Anda di halaman 1dari 7

Dosen Pembimbing : Sonia Somadona S.Hut., M.

Sc
Nama : Taufik Ananda
Nim : 2006113732
Prodi : Kehutanan

SIFAT KIMIA KAYU

Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangan makhluk

perusak kayu. Selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga

didapat hasil yang maksimal. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu

daun jarum terdiri dari 3 unsur : − Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa −

Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin − Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses

pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif. (Dumanauw.J.F, 1993) Sifat kimia kayu membahas

mengenai sel serat pada bagian mikrofibril sampai tingkat molekul.

Berikut adalah anatomi kayu dari tingkat yang terbesar sampai tingkat yang  terkecil:
Tree – Board – Growth Ring – Tracheid – Double Cell Wall – Microfibril – Molekul

KOMPOSISI KIMIA KAYU

1. Zat – zat makromolekul

Sel kayu terutama terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Dimana selulosa membentuk

kerangka yang dikelilingi oleh senyawa-senyawa lain yang berfungsi sebagai matriks

(hemiselulosa) dan bahan-bahan yang melapisi (lignin). Sepanjang menyangkut komponen

kimia kayu, maka perlu dibedakan antara komponen- komponen makromolekul utama

dinding sel selulosa, poliosa (hemiselulosa) dan lignin, yang terdapat pada semua kayu, dan

komponen-komponen minor dengan berat molekul kecil (ekstraktif dan zat-zat mineral).

Perbandingan dan komposisi kimia lignin dan poliosa berbeda pada kayu lunak dan kayu
keras, sedangkan selulosa merupakan komponen yang seragam pada semua kayu.

(Sjostrom.E, 1993)

Kayu

Senyawa berat molekul kecil Senyawa makromolekul

Bahan Organik Bahan Anorganik

Ektraktif Abu
Selulosa Poliosa
polisakarida Lignin
Gambar 2.1 Bagan umum komponen kayu

(Fengel.D, 1995)

Unsur-unsur penyusun kayu tergabung dalam sejumlah senyawa organik: selulosa,

hemiselulosa dan lignin. Proporsi lignin dan hemiselulosa sangat bervariasi di antara spesies-

spesies kayu, dan juga antara kayu keras dan kayu lunak.

Tabel 2.2 Komponen kimia menurut golongan kayu

% Berat Kering
Tipe
Selulosa Hemiselulosa Lignin

Kayu Keras 40 – 44 15 – 35 18 – 25

Kayu Lunak 40 – 44 20 -32 25 -35

Sumber : Kollmann dan Cote (1968) (Haygreen.J.G, 1987)


1. Selulosa

Jelas bahwa pemanfaatan selulosa secara tradisional yang terpenting, yang merupakan

setengah dari zat penyusun kayu, adalah sebagai bahan baku untuk produksi kertas. Dalam

berbagai bentuk pulp, selulosa mewakili bahan baku untuk produksi berbagai tipe kertas dan

karton, dan juga menghasilkan produk-produk selulosa yang dimodifikasi. (Hohnholz.J.H,

1988) Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu lunak dan kayu

keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa merupakan polimer linear dengan

berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas β-D- glukosa. Karena sifat-sifat kimia

dan fisiknya maupun struktur supramolekulnya maka ia dapat memnuhi fungsinya sebagai

komponen struktur utama dinding sel tumbuhan.

(Fengel.D, 1995)

Bahan dasar selulosa ialah glukosa, dengan rumus C6H12O6. Molekul-molekul glukosa

disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbetuk rantai dalam susunan

menjadi selulosa. Selulosa merupakan bahan dasar yang penting bagi industri-industr yang

memakai selulosa sebagai bahan baku, misalnya : pabrik kertas, pabrik sutera tiruan dan lain

sebagainya. (Dumanauw.J.F, 1993)


2. Poliosa (Hemiselulosa)

Persentase dalam kayu lembek lunak (softwood) rata-rata lebih rendah (15-25%). Di samping

itu, strukturnya dibedakan dalam dua tipe kayu. Dalam kayu keras dan tanaman tahunan yang

dominan adalah jenis pentose (terutama xilan), sedangkan dalam hemiselulosa kayu lunak

yang dominan adalah jenis hexosa mudah diisolasi dari kayu dan lebih mudah dihidrolisis

dibandingkan tanaman yang kadang-kadang terikat rapat oleh selulosa. Dalam pulp kertas

atau dalam kertas, hemiselulosa berperanan sebagai perekat alam dan memperkuat ikatan

antara serat ke serat.

(Hohnholz.J.H, 1988)

Beberapa polisakarida kayu secara ekstensif dapat larut di dalam air. Jenis pohon

tropis tertentu membentuk suatu getah secara spontan, yang dikeluarkan berupa cairan kental

pada bagian yang diberi luka/goresan dan setelah pengeringan getah tersebut akan mengeras,

getah-getah yang mengeras tersebut yang berbentuk kecil- kecil kaya akan polisakarida.

