Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN RESMI

SIFAT-SIFAT DASAR KAYU

Disusun oleh

Nama : Graciela Arcadia Emily

NIM : 19/445504/KT/09102

CoAss : Retno Pertiwi

Shift : Jumat, 07:00 WIB

LABORATORIUM SIFAT DASAR KAYU

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan resmi Praktikum Sifat-sifat Dasar Kayu ini telah diajukan kepada co-asisten
sebagai prasyarat untuk menempuh ujian responsi Praktikum Perlindungan dan Kesehatan
Hutan yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 22 Desember 2020

Yogyakarta, 22 Desember 2020

Mengetahui,

Co-Asisten Praktikan

Retno Pertiwi Graciela Arcadia


HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan resmi ini diselesaikan dengan banyak bantuan dari berbagai pihak,
maka tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya yang sangat tidak ternilai harganya

2. Orangtua serta seluruh anggota keluarga tercinta atas segala dukungan moral dan
material
3. Mba Retno Pertiwi selaku co-ass Praktikum Sifat-sifat Dasar Kayu yang sangat sabar
memberikan waktu dan ilmunya
4. Teman-teman sekelompok atas bantuan dan kerjasamanya
5. Diri saya sendiri karena telah berjuang menyelesaikan semua laprak ini
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam praktikum dan penyusunan Laporan Resmi
Sifat-sifat Dasar Kayu

Sekali lagi penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang telah
penyusun terima selama ini sehingga dapat menyelesaikan praktikum hingga tersusunnya
laporan ini. Penyusun berharap laporan ini selanjutnya dapat berguna bagi berbagai pihak.
Amin.

Yogyakarta, 22 Desember 2020

Penyusun

Graciela Arcadia
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas izin dan karunia-Nya,

saya dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apapun.

Penulisan ‘Laporan Resmi Sifat-sifat Dasar Kayu bertujuan untuk memenuhi kegiatan

wajib yang dilaksanakan oleh Fakultas Kehutanan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada bapak/ibu dosen dan co-assisten yang telah memberikanmateri sehingga dapat

menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang kehutanan. Penulis juga mengucapkan

terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara I
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara II
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara III
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara IV
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara V
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara VI
Penutup
LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT-SIFAT DASAR KAYU


ACARA I

PENYIAPAN SAMPEL

Disusun oleh:

Nama : Graciela Arcadia Emily

NIM : 19/445504/KT/09102

Coass : Retno Pratiwi

Shift : Jumat, 07:00 WIB

LABORATORIUM SIFAT DASAR KAYU

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA


YOGYAKARTA

2020
ACARA I

PENYIAPAN SAMPEL

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara ini yaitu :
1. Memahami proses pembuatan sampel uji fisika, mekanika, dan kimia.
2. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sampel uji sifat
fisika, mekanika dan kimia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kayu merupakan bahan yang cukup komplek karena sifatnya yang


anisotropik. Anisotropik adalah struktur dan sifat-sifat bahan (kayu) berbeda
dalam arah yang berlainan (radial, tangensial dan longitudinal) (Suprapto,
2007). Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang berasal dari berbagai pohon
dengan sifat yang berbeda-beda. Kayu termasuk ke dalam bahan mentah yang
mudah diproses menjadi barang atau bentuk lain dengan kemajuan teknologi (Sari
dkk, 2015). Kayu bayur banyak digunakan untuk pembuatan bahan baku
furnitur yang menghasilkan limbah serbuk gergaji. Serbuk gergaji kayu bayur ini
sangat berpotensi digunakan sebagai bahan pembuatan briket dengan penambahan
perekat. Bahan yang bisa digunakan sebagai pengganti perekat tepung tapioka
adalah daun tanaman biduri. Tanaman biduri memiliki kandungan kimia seperti
selulosa, pentosan sebagai hemiselulosa, lignin, abu, tanin 9,1mg/g dan pektin 55%.
Pembuatan briket dengan perekat daun biduri bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh berbagai variasi perekat, dan bagaimana karakteristik briket
yang dihasilkan. (Rahmanto dkk,2020).

Sifat fisik kayu merupakan salah satu sifat dasar kayu yang berguna
sebagai pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Penggunaan kayu
yang tepat memerlukan persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut secara langsung
maupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan sifat fisik a dan
mekaniknya (Simangunsong dkk., 2016). Sifat mekanik kayu adalah sifat yang
berhubungan dengan ukuran kemampuan kayu untuk menahan gaya luar yang
membebani kayu. Kayu yang dibebani ini akan menyebabkan tegangan dalam kayu
tersebut dan dapat merubah bentuk kayu. MOE dan MOR merupakan bagian dari
sifat mekanika kayu yang harus diketahui sebelum menggunakan kayu. Dengan
diketahuinya sifat fisik dan mekanik kayu membuka peluang penggunaan berbagai
jenis kayu untuk mebel (Fernandes dan Amiril, 2013).

Komposisi kimia kayu terdiri dari karbohidrat, selulosa, lignin, dan zat
ekstraktif. Selulosa merupakan komponen kayu terbesar dan merupakan komponen
struktur utama dinding sel tumbuhan (Haygreen & Bowyer, 1996). Lignin
merupakan bagian terbesar kedua, terletak di antara sel-sel dan di dalam dinding
sel. Komponen kimia kayu penting lainnya adalah zat ekstraktif. Zat ekstraktif
adalah bahan organik dan anorganik yang pada awalnya merupakan cairan yang
terdapat dalam rongga sel (protoplasma) pada waktu sel-sel masih hidup (Wibisono
dkk, 2018). Komposisi kayu akan menentukan sifat kimia kayu. Sifat kimia penting
untuk diketahui karena dapat menentukan proses awal hingga proses akhir dari
sebuah pengerjaan kayu

III. CARA KERJA


Langkah yang perlu dilakukan pada praktikum ini, antara lain:

Disiapkan disk kayu bayur,


lalu digaris sesuai yang Serbuk kayu hasil
penggergajian dambil untuk
akan dipotong untuk tujuan
praktikum percobaan ekstraktif

Sketsa contoh uji dibuat


dengan ukuran antara lain ;
disk kayu bayur dipotong
2x2x2 cm, 2x2x4 cm, menggunakan gergaji mesin
2x2x30 cm masing-masing
sebanyak tiga buah

Pada praktikum penyiapan sampel langkah pertama yang harus dilakukan


adalah menyiapan disk kayu. Jenis kayu yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah kayu bayur. Setelah penyiapan disk kayu langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah pembuatan sketsa contoh uji. Pembuatan sketsa bertujuan untuk
memudahkan dalam pemotongan kayu nantinya. Penggambaran sketsa pada kayu
dibuat dengan ukuran antara lain 2x2x2 cm, 2x2x4 cm, 2x2x30 cm masing masing
sebanyak tiga buah. Setelah itu disk yang telah digambar sketsa dipotong
menggunakan gergaji mesin sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Setelah
itu serbuk kayu hasil gergajian dikumpulkan dalam wadah tertutup (plastik).

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. Pensil
2. Penggaris
3. Plastik
4. Gergaji

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

1. Disk kayu wadang


2. Papan kayu wadang

V. HASIL
Tabel 1. Penyiapan Sampel Untuk Menguji Sifat Fisika Mekanika dan Kimia Kayu

No. Sifat Kayu Ukuran Jumlah


2x2x2 3
1 Fisika
2x2x4 3
2 Mekanika 2x2x30 3

3 Kimia Serbuk Kayu -


Gambar 1. Sifat Fisika Untuk Menghitung Kadar Air

Gambar 2. Sifat Fisika Untuk Menghitung Penyusutan

Gambar 3. Sifat Mekanika


VI. PEMBAHASAN
Praktikum acara I membahas mengenai penyiapan sampel. Sampel yang
dimaksud disini adalah bagian yang akan digunakan untuk uji coba berbagai sifat
kayu. Sampel yang digunakan pada contoh uji pada praktikum ini adalah kayu
Wadang (Pterospermum javanicum) dengan kondisi yang sehat, tidak terserang
hama atau penyakit, dan lurus tidak bengkok. Sampel diambil pada 3 kedudukan
aksial (bagian pangkal, tengah, dan ujung) serta tiga kedudukan radial (dekat hati,
tengah, dan dekat kulit). Sifat kayu terdiri dari :
a. Sifat Fisika Kayu
Sifat fisika kayu adalah sifat-sifat asli dari kayu (wood inheren factors)
yang dapat berubah- rubah karena adanya pengaruh lingkungan (suhu dan
kelembaban udara). Beberapa sifat fisika kayu yang berpengaruh besar dalam
hubungannya dengan penggunaan akhir suatu jenis kayu antara lain adalah
kadar air, berat jenis, dan perubahan dimensi (Marsoem, 1996). Berat jenis kayu
didefinisikan sebagai massa jenis kayu relatif terhadap massa jenis air. Berat
jenis kayu tergantung pada proporsi relatif selulosa, lignin, hemiselulosa,
komponen asing, gas, dan air (kadar air atau MC) (Williamson dan Wiemann,
2010). Kadar air kayu merupakan gambaran mengenai banyaknya air y ang
terkandung dalam suatu kayu. Perubahan dimensi merupakan akibat dari sifat
higroskopis kayu. Perubahan dimensi dinyatakan dalam persen dari dimensi
maksimum kayu tersebut. Dimensi maksimum adalah dimensi awal kayu
sebelum ada pengembangan dan penyusutan (Dumanauw, 2001). Contoh uji
untuk sifat fisika kayu dibuat disk dengan ukuran untuk mengamati kadar
airnya yaitu 2x2x2 cm dan untuk mengamati penyusutannya yaitu ukuran 2x2x4
cm dengan jumlah sesuai dengan jumlah kelompok.
b. Sifat Mekanika Kayu
Sifat mekanis kayu merupakan ukuran ketahanan kayu terhadap gaya
luar yang cenderung merubah bentuk benda. Ketahanan kayu tersebut
tergantung pada besarnya gaya dan cara pembebanan (tarik, tekan, geser,
pukul). Kayu menunjukan perbedaan sifat mekanis dalam arah pertumbuhan
yang berbeda (aksial, radial, dan tangensial) (Mutmainnah, 2011). Sifat-sifat
mekanik meliputi keteguhan Tarik, keteguhan tekan (MoR), keteguhan geser,
keteguhan lengkung (MoE), kekakuan, keuletan, kekerasan, keteguhan belah
(Record,1914). Contoh uji kayu untuk sifat mekanika kayu dibuat dari log
ukuran 2x2x30 cm sebanyak 2 buah kayu. Pengujian sifat mekanika kayu
meliputi pengujian keteguhan lengkung statis.
c. Sifat Kimia Kayu
Sifat kimia kayu merupakan cerminan dari kondisi zat kimia di dalam
kayu. Secara umum sifat kayu terdiri dari tiga komponen kimia, yaitu unsur
karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa), non-karbohidrat (lignin), dan unsur
endapan (ekstraktif). Selain dari kondisi bawaan genetik, sifat kimia kayu juga
dapat bervariasi karena perbedaan dalam laju pertumbuhan, misalnya kadar
ekstraktif. Pada umumnya nilai rata-rata selulosa dan lignin pada jenis softwood
lebih tinggi dibandingkan dengan hardwood (Karlinasari dkk, 2010). Serbuk
yang dikasilkan dari penggergajian sampel fisika kayu Wadang (Pterospermum
javanicum) dikumpulkan dalam wadah tertutup (plastic). Lalu dikering udara di
tempat terbuka dibawah atap, setelah kering udara, disaring untuk mendapatkan
ukuran serbuk 40-60 mesh.

Berikut ini merupakan sistematika spesies Pterospermum javanicum :

Kingdom : Plantae

Filum : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Pterospermum

Spesies : Pterospermum javanicum

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam acara penyiapan sampel dibuat sampel untuk uji fisika kayu, uji
mekanika kayu dan uji kimia kayu. Sampel untuk uji sifat fisika dibuat dua
sampel yaitu kayu berukuran 2 x 2 x 2 cm sebanyak 3 buah kayu untuk
pengujian kadar air dan berat jenis, kemudian kayu berukuran 2 x 2 x 4 cm
sebanyak 3 buah untuk pengujian perubahan dimensi kayu. Uji sifat mekanika
dibuat satu sampel dari kayu yaitu berukuran 2 x 2 x 30 cm sebanyak 3 buah
untuk pengujian lengkung statik kayu. Sedangkan pada uji sifat kimia, serbuk
yang dihasilkan dari penggergajian sampel fisika kayu dikumpulkan dalam
wadah tertutup (plastik) Selanjutnya dikeringudarakan di tempat terbuka
dibawah atap. (Individu).
2. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sampel adalah pemilihan kayu
pengujian atau kayu sampel harus dengan kondisi yang sehat, tidak terserang
hama atau penyakit, dan lurus tidak bengkok.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Dumanauw, JF. 2001. Mengenal Kayu,. Jakarta : Gramedia
Fernandes, A., & Amiril, S. (2013). Sifat Fisik Dan Mekanik Kayu Shorea
Macroptera Ssp. Sandakanensis (Sym.) Ashton Sebagai Bahan Baku
Mebel. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 7(1), 1-6
Haygreen, J., & Bowyer, J. (1996). Hasil hutan dan ilmu kayu: Suatu Pengantar.
(Forest Product and Wood Science : An Introduction). Yogyakarta : Gadjah
Mada University Presss
Marsoem, S.N., 1996. Sifat-Sifat Kayu Untuk Bahan Baku Industri. Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Mutmainnah, 2011. Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Kawista (Limonia acisdissima
Correa) Asal Bima Nusa Tenggara Barat. Bogor : Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Rahmanto, D. E., Fitroni, E. H., & Rudiyanto, B. (2020). Pemanfaatan Daun Biduri
(Calotropis Gigantea) Sebagai Perekat Pada Pembuatan Briket Serbuk
Gergaji Kayu Bayur (Pterospermum Javanicum). Jurnal Ilmiah dan
Penerapan Keteknikan Pertanian, 13(1), 24-39

Record, S.J. 1914. The Mechanical Properties of Wood. OKFN, Yale Universit,
India.

Sari, Nurmala, Erniwati, dan Abdul Hapid. 2015. Sifat Mekanika Kayu Kemiri
(Aleurites muloccana Willd) Asal Sulawesi Tengah Arah Aksial. Jurnal
Warta Rimba. Vol 3 (2) : 73-79

Simangunsong, Arnita Sari, Abdul Hapid, dan Muthmainnah. 2016. Variasi Sifat
Fisika Kayu Kemiri (Aleurites moluccana). Jurnal Warta Rimba. Vol 4 (1)
: 16-20

Suprapto, E. 2007. Variasi Aksial dan Radial Sifat Fisika dan Mekanika Kayu
Jati. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan UGM.

