Disusun oleh
NIM : 19/445504/KT/09102
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan resmi Praktikum Sifat-sifat Dasar Kayu ini telah diajukan kepada co-asisten
sebagai prasyarat untuk menempuh ujian responsi Praktikum Perlindungan dan Kesehatan
Hutan yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Rabu
Mengetahui,
Co-Asisten Praktikan
Laporan resmi ini diselesaikan dengan banyak bantuan dari berbagai pihak,
maka tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya yang sangat tidak ternilai harganya
2. Orangtua serta seluruh anggota keluarga tercinta atas segala dukungan moral dan
material
3. Mba Retno Pertiwi selaku co-ass Praktikum Sifat-sifat Dasar Kayu yang sangat sabar
memberikan waktu dan ilmunya
4. Teman-teman sekelompok atas bantuan dan kerjasamanya
5. Diri saya sendiri karena telah berjuang menyelesaikan semua laprak ini
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam praktikum dan penyusunan Laporan Resmi
Sifat-sifat Dasar Kayu
Sekali lagi penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang telah
penyusun terima selama ini sehingga dapat menyelesaikan praktikum hingga tersusunnya
laporan ini. Penyusun berharap laporan ini selanjutnya dapat berguna bagi berbagai pihak.
Amin.
Penyusun
Graciela Arcadia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas izin dan karunia-Nya,
saya dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apapun.
Penulisan ‘Laporan Resmi Sifat-sifat Dasar Kayu bertujuan untuk memenuhi kegiatan
wajib yang dilaksanakan oleh Fakultas Kehutanan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada bapak/ibu dosen dan co-assisten yang telah memberikanmateri sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang kehutanan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara I
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara II
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara III
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara IV
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara V
Laporan Sifat-sifat Dasar Kayu Acara VI
Penutup
LAPORAN PRAKTIKUM
PENYIAPAN SAMPEL
Disusun oleh:
NIM : 19/445504/KT/09102
FAKULTAS KEHUTANAN
2020
ACARA I
PENYIAPAN SAMPEL
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara ini yaitu :
1. Memahami proses pembuatan sampel uji fisika, mekanika, dan kimia.
2. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sampel uji sifat
fisika, mekanika dan kimia.
Sifat fisik kayu merupakan salah satu sifat dasar kayu yang berguna
sebagai pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Penggunaan kayu
yang tepat memerlukan persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut secara langsung
maupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan sifat fisik a dan
mekaniknya (Simangunsong dkk., 2016). Sifat mekanik kayu adalah sifat yang
berhubungan dengan ukuran kemampuan kayu untuk menahan gaya luar yang
membebani kayu. Kayu yang dibebani ini akan menyebabkan tegangan dalam kayu
tersebut dan dapat merubah bentuk kayu. MOE dan MOR merupakan bagian dari
sifat mekanika kayu yang harus diketahui sebelum menggunakan kayu. Dengan
diketahuinya sifat fisik dan mekanik kayu membuka peluang penggunaan berbagai
jenis kayu untuk mebel (Fernandes dan Amiril, 2013).