Sebagai contoh dari getah ini adalah getah arabic, yang terdiri dari polisakarida yang dapat

larut dalam air. (Sjostrom.E, 1993)

Jumlah hemiselulosa dari berat kering kayu biasanya antara 20 dan 30%. Komposisi

dan struktur hemiselulosa dalam kayu lunak secara khas berdeda dari kayu keras. Perbedaan-

perbedaan yang besar juga terdapat dalam kandungan dan komposisi

hemiselulosa antara batang, cabang, akar, dan kulit kayu. Seperti halnya selulosa kebanyakan

hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dalam dinding sel.

(Sjostrom.E, 1995)
3. Lignin

Lignin adalah komponen makromolekuler dinding sel ketiga. Lignin tersusun dari satuan-

satuan fenilpropan yang satu sama lain dikelilingi berbagai jenis zat pengikat. Persentase

rata-ratanya dalam kayu lunak adalah antara 25-35% dan dalam kayu keras antara 20-30%.

Perbedaan struktural yang terpenting dari lignin kayu lunak dan lignin kayu keras, adalah

bahwa lignin kayu keras mempunyai kandungan metoxil (-OCH3) yang lebih tinggi.

(Hohnholz.J.H, 1988)

Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi, tersusun

atas unit-unit fenilpropan. Meskipun tersusun atas karbon, hydrogen dan oksigen, lignin

bukanlah suatu karbohidrat dan bahkan tidak ada hubungannya dengan golongan senyawa

tersebut. Sebaliknya, lignin pada dasarnya adalah suatu fenol. Lignin sangat stabil dan sukar

dipisahkan dan mempunyai bentuk yang bermacam- macam karenanya susunan lignin yang

pasti didalam kayu tetap tidak menentu.

Lignin terdapat di antara sel-sel dan di dalam dinding sel. Di antara sel-sel, lignin

berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel bersama-sama. Dalam dinding sel, lignin

sangat erat hubungannya dengan selulosa dan berfungsi untuk memberikan ketegaran pada

sel. Lignin juga berpengaruh dalam mempertinggi sifat racun kayu yang membuat kayu tahan
terhadap serangan cendawan dan serangga.

2. Zat – zat berat molekul rendah

Di samping komponen-komponen dinding sel, terdapat juga sejumlah zat-zat yang disebut

bahan tambahan atau ekstraktif kayu. Meskipun komponen-komponen tersebut hanya

memberikan saham beberapa persen pada massa kayu, komponen tersebut dapat memberikan

pengaruh yang besar pada sifat-sifat dan kualitas pengolahan kayu. Beberapa komponen,

seperti ion-ion logam tertentu, bahkan sangat penting untuk kehidupan pohon.

Zat-zat berat molekul rendah berasal dari golongan senyawa kimia yang sangat

berbeda hingga sukar untuk membuat sistem klasifikasi yang jelas tetapi komprehensif.

Klasifikasi yang mudah dapat dibuat dengan membaginya ke dalam zat

organik dan anorganik. Bahan organik lazim disebut dengan ekstraktif, sedangkan bahan

anorganik disebut dengan abu. (Fengel.D, 1995)

1. Zat Ekstraktif

Zat ekstraktif umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti : eter, alkohol,

bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 – 8% dari berat kayu kering tanur. Termasuk di

dalamnya minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati, dan zat warna. Zat

ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena :

 dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau, dan rasa suatu jenis kayu

 dapat digunakan untuk mengenal suatu jenis kayu. (Dumanauw.J.F, 1993)

Kandungan dan komposisi ekstraktif berubah-ubah di antara spesies kayu. Tetapi juga

terdapat variasi yang tergantung pada tapak geografi dan musim. Pada sisi lain, komposisi
ekstraktif dapat digunakan untuk determinasi kayu-kayu tertentu yang sukar dibedakan secara

anatomi. Komposisi ekstraktif dapat berubah selama pengeringan kayu, terutama senyawa-

senyawa tak jenuh, lemak dan asam lemak terdegradasi. Fakta ini penting untuk produksi pulp

karena ekstraktif tertentu dalam kayu segar mungkin menyebabkan noda kuning (gangguan

getah) atau penguningan pulp. Ekstraktif dapat juga mempengaruhi kekuatan pulp, perekatan

dan pengerjaan akhir kayu maupun sifat-sifat pengeringan. (Fengel.D, 1995)

2. Abu

Di samping persenyawaan-persenyawaan organik, di dalam kayu masih ada beberapa zat

organik, yang disebut bagian-bagian abu (mineral pembentuk abu yang tertinggal setelah

lignin dan selulosa habis terbakar). Kadar zat ini bervariasi antara 0,2 – 1% dari berat kayu.

(Dumanauw.J.F, 1993)

Kayu hanya mengandung komponen-komponen anorganik dengan jumlah yang agak

rendah, diukur sebagai abu yang jarang melebihi 1% dari berat kayu kering. Namun

kandungan abu dalam tugi, daun, dan kulit dapat jauh lebih tinggi. Abu ini asalnya terutama

dari berbagai garam yang diendapkan dalam dinding-dinding sel dan lumen. Endapan yang

khas adalah berbagai garam-garam logam, seperti karbonat, silikat, oksalat, dan fosfat.

Komponen logam yang paling banyak jumlahnya adalah kalsium diikuti kalium dan

magnesium. (Sjostrom.E, 1995)

Anda mungkin juga menyukai