Wibisono, Heru S., Jasni dan Wa Ode Muliastuty Arsyad. 2018. Komposisi Kimia
dan Keawetan Alami Delapan Jenis Kayu di Bawah Naungan. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. Vol 36 (1) : 59-65.
Williamson, G. B., & Wiemann, M. C. (2010). Measuring wood specific gravity.
American Journal of Botany, 97(3), 519-524.
LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT-SIFAT DASAR KAYU

ACARA II

PENENTUAN KADAR AIR KAYU

Disusun oleh :

Nama : Graciela Arcadia Emily

NIM : 19/445504/KT/09102

Shif t : Jum’at, 07:00 WIB

Co. Ass : Retno Pertiwi

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS


KAYU

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
ACARA II

PENENTUAN KADAR AIR KAYU

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mengetahui cara menentukan kadar air kayu pada berbagai macam
kondisi kayu (basah dan kering udara )
2. Mengetahui variasi kadar air kayu dalam pohon
II. DASAR TEORI
Sifat fisik kayu merupakan salah satu sifat dasar kayu yang berguna
sebagai pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Penggunaan kayu
yang tepat memerlukan persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut secara langsung
maupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan sifat fisika dan
mekaniknya (Simangunsong dkk., 2016). Kayu memiliki sifat higroskopis yang
pada mekanisme penyerapannya air pada akan diserap oleh dinding sel dan
berikatan dengan gugus hidroksil lalu air baru memasuki pada bagian rongga sel.
Hal ini menyebabkan kadar air sangat mempengaruhi kekuatan dan stabilitas dari
kayu itu sendiri (Fredriksson, 2019).
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam kayu atau
produk kayu biasanya yang dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%)
terhadap berat kayu bebas air atau berat kering tanur (BKT), namun dapat juga
dipakai satuan terhadap berat basahnya (Panshin dan de Zeeuw, 1980). Kadar air
didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas
air atau kering tanur (Haygreen dan Bowyer, 1996). Kadar air segar (KAS) yang
merupakan ukuran banyaknya air saat pohon berdiri merupakan parameter
penting misalnya dalam proses pengeringan kayu atau pengangkutan log. Nilai
kadar air kayu yang baru saja dipotong berkisar antara 33-249% (dari berat kayu
kering mutlak) bergantung pada bagian kayu, tempat tumbuh, umur, musim
panen, dan ukuran pohon. KAS yang lebih rendah tentunya lebih diinginkan
dalam pemanfaatan kayunya (Marsoem dkk, 2014).
Pada umumnya kadar air pohon berdiri tertinggi pada bagian pangkal,
selanjutnya bagian tengah dan paling terkecil pada bagian ujung (Uar dkk, 2015).
Kecenderungan kadar air pada arah aksial pangkal pohon biasanya memiliki kadar
air tertinggi dan akan menurun secara teratur ke arah ujung pohon. Diduga hal ini
disebabkan oleh besarnya rongga sel pada bagian pangkal sehingga memiliki
kerapatan terendah. Variasi kadar air pada hasil penilitian yang tidak terlalu
berbeda diasumsikan bahwa peralihan musim. Musim sangat berpengaruh
terhadap kadar air segar, pada musim penghujan kadar air akan lebih tinggi
dibandingkan pada musim kemarau. Selain itu tempat tumbuh, lokasi geografis,
iklim, maupun spesies itu sendiri merupakan faktor yang mempengaruhi kadar
air, faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap kapasitas sel yang mana
berpengaruh terhadap kapasitas menampung molekul air dalam sel.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dari praktikum ini adalah :
1. Gergaji potong
2. Kantong plastic/ plastic wrap
3. Kaliper
4. Desikator
5. Oven merk Memmert
6. Timbangan analitik digital
7. Alat tulis
Bahan dari praktikum ini adalah contoh uji kayu
IV. CARA KERJA
Dibuat disk pada Contoh uji basah Contoh uji basah
Dibuat contoh
bagian pangkal, direndam 72 jam dikering
uji berukuran
tengah, dan sebelumnya dan anginkan sampai
2x2x2 cm
ujung ditimbang dulu beratnya konstan

Contoh uji yang


beratnya sudah Setelah 12 jam Lalu dimasukkan Kemudian
konstan contoh uji
dikeringkan
ke dalam ditimbang
dikeluarkan dari desikatpr selama beratnya dan
dalam oven
dengan suhu oven 10-15 menit dicatat nilainya
103±℃

Pengeringan dengan Kemudian


oven dan dihitung dengan
penimbangan rumus :
dilakukan secara
berulang-ulang Kadar Air (%) =
𝐵𝐵 −𝐵𝐾𝑇
sampai mencapai 𝑥 100%
𝐵𝐾𝑇
berat kering tanur
(BKT)

Deskripsi :
Pada praktikum ini pengujian kadar air kayu dilakukan menggunakan
metodo British Standar nomo 373 (1957). Contoh uji kadar air dibuat disk pada
bagian pangkal, tengah, dan ujung. Lalu dibuat contoh uji berukuran 2x2x2 cm.
Setelah itu contoh uji basah ditimbang terlebih dahulu, kemudian dikering
anginkan sampai beratnya konstan. Contoh uji yang telah dikering anginkan
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103±℃. Setelah 12 jam coontoh uji
dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator selama 10-15 menit
lalu ditimbang beratnya dan dicatat nilainya. Pengeringan menggunakan oven dan
penimbangan tersebut dilakukan berulang-ulang sampai mencapai kondisi kering
tanur.

V. HASIL DAN PERHITUNGAN


Data yang didapatkan dari hasil praktikum ini adalah :

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


KELOMPOK KA Kering KA Kering KA Kering
BB BKU BKT KA Basah BB BKU BKT KA Basah BB BKU BKT KA Basah
Udara Udara Udara
1 4,628 2,537 2,181 112,196 16,323 5,264 3,414 2,945 78,744 15,925 5,026 4,013 3,467 44,967 15,748
2 4,793 2,783 2,392 100,376 16,346 3,729 2,626 2,266 64,563 15,887 4,692 3,781 3,258 44,015 16,053
3 5,325 2,732 2,361 125,540 15,714 3,958 2,589 2,254 75,599 14,862 4,693 3,568 3,094 51,681 15,320
4 6,245 3,269 2,791 123,755 17,126 3,483 2,596 2,244 55,214 15,686 4,834 3,831 3,293 46,796 16,338
5 5,862 3,182 2,738 114,098 16,216 4,024 2,618 2,273 77,035 15,178 4,43 3,331 2,884 53,606 15,499
6 5,228 2,172 2,338 123,610 -7,100 4,248 3,005 2,595 63,699 15,800 4,848 3,797 3,317 46,156 14,471
7 5,004 2,737 2,359 112,124 16,024 4,023 2,485 2,148 87,291 15,689 4,906 3,86 3,337 47,018 15,673
8 5,241 2,999 2,584 102,825 16,060 3,931 2,725 2,372 65,725 14,882 4,616 3,912 3,382 36,487 15,671
9 6,3 2,913 2,498 152,202 16,613 4,592 2,645 2,28 101,404 16,009 5,812 4,466 3,846 51,118 16,121
10 5,075 2,702 2,329 117,905 16,015 3,927 2,669 2,317 69,486 15,192 4,786 3,777 3,267 46,495 15,611
11 5,415 2,739 2,357 129,741 16,207 4,108 2,767 2,4 71,167 15,292 5,385 4,283 3,669 46,770 16,735
12 5,63 3,031 2,595 116,956 16,802 3,639 2,804 2,418 50,496 15,964 5,505 4,241 3,654 50,657 16,065
13 4,945 2,778 2,406 105,528 15,461 4,51 3,13 2,717 65,992 15,201 5,047 3,89 3,381 49,275 15,055
14 5,132 2,763 2,384 115,268 15,898 4,326 2,796 2,427 78,245 15,204 4,477 3,59 3,103 44,280 15,694
15 5,872 3,096 2,665 120,338 16,173 3,943 2,995 2,598 51,771 15,281 4,361 3,541 3,064 42,330 15,568

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


Kerapatan Kerapatan Kerapatan
Kelompok Kerapatan Kerapatan Volume Volume Volume Kerapatan
Volume Volume Kerapatan Volume Volume Kerapatan Kering Kering Volume Kerapatan Kering
BKT Volume Basah Kering Udara Kering BKT Kering BKT Kering Kering Kering
Kering Udara Kering Tanur Basah (Vb) Basah Kering Udara Basah (Vb) Udara Tanur Basah Basah (Vb) Udara
(Vku) Tanur (Vkt) Tanur Udara Tanur Tanur (Vkt)
(Vku) (Vkt) (Vku)
1 2,181 8,47 8,023 7,247 0,257 0,272 0,301 2,945 9,595 8,787 8,153 0,307 0,335 0,361 3,467 9,722 8,72 8,033 0,357 0,398 0,432
2 2,392 9,386 8,599 7,828 0,255 0,278 0,306 2,266 9,477 8,604 7,725 0,239 0,263 0,293 3,258 9,518 8,791 8,139 0,342 0,371 0,400
3 2,361 9,42 8,806 8,060 0,251 0,268 0,293 2,254 9,575 8,574 8,020 0,235 0,263 0,281 3,094 9,576 9,036 8,205 0,323 0,342 0,377
4 2,791 9,806 9,202 8,100 0,285 0,303 0,345 2,244 10,673 9,618 8,710 0,210 0,233 0,258 3,293 10,166 9,32 8,319 0,324 0,353 0,396
5 2,738 9,697 9,137 8,150 0,282 0,300 0,336 2,273 9,494 8,801 7,881 0,239 0,258 0,288 2,884 9,94 9,31 8,200 0,290 0,310 0,352
6 2,338 9,921 9,332 8,132 0,236 0,251 0,288 2,595 9,589 9,077 8,031 0,271 0,286 0,323 3,317 9,467 8,507 7,737 0,350 0,390 0,429
7 2,359 9,435 8,732 8,012 0,250 0,270 0,294 2,148 9,402 8,657 8,052 0,228 0,248 0,267 3,337 9,501 9,001 8,072 0,351 0,371 0,413
8 2,584 9,523 8,811 8,173 0,271 0,293 0,316 2,372 9,375 8,757 7,866 0,253 0,271 0,302 3,382 9,731 9,087 8,440 0,348 0,372 0,401
9 2,498 9,713 9,172 8,341 0,257 0,272 0,299 2,28 9,805 8,897 8,142 0,233 0,256 0,280 3,846 9,915 9,079 8,223 0,388 0,424 0,468
10 2,329 9,347 8,73 8,057 0,249 0,267 0,289 2,317 9,323 8,603 7,611 0,249 0,269 0,304 3,267 9,573 8,891 8,281 0,341 0,367 0,395
11 2,357 9,119 8,277 7,760 0,258 0,285 0,304 2,4 9,5 9,003 8,270 0,253 0,267 0,290 3,669 9,873 9,147 8,454 0,372 0,401 0,434
12 2,595 9,733 9,158 8,153 0,267 0,283 0,318 2,418 8,882 8,072 7,374 0,272 0,300 0,328 3,654 9,566 8,812 8,213 0,382 0,415 0,445
13 2,406 9,246 8,569 7,893 0,260 0,281 0,305 2,717 9,866 9,256 8,611 0,275 0,294 0,316 3,381 9,768 9,033 8,289 0,346 0,374 0,408
14 2,384 9,653 9,045 8,073 0,247 0,264 0,295 2,427 9,843 9,166 8,207 0,247 0,265 0,296 3,103 9,422 8,611 7,773 0,329 0,360 0,399
15 2,665 9,688 9,038 7,922 0,275 0,295 0,336 2,598 9,615 9,011 8,105 0,270 0,288 0,321 3,064 8,889 7,966 7,163 0,345 0,385 0,428
BB - BKU
Tanggal
1 2 3
20/10/2020 6,245 3,483 4,834
21/10/2020 4,769 3,084 4,116
22/10/2020 3,883 2,799 3,981
23/10/2020 3,462 2,678 3,960
26/10/2020 3,357 2,659 3,924
27/10/2020 3,303 2,620 3,872
02/11/2020 3,265 2,591 3,825
03/11/2020 3,254 2,583 3,815
04/11/2020 3,268 2,595 3,827
05/11/2020 3,628 2,593 3,827
06/11/2020 3,628 2,593 3,827
09/11/2020 3,269 2,596 3,831

Grafik Berat Basah ke Berat Kering Udara


Kelompok 4 - Sampel 1
7
6
5
4
Berat

y = -0,0768x + 3394,7 Series1


3
R² = 0,3746
2 Linear (Series1)
1
0
16/10/2020 21/10/2020 26/10/2020 31/10/2020 05/11/2020 10/11/2020
Tanggal

Grafik Berat Basah ke Berat Kering Udara


Kelompok 4 - Sampel 2
4
3,5
3
2,5 y = -0,0273x + 1206,9
R² = 0,4939
Berat

2
Series1
1,5
1 Linear (Series1)
0,5
0
16/10/202021/10/202026/10/202031/10/202005/11/202010/11/2020
Tanggal
BKU - BKT
Tanggal 1 2 3
09/11/2020 3,269 2,596 3,831
10/11/2020 2,803 2,253 3,301
11/11/2020 2,814 2,265 3,318
12/11/2020 2,794 2,251 3,295
13/11/2020 2,798 2,262 3,303
16/11/2020 2,791 2,244 3,293
17/11/2020 2,791 2,244 3,293

Grafik Berat Kering Udara ke Berat Kering Tanur


Kelompok 4 - Sampel 1
3,4
3,3
3,2
3,1
Berat

3
Series1
2,9
2,8 Linear (Series1)
y = -0,033x + 1460
2,7 R² = 0,3077
2,6
07/11/2020
09/11/2020
11/11/2020
13/11/202015/11/202017/11/2020
19/11/2020
Tanggal

Grafik Berat Kering Udara ke Berat Kering Tanur


Kelompok 4 - Sampel 2
2,65
2,6
2,55
2,5
2,45
Berat

2,4
2,35 Series1
2,3 Linear (Series1)
2,25 y = -0,0244x + 1078,6
2,2 R² = 0,3157
2,15
07/11/2020
09/11/2020
11/11/2020
13/11/2020 15/11/2020
17/11/2020
19/11/2020
Tanggal
Contoh Perhitungan
Perhitungan kadar air kondisi basah dan kering tanur pada bagian 11
Perhitungan kadar air pada kondisi basah
(𝐵𝐵−𝐵𝐾𝑇)
KA(%) = × 100%
𝐵𝐾𝑇
(6,245−2,791)
• KA 1 Basah = × 100% = 123,775%
2,791
(3,483−2,244)
• KA 2 Basah = × 100% = 55,214%
2,244
(4,834−3,293)
• KA 3 Basah = × 100% = 46,796%
3,293

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang kadar air kayu. Kadar air kayu
adalah banyaknya air yang terkandung dalam sepotong kayu dinyatakan dalam
persen dari berat kayu kering tanur. Nilai kadar air kayu dipengaruhi oleh sifat
hygrokospis jenis kayu, faktor kondisi kayu ditempatkan (suhu dan kelembaban)
dan sifat-sifat kayu yang digunakan seperti jumlah pori-pori, tekstur, struktur
kayu, kelas kuat, kekerasan, berat jenis dan sebagainya. Sifat higroskopis yaitu
sifat yang menyebabkan kayu dapat menyerap (adsorps) dan melepaskan
(desorps) air untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya.
Kemampuan adsorpsi dan desorpsi kayu ini berakibat pada besarnya kadar air
yang selalu berubah tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan sekitarnya.