Komposisi kimia kayu terdiri dari karbohidrat, selulosa, lignin, dan zat
ekstraktif. Selulosa merupakan komponen kayu terbesar dan merupakan komponen
struktur utama dinding sel tumbuhan (Haygreen & Bowyer, 1996). Lignin
merupakan bagian terbesar kedua, terletak di antara sel-sel dan di dalam dinding
sel. Komponen kimia kayu penting lainnya adalah zat ekstraktif. Zat ekstraktif
adalah bahan organik dan anorganik yang pada awalnya merupakan cairan yang
terdapat dalam rongga sel (protoplasma) pada waktu sel-sel masih hidup (Wibisono
dkk, 2018). Komposisi kayu akan menentukan sifat kimia kayu. Sifat kimia penting
untuk diketahui karena dapat menentukan proses awal hingga proses akhir dari
sebuah pengerjaan kayu
V. HASIL
Tabel 1. Penyiapan Sampel Untuk Menguji Sifat Fisika Mekanika dan Kimia Kayu
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Pterospermum
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam acara penyiapan sampel dibuat sampel untuk uji fisika kayu, uji
mekanika kayu dan uji kimia kayu. Sampel untuk uji sifat fisika dibuat dua
sampel yaitu kayu berukuran 2 x 2 x 2 cm sebanyak 3 buah kayu untuk
pengujian kadar air dan berat jenis, kemudian kayu berukuran 2 x 2 x 4 cm
sebanyak 3 buah untuk pengujian perubahan dimensi kayu. Uji sifat mekanika
dibuat satu sampel dari kayu yaitu berukuran 2 x 2 x 30 cm sebanyak 3 buah
untuk pengujian lengkung statik kayu. Sedangkan pada uji sifat kimia, serbuk
yang dihasilkan dari penggergajian sampel fisika kayu dikumpulkan dalam
wadah tertutup (plastik) Selanjutnya dikeringudarakan di tempat terbuka
dibawah atap. (Individu).
2. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sampel adalah pemilihan kayu
pengujian atau kayu sampel harus dengan kondisi yang sehat, tidak terserang
hama atau penyakit, dan lurus tidak bengkok.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Dumanauw, JF. 2001. Mengenal Kayu,. Jakarta : Gramedia
Fernandes, A., & Amiril, S. (2013). Sifat Fisik Dan Mekanik Kayu Shorea
Macroptera Ssp. Sandakanensis (Sym.) Ashton Sebagai Bahan Baku
Mebel. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 7(1), 1-6
Haygreen, J., & Bowyer, J. (1996). Hasil hutan dan ilmu kayu: Suatu Pengantar.
(Forest Product and Wood Science : An Introduction). Yogyakarta : Gadjah
Mada University Presss
Marsoem, S.N., 1996. Sifat-Sifat Kayu Untuk Bahan Baku Industri. Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Mutmainnah, 2011. Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Kawista (Limonia acisdissima
Correa) Asal Bima Nusa Tenggara Barat. Bogor : Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Rahmanto, D. E., Fitroni, E. H., & Rudiyanto, B. (2020). Pemanfaatan Daun Biduri
(Calotropis Gigantea) Sebagai Perekat Pada Pembuatan Briket Serbuk
Gergaji Kayu Bayur (Pterospermum Javanicum). Jurnal Ilmiah dan
Penerapan Keteknikan Pertanian, 13(1), 24-39
Record, S.J. 1914. The Mechanical Properties of Wood. OKFN, Yale Universit,
India.
Sari, Nurmala, Erniwati, dan Abdul Hapid. 2015. Sifat Mekanika Kayu Kemiri
(Aleurites muloccana Willd) Asal Sulawesi Tengah Arah Aksial. Jurnal
Warta Rimba. Vol 3 (2) : 73-79
Simangunsong, Arnita Sari, Abdul Hapid, dan Muthmainnah. 2016. Variasi Sifat
Fisika Kayu Kemiri (Aleurites moluccana). Jurnal Warta Rimba. Vol 4 (1)
: 16-20
Suprapto, E. 2007. Variasi Aksial dan Radial Sifat Fisika dan Mekanika Kayu
Jati. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan UGM.
Wibisono, Heru S., Jasni dan Wa Ode Muliastuty Arsyad. 2018. Komposisi Kimia
dan Keawetan Alami Delapan Jenis Kayu di Bawah Naungan. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. Vol 36 (1) : 59-65.
Williamson, G. B., & Wiemann, M. C. (2010). Measuring wood specific gravity.
American Journal of Botany, 97(3), 519-524.
LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA II
Disusun oleh :
NIM : 19/445504/KT/09102
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2020
ACARA II
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mengetahui cara menentukan kadar air kayu pada berbagai macam
kondisi kayu (basah dan kering udara )
2. Mengetahui variasi kadar air kayu dalam pohon
II. DASAR TEORI
Sifat fisik kayu merupakan salah satu sifat dasar kayu yang berguna
sebagai pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Penggunaan kayu
yang tepat memerlukan persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut secara langsung
maupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan sifat fisika dan
mekaniknya (Simangunsong dkk., 2016). Kayu memiliki sifat higroskopis yang
pada mekanisme penyerapannya air pada akan diserap oleh dinding sel dan
berikatan dengan gugus hidroksil lalu air baru memasuki pada bagian rongga sel.
Hal ini menyebabkan kadar air sangat mempengaruhi kekuatan dan stabilitas dari
kayu itu sendiri (Fredriksson, 2019).
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam kayu atau
produk kayu biasanya yang dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%)
terhadap berat kayu bebas air atau berat kering tanur (BKT), namun dapat juga
dipakai satuan terhadap berat basahnya (Panshin dan de Zeeuw, 1980). Kadar air
didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas
air atau kering tanur (Haygreen dan Bowyer, 1996). Kadar air segar (KAS) yang
merupakan ukuran banyaknya air saat pohon berdiri merupakan parameter
penting misalnya dalam proses pengeringan kayu atau pengangkutan log. Nilai
kadar air kayu yang baru saja dipotong berkisar antara 33-249% (dari berat kayu
kering mutlak) bergantung pada bagian kayu, tempat tumbuh, umur, musim
panen, dan ukuran pohon. KAS yang lebih rendah tentunya lebih diinginkan
dalam pemanfaatan kayunya (Marsoem dkk, 2014).
Pada umumnya kadar air pohon berdiri tertinggi pada bagian pangkal,
selanjutnya bagian tengah dan paling terkecil pada bagian ujung (Uar dkk, 2015).
Kecenderungan kadar air pada arah aksial pangkal pohon biasanya memiliki kadar
air tertinggi dan akan menurun secara teratur ke arah ujung pohon. Diduga hal ini
disebabkan oleh besarnya rongga sel pada bagian pangkal sehingga memiliki
kerapatan terendah. Variasi kadar air pada hasil penilitian yang tidak terlalu
berbeda diasumsikan bahwa peralihan musim. Musim sangat berpengaruh
terhadap kadar air segar, pada musim penghujan kadar air akan lebih tinggi
dibandingkan pada musim kemarau. Selain itu tempat tumbuh, lokasi geografis,
iklim, maupun spesies itu sendiri merupakan faktor yang mempengaruhi kadar
air, faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap kapasitas sel yang mana
berpengaruh terhadap kapasitas menampung molekul air dalam sel.
Deskripsi :
Pada praktikum ini pengujian kadar air kayu dilakukan menggunakan
metodo British Standar nomo 373 (1957). Contoh uji kadar air dibuat disk pada
bagian pangkal, tengah, dan ujung. Lalu dibuat contoh uji berukuran 2x2x2 cm.
Setelah itu contoh uji basah ditimbang terlebih dahulu, kemudian dikering
anginkan sampai beratnya konstan. Contoh uji yang telah dikering anginkan
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103±℃. Setelah 12 jam coontoh uji
dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator selama 10-15 menit
lalu ditimbang beratnya dan dicatat nilainya. Pengeringan menggunakan oven dan
penimbangan tersebut dilakukan berulang-ulang sampai mencapai kondisi kering
tanur.
