PENDAHULUAN
1.1
Fraksionasi Biomassa
Fraksionasi biomassa merupakan proses pemilahan biomassa menjadi
Biomassa
Padatan
Organosolv
Pelarut Organik
Selulosa
Cairan
Pemisahan Produk
dan
Lignin
Recorvery Pelarut
Hemiselulosa
Gambar 1.4 Skema Fraksionasi Biomassa
1.2
Pengenalan Biomassa
Selulosa
selulosa
membentuk
ikatan
hidrogen
intramolekul
dan
antarmolekul antara kelompok OH dalam rantai selulosa yang sama dan rantai
selulosa sekitarnya, rantai selulosa yang terbentuk cenderung paralel dan
membentuk struktur supramolekul kristal. Kemudian, rantai selulosa linear (dalam
arah longitudinal) membentuk mikrofibril yang berorientasi dalam struktur
dinding sel (Ibrahim, 1998).
1.3.1
Hemiselulosa
Hemiselulosa termasuk dalam kelompok polisakarida heterogen yang
dibentuk melalui jalan biosintesis yang berbeda dari selulosa. Hemiselulosa relatif
mudah
dihidrolisis
oleh
asam
menjadi
komponen-komponen
monomer
hemiselulosa terdiri dari D-glukosa, D-manosa, D-galaktosa, D-xilosa, Larabinosa, dan sejumlah kecil L-ramnosa di samping menjadi asam D-glukuronat,
asam
4-O-metil-D-glukuronat,
dan
asam
D-galakturonat.
Kebanyakan
dan
C3.
Pada
softwood
kandungan
hemiselulosa
terbesar
adalah
galaktoglukomanan (15 20%) , xilan (7 10%), dan gugus asetil. Xilan pada
softwood memiliki cabang berupa unit arabiofuranosa yang dihubungkan oleh
ikatan -(1,3)-glikosida (Ibrahim, 1998).
1.3.3
Lignin
Lignin merupakan polimer dari subunit aromatik yang berasal dari
polimer alami yang paling melimpah di dunia, bersama dengan selulosa dan kitin
(Whetten dan Sederoff, 1995). Unit-unit pembentuk lignin terdiri dari p-koumaril
alkohol, koniferil alkohol, dan sinapil alkohol yang merupakan senyawa induk
pembentuk makromolekul lignin dan terikat satu sama lain baik dengan ikatan
ester maupun dengan ikatan karbon seperti yang ditampilkan dalam Gambar 1.3.
kayu, lignin digunakan sebagai bagianintegral kayu. Dalam pembuatan pulp dan
pengelantangan, lignin dilepaskan dari kayu dalam bentuk terdegradasi dan
berubah, serta merupakan sumber karbon lebih dari 35 juta ton tiap tahun di
seluruh dunia yang sangat potensial untuk keperluan kimia dan energi (Fengel dan
Wegener, 1995).
Pada industri pulp dan kertas, lignin dipisahkan dari selulosa untuk
menghasilkan pulp. Lignin memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap
pulp, yaitu warna maupun sifat fisik pulp, lamanya waktu penggilingan pulp
berbanding terbalik dengan jumlah lignin yang dikandung oleh pulp. Apabila pulp
mengandung kadar lignin tinggi akan sukar digiling dan menghasilkan lembaran
dengan kekuatan rendah (Sjostrom, 1993).
Selulosa
Hemiselulosa
Lignin
Larut dan
terhidrolisis dalam
asam organik pekat
Larut parsial
dalam berbagai
senyawa organik
Teroksigenasi
Larut dalam
larutan alkali
encer
pada
proses
delignifikasi
lignoselulosa
dengan
Tabel 1.1 Hasil Percobaan Fraksionasi Biomassa dengan Berbagai Umpan dan
Kondisi Proses
Feed Stock
Organosol
v Solvent
Dhaincha,
kash and
Banana
stem
70%, 80%,
90%
Formic
acid
Beech
80%
formic
acid
70-98%
formic
acid
formic
acid-acetic
acid- H2O
(30/60/10)
88%
formic
acid
Rice straw
Wheat
straw
Zhangs
Pulping
Temperatur
e
80oC
Cookin
g Time
Pulp
Yield
(%)
52,962,1
HemicelluloseD
egradation (%)
Delignificati
on (%)
50-60
75-83
110-130oC
180
min
45- 50
85-95
80-90
90- 115oC
32,169,8
72-85
85-90
85oC
30120
min
4 hours
47,2
76,5
94,1
60oC
8 hours
85
70
60120
min
pulp
secara
tepat,
pulp
yang
dihasilkan
dapat
pembelahan
residu.
mengendap
Ketika
air
ditambahkan
danmemisahkan
dari
ke
cairan,
cairanhitam.
lignin
Setelah
Ester Pulping
Kayu dimasak pada suhu tinggi (sampai dengan 200 oC) dengan pelarut
berupa air, ethyl acetate, dan asam asetat dengan komposisi yang sama. Ester
pulping ini dianggap memiliki keunggulan dalam recovery bahan kimianya. Tetapi
sampai saat ini proses ester pulping belum dikembangkan lebih lanjut.