Air yang terdapat didalam kayu tersimpan di dalam rongga sel dan dinding
sel. Air yang terdapat dalam rongga sel kayu disebut sebagai air bebas (free
water), sedangkan air yang terdapat di dalam dinding sel disebut air terikat (bound
water). Kadar air pada kayu ini menjadi penciri bahwa kayu memiliki sifat
higroskopis yang pada dasarnya kayu akan mempertahankan kadar air
kesetimbangan dengan lingkunganya melalui pelepasan atau penyerapan air.
Kayu akan melepaskan air ke udara apabila tekanan uap air didalam kayu lebih
tinggi dibandingkan tekanan uap yang ada di udara dan kayu akan menyerap air
dari udara apabila tekanan uap air di dalam kayu lebih rendah dibandingkan
tekanan uap di udara. Oleh karena itu, kadar air di dalam kayu aan sangat
berfluktuasi tergantung pada kondisi atmosfer yang ada di sekitarnya terutama
perubahan yang terjadi pada suhu dan kelembapnnya. Rendahnya kadar air yang
terdapat pada kayu akan meningkatkan kekuatan yang ada pada kayu. Hal ini
disebabkan karena semakin berkurangnyanya kadar air yang terdapat pada rongga
sel dan dinding sel, kerapatan yang ada pada kayu akan semakin meningkat
sehingga kayu akan menjadi semain kuat. Sedangkan tingginya kadar air yang
terdapat pada kayu akan meningkatkan hasil rendemen yang ada pada kayu. Selain
itu, tingginya kadar air ini akan menyebabkan kayu menjadi tidak efisien untuk
digunakan sebagai bahan baku pembuatan furniture karena masih bisa terjadi
penyusutan dan pengembangan karena kesetimbangan kau belum tercapai.
Hasil penelitian yang sudah dilakukan pengujian terhadap dua jenis kadar
air yaitu kadar air segar dan kadar air kering udara. Kadar air segar merupakan
kadar air yang dimiliki suatu kayu ketika baru saja ditebang, dan belum pernah
mengering. Sedangkan kadar air kering udara atau sering disebut juga kadar air
seimbang adalah kadar air yang dimiliki kayu dalam kondisi kering udara, pada
kondisi ini jumlah air yang terserap sama dengan jumlah air yang dikeluarkan.
Sample yang digunakan adalah kayu berukuran 2cm x 2cm x 2cm. Pengujian
kadar air kayu dilaksanakan dengan mempersiapkan sampel terlebih dahulu,
sampel yang akan digunakan direndam selama ± 72 jam, yang mana kemudian
beratnya ditimbang dan dijadikan sebagai berat basah. Setelah itu sampel dikering
anginkan hingga didapati berat konstan dan dicaatat yang kemudian digunakan
sebagai berat kering udara. Sampel yang sudah konstan berat kering udaranya
dioven selama ±12 jam, kemudian dikeluarkan dan dimasukan kedalam desikator
selama 10-15 menit setelah itu ditimbang, desikator sendiri merupakan wadah
kedap udara yang berfungsi untuk menghilangkan air dan kristal hasil pemurnian.
Proses pengovenan dan penimbangan berlangsung hingga didapatkan berat
konstan yang mana digunakan sebagai Berat Kering Tanur (BKT) kayu. Setelah
seluruh data berat didapat baru dilakukan pengukuran kadar air. Untuk kadar segar
ditentukan melalui persentase perbandingan antara selisih berat awal (BB) dan
Berat kering tanur (BKT) dengan Berat Kering Tanur (BKT), sedangkan kadar air
kayu pada kering udara dihitung dengan rumus yang sama hanya saja mengganti
nilai berat awal dengan berat kering udara (Bku). Pada jenis kayu bayur
didapatkan nilai kadar air kayu bayur pada bagian 1 yang pada kondisi basah
sebesar 123,755% dan kadar air pada kondisi kering udara sebesar 17,126%.
Untuk bagian 2 kadar air pada kondisi basah sebesar 55,214% dan kadar air pada
kondisi kering udara sebesar 15,686%. Dan yang terakhir bagian 3, kadar air pada
kondisi basah sebesar 46,796%dan kadar air pada kondisi kering tanur sebesar
16,338%. Dapat diketahui bahwa kadar air yang terdapat pada kayu basah lebih
besar dibandingkan pada kayu kering udara. . Pada kayu basah yang baru
ditebang, kadar air dapat mencapai 40% hingga 200%. Kondisi dimana dinding
sel jenuh dengan air sedangkan rongga sel kosong dinamakan kondisi kadar air
titik jenuh serat (Simpson dan A ten Wolde, 1999). Hal ini dikarenakan pada
kondisi kadar air basah dinding sel maupun rongga selnya masih terisi oleh air
dan belum mencapai titik konstan, sedangkan pada kayu kering udara dinding sel
dan ronggaa udaranya masih terisi air namun sudah mencapai titik konstan.
Kadar air yang terkandung di dalam bagian jenis kayu berupa kayu gubal,
teras, juvenile, dewasa, kayu awal, dan kayu akhir memiliki perbedaan. Kayu teras
memiliki diameter serat, diameter lumen, dan tebal dinding serat yang lebih kecil
dibandingkan dengan kayu gubal karena kayu gubal memiliki serat atau sel yang
masih berkembang sedangkan kayu teras selnya sudah tidak aktif kembali atau
mati. Sehingga pada tingkat kadar airnya, kayu gubal memiliki kadar air yang
lebih tinggi karena rongga sel tebal dinding serat pada kayu gubal lebih besar dan
mampu menyimpan air lebih banyak dibandingkan kayu teras. Pada dasarnya
seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur, kayu akan terus mengalai
pertumbuhan dan perkembangan. Semain tua umur pada suatu pohon maka akan
mengindikasikan kayu tersebut sebagai kayu dewasa yang akan menjadi kayu
teras sehingga penyimpanan air yang ada pada kayu dewasa ini akan semakin
sedikit. Hal ini juga sejalan dengan bagian kayu gubal yang disebut sebagai kayu
muda atau kayu juvenil akan memiliki penyimpanan air yang lebih tinggi. Lalu
pada kayu awal juga akan memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kayu akhir karena kayu awal masih tumbuh dalam pertumbuhan yang baik
sehingga memiliki pertumbuhan rongga yang besar dan diameter sel yang besar
sedangkan pada kayu akhir terbentuk pada pertumbuhan yang rendah sehingga
rongga sel dan diameter sel yang terbentuk kecil.
Presentase kadar air pada kayu ini tentunya akan mempengaruhi beberapa
sifat fisika kayu lainnya. Pada bagian fisika kayu dihitung nilai kadar air kayu dan
berat jenis dari suatu kayu sehingga nilai perubahan dimensi pada kayu dapat
ditentukan. Hal ini dikarenakan pada kondisi dimana kadar air di dalam kayu
tinggi, makan akan lebih mudah terjadi penyusutan dan pengembangan pada kayu
sehingga tingkat terjadinya perubahan dimensi pada kayu masih dapat terjadi.
Selain itu kadar air kayu ini akan mempengaruhi kerapatan yang ada pada kayu
sehingga berat jenis yang ada pada kayu juga memperbesar nilai Berat jenisnya.
Gagasan ini diperkuat oleh Haygreen dan Bowyer (1989) yang mengatakan bahwa
makin banyak zat yang terdapat pada dinding sel akan semakin besar nilai berat
jenisnya dan semain besar pula perubahan dimensi yang mungkin terjadi pada
perubahan kadar air yang sama

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penentuan kadar air kayu kondisi basah dilakukan dengan mengetahi nilai
dari berat kayu dalam keadaan basah dan berat kayu dalam keadaan kering
tanur lalu dihitung dengan menggunakan rumus :
(𝐵𝐵−𝐵𝐾𝑇)
KA(%) = × 100%
𝐵𝐾𝑇

Sedangkan penentuan kadar air kayu dalam kondisi kering udara


dilakukan dengan mengetahui nilai dari berat kayu dalam keadaan kering
udara dan berat kayu dalam keadaan kering tanur lalu dihitung dengan
menggunakan rumus :
(𝐵𝐾𝑈−𝐵𝐾𝑇)
KA (%) = × 100%
𝐵𝐾𝑇

2. Variasi kadar air kayu pada pohon menunjukan bahwa kayu gubal, kayu
juvennil, dan kayu awal memiliki kadar air yang lebih tinggi karena rongga
sel dan diameter sel memiliki ukuran yang besar. Sedangkan pada kayu
teras, kayu dewasa, dan kayu akhir memiliki kadar air yang rendah karena
rongga sel dan diameter sel memiliki ukuran yang kecil
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Fredriksson, Maria. 2019. On Wood-Water Interactions in the Over-Hygroscopic
Moisture Range- Mechanisms, Methods , and Inflluence of Wood
Modification. Journal Forest . Vol. 10(9) : 779
Haygreen, J. G. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Universitas
Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Haygreen, J.G dan J.L Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Marsoem, Sri Nugroho., Vendy Eko Prasetyo, Joko Sulistyo, Sudaryono, dan
Ganis Lukmandaru. 2014. Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat
Gunungkidul III Sifat Fisika Kayu. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol 8 (2) :
75-88
Panshin AJ. de Zeeuw C. 1980. Textbook of Wood Technology. New York:
McGraw-Hill Book Co
Simangunsong, Arnita Sari, Abdul Hapid, dan Muthmainnah. 2016. Variasi Sifat
Fisika Kayu Kemiri (Aleurites moluccana). Jurnal Warta Rimba. Vol 4 (1)
: 16-20
Simpson, A ten Wolde. 1999. Physical Properties and Moisture Relations of
Wood. Wood as An Engineering Materiak. Forest Product Laboratory
General Technical Report FDL-GTR-11. USDA Forest Science (US).
Forest Laboratory US
Uar, Ningsie Indah Suary., M. S. Tuharea, Nurfitri Hentihu. 2015. Pengaruh
Sifat Fisi Kayu Jabon. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. Vol 8 (2) :
46-52
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT-SIFAT DASAR KAYU

ACARA IV
PENENTUAN PENYUSUTAN KAYU

Disusun oleh:

Nama : Graciela Arcadia Emily

NIM : 19/445504/KT/09102

Coass : Retno Pertiwi

Shift : Jumat, 07.00 WIB

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS


KAYU

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA IV

PENENTUAN PENYUSUTAN KAYU

I. TUJUAN
Tujuan pada praktikum ini adalah :
a. Mengetahui cara mengukur penyusutan kayu
b. Mengetahui penyusutan kayu pada 3 arah berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sifat fisik kayu merupakan salah satu sifat dasar kayu yang berguna
sebagai pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Sifat fisika pada
kayu meliputi kadar air, berat jenis, dan perubahan dimensi kayu berdasarkan
arah aksial (Rahmayanti dkk, 2016). Penggunaan kayu secara tepat selalu
memerlukan persyaratan tertentu, dimana persyaratan itu baik secara langsung
maupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan sifat fisik dan
mekaniknya. Di antara sifat fisik yang cukup penting untuk diketahui adalah
berat jenis dan kembang susut kayu (Simangunsong, dkk., 2016).

Perubahan dimensi merupakan akibat dari sifat higroskopis kayu.


Perubahan dimensi dinyatakan dalam persen dari dimensi maksimum kayu
tersebut. Dimensi maksimum adalah dimensi awal kayu sebelum ada
pengembangan dan penyusutan (Dumanauw, 2001). Pengembangan atau
penyusutan pada kayu hanya terjadi ketika kadar air kayu di bawah Titik Jenuh
Serat (TJS). Listyanto (2018) mendefinisikan bahwa titik jenuh serat
merupakan kondisi di mana air dalam rongga sel masih kosong sedangkan air
dalam dinding sel masih jenuh. Titik jenuh serat (TJS) kayu pada umumnya
berkisar 30%, tetapi ada beberapa jenis kayu yang lebih tinggi atau lebih
rendah. Pada tingkat struktur kayu yang lebih tinggi, penyusutan sel kayu
dianggap didominasi oleh ketebalan dinding trakeid, bentuk lumen, pengaruh
sinar dan rongga berbatas. Pada kayu berlapis-lapis dengan sifat penyusutan
yang bervariasi (misalnya kayu earlywood dan latewood, atau kayu remaja
dan kayu dewasa), tekanan berkembang dari batasan antar lapisan (Barber dan
Meylan, 1964).
Penyusutan dan pengembangan kayu diukur dengan metode British
Standart nomor 373 tahun 1957, yaitu dengan mengukur dimensi contoh uji
pada tiga arah utama (longitudinal, tangensial, dan radial) dalam keadaan
basah, kering udara, dan kering tanur (Praptoyo, 2010). Arah longitudinal
merupakan arah yang sejajar dengan serat kayu atau tegak lurus jari – jari
kayu. Arah radial merupakan arah yang memotong lingkaran pertumbuhan
dan tegak lurus jari – jari batang. Sedangkan, arah tangensial arahnya sama
dengan arah lingkaran pertumbuhan. Setelah kayu mengalami pengeringan,
maka kadar air akan berkurang (menyusut) dan berpengaruh pada bentuk fisik
kayu. Penyusutan pada kayu dapat menimbulkan kerusakan apabila kurang
berhati-hati dalam pengolahannya. Macam- macam kerusakan yang
diakibatkan oleh penyusutan kayu adalah pecah ujung (end checks), pecah
permukaan (surface checks), pecah pada ujung hingga menjalar sepanjang
papan, retak dalam kayu (honeycombing), casehardening, melengkung pada
arah lebar kayu (cupping), melengkung pada arah panjang kayu (bowing),
menggelinjang (twist), dan perubahan bentuk penampang kayu (diamonding)
(Anggoro,2019).

Informasi mengenai perubahan dimensi penting diketahui karena


hubungannya dengan penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi maupun
bahan industri mebel. Hal ini berguna untuk menghindari adanya cacat – cacat
kayu selama penggunaan sebagai akibat dari tidak memperhitungkan adanya
penyusutan kayu, seperti adanya retak kayu, melengkung, terpuntir, atau
sambungan yang rusak akibat penyusutan (Bowyer et al, 2003).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
a. Tanur pengering merk Mammert
b. Alat tulis
c. Caliper
d. Timbangan analitik
e. Desikator

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu contoh uji kayu berukuran
2x2x4 cm.