2
Series1
1,5
1 Linear (Series1)
0,5
0
16/10/202021/10/202026/10/202031/10/202005/11/202010/11/2020
Tanggal
BKU - BKT
Tanggal 1 2 3
09/11/2020 3,269 2,596 3,831
10/11/2020 2,803 2,253 3,301
11/11/2020 2,814 2,265 3,318
12/11/2020 2,794 2,251 3,295
13/11/2020 2,798 2,262 3,303
16/11/2020 2,791 2,244 3,293
17/11/2020 2,791 2,244 3,293
3
Series1
2,9
2,8 Linear (Series1)
y = -0,033x + 1460
2,7 R² = 0,3077
2,6
07/11/2020
09/11/2020
11/11/2020
13/11/202015/11/202017/11/2020
19/11/2020
Tanggal
2,4
2,35 Series1
2,3 Linear (Series1)
2,25 y = -0,0244x + 1078,6
2,2 R² = 0,3157
2,15
07/11/2020
09/11/2020
11/11/2020
13/11/2020 15/11/2020
17/11/2020
19/11/2020
Tanggal
Contoh Perhitungan
Perhitungan kadar air kondisi basah dan kering tanur pada bagian 11
Perhitungan kadar air pada kondisi basah
(𝐵𝐵−𝐵𝐾𝑇)
KA(%) = × 100%
𝐵𝐾𝑇
(6,245−2,791)
• KA 1 Basah = × 100% = 123,775%
2,791
(3,483−2,244)
• KA 2 Basah = × 100% = 55,214%
2,244
(4,834−3,293)
• KA 3 Basah = × 100% = 46,796%
3,293
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang kadar air kayu. Kadar air kayu
adalah banyaknya air yang terkandung dalam sepotong kayu dinyatakan dalam
persen dari berat kayu kering tanur. Nilai kadar air kayu dipengaruhi oleh sifat
hygrokospis jenis kayu, faktor kondisi kayu ditempatkan (suhu dan kelembaban)
dan sifat-sifat kayu yang digunakan seperti jumlah pori-pori, tekstur, struktur
kayu, kelas kuat, kekerasan, berat jenis dan sebagainya. Sifat higroskopis yaitu
sifat yang menyebabkan kayu dapat menyerap (adsorps) dan melepaskan
(desorps) air untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya.
Kemampuan adsorpsi dan desorpsi kayu ini berakibat pada besarnya kadar air
yang selalu berubah tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan sekitarnya.
Air yang terdapat didalam kayu tersimpan di dalam rongga sel dan dinding
sel. Air yang terdapat dalam rongga sel kayu disebut sebagai air bebas (free
water), sedangkan air yang terdapat di dalam dinding sel disebut air terikat (bound
water). Kadar air pada kayu ini menjadi penciri bahwa kayu memiliki sifat
higroskopis yang pada dasarnya kayu akan mempertahankan kadar air
kesetimbangan dengan lingkunganya melalui pelepasan atau penyerapan air.
Kayu akan melepaskan air ke udara apabila tekanan uap air didalam kayu lebih
tinggi dibandingkan tekanan uap yang ada di udara dan kayu akan menyerap air
dari udara apabila tekanan uap air di dalam kayu lebih rendah dibandingkan
tekanan uap di udara. Oleh karena itu, kadar air di dalam kayu aan sangat
berfluktuasi tergantung pada kondisi atmosfer yang ada di sekitarnya terutama
perubahan yang terjadi pada suhu dan kelembapnnya. Rendahnya kadar air yang
terdapat pada kayu akan meningkatkan kekuatan yang ada pada kayu. Hal ini
disebabkan karena semakin berkurangnyanya kadar air yang terdapat pada rongga
sel dan dinding sel, kerapatan yang ada pada kayu akan semakin meningkat
sehingga kayu akan menjadi semain kuat. Sedangkan tingginya kadar air yang
terdapat pada kayu akan meningkatkan hasil rendemen yang ada pada kayu. Selain
itu, tingginya kadar air ini akan menyebabkan kayu menjadi tidak efisien untuk
digunakan sebagai bahan baku pembuatan furniture karena masih bisa terjadi
penyusutan dan pengembangan karena kesetimbangan kau belum tercapai.
Hasil penelitian yang sudah dilakukan pengujian terhadap dua jenis kadar
air yaitu kadar air segar dan kadar air kering udara. Kadar air segar merupakan
kadar air yang dimiliki suatu kayu ketika baru saja ditebang, dan belum pernah
mengering. Sedangkan kadar air kering udara atau sering disebut juga kadar air
seimbang adalah kadar air yang dimiliki kayu dalam kondisi kering udara, pada
kondisi ini jumlah air yang terserap sama dengan jumlah air yang dikeluarkan.