Proses pembuatan pulp ester, yang dipatenkan oleh Young dan Baierl,
menggunakan campuran air, asam asetat (katalis) dan etil asetat (dimaksudkan
untuk menghilangkan lignin terfragmentasi oleh hidrolisis) sebagai pemasak
liquor. Proses ini cocok untuk kayu poplar, tetapi tidak untuk kayu (eucalyptus,
oak merah) atau kayu lunak (pinus, cemara). Kualitas pulp poplar yang diperoleh
adalah di antara yang sulfit pulp dan pulp kraft (Rodrguez and Jimnez, 2007).
Young, et al, (1987) telah mengadakan penelitian proses pulping ester.
Bahan kimia yang digunakan adalah campuran antara asam asetat, etilasetat dan
air pada temperatur 170-200 C dan waktu pemasakan antara 0,5 - 2 jam.
Keuntungan proses pulping ester adalah proses pengambilan bahan kimia bekas
pemasak relatif lebih mudah dan dapat dilakukan dengan cara destilasi.
Disamping itu proses isolasi ligninnya juga relatif mudah jika dibandingkan
dengan lignin kraft.
1.3.4
Proses Milox
Proses Milox menggunakan asam peroxyformic yang terbentuk secara
spontan pada pencampuran 80% asam format dengan hidrogen peroksida. Proses
ini terutama efektif untuk delignifikasi kayu birch menggunakan tiga langkah,
yaitu: treatment dengan asam peroxyformic pada suhu 80 C, treatment dengan
asam format pada suhu 100 C dan pemutihan dengan hidrogen peroksida untuk
mendapatkan pulp dengan 90% brightness ISO. pulp yang dihasilkan memiliki
sifat yang hamper sama dengan pulp kraft. Kelemahan proses ini adalah hasil
penyulingan pelarut digunakan kembali menghasilkan asam format dan air dengan
konsentrasi 78% (Rodrguez and Jimnez, 2007).
1.4
Delignifikasi
Delignifikasi merupakan proses pelarutan lignin dalam asam organik yang
bertujuan untuk menghapus sebagian besar lignin dan untuk mendapatkan serat
10
untuk memproduksi pulp. Tidak ada metode pembuatan pulp yang dapat
menghapus semua lignin dalam tahap pembuatan pulp. Oleh karena itu, setelah
proses delignifikasi masih terdapat beberapa persen lignin yang tersisa dalam
pulp. Jumlah lignin yang tersisa dalam pulp diperkirakan dengan menentukan
jumlah kappa dari pulp (Casey, 1980).
Delignifikasi terjadi karena
putusnya
ikatan
-aril
eter
dalam
selektivitas
fraksionasi.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
proses
11
Hidroksimetil Furfural
Dehidrasi
Furfural
Hidrogenolisis
Glikol
Silitol
Gula Hemiselulosa
Hidrogenasi
Sorbitol
Ragi Torula
Hemiselulosa
Fermentasi
Gliserol
Aseton
Etanol
Kertas
Biomassa (lignoselulosa))
Selulosa
Serat
Bahan Kimia selulosa
Film
Bahan Peledak
Polimer
Bahan Bakar
Fenol
Vanilin
Fenol
Sulfonasi
Dispersan
12
DAFTAR PUSTAKA
Casey JP. 1980. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology. 2rd edition
Vol. I A. New York: Willey Interscience Publisher.
De wild P.J, Huijgen W.J.J, Van der Linden R, Den Uil H, Snelders J, Mlayah B.B.
2015. Organosolv fractionation of lignocellulosic biomass for an integrated
biorefinery. ECN.
Ferrer A, Vega A, Rodriguez A, Jimenez L. 2013. Acetosolv pulping for the
fractionation of empty fruit bunches from palm oil industry. University of
Crdoba, Spain.
Ibrahim M. 1998. Clean Fractionation of Biomass - Steam Explosion and
Extraction, Faculty of The Virginia Polytechnic Institute and State
University.
Rodrguez A, and Jimnez L. 2007. Pulping with Organic Solvents other than
Alcohols. University de Crdoba, Spain.
Sarkanen, K. S., 1990, Chemistry of Solvent Pulping, Tappi Journal.
Sjstrm E. 1981. Wood chemistry, fundamentals and applications. London:
Academic press.
Whetten R and Sederoff R. 1995. Lignin Biosynthesis. Department of Forestry,
North Carolina State University, Raleigh, North Carolina.
Young R. A, Fredman T, Keith T and Nelson X. 1987. Pulping of Wood with
Organic Acid und Esters, Fourth International Symposium on Wood and
Pulping Chemistry, Paris.
Zhang M, Qi W, Liu R, Su R, Wu, He Z. 2008. Fractionating lignocellulose by
formic acid: Characterization of major components. School of Chemical
Engineering and Technology, Tianjin University.
Zhang P, Dong S. J, Ma H, Zhang B. X, Wang Y. F. 2015. Fractionation of corn
stover into cellulose, hemicellulose and ligninusing a series of ionic liquids.
Northeast Agricultural University, China.
13