Langkah Kerja :
Langkah yang perlu dilakukan pada praktikum ini, antara lain
Disiapkan sampel berukuran 2x2x4 cm. Diukur
dimensi pada ketiga arah (longitudinal, radial,
dan tangensial) dalam kondisi Ds, Du, dan Dk,
lalu diberi tanda garis pengukuran

Contoh uji alam keadaan basah ditimbang


beratnya dan diukur dimensinya (Ds) pada 3
arah utama dengan tingkat ketelitian 0,001 cm

Contoh uji kemudian dikeringudarakan dan


selnajutnya ditimbang beratnya sampai konstan
dan diukur dimensinya (Du)

Setelah itu dikeringovenkan pada suhu 103 ±


2°C, hingga berat konstan(Bkt) dan kemudian
ditimbang dimensinya (Dk).

Setelah dikumpulkan data perubahan dimensi


lalu dihitung persen penyusutan kayu tersebut

Contoh uji berukuran 2x2x4 cm disiapkan dan penyusutan diukur


dengan metode British Standar nomor 373 tahun 1957, yaitu dengan
mengukur dimensi contoh uji pada tiga arah utama (longitudinal,
tangensial, dan radial) pada kondisi basah, kering udara, dan kering tanur,
sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu contoh uji diberi tanda
berupa garis pada ketiga arah utamanya untuk mempermudah dalam
melakukan pengamatan sehingga memperkecil terjadinya pergeseran
tempat setiap kali melakukan pengukuran. Penyusutan diukur dari
keadaan basah tebang ke keadaan kering udara dan kering tanur, contoh
uji yang masih dalam keadaan basah ditimbang beratnya denan timbangan
analitik dan diukur dimensinya (Ds) pada tiga arah utamanya tepat pada
garis penandaan menggunakan caliper dengan tingkat ketelitian 0,001 cm.
Kemudian contoh uji dikering udarakan dan selanjutnya ditimbang
beratnya sampai konstan dan diukur dimensinya (Du), setelah kering udara
yang kedua kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103±2°C hingga
beratnya konstan (Bkt), kemudian ditimbang dan diukur dimensinya
kembali (Dk). Nilai perubahan dimensi ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

𝐷𝑠−(𝐷𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)


Penyusutan (%) = 𝑥100%
𝐷𝑠

Keterangan :
Ds : Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan basah (cm)
Du :Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan kering udara
(cm)
Dk : Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan kering tanur
(cm).

IV. HASIL PENGAMATAN


Tabel 1. Tabel Dimensi Basah

Dimensi Basah
Kelompok 1 2 3
R L T R L T R L T
1 2,07 4,11 2,14 2,15 4,43 2,18 2,1 4,11 2,12
2 2,101 4,114 2,186 2,125 4,086 2,171 2,149 4,082 2,193
3 2,106 4,441 2,141 2,14 4,103 2,164 2,145 4,451 2,172
4 2,1 4,338 2,131 2,149 4,425 2,186 2,145 4,306 2,208
5 2,128 4,433 2,124 2,158 4,4314 2,125 2,139 4,208 2,179
6 2,142 4,507 2,154 2,147 4,464 2,163 2,151 4,453 2,136
7 2,095 4,408 2,099 2,145 4,339 2,165 2,097 4,232 2,248
8 2,145 4,309 2,205 2,157 4,354 2,134 2,146 4,393 2,166
9 2,152 4,445 2,139 2,132 4,427 2,127 2,16 4,538 2,624
10 2,129 4,454 2,066 2,12 4,33 2,149 2,144 4,324 2,16
11 2,163 4,421 2,115 2,208 4,419 2,147 2,132 4,316 2,113
12 2,135 4,267 2,149 2,146 4,343 2,209 2,154 4,359 2,131
13 2,14 4,39 2,17 2,15 4,49 2,06 2,12 4,35 2,08
14 2,145 4,476 2,135 2,094 4,1 2,118 2,145 4,461 2,161
15 2,14 4,37 2,15 2,159 4,251 2,14 2,144 4,337 2,179
Tabel 2. Tabel Dimensi Kering Udara
Dimensi Kering Udara
1 2 3
R L T R L T R L T
2,010 4,100 2,050 2,100 4,400 2,080 2,050 4,100 2,020
2,070 4,110 2,119 2,080 4,056 2,071 2,100 4,072 2,101
2,066 4,341 2,041 2,094 4,090 2,080 2,100 4,421 2,091
2,080 4,308 2,031 2,109 4,405 2,086 2,099 4,296 2,108
2,098 4,424 2,024 2,090 4,400 2,055 2,090 4,197 2,103
2,102 4,497 2,074 2,070 4,464 2,063 2,092 4,433 2,036
2,025 4,400 2,009 2,095 4,309 2,065 2,047 4,232 2,148
2,105 4,309 2,105 2,107 4,334 2,070 2,106 4,373 2,060
2,122 4,415 2,039 2,092 4,407 2,067 2,107 4,508 2,324
2,09 4,4 1,9 2,081 4,32 2,12 2,13 4,3 2,13
2,14 4,35 2,075 2,145 4,35 2,08 2,105 4,3 2,07
2,021 4,17 2,12 2,1 4,3 2,15 2,105 4,345 2,105
2,099 4,3 2,14 2,1 4,47 1,975 2 4,35 2
2,13 4,39 2,12 2,02 4,11 2,08 2,1 4,38 2,11
2,11 4,37 2,135 2,105 4,245 2,065 2,115 4,31 2,05

Tabel 3. Tabel Dimensi Kering Tanur

Dimensi Kering Tanur


1 2 3
R L T R L T R L T
1,980 4,080 1,970 2,050 4,349 2,000 2,000 4,084 1,908
2,000 4,005 2,001 2,000 4,000 1,997 2,024 4,037 2,001
2,003 4,300 1,920 2,023 4,070 2,000 2,054 4,402 2,013
2,002 4,288 1,940 2,030 4,400 2,006 2,022 4,276 2,005
2,028 4,387 1,960 2,033 4,305 1,939 2,044 4,146 2,007
1,983 4,411 2,004 2,001 4,456 1,957 2,059 4,424 1,992
1,980 4,378 1,870 2,028 4,289 1,975 1,987 4,221 2,006
2,010 4,302 2,002 2,031 4,304 1,984 2,057 4,356 1,979
2,043 4,409 1,973 2,007 4,384 2,008 2,026 4,497 2,222
2,038 4,340 1,845 2,035 4,300 2,042 2,079 4,280 2,023
2,064 4,313 2,006 2,108 4,306 1,987 2,022 4,282 1,998
1,993 4,108 2,023 2,008 4,289 2,098 2,023 4,310 2,024
2,045 4,298 2,036 2,045 4,455 1,911 1,878 4,326 1,898
2,073 4,321 2,017 1,953 4,004 2,002 1,999 4,344 1,968
2,048 4,356 2,061 2,029 4,231 2,001 2,067 4,303 1,897
Tabel 4. Perhitungan Penyusutan Dimensi Basah-Kering Udara ( Radial )
Penyusutan (%)
Basah - Kering Udara Kering Udara - Kering Tanur
1 2 3 1 2 3
2,90 2,33 2,38 1,49 2,38 2,44
1,48 2,12 2,28 3,38 3,85 3,62
1,90 2,15 2,10 3,05 3,39 2,19
0,95 1,86 2,14 3,75 3,75 3,67
1,41 3,15 2,29 3,34 2,73 2,20
1,87 3,59 2,74 5,66 3,33 1,58
3,34 2,33 2,38 2,22 3,20 2,93
1,86 2,32 1,86 4,51 3,61 2,33
1,39 1,88 2,45 3,72 4,06 3,84
1,83 1,84 0,65 2,49 2,21 2,39
1,06 2,85 1,27 3,55 1,72 3,94
5,34 2,14 2,27 1,39 4,38 3,90
1,92 2,33 5,66 2,57 2,62 6,10
0,70 3,53 2,10 2,68 3,32 4,81
1,40 2,50 1,35 2,94 3,61 2,27

Tabel 5. Perhitungan Penyusutan Dimensi Basah-Kering Udara(Longitudinal )

Penyusutan (%)
Basah - Kering Udara Kering Udara - Kering Tanur
1 2 3 1 2 3
0,24 0,68 0,24 0,49 1,16 0,39
0,10 0,73 0,24 2,55 1,38 0,86
2,25 0,32 0,67 0,94 0,49 0,43
0,69 0,45 0,23 0,46 0,11 0,47
0,20 0,71 0,26 0,84 2,16 1,22
0,22 0,00 0,45 1,91 0,18 0,20
0,18 0,69 0,00 0,50 0,46 0,26
0,00 0,46 0,46 0,16 0,69 0,39
0,67 0,45 0,66 0,14 0,52 0,24
1,21 0,23 0,56 1,36 0,46 0,47
1,61 1,56 0,37 0,85 1,01 0,42
2,27 0,99 0,32 1,49 0,26 0,81
2,05 0,45 0,00 0,05 0,34 0,55
1,92 -0,24 1,82 1,57 2,58 0,82
0,00 0,14 0,62 0,32 0,33 0,16
Tabel 6. Perhitungan Penyusutan Dimensi Basah-Kering Udara(Tangensial )

Penyusutan (%)
Basah - Kering Udara Kering Udara - Kering Tanur
1 2 3 1 2 3
4,21 4,59 4,72 3,90 3,85 5,54
3,06 4,61 4,20 5,57 3,57 4,76
4,67 3,88 3,73 5,93 3,85 3,73
4,69 4,57 4,53 4,48 3,84 4,89
4,71 3,29 3,49 3,16 5,64 4,56
3,71 4,62 4,68 3,38 5,14 2,16
4,29 4,62 4,45 6,92 4,36 6,61
4,54 3,00 4,89 4,89 4,15 3,93
4,68 2,82 11,43 3,24 2,85 4,39
8,03 1,35 1,39 2,89 3,68 5,02
1,89 3,12 2,04 3,33 4,47 3,48
1,35 2,67 1,22 4,58 2,42 3,85
1,38 4,13 3,85 4,86 3,24 5,10
0,70 1,79 2,36 4,86 3,75 6,73
0,70 3,50 5,92 3,47 3,10 7,46

Tabel 7. Perhitungan Penyusutan Dimensi Kering Udara-Kering Tanur


(Radial) (Longitudinal) (Tangensial)
Penyusutan Total (%) Penyusutan Total (%) Penyusutan Total (%)
Basah - Kering Tanur Basah - Kering Tanur Basah - Kering Tanur
1 2 3 1 2 3 1 2 3
4,35 4,65 4,76 0,73 1,83 0,63 7,94 8,26 10,00
4,81 5,88 5,82 2,65 2,10 1,10 8,46 8,01 8,76
4,89 5,47 4,24 3,17 0,80 1,10 10,32 7,58 7,32
4,67 5,54 5,73 1,15 0,56 0,70 8,96 8,23 9,19
4,70 5,79 4,44 1,04 2,85 1,47 7,72 8,75 7,89
7,42 6,80 4,28 2,13 0,18 0,65 6,96 9,52 6,74
5,49 5,45 5,25 0,68 1,15 0,26 10,91 8,78 10,77
6,29 5,84 4,15 0,16 1,15 0,84 9,21 7,03 8,63
5,07 5,86 6,20 0,81 0,97 0,90 7,76 5,59 15,32
4,27 4,01 3,03 2,56 0,69 1,02 10,70 4,98 6,34
4,58 4,53 5,16 2,44 2,56 0,79 5,15 7,45 5,44
6,65 6,43 6,08 3,73 1,24 1,12 5,86 5,02 5,02
4,44 4,88 11,42 2,10 0,78 0,55 6,18 7,23 8,75
3,36 6,73 6,81 3,46 2,34 2,62 5,53 5,48 8,93
4,30 6,02 3,59 0,32 0,47 0,78 4,14 6,50 12,94
Tabel 8. Perhitungan Penyusutan Total (Basah-Kering Tanur)
(Radial)
Penyusutan Radial (%)
Basah - Kering Udara Kering Udara - Kering Tanur Basah - Kering Tanur
1 2 3 1 2 3 1 2 3
2,90 2,33 2,38 1,49 2,38 2,44 4,35 4,65 4,76
1,48 2,12 2,28 3,38 3,85 3,62 4,81 5,88 5,82
1,90 2,15 2,10 3,05 3,39 2,19 4,89 5,47 4,24
0,95 1,86 2,14 3,75 3,75 3,67 4,67 5,54 5,73
1,41 3,15 2,29 3,34 2,73 2,20 4,70 5,79 4,44
1,87 3,59 2,74 5,66 3,33 1,58 7,42 6,80 4,28
3,34 2,33 2,38 2,22 3,20 2,93 5,49 5,45 5,25
1,86 2,32 1,86 4,51 3,61 2,33 6,29 5,84 4,15
1,39 1,88 2,45 3,72 4,06 3,84 5,07 5,86 6,20
1,83 1,84 0,65 2,49 2,21 2,39 4,27 4,01 3,03
1,06 2,85 1,27 3,55 1,72 3,94 4,58 4,53 5,16
5,34 2,14 2,27 1,39 4,38 3,90 6,65 6,43 6,08
1,92 2,33 5,66 2,57 2,62 6,10 4,44 4,88 11,42
0,70 3,53 2,10 2,68 3,32 4,81 3,36 6,73 6,81
1,40 2,50 1,35 2,94 3,61 2,27 4,30 6,02 3,59

(Tangensial)
Penyusutan Tangensial (%)
Kelompok Basah - Kering Udara Kering Udara - Kering Tanur Basah - Kering Tanur
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 4,21 4,59 4,72 3,90 3,85 5,54 7,94 8,26 10,00
2 3,06 4,61 4,20 5,57 3,57 4,76 8,46 8,01 8,76
3 4,67 3,88 3,73 5,93 3,85 3,73 10,32 7,58 7,32
4 4,69 4,57 4,53 4,48 3,84 4,89 8,96 8,23 9,19
5 4,71 3,29 3,49 3,16 5,64 4,56 7,72 8,75 7,89
6 3,71 4,62 4,68 3,38 5,14 2,16 6,96 9,52 6,74
7 4,29 4,62 4,45 6,92 4,36 6,61 10,91 8,78 10,77
8 4,54 3,00 4,89 4,89 4,15 3,93 9,21 7,03 8,63
9 4,68 2,82 11,43 3,24 2,85 4,39 7,76 5,59 15,32
10 8,03 1,35 1,39 2,89 3,68 5,02 10,70 4,98 6,34
11 1,89 3,12 2,04 3,33 4,47 3,48 5,15 7,45 5,44
12 1,35 2,67 1,22 4,58 2,42 3,85 5,86 5,02 5,02
13 1,38 4,13 3,85 4,86 3,24 5,10 6,18 7,23 8,75
14 0,70 1,79 2,36 4,86 3,75 6,73 5,53 5,48 8,93
15 0,70 3,50 5,92 3,47 3,10 7,46 4,14 6,50 12,94

