignin sudah
terekstrak lebih banyak jika dibandingkan dari run 1, jadi selulosa yang
didapatkan lebih murni sehingga terasa ditangan lebih halus dan lembut.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Semakin lama waktu pemasakan, maka akan semakin pulp yang diperoleh
semakin banyak. Pada proses dengan lama pemasakan 90 menit, pulp yang
diperoleh sebanyak 6,29 gram, sedangkan pada proses dengan lama
pemasakan 120 menit, pulp yang diperoleh sebanyak 7,47 gram.
2. Semakin lama waktu pemasakan, maka pH larutan pemasak akan semakin
kecil karena semakin banyak lignin yang terekstrak dan larut pada larutan
pemasak tersebut. Pada proses dengan lama pemasakan 90 menit, pH larutan
pemasaknya 13, sedangkan pada lama pemasakan 120 menit, pH larutan
pemasaknya 11.
3. Semakin lama waktu pemasakan, maka pulp yang dihasilkan akan berwarna
putih kekuningan atau warnanya semakin memudar karena lignin yang
terkandung semakin sedikit. Pada proses dengan lama pemasakan 120
menit, pulp yang dihasilkan lebih pucat dibandingkan dengan pulp dengan
lama pemasakan 90 menit.

4.2. Saran

Bahan baku yang digunakan sebaiknya bahan yang masih baru dan belum
berjamur agar tidak mempengaruhi kualitas pulp yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Program Studi. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Proses III.
Pekanbaru : laboratorium Dasar-Dasar Proses Program D3 Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.

Sastrohamidjojo, Harjdono. 1984. Kayu Kimia Ultra Struktur Dan Reaksi-Reaksi.


Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI

Gambar B.1 Tongkol jagung yang telah dipotong-potong dan dikeringkan

Gambar B.2 Tongkol jagung Run 1 dan Run 2 sebelum proses pendidihan
Gambar B.3 Tongkol jagung Run 1 dan Run 2 saat proses pendidihan

Gambar B.5 Pulp hasil dari Run 1 dan Run 2

Anda mungkin juga menyukai