Sample yang digunakan adalah kayu berukuran 2cm x 2cm x 2cm. Pengujian
kadar air kayu dilaksanakan dengan mempersiapkan sampel terlebih dahulu,
sampel yang akan digunakan direndam selama ± 72 jam, yang mana kemudian
beratnya ditimbang dan dijadikan sebagai berat basah. Setelah itu sampel dikering
anginkan hingga didapati berat konstan dan dicaatat yang kemudian digunakan
sebagai berat kering udara. Sampel yang sudah konstan berat kering udaranya
dioven selama ±12 jam, kemudian dikeluarkan dan dimasukan kedalam desikator
selama 10-15 menit setelah itu ditimbang, desikator sendiri merupakan wadah
kedap udara yang berfungsi untuk menghilangkan air dan kristal hasil pemurnian.
Proses pengovenan dan penimbangan berlangsung hingga didapatkan berat
konstan yang mana digunakan sebagai Berat Kering Tanur (BKT) kayu. Setelah
seluruh data berat didapat baru dilakukan pengukuran kadar air. Untuk kadar segar
ditentukan melalui persentase perbandingan antara selisih berat awal (BB) dan
Berat kering tanur (BKT) dengan Berat Kering Tanur (BKT), sedangkan kadar air
kayu pada kering udara dihitung dengan rumus yang sama hanya saja mengganti
nilai berat awal dengan berat kering udara (Bku). Pada jenis kayu bayur
didapatkan nilai kadar air kayu bayur pada bagian 1 yang pada kondisi basah
sebesar 123,755% dan kadar air pada kondisi kering udara sebesar 17,126%.
Untuk bagian 2 kadar air pada kondisi basah sebesar 55,214% dan kadar air pada
kondisi kering udara sebesar 15,686%. Dan yang terakhir bagian 3, kadar air pada
kondisi basah sebesar 46,796%dan kadar air pada kondisi kering tanur sebesar
16,338%. Dapat diketahui bahwa kadar air yang terdapat pada kayu basah lebih
besar dibandingkan pada kayu kering udara. . Pada kayu basah yang baru
ditebang, kadar air dapat mencapai 40% hingga 200%. Kondisi dimana dinding
sel jenuh dengan air sedangkan rongga sel kosong dinamakan kondisi kadar air
titik jenuh serat (Simpson dan A ten Wolde, 1999). Hal ini dikarenakan pada
kondisi kadar air basah dinding sel maupun rongga selnya masih terisi oleh air
dan belum mencapai titik konstan, sedangkan pada kayu kering udara dinding sel
dan ronggaa udaranya masih terisi air namun sudah mencapai titik konstan.
Kadar air yang terkandung di dalam bagian jenis kayu berupa kayu gubal,
teras, juvenile, dewasa, kayu awal, dan kayu akhir memiliki perbedaan. Kayu teras
memiliki diameter serat, diameter lumen, dan tebal dinding serat yang lebih kecil
dibandingkan dengan kayu gubal karena kayu gubal memiliki serat atau sel yang
masih berkembang sedangkan kayu teras selnya sudah tidak aktif kembali atau
mati. Sehingga pada tingkat kadar airnya, kayu gubal memiliki kadar air yang
lebih tinggi karena rongga sel tebal dinding serat pada kayu gubal lebih besar dan
mampu menyimpan air lebih banyak dibandingkan kayu teras. Pada dasarnya
seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur, kayu akan terus mengalai
pertumbuhan dan perkembangan. Semain tua umur pada suatu pohon maka akan
mengindikasikan kayu tersebut sebagai kayu dewasa yang akan menjadi kayu
teras sehingga penyimpanan air yang ada pada kayu dewasa ini akan semakin
sedikit. Hal ini juga sejalan dengan bagian kayu gubal yang disebut sebagai kayu
muda atau kayu juvenil akan memiliki penyimpanan air yang lebih tinggi. Lalu
pada kayu