Tabel 9. Perhitugan T/R Rasio


T/R Rasio
Basah - Kering Udara Kering Udara - Kering Tanur Basah - Kering Tanur
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1,45 1,97 1,98 2,61 1,62 2,27 1,83 1,78 2,10
2,08 2,18 1,84 1,65 0,93 1,32 1,76 1,36 1,51
2,46 1,81 1,78 1,94 1,13 1,70 2,11 1,39 1,73
4,93 2,46 2,11 1,19 1,02 1,33 1,92 1,49 1,60
3,34 1,05 1,52 0,95 2,07 2,07 1,64 1,51 1,78
1,99 1,29 1,71 0,60 1,54 1,37 0,94 1,40 1,58
1,28 1,98 1,87 3,11 1,36 2,26 1,99 1,61 2,05
2,43 1,29 2,63 1,08 1,15 1,69 1,46 1,20 2,08
3,35 1,50 4,66 0,87 0,70 1,14 1,53 0,95 2,47
4,39 0,73 2,13 1,16 1,66 2,10 2,50 1,24 2,09
1,78 1,09 1,61 0,94 2,59 0,88 1,13 1,65 1,05
0,25 1,25 0,54 3,30 0,55 0,99 0,88 0,78 0,83
0,72 1,77 0,68 1,89 1,24 0,84 1,39 1,48 0,77
1,00 0,51 1,12 1,82 1,13 1,40 1,65 0,81 1,31
0,50 1,40 4,38 1,18 0,86 3,29 0,96 1,08 3,60
Contoh Perhitungan
Penyusutan Dimensi Basah – Kering Udara (%)
(𝐷𝐵−𝐷𝐾𝑈)
Penyusutan (%) : × 100%
𝐷𝐵

Pengujian 1
(2,1−2,080)
• Radial : × 100% = 0,95
2,1
(4,338−4,308)
• Longitudinal : × 100% = 0,69
4,338
(2,131−2,031)
• Tangensial : × 100% = 4,69
2,131

Pengujian 2
(2,149−2.145)
• Radial : × 100% = 1,86
2,109
(4,425−4,405)
• Longitudinal : × 100% = 0,45
4,425
(2,186−2,086)
• Tangensial : × 100% = 4,57
2,186

Pengujian 3
(2,145−2,099)
• Radial : × 100% = 2,14
2,145
(4,306−4,296)
• Longitudinal : × 100% = 0,23
4,306
(2,208−2,108)
• Tangensial : × 100% = 4,53
2,208

Penyusutan Dimensi Kering Udara – Kering Tanur (%)


(𝐷𝐾𝑈−𝐷𝐾𝑇)
Penyusutan (%) : × 100%
𝐷𝐾𝑈

Pengujian 1
(2,080−2,002)
• Radial : × 100% = 3,75
2,080
(4,308−4,288)
• Longitudinal : × 100% =0,46
4,308
(2,031−1,940)
• Tangensial : × 100% = 4,48
2.031

Pengujian 2
(2,109−2,030)
• Radial : × 100% = 3,75
2,109
(4,405−4,400)
• Longitudinal : × 100% = 0,11
4,405
(2,086−2,006)
• Tangensial : × 100% = 3,84
2.086

Pengujian 3
(2,099−2,022)
• Radial : × 100% = 3,67
2,099
(4,296−4,276)
• Longitudinal : × 100% = 0,47
4,296
(2,108−2,005)
• Tangensial : × 100% = 4,89
2.108

Penyusutan Volumetrik Kondisi Basah – Kering Udara (%)


(𝑉𝐵−𝑉𝐾𝑈)
Penyusutan (%) : × 100%
𝑉𝐵
(19,41−18,20)
• Pengujian 1 : : × 100% = 6,25
19,41
(20,79−19,38)
• Pengujian 2 : : × 100% = 6,77
20,79
(20,39−19,01)
• Pengujian 3 : : × 100% = 6,79
20,39

Penyusutan Volumetrik Kondisi Basah – Kering Tanur (%)


(𝑉𝐵−𝑉𝐾𝑇)
Penyusutan (%) : × 100%
𝑉𝐵
(19,41−16,65)
• Pengujian 1 : : × 100% = 14,21
19,41
(20,79−17,92)
• Pengujian 2 : : × 100% = 13,81
20,79
(20,39−17,34)
• Pengujian 3 : : × 100% = 15,00
20,39

Rasio T/R Penyusutan Dimensi Udara


𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙
Rasio T/R : 𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑙
4,69
• Pengujian 1 : = 4,93
0,95
4,57
• Pengujian 2 : = 2,46
1,86
4,53
• Pengujian 3 : = 2,11
2,14

Rasio T/R Penyusutan Dimensi Tanur


𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙
Rasio T/R :
𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑙
8,96
• Pengujian 1 : = 1,92
4,.67
8,23
• Pengujian 2 : = 1,49
5,54
9,19
• Pengujian 3 : = 1,60
5,73
V. PEMBAHASAN

Perubahan dimensi merupakan perubahan yang terjadi pada kayu di


tiga arah utamanya (tangensial, radial dan longitudinal). Ada dua hal yang
terjadi pada perubahan dimensi kayu, yaitu penyusutan dan pengembangan
kayu. Penyusutan kayu merupakan penyusutan dinding sel terjadi saat
molekul molekul air terikat melepaskan diri dari molekul molekul selulosa
berantai panjang dan molekul--molekul hemiselulosa yang kemudian bergerak
saling mendekat. Banyaknya penyusutan yang terjadi umumnya sebanding
dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Sedangkan pengembangan
merupakan bertambahnya massa kayu dari berubahnya ukuran molekul kayu
di dalamnya. Dalam penyusutan terbagi menjadi tiga yaitu arah longitudinal,
radial dan tangensial serta biasanya penyusutan terbesar terjadi di arah
longitudinal karena ukuran pertikelnya atau sifat anisoptropisnya berbeda.
Metode untuk pengujian ini yaitu British Standard 373 (1957) yaitu dengan
menyiapkan sampel kayu berukuran 2 x 2 x 4 cm.

Dalam bidang kehutanan sangat penting untuk mengetahui sifat-sifat


kayu, terutama perubahan dimensi kayu seperti penyusutan. Dengan
mengetahui besar penyusutan kayu dapat digunakan sebagai pertimbangan
dalam penggunaan kayu nantinya. Sehingga, diharapkan penggunaan kayu
sesuai dengan sifat-sifatnya. Menurut Lempang (2014), penyusutan kayu
perlu untuk diketahui karena dapat menyebabkan perubahan dimensi (ukuran)
dan bentuk seperti retak-retak, pecah, melengkung, bergelombang, memuntir
dan sebagainya.

Perubahan dimensi kayu tidak sama dalam ketiga arah yaitu


longitudinal, tangensial, dan radial. Dengan perkataan lain, kayu memiliki
sifat anisotropis. Perubahan dimensi meliputi pengembangan dan penyusutan.
Masing-masing sama pentingnya. Tetapi umumnya perhatian lebih besar
ditujukan kepada penyusutan dalam penggunaan kayu tersebut. Kayu
menyusut lebih banyak dalam arah lingkaran tumbuh (tangensial), agak
kurang ke arah melintang lingkaran tumbuh (radial) dan sedikit seklai dalam
arah sepanjang serat (longitudinal). Untuk perubahan dimensi dalam arah
longitudinal berkisar 0,1-0,2%, dalam arah radial angka penyusutan bervariasi
antara 2,1-8,5%, sedangkan dalam arah tangensial angka penyusutan lebih
kurang 2 kali angka penyusutan radial bervariasi 4,3-14% (Dumanauw, 2001).
Sifat mekanika kayu berkaitan erat dengan perubahan dimensi kayu.
Dimensi kayu sangat dipengaruhi oleh kadar air alami kayu. Bagian yang
mempunyai kadar air yang lebih tinggi akan mengalami penyusutan yang lebih
besar. Pengukuran kadar air dalam penentuan penyusutan sangat penting,
terutama apabila berkaitan dengan kayu sebagai bahan baku suatu produk.
Selain pengaruh kadar air, penyusutan kayu juga dipengaruhi oleh berat jenis
kayu. Berat jenis memberikan hubungan yang linier terhadap penyusutan
kayu, semakin tinggi berat jenis suatu kayu maka penyusutan kayu akan
semakin tinggi (Tsoumis, 1991).

Perubahan dimensi memiliki hubungan teori yang berkaitan dengan


kayu awal dan kayu akhir. Kayu awal merupakan kayu yang berada pada
kondisi pertumbuhan yang baik hingga menuju pada akhir pertumbuhan
dimana tingkat pertumbuhan akan semakin menurun. Hal ini menyebabkan
adanya perbedaan dalam pembentukan dinding sel dan orientasi atau arah
berkas berkas mikrofibril pada kayu awal dan kayu akhir. Selain itu hubungan
penyusutan kayu juga berkaitan dengan kayu juvenil dengan kayu dewasa.
Kayu juvenile merupakan suatu silinder kayu yang dibentuk di dekat hati
sebelum sel-sel inisial kambium mencapai ukuran yang optimum. Berat jenis
kayu dekat kulit cenderung lebih rendah dibandingkan di dekat hati (Prayitno
dan Marsoem, 2013). Hubungan berat jenis dengan kayu juvenile yaitu
semakin tinggi berat jenis maka akan terjadi penyusutan kayu. Hal ini
dikarenakan kayu juvenile merupakan kayu yang sel-selnya masih muda.
Sehingga setelah dikeringkan akan terjadi penurunan berat yang signifikan
atau kayu akan berubah bentuk menjadi tidak silinder seperti bentuk awalnya.
Selanjutnya hubungan penyusutan kayu pada kayu tarik dengan kayu tekan.
Kayu tarik dan kayu tekan ini merupakan suatu kayu reaksi yang
perbedaannnya terletak pada bagiannya. Kayu tarik biasanya berada pada kayu
keras (hardwood) sedangkan kayu tekan biasanya terdapat pada kayu lunak
(softwood). Pada kayu keras proporsi pertumbuhan yang terjadi pada kayu
awal lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan yang terjadi pada kayu
akhir, sedangkan pada kayu lunak proporsi pertumbuhan kayu awal lebih
besar dibandingkan dengan kayu akhir. Hal ini menunjukan bahwaa kayu
dengan kayu awal yang lebih besar akan terdiri atas jumlah sel serta rongga
sel yang lebih besar akibatnya penyimpanan air yang dapat tampung juga akan
lebih banyak, dan ketika terjadi penyusutan kayu terjadi, bagian yang memiliki
tempat penyimpanan air lebih besar akan mengalami penyusutan kayu yang
lebih besar juga.

Proses pengujian penyusutan kayu dilakukan dengan pemotongan


sampel kayu dengan ukuran 2 x 2 x 4 cm kemudian kayu ditimbang beratnya
lalu ditaruh dalam wadah jarring besi kecil selama beberapa hari. Dilakukan
penimbangan setiap hari hingga mencapai konstan. Setelah tercapai konstan
kayu kayu tadi dimasukkan ke dalam oven merk Memmert dan dioven selama
beberapa hari, juga dilakukan penimbangan setiap hari hingga mencapai
konstan . Selanjutnya diukur pada tiga arah longitudinal, radial dan tangensial
berapa penyusutan yang terjadi maupun pengembangannya. Setelah datanya
terkumpul baru dicari penyusutannya dengan rumus. Jika hasilnya positif
maka diketahui bahwa kayu mengalami penyusutan sedangkan jika
didapatkan hasil negative maka dapat diketahui bahwa kayu mengalami
pengembangan.

Berdasarkan data perubahan dimensi pada arah tangensial, radial, dan


longitudinal pada keadaan contoh uji kayu segar, kering udara, dan kering
tanur. Pada penyusutan kondisi segar ke kering udara, arah radial pada
pengujian1,2, dan 3 mengalami penyusutan sebesar 0,95%; 1,86%; 2,14%,
arah tangensial mengalami penyusutan 4,69%; 4,57%; 4,53%, dan arah
longitudinal mengalami penyusutan 0,69%; 0,45%; 0,23%. Pada penyusutan
kondisi kering udara ke kering tanur, arah radial mengalami penyusutan
sebesar 3,75%; 3,75%; 3,67%, arah tangensial mengalami penyusutan sebesar
4,48%; 3,84%; 4,89% dan arah longitudinal mengalami penyusutan sebesar
0,46%; 0,11%; 0,47%. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa urutan penyusutan
kayu dari terbesar hingga terkecil adalah penyusutan pada arah tangensial,
radial, dan longitudinal. Penyusutan kondisi kering udara ke kondisi kering
tanur lebih besar daripada kondisi segar ke kering udara dikarenakan pada
kondisi kering tanur sudah semua air dilepaskan. Artinya, penyusutan lebih
besar karena air yang dilepaskan juga besar. Arah kayu yang besar
penyusutannya adalah tangensial dan yang kecil adalah longitudinal. Ini
disebabkan oleh bentuk tangensial yang searah dengan gerakan susut dari
suatu kayu.

Ada tiga alasan penyusutan kayu arah radial selalu lebih kecil
dibanding penyusutan arah tangensial, yaitu adanya struktur jari-jari kayu
pada arah radial yang dapat berfungsi sebagai tahanan; penyebaran noktah
berbatas lebih banyak terdapat pada bidang radial; sudut mikrofibril lebih
besar pada dinding radial dibanding dinding tangensial. Hal-hal tersebut dapat
dijadikan dasar untuk menjelaskan penyusutan kayu arah radial selalu lebih
kecil dibanding penyusutan arah tangensialnya (Pandit dan Istie, 2007).
Menurut Panshin dan de Zeeuw (1969), salah satu faktor anatomi yang
berperan dalam proses pengeluaran air dari dalam kayu adalah jari-jari kayu.
Jari-jari yang lebar pada kayu sangat membantu pengeluaran air dari dalam
kayu secara transversal, namun harus didukung oleh sifat anatomi lainnya
seperti banyaknya ceruk atau noktah pada dinding sel, dinding serat tipis, arah
serat lurus, diameter pembuluh cukup besar dan tidak ada endapan atau tilosis
pada pembuluh ataupun isi sel lainnya pada jari-jari.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyusutan kayu dapat diukur dengan menggunakan sampel 2x2x4 cm
lalu mengukur dimensi kayu pada tiga arah utama yaitu radial, tangensial,
dan longitudinal menggunakan caliper. Dimensi kayu diukur saat kayu
dalam kondisi segar, kondisi kering udara, dan kondisi kering tanur. Besar
penyusutan dihitung dengan hasil selisih dimensi kayu kondisi segar
dengan kondisi kering udara atau kering tanur dibagi dimensi kayu segar
dan dikalikan seratus persen karena besar penyusutan dinyatakan dalam
persen.
2. Pada penyusutan segar ke kering udara didapat hasil penyusutan arah
radial pada pengujian 1,2, dan 3 sebesar 0,95%; 1,86%; 2,14%, arah
tangensial sebesar 4,69%; 4,57%; 4,53%,arah longitudinal sebesar 0,69%;
0,45%; 0,23%. Sedangkan pada kondisi kering udara ke kering tanur
didapat hasil arah radial sebesar 3,75%; 3,75%; 3,67%, arah tangensial
4,48%; 3,84%; 4,89% dan arah longitudinal 0,46%; 0,11%; 0,47%.
Penyusutan kondisi segar ke kondisi kering udara dan penyusutan kondisi
kering udaraa ke kering tanur terbesar ada pada arah tangensial.
Sedangkan penyusutan terkecil ada pada arah longitudinal.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anggoro,Yunivia.Adi Santosa dan Celline Junica P. 2019. Perancangan
Produk Interior Premium Berbasis Optimasi Penerapan Karakteristik
Fisik Kayu Kelapa.Jurnal Dimensi Interior, vol 17 (1) : 1-3
Barber, N. F., & Meylan, B. A. 1964. The anisotropic shrinkage of wood. A
theoretical model. Holzforschung-International Journal of the Biology,
Chemistry, Physics and Technology of Wood, 18(5), 146-156.

Bowyer, J. L., R. Shmulsky, and J. G.Haygreen. 2003. Forest Products and


Wood Science.An Introduction. The 4th Edition. USA : Iowa State
Press.

Dumanauw, J.F. 2001. Mengenal Kayu. Yogyakarta : Kanisius.

Lempang, M. 2014. Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Jabon Merah.
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. Vol. 3 (2): 163 – 175.

Listyanto, Tommy. 2018. Teknologi Pengeringan Kayu Dan Aplikasinya Di


Indonesia. Yogyakarta : UGM Press.

Pandit, I. K. N dan Istie S. R. 2007. Ultra-Struktur Kayu Tekan Damar


(Agathis loranthifolia Salisb) dalam Hubungannya dengan Sifat Fisis
Kayu. Journal Tropical Wood Science and Technology. Vol. 5 (1): 1 –
6.

Panshin A.J. dan C. de Zeeuw.1969. Text Book of Wood Technology, 3 rd.


New York: McGraw-HillBook Co.

Praptoyo, Harry. 2010. Sifat Anatomi dan Sifat Fisika Kayu Mindi (Melia
Azadarach LInn) Dari Hutan Rakyat di Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Kehutanan. Vol. 4 No. 1.

Prayitno, T. A., & Marsoem, S. N. 2013. Sifat Fisika-Mekanika Kayu Gelam


yang Ditimbun di Rawa Gambut Pada Tiga Kelas Diameter. Bionatura,
15(3) : 165-169.

Rahmayanti., Erniwati., dan Abdul Hapid. 2016. Sifat Fisika Kayu Jabon
(Anthocephaluscadamba) Berdasarkan Arah Aksial dari Desa
Alindau Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Jurnal Warta
Rimba, Vol.4(1): 57-60
Simangunsong, Arnita Sari, Abdul Hapid, dan Muthmainnah. 2016. Variasi
Sifat Fisika Kayu Kemiri (Aleurites moluccana). Jurnal Warta Rimba.
Vol 4 (1) : 16-20.

Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure,


Properties,. Utilization. New York : Van Nostrand Reinhold.
LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT-SIFAT DASAR KAYU

ACARA V

PENGUJIAN KETEGUHAN LENGKUNG STATIK KAYU

Disusun oleh :

Nama : Graciela Arcadia Emily

NIM : 19/445504/KT/09102

Shif t : Jum’at, 07.00 WIB

Co. Ass : Retno Pertiwi

LABORATORIUM STRUKTUR DAN SIFAT KAYU

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
ACARA V

PEGUJIAN KETEGUHAN LENGKUNG STATIK KAYU

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara ini adalah :
1. Memahami cara pengukuran kemampuan kayu menahan beban
tegak lurus serat atau keteguhan lengkung statik
2. Mengetahui besarnnya kemampuan kayu menahan beban tegak
lurus serat atau keteguhan lengkung statik
II. DASAR TEORI
Kualitas kayu dapat ditentukan melalui sifat fisika kayu, sifat
mekanika kayu, sifat kimia kayu dan sifat pengerjaan kayu. Semakin besar
berat jenis kayu (BJ) maka kayu akan semakin berat dan kuat. Kekuatan
kayu juga dapat dipengaruhi umur dan kecepatan tumbuh yang akan
meningkat dengan menyesuaikan kandungan zat ekstraktif dalam kayu.
Semakin keras kayu (BJ kayu tinggi dan dinding sel tebal) sifat pengerjaan
kayu akan semakin sulit (sulit dipotong, dibelah, maupun dibubut)
(Purwanta dkk, 2015). Sifat fisis dan mekanik kayu merupakan salah satu
indikator yang menentukan kualitas kayu terutanama kayu pertukangan,
sifat mekanis disebut juga dengan kekuatan kayu yaitu sifat-sifat kayu yang
dihubungkan dengan kemampuan kayu untuk menahan beban muatan yang
diberikan kepada kayu tersebut. Dalam berbagai penggunaan kayu,
kekuatan kayu sangat penting untuk diketahui terutama jenis-jenis kayu
yang diperdagangkan dengan kegunaannya sebagai kayu konstruksi
(Husain dkk, 2019). Kekuatan atau sifat mekanika kayu adalah kemampuan
kayu untuk menahan gaya eksternal yaitu gaya di luar kayu yang berusaha
untuk mengubah bentuk dan ukuran kayu. Sifat mekanika kayu merupakan
salah satu dasar dalam penilaian kemungkinan penggunaan kayu sebagai
bahan baku industri khususnya industri bangunan. Selain itu, biasanya sifat
mekanika ini digunakan sebagai kriteria pemilihan bahan. Macam
pengujian sifat mekanika kayu antara lain kadar air kayu, berat jenis kayu,
pengerutan, tekanan sejajar serat, tekanan tegak lurus serat, lengkung statis,
keteguhan geser, keteguhan belah, keteguhan tarik tegak lurus serat, dan
kekerasan (Hasrudy dan Masdania, 2019).
Sifat-sifat kayu yang dihasilkan dari spesies pohon yang sama
kerapkali dianggap identik, namun kenyatannya potongan kayu yang
berbeda bahkan berasal dari pohon yang sama tidak pernah identik dan
hanya sama pada batas-batas yang lebar. Sifat mekanika kayu dalam pohon
adalah beragam, artinya memiliki kisaran nilai. Variasi ini dapat terjadi
dalam arah radial (Prawirohatmodjo, 2001). Terdapat beberapa sifat
mekanika kayu, yaitu kuat tarik kayu, kuat tekan kayu, kuat lentur kayu, dan
kuat geser kayu. Kuat tarik kayu merupakan sifat mekanika kayu pada saat
menerima gaya aksial tarik, ada dua jenis sifat mekanika kayu pada saat
kayu menerima beban aksial tarik yaitu kuat tarik kayu sejajar serat dan kuat
tarik kayu tegak lurus serat. Kuat tekan kayu merupakan sifat mekanika
kayu pada saat menerima gaya aksial tekan, ada dua jenis sifat mekanika
kayu pada saat kayu menerima beban aksial tekan yaitu kuat tekan kayu
sejajar serat dan kuat tekan kayu tegak lurus serat. Kuat lentur kayu
merupakan sifat mekanika kayu pada saat menerima gaya yang berusaha
melenturkan kayu. Sedangkan kuat geser kayu merupakan merupakan sifat
mekanika kayu dalam hal kemampuan untuk menahan gaya-gaya yang
membuat bagian kayu tersebut bergeser ke bagian lain didekatnya, ada tiga
jenis kuat geser kayu yaitu kuat geser sejajar arah serat, kuat geser tegak
lurus serat, dan kuat geser miring serat (Insan dkk, 2020).
Pengujian sifat fisika dan mekanika kayu dilakukan dengan metode
British Standard nomor 373 tahun 1975. Parameter yang diamati antara lain
kadar air, berat jenis, Keteguhan Lengkung Statik sampai Batas Proporsi
(BP), Keteguhan Lengkung Statik sampai Modulus Elastisitas (MOE),
Keteguhan Lengkung Statik sampai Batas Maksimum (MOR) (Hapid,
2019). Keuntungan pengujian non-destruktif khususnya MoE berfungsi
untuk grading mutu kayu, terutama dalam komponen kayu baik itu untuk
pohon yang masih hidup atau dalam bentuk log, pengetahuan mengenai sifat
mekanika kayu, perkiraan usia, serta prediksi sisa kekuatan kayu (Aji dkk,
2017).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah :
Alat :
1. Alat tulis
2. Kaliper
3. Alat Uji Mekanika (UTM)
Bahan :
1) Sample Kayu Bayur Ukuran 2 x 2 x 30 cm

IV. CARA KERJA

Pembebanan
Penumpu Sebelum dilakukan
Contoh uji
sampel kayu pada alat uji pembebanan dan Hasil
dipasang
berukuran 2 x disiapkan dimulai, dihentikan didapatkan,
pada alat uji
2 x 30 cm dengan pastikan setelah diolah, lalu
mekanika
disiapkan bentangan jarum skala beban dianalisis
kayu
bebas 28 cm berada di nol maksimum
dicapai

Contoh uji kayu dengan ukuran 2 x 2 x 30 cm disiapkan dan dipasang


pada alat uji mekanika kayu yang memiliki bentangan bebas 28 cm.
sebelum dilakukan pembebanan, skala pada alat perlu dipastikan ada
pada skala nol. Pembebanan dilakukan dengan kecepatan turun
pembebanan tak terhenti sebesar 0,254 cm permenit. Apabila telah
dicapai nilai pembebanan maksimum, maka kegiatan diberhentikan.
Dari hasil pengukuran diolah untuk mendapat grafik dan diketahui load
serta defleksi. MOE, MOR, dan Tegangan pada batas proporsi dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
a) Tegangan pada batas proporsi (kg/cm2)
3𝑃1 𝐿
2𝑏𝑑2
b) Modulus Patah (MoR) (kg/cm2)
3𝑃𝐿
2𝑏𝑑2
c) Modulus Elastisitas (MoE) (kg/cm2)
𝑃1 𝐿3
4∆𝑏𝑑3

V. HASIL PENGAMATAN

Grafik 1. Flex Test pada sampel 1

Grafik 2. Flex Test pada sampel 2


Grafik 3. Flex Test pada sampel 3

Data yang di dapatkan pada praktikum acara ini adalah :


Tabel 1. Sifat-sifat mekanika kayu wadang
No. Lebar Tebal Panjang Beban pada berat Defkesi pada batas TBP MOR MOE
Beban Max L (cm)
Sampel (cm) (cm) (cm) proporsi (kg) proporsi (cm) (Kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
4.1 2,002 2,056 30 116,13 51 0,26 28 253,1099 576,3462 61869,6311
4.2 2,022 2,073 30 123,26 52 0,24 28 251,3465 595,7879 66012,6469
4.3 2,074 2,086 30 128,95 58 0,26 28 269,9230 600,1133 65030,4986

Perhitungan Tegangan pada Batas Proporsi (kg/cm³)

TBP = 3𝑃₁𝐿⁄
2𝑏𝑑²
• TBP 4.1 = 3 × 51 × 28⁄ = 253,1099
2 × 2,002 × (2,056)²
• TBP 4.2 = 3 × 52 × 28⁄ = 251,3465
2 × 2,022 × (2,073)²
• TBP 4.3 = 3 × 58 × 28⁄ = 269,9230
2 × 2,074 × (2,086)²
Perhitungan Tegangan pada Modulus Patah (kg/cm²)
MoR = 3𝑃𝐿⁄
2𝑏𝑑²

• MoR 4.1 = 3 × 116,13 × 28⁄ = 576,3462


2 × 2,002 × (2,056)²

• MoR 4.2 = 3 × 123,26 × 28⁄ = 595,7879


2 × 2,022 × (2,073)²

• MoR 4.3 = 3 × 128,95 × 28⁄ = 600,1133


2 × 2,074 × (2,086)²
Perhitungan Tegangan pada Modulus Elastisitas (kg/cm²)

MoE = 𝑃₁𝐿³⁄
4∆𝑏𝑑³

51 ×28³
• MoE 4.1 = 4×0,26×2,002×(2,056)³ = 61869,6311
52×28³
• MoE 4.2 = 4×0,24×2,022×(2,073)³ = 66012,6469
58×28³
• MoE 4.3 = 4×0,26×2,074×(2,086)³ = 65030,4986

VI. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil data yang sudah didapatkan maka dapat diketahui


bahwa sifat mekanika kayu merupakan sifat yang berhubungan dangan
kekuatan bahan dan merupakan ukuran kemampuan suatu bahan dalam
menahan gaya luar yang bekerja padanya yang berhubungan kuat dengan
respon yang meliputi: kuat tekan, kuat geser, kuat tarik, dan kuat lentur.
Kayu menunjukkan perbedaan sifat mekanis dalam arah pertumbuhan yang
berbeda (aksial, radial, dan tangensial). Dalam penentuan sifat mekanika
kayu dilakukan pengukuran keteguhan lengkung statis yang merupakan
kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan
kayu atau menahan beban-beban mati maupun hidup yang mengenainya
secara perlahan-lahan. Keteguhan lengkung statis adalah kekuatan untuk
menahan gaya yang berpotensi melengkungkan kayu, yang berasal dari arah
tegak lurus sumbu memanjang serat di tengah batang yang kedua ujungnya
tersangga. Sementara itu, MoE dan MoR merupakan ukuran seberapa besar
beban yang dapat disangga oleh kayu dengan volume tertentu sebelum
menjadi inelastis ataupun patah. Sifat mekanika kayu dikatakan sebagai
indikator yang menentukan kualitas kayu terutanama kayu pertukangan,
sifat mekanis disebut juga dengan kekuatan kayu yaitu sifat-sifat kayu yang
dihubungkan dengan kemampuan kayu untuk menahan beban muatan yang
diberikan kepada kayu tersebut. Tentunya untuk menentukan kualitas kayu
dilihat berdasarkan faktor didalam kayu dan faktor di luar kayu. Fakrot di
dalam kayu terdiri atas umur pohon/diameter, posisi longitudinal, dan kulit
gelam, sedangkan faktor di luar kayu terdiri atas kondisi ingkungan
penggunaan kayu dalam hal biotik (jamur, serangga perusak kayu), abiotik
(oksidasi, foto oksidasi, pH air) (Supriyati dkk, 2013). Dalam berbagai
penggunaan kayu, kekuatan kayu sangat penting untuk diketahui terutama
jenis-jenis kayu yang diperdagangkan dengan kegunaannya sebagai kayu
konstruksi (Husain dkk, 2019). Selain itu, Sifat mekanika kayu merupakan
salah satu dasar dalam penilaian kemungkinan penggunaan kayu sebagai
bahan baku industri khususnya industri bangunan dan sebagai kriteria
pemilihan bahan. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kayu ini banyak
digunakan sebagai kayu bangunan, kayu perkapalan, maupun kayu yang
digunakan dengan konstruksi berat, dan kayu sebagai bahan baku furniture.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi sifat mekanika dari suatu kayu
antara lain kelas umur, kadar air, kerapatan dan berat jenis, mata kayu, dan
sifat anisotropis yang terdapat di dalam suatu kayu. Kelas umur dikatakan
berpengaruh terhadap sifat mekanika kayu karena pada usia pohon yang
relatif tua cenderung bersifat lebih kuat dibandingkan dengan kayu muda.
Hal ini dikarenakan susunan kayu dewasa dan dan kayu juvenilnya dari
komposisi kerapatan dan berat jenis yang berbeda yang menjadi penentu
dalam kekuatan kayu. Selanjutnya kadar air juga berpengaruh terhadap sifat
mekanika kayu karena jumlah kadar air yang banyak di dalam suatu kayu
menunjukan banyaknya rongga di dalam kayu sehingga kekuratan kayu
akan semakin rendah. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Oka (2009)
bahwa akadar air kayu akan berpengaruh terhadpa kekuatan kayu, semakin
kecil kadar air maka kekuatan kayu akan semakin besar. Lalu kerapatan dan
berat jenis kayu berpengaruh terhadap kekuatan kayu karena berat jenis
kayu berperan dalam menentukan nilai kekuatan yang ada pada kayu karena
kayu yang memiliki berat jenis yang tinggi akan memiliki dinding sel besar
dan lebih tebal sehingga mampu menahan beban yang lebih besar sehingga
kayu dapat menahan beban atau tekanan yang dapat mempengaruhi nilai
kekuatannya. Hal ini selaras dengan kerapatannya karena semakin tinggi
nilai kerapatan suatu kayu maka berat jenis kayu juga akan semakin tinggi.
Yang diperkuat oleh Marsome dkk (2015) bahwa di dalam pengukuran
keteguhan lengkung statis, semakin tinggi nilai kerapatan maka MoR
(Modulus Patah) dan MoE (Modulus elastis) kayu juga akan semakin
tinggi. Tetapi pad tiap literatur memiliki hasil yang berbeda beda sehingga
faktor ini tidak sepernuhnya valid pada tiap penelitian. Selain itu, mata kayu
juga menjadi alasan mengapa termasuk ke dalam faktor yang menentukan
sifat mekanika kayu karena mata kayu dikatakan sebagai cacat kayu
sehingga dalam pengukuran mekanika, jika terdapat mata kayu maka tidak
merepresentasikan hasil dari kekuatan kayu secara utuh. Hal ini dikarenakan
mata kayu juga dapat mengurangi nilai kekuatan dari kayu itu sendiri.
Selanjutnya sifat anisotropis atau kayu mengalami perubahan dimensi yang
terjadi tidak sama pada tiga arah struktural kayu yang berbeda hal ini
dikarenakan juga perbedaan penyusun pada sel dan arah seratnya. Lalu sifat
anisotropis ini langsung berpengaruh terhadap perubahan dimensi kayu
yang dimana kayu jika mengalami perubahan dimensi yang tinggi artinya
meiliki berat jenis dan kerapatan kayu yang rendah. Pada praktikum ini
dilakukan uji keteguhan lengkung statis. Faktor yang menyebabkan
keberhasilan dalam pelaksanaan pelengkungan adalah tida adanya cacat
kayu, arah serat,, kerapatan, nilai relatif MoE, Nilai Defleksi, kecepatan
pelengkungan, dan tegangan tarik sisi luar yang perlu dihilangkan.
Pengukuran keteguhan lengkung statik ini menggunakan sampel
berukuran 2 x 2 x 30 cm, yang sebelumnya telah diukur dimensinya di
ketiga arah utama (radial, tangensial, dan longitudinal). Selanjutnya
keteguhan lengkung statik diukur dengan Universal Testing Machine
(UTM) yang akan memberikan beban yang terukur kepada sampel kayu
hingga patah. UTM akan secara otomatis mengkalkulasi dengan
berbasiskan besar tekanan yang diberikan untuk menghasilkan nilai
defleksi dan grafik kurva yang dapat digunakan untuk menghitung titik
batas proporsi (TBP), Modulus Patah (MoR), dan Modulus Elastisitas
(MoE). Sebagai catatan, pemasangan sampel kayu di UTM
menggunakan bentangan bebas 28 cm. Dari hasil data didapatkan nilai
batas proporsi pada ketiga pengukuran sebesar 253,1099; 251,3465 ; dan
269,9230, lalu nilai modulus patah atau MoR sebesar 576,3462 ;
595,7879 ; dan 600,1133. dan yang terakhir nilai modulus elastis atau
MoE sebesar 61869,6311 ; 66012,6469 ; dan 65030,4986 . Pada batas
proporsi didapatkan nilai paling tinggi pada sampel 4.3 yaitu sebesar
269,9230. Pada nilai MoR didapatkan nilai tertinggi pada sampel 4.3
yaitu 600,1133, dan pada nilai MoE didapatkan nilai tertinggi pada
sampel 4.2 dengan nilai 66012,6469. Karena nilai MOR menunjukkan
nilai kekuatan lentur maksimum yang bekerja pada suatu struktur
sebelum mengalami keruntuhan dari pembebanan. Maka dari praktikum
yang dilakukan, sampel kedua memiliki nilai kekuatan lentur
maksimum paling tinggi tetapi juga nilai kecenderungan material untuk
berubah bentuk paling tinggi.

Sifat mekanika kayu memiliki hubungan terhadap sifat kimia dan


sifat fisika pada kayu. Sifat kimia kayu berupa zat ekstraktif, lignin, selulosa
kayu memiliki pengaruh terhadap kekuatan kayu karena zat ekstraktif yang
terdapat pada kayu akan mengisi rongga maupun dindingsel di dalam kayu
sehingga kerapatan pada kayu akan meningkat. Dan seperti yang diketahui
bahwa kandungan lignin dan kadar selulosa yang terkandung pada kayu
juga memberikan kontribusi kekuatan pada kayu dimana lignin yang
mengadung selulosa ini mengisi lapisan dinding sel dan diantara sel dalam
dinding sel untuk memberikan kepadatan bagian yang kosong. Sehingga
pada penentuan sifat mekanika kayu yang didasari pada kekuatan kayu ini
memiliki korelasi yang linear. Lalu sifat fisika kayu berupa kadar air,
kerapatan berat jenis, dan perubahan dimensi juga memiliki korelasi yang
linear terhadap penentukan sifat ekanika kayu karena penentuan ini bisa
menunjukan nilai dari kekuatan kayu seperti yang sudah dijalskan pada
bagian faktor yang mempengaruhi sifat mekanika kayu.
Lalu sifat mekanika yang antar species tanaman dapat berbeda. Hal
ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian oleh Ridho (2015) yang
membandingkan sifat mekanika pada kayu Jabon yang tumbuh di
Kabupaten Lnada, Kalimantan Barat dengan kayu Jabon yang tumbuhn di
Kabupaten Sleman, Yogyakarta dimana ditemukan sifat mekanika kayu
jabon pada kedua daerah tersebut berbeda dan nilai tegangan batas proporsi
pad pengukuran keteguhan lengkung statis antara satu pohon dengan pohon
lainnya juga berbeda. Pada kayu jabon yang diteliti di Kabupaten Sleman
memiiki rata-rata MoR sebesar 265,87kg/cm² sedangkan di Kabupaten
Landak memiliki rata-rata MoR sebear 424,54 sehingga dapat dikatakan
bahwa penentuan sifat meknisme kayu pada tiap species tanaman akan
berbeda. Hal ini juga dipengaruhi oleh lokasi tumbuhan dan kondisi
lingkingan pada tiap pohon akan menghasilkan presentasi kayu gubal dan
kayu teras serta faktor-faktor lain seperti umur, berat jenis, kadar air, mata
kayu, dan sifat anisotropis dapat mempengaruhi sifat mekanika kayu.

VI. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang sudah didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa
:
1) Dalam pengukuran kemampuan kayu menahan beban tegak lurus
serat atau keteguhan lengkung statik dilakukan dengan alat bantuan
Uji mekanika kayu atau siebut sebgaai UTM (Universal Testing
Machine) yang akan menampilkan grafik berupa kurva dan nilai
defleksi untuk menghitung untuk menghitung titik batas proporsi
(TBP), Modulus Patah (MoR), dan Modulus Elastisitas (MoE).
2) Pada perhitungan nilai titik batas proporsi (TBP), Modulus Patah
(MoR), dan Modulus Elastisitas (MoE) didapatkan nilai TBP paling
besar pada percobaan ke 3 sebesar 269,9230, lalu nilai MoR paling
besar pada percobaan ke 2 sebesar 600,1133, dan yang terakhir nilai
MoE paling besar pada percobaan ke 2 sebesar 66012,6469.

ASANMPU
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Aji, Y. P., Anang Kristianto., dan Olga Catherina. Pengujian Non-Destruktif


Modulus Elastisitas (MoE) Kayu Penyusun Sambungan Join Balok-
Kolom. Jurnal Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi,
Vol.2(5): 83-85.
Hasrudy, Zufri., dan Masdania Zurairah. 2019. Teknologi dan Terapan
dalam Perspektif Industri Kecil dan Menengah. Surabaya: Penerbit
Qiara Media.
Hapid, Abdul. 2019. Variasi Radial Sifat Mekanika Kayu Malapoga (Toona
ciliata M.Roem) yang Berasal dari Sulawesi Tengah. Jurnal Warta
Rimba, Vol.7(2): 73-77.
Husain, S., Abdul Hapid., dan Muthmainnah. 2019. Uji Sifat Mekanika
Kayu Jati (Tectona grandis) Asal Desa Pulu Kecamatan Dolo Selatan
Kabupaten Sigi Sulawasi Tengah. Jurnal Warta Rimba, Vol.7(1): 1-
3.
Insan, A.F., Indra Waluyohadi., dan Eva Arifi. 2020. Desain Struktur Kayu
dengan Metode LRFD. Malang: UB Press.
Purwanta, Sugi., dkk. 2015. Budi Daya & Bisnis Kayu Jati. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Prawirohatmodjo, S. 2001. Variabilitas Sifat-Sifat Kayu. Yogyakarta:
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Supriyati , W., Prayitno T.A., Soemardi, Marsoem S.N. 2013. Sifat Fisika
Mekanika Kayu Gelam Yang Ditimbun
LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT-SIFAT DASAR KAYU

ACARA VI

PENENTUAAN KADAR EKSTRAKTIF LARUT DALAM AIR PANAS

Disusun oleh :

Nama : Graciela Arcadia Emily

NIM : 19/445504/KT/09102

Shif t : Jum’at, 07.00 WIB

Co. Ass : Retno Pertiwi

LABORATORIUM STRUKTUR DAN SIFAT KAYU

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
ACARA VI

PENENTUAN KADAR EKSTRAKTIF LARUT DALAM AIR PANAS

I. TUJUAN
Tujuan pada praktikum acara ini adalah memahami cara penentuan
kadar ekstraktif dalam air panas
II. DASAR TEORI
Kayu merupakan materi yang berasal dari perkembangan atau
pembelahan kambium yang terdisi atas tipe dan fungsi yang berbeda-beda.
Kayu di dalam pohon ini berupa xylem yang terbentuk kearaha dalam
jaringan (Yunianti dkk, 2020). ). Kayu memiliki beberapa sifat dasar
antara lain sifat fisika kayu, sifat kimia kayu dan sifat mekaninka kayu.
Salah satu sifat dasar kayu adalah sifat fisika kayu yang meliputi:
kerapatan, kadar air, dan perubahan dimensi yang dijadikan sebagai
parameter dalam mengetahui kualitas kayu dan dapat memprediksi sifat-
sifat kayu lainnya (Marsoem dan Mohamad, 2007). Komposisi sifat kimia
kayu terdiri atas Hemiselulosa, selulosa, lignin, dan zat ekstraktif. Variasi
komponen kimia yang ada pada kayu ini dipengaruhi oleh faktor tempat
tumbuh, iklim, dan letaknya yang berada di dalam batang atau didalam
cabang. Pengetahuan mengenai sifat kimia kayu berperan untuk
mengetahui pemanfaatan kayu sebagai penghara industri dalam bidang
pulp dan kertas, rayon, papan serat, papan semen, dan keawetan kayu
(Putra dkk, 2018).
Kayu menjadi sumber lignin terbesar yang ada di dunia yang
dimana lignin ini mennyumbang sekitar 30% dari berat kayu dan
memberika sifat kekakuan dan antimikroba terhadap kayu (Tribot et all,
2019). Lalu selulosa dan hemiselulosa merupakan ikatan polimer dari
karbohidrat yang tersusun hampir pada seluruh sel tumbuhan. Fungsi
konkrete lignin adalah sebagai rangka dari selulosa yang terdapat pada
batang dan ranting pohon dan memiliki fungsi utama sebagai penetrasi
enzim-enzim perusak dan mikro didalam sel (Casey,1960). Zat ekstraktif
merupakan senyawa kompleks yang terdiri atas bahan organik maupun
bahan anorganik yang pada awalnya merupakan cairan yang terdapat pada
rongga sel (protoplasma) pada waktu sel-sel masih hidup dan ketika sel-sel
tua mati makan cairan akan menempel pada dinding sel berupa getah, lilin,
zat warna, gelatin, dan mineral (Fengel dan Wegener, 1995). Selain itu, zat
ekstraktif ini memiliki peranan penting dalam meningkatkan keawetan
kayu (Roszaini et all, 2016). Zat ekstraktif yang ada di dalam kayu ini
mempunyai sifat fungisida atau insektisida, selain itu zat ini juga dapat
mendeteksi organisme yang menyebabkan kayu menjadi rusak berasal dari
jamur, serangga atau binatang lain (Martawijaya, 1996). Kandungan atau
komposisi dari ekstraktif pada tiap spesies kayu berbeda beda, tergantung
pada tapak topografi dan musim tumuhanya pohon. ekstraktif ini
terkonsentrasi pada saluran resin dan sel-sel parenkim jari-jari, lalu dalam
jumlah yang sedikit tersebar pada lamela tengah, interseluler dan dinding
sel trakeid serta serabut libriform (Fangel dan Wegener, 1995).

Dalam menentukan ekstraksi yang ada pada kayu, dibantu dengan


alat yang disebut dengan Waterbath. Waterbath ini merupakan alat untuk
membantu menguapkan sisa-sisa pelarut yang ada pada kayu dengan
bantuan saluran air untuk pendingin selama proses ekstraksi dilakukan
(Gurning dkk, 2017). Pari (1990) mengatakan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi kadar atau nilai dari ekstraktif, antara lain suhu
ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan untuk partikel kayu, jumlah
tahapan ekstraksi, lamanya ekstraksi, dan perbandingan berat pelarut
terhadap berat kulilt kayu. Kadar zat ekstraktif yang tinggi akan
menentukan sifat higroskopis dari kayu dan kadar air kayu akan meningkat
melalui mekanisme fisika dan kimia dengan pengisi rongga kayu dan
pengikatan air pada kayu (Nawawi dkk, 2013).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acaar ini adalah :
Alat :
1. Labu Erlenmeyer 4. Kertas saring
250ml 5. Tanur (Oven)
2. Pendingin tegak 6. Desikator
3. Penangas air 7. Timbangan Digital
8. Botol Timbangan 10. Vial
9. Kompor
Bahan :
1. Serbuk kayu 40-60mesh
2. Aquades
IV. CARA PELAKSANAAN
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum acara ini adalah :
a. Penentuan kadar air serbuk

Sample serbuk Serbuk kayu


kayu disiapkan ± Botol berisi serbuk
dimasukkan ke kayu kemudian
1gram sebanyak dalam botol dan
3 kali dikeringkan hingga
ditimbang berat konstan.
pengulangan

Kadar air kayu dihitung Pengeringan Dimasukan ke


dengan rumus berikut: dilanjutkan desikator ±20
𝐾𝐴 % selama 1 jam, menit dengan
𝐵1 − 𝐵0 − 𝐵2 didinginkan dan tutup botol dalam
= 𝑥 100 % ditimbang keadaan terbuka.
𝑏2

b. Penentuan Ekstraksi dengan air panas


Labu erlenmeyer
ditimbang lalu Erlenmeyer
Ditambahkan
dimasukan 2gram dimasukan ke dala
200ml Aquades
serbuk kayu yang waterbath hingga
ke dalam
sudah dikering suhu mencapai
Erlenmeyer
tanurkan 100º

Setelah 100º
Hasil saringan Erlenmeyer
dilanjutkan proses
kemudian dikeluarkan dari
ekstraksi selama 3 jam
dipanaskan waterbath dan
dan dipasang saluran air
diatas kompor ekstraknya disaring
sebagai pendingin
hingga menguap dengan kertas saring
ketika proses ekstrasi

Hasil ektraksi
dimasukan kedalam vial
dan dimasukan ke
dalam oven kembali
selama 1-2 hari
V. HASIL DAN PERHITUNGAN
Hasil data yang didapatkan pada praktikum acara ini adalah :
Tabel 1. Perhitungan Kadar air, BB setara BKT, dan Kadar ekstraktif pada
kayu Bayur (Pteroseprmum javanicum)
Berat setara kering Berat Vial dan Persentase
Kelompok Berat Basah (g) Berat Kering (g) Kadar Air (%) Berat Vial (g)
tanur (g) ekstrak (g) ekstrak(%)
1 1,16 1,008 15,079 2,302 12,579 12,679 4,345
2 1,234 1,11 11,171 2,223 9,491 9,574 3,733
3 0,872 0,775 12,516 2,250 9,909 9,971 2,755
4 1,059 0,956 10,774 2,215 10,453 10,499 2,076
5 1,235 1,099 12,375 2,247 9,484 9,545 2,714
6 1,186 1,002 18,363 2,367 11,347 11,399 2,197
7 0,803 0,721 11,373 2,227 10,795 10,873 3,502
8 1,268 1,122 13,012 2,260 12,487 12,555 3,009
9 1,214 1,099 10,464 2,209 9,62 9,706 3,893
10 1,274 1,12 13,750 2,275 11,635 11,689 2,374
11 0,919 0,776 18,428 2,369 9,439 9,49 2,153
12 0,942 0,801 17,603 2,352 12,395 12,447 2,211
13 1,009 0,898 12,361 2,247 9,403 9,496 4,138
14 0,871 0,772 12,824 2,256 9,914 9,986 3,191
15 1,043 0,887 17,587 2,352 11,637 11,694 2,424

Contoh Perhitungan :
Perhitungan pada bagian 6 didapatkan sebagai berikut :
1. Kadar Air Kayu
(𝐵𝐵−𝐵𝐾𝑇)
KA(%) = × 100%
𝐵𝐾𝑇

1,059 − 0,956
• KA (%) = × 100% = 10,774
0,956

2. Berat Setara Kering Tanur


𝐾𝐴
BB Setara BKT = 𝐵𝐾𝑇 × (1 + )
100

10,774
• BB Setara BKT = 2 × (1 + ) = 2,215
100

3. Presentase Ekstraksi
(𝐵−𝐶)
Presentase Ekstraksi (%)= × 100%
𝐴

(10,499−10,453)
• Presentase Eksraksi (%) = × 100% = 2,076
2,215

Keterangan :
KA = Kadar Air
BB = Berat Basah
BKT = Berat Kering Tanur
A = BB setara BKT
B = Berat Vial dan Ekstrak
C = Berat Vial
VI. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil data yang sudah didapatkan pada praktikum
acara ini maka dapat diketahui bahwa sifat kimia kayu merupakan
cerminan dari kondisi zat kimia di dalam kayu. Secara umum sifat kayu
terdiri dari beberapa komponen kimia, yaitu unsur karbohidrat (selulosa
dan hemiselulosa), non-karbohidrat (lignin), unsur endapan (ekstraktif)
dan bahkan zat anorganik. Selain dari kondisi bawaan genetik, sifat kimia
kayu juga dapat bervariasi karena perbedaan dalam laju pertumbuhan,
misalnya kadar ekstraktif atau kadar lignin yang ada pada kayu. Variasi
komponen kimia yang ada pada kayu ini dipengaruhi oleh faktor tempat
tumbuh, iklim, dan letaknya yang berada di dalam batang atau didalam
cabang. Pengetahuan mengenai sifat kimia kayu berperan untuk
mengetahui tingkat keawetan yang ada pada kayu untuk menentukan
pemanfaatan kayu sebagai penghara industri dalam bidang pulp dan kertas,
rayon, papan serat, ataupun papan semen (Putra dkk, 2018). Komponen
yang ada pada kayu ini terbagi atas komponen primer dan komponen
sekunder. Komponen primer ini merupakan komponen yang terkandug did
alam strutktur pada dinding sel seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Sedangkan komponen sekunder merupakan komponen yang terkandung
pada struktur luar sel atau rongga sel seperti zat anorganik dan zat
ekstraktif.

Sifat kimia kayu memiliki hubungan yang erat dalam penentuan


dari sifat fisika dan mekanika pada kayu. Komponen penyusun kimia kayu
sendiri terdiri atas lignin, selulosa, hemiselulosa, zat ekstraktif dan zat
anorganik. Peranan lignin dalam kayu ini berfungsi dan berpengaruh pada
perubahan dimensi beserta kadar air yang ada pada kayu sebagai penentu
sifat fisika kayu dan perpengaruh pada kekuatan kayu sebagai penentu
sifat mekanika kayu. Hal ini disebabkan karena kandungan lignin terletak
pada bagian dinding sel kayu yang dimana perubahan dimensi serta kadar
air kayu hanya dapat berubah mengikuti alur perubahan yang terjadi pada
dinding sel kayu. Lalu diperkuat juga oleh Nawawi dan kawan-kawan
(2013) yang menyatakan bahwa kadar zat ekstraktif yang tinggi juga akan
menentukan sifat higroskopis dari kayu dan kadar air kayu akan meningkat
melalui mekanisme fisika dan kimia dengan pengisi rongga kayu dan
pengikatan air pada kayu. Hubungannya dengan kekuatan kayu adalah
kadar selulosa yang terkandung pada ligninn ini juga memberikan
kekuatan pada kayu dimana lignin yang mengadung selulosa ini terdapat
pada lapisan dinding sel dan diantara sel dalam dinding sebagai pengisi
kepadatan bagian yang kosong pada dinding sel.
Ekstraktif kayu adalah senyawa-senyawa pengisi rongga sel
(khususnya rongga sel kayu teras) yang dapat diekstrak dari kayu dengan
pelarut organik, baik polar maupun nonpolar. Bagi pohon itu sendiri,
ekstraktif kayu berguna untuk meningkatkan ketahanan kayu dari serangan
bakteri, jamur, maupun serangga, serta menambahkan fungsi estetis pada
kayu karena sifat ekstraktif yang mempengaruhi keawetan alami kayu
memiliki sifat resistan terhadap hama dan pengganggu. Mertawijaya
(1996) memperkuat gagasan ini dengan mengatakan bahwa zat ekstraktif
yang ada di dalam kayu ini mempunyai sifat fungisida atau insektisida,
selain itu zat ini juga dapat mendeteksi organisme yang menyebabkan
kayu menjadi rusak berasal dari jamur, serangga atau binatang lain.
Sehingga dalam hal ini peranan penting pada zat ekstraktif kayu dapat
mempengaruhi pengelolaan kayu, energi, biomassa dan bahan baku
sebagai penentu dari sifat kayu. Selain itu di dalam kehidupan sehari-hari
zat ekstraktif ini berfungsi sebagai peekat, pengawet, herbal, dan obat
obatan.
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung di dalam
kayu, yang dinyatakan dalam satuan persen. Dan berta basah setara dengan
Berat Kering Tanur dihitung berdasarkan berapa banyak sample yang akan
diuji dalam menentukan berat kering tanurnya. Lalu yang terakhir adalah
perhitungan kadar ekstraktif yang dinyatakan dalam satuan persen. Dalam
menentukan ekstraksi yang ada pada kayu, dibantu dengan alat yang
disebut dengan Waterbath. Waterbath ini merupakan alat untuk membantu
menguapkan sisa-sisa pelarut yang ada pada kayu dengan bantuan saluran
air untuk pendingin selama proses ekstraksi dilakukan (Gurning dkk,
2017). Pada hasil data yang disajikan pada tabel 1 mengenai perhitungan
kadar air dan kadar ekstraktif pada kayu bayur (Pteroseprmum javanicum)
bagian 6 dapat disebutkan bahwa kadar air yang didapatkan sebesar
10,774%, berat basah setara berat kering tanur sebesar 2,215, dan
presentase ekstaktifnya sebesar 2,076%. Sokanandi dkk (2014)
menyakatan bahwa kadar ekstrakti <2% masuk kedalam kelas komponen
tinggi, 2%-4% masuk ke dalam kelas komponen sedang, dan >4% masuk
ke dalam kelas komponen tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kadar ekstraktif kayu Bayur yang digunakan pada praktikum kali ini
termasuk kedalam kategori sedang.

Kandungan atau komposisi dari ekstraktif pada tiap spesies kayu


berbeda beda, tergantung pada tapak topografi dan musim tumuhanya
pohon. ekstraktif ini terkonsentrasi pada saluran resin dan sel-sel parenkim
jari-jari, lalu dalam jumlah yang sedikit tersebar pada lamela tengah,
interseluler dan dinding sel trakeid serta serabut libriform (Fangel dan
Wegener, 1995). Faktor faktor yang mempengaruhi kadar ekstraktif pada
sebuah kayu adalah umur, jenis dan bagian pohon mana yang diambil
sebagai sampel sehingga hal ini juga berpengaruh pada warna serta bau
dari ekstraktif itu sendiri. Pari (1990) juga mengatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kadar atau nilai dari ekstraktif, antara
lain suhu ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan untuk partikel kayu,
jumlah tahapan ekstraksi, lamanya ekstraksi, dan perbandingan berat
pelarut terhadap berat kulit kayu.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa
penentuan kadar ekstraktif pada kayu dilakukan dengan bantuan alat yang
dinamakan Waterbath dan alat penguap lainnnya seperti kompor dan oven
untuk mendapatkan ekstraksi dari kayu denga yang hasilnya ditentukan
dalam presentase berupa persen.
VIII.
IX. DAFTAR PUSTAKA

Casey, J. P. 1960. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology :


Volume I Pulping and Bleahing. Interscience Publisher. New York.

Fengel, D. dan Wegener G. 1995. Wood: Chemistry, Ultrastucture,


Reaction. Walter de Gruter. Berlin.

Gurning, B., Evy Vardeenar, dan Harnani Husni. 2017. Analisis Kimia
Jenis kayu Kecing Bunga (Lithocarpus elegans) dann Kayu NipisKulis
(Memecylon garcinioides) Berdasarkan Ketinggian Batang. Jurnal
Hutan Lestari Vol.5(2). 319-329.

Marsoem, S. Nugroho. 2007. Karakteriktik dan Variasi Sifat Fisik Kayu


Acacia Mangium Willd. Pada Beberapa Jarak Tanam dan Kedudukan
Aksial-Radial. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol.1(1). 1-13.

Martawijaya. 1996. Keawetan Kayu dan Faktor Yang Memperngaruhinya.


Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial
Ekonomi Kehutanan. Bogor.

Nawawi, D. S., Wicaksono S. H. Dan Rahayu I. S. 2013. Kadar Zat


Ekstraktif dan Susut Kayu Nangka (Arthocarpus heterophyllus) dan
Mangium (Acacia mangium). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Vol.11(1). 46-54.

Pari, G. 1990. Sifat-Sifat Kimia Kayu. Penerbit Yayasan Pembina Fakultas


Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Putra, A. F. Ramadhan, Evy Wardenaar, dan Harnani Husni. 2018. Analisa


Komponen Kimia Kayu Sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg)
Berdasarkan Posisi Ketinggian Batang. Jurnal Hutan Lestari Vol.6(1).
83-89.
Roszaini,K., Hale M., dan Salmiah U. 2016. N-vitro decay resistance of 12
Malaysian broadleaf hardwood tress as afunction of wood density and
extractive compound. Journal of Tropical Forest Science. Vol.28(4).
533-540.

Sokanandi, A., Pari G., Setiawan D., dan Saepuloh. 2014. Komponen
Kimia Sepulu Jenis Kayu Kurang Dikenal: Kemungkinan Penggunaan
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan Vol.32(3). 209-220

Tribot, A., Ghenima Amer, Maarouf Abdou Alio, Helene de Baynast,


Cedric Delattre, Agnes Pons, Jean Denis Mathias, Jean-Marc Callois,
Christophe Vial, Philippe Michaud, and Claude-Gilles Dussap. 2019.
European Polymer Journal Vol.112. 228-240.

Yunianti, D., Syahidah, Agussalim, dan Suhasman. 2020. Buku Ajar Ilmu
Kayu. Penerbit Faultas Kehutanan Universitas Hassanuddin.
Makassar.
PENUTUP

KESAN :
Praktikumnya cukup menyenangkan, Cuma terlalu pagi, dan bingung kenapa harus pake jas
lab. Penjelasan Co-Ass juga sangat membantu, apalagi Co-Ass kesayangan alias mba Retno si
baik hati. SSDK jadi salah satu praktikum favorit karena mba Retno baik banget, bikin nyaman
kalo mau nanya atau bingung, karena sangat amat terbuka dan menerima masukkan dari
praktikan. Love u mba Retno banyak-banyak!

PESAN :
Semangat tim Co-Ass, apalagi mba Retno untuk kedepannya, sukses selalu!

KRITIK & SARAN :


Kalau memang dari awal sudah diinformasikan video praktikum akan dibagi sebelum PJ,
mohon jangan berubah informasi, karena itu salah satu yang krusial.

Anda mungkin juga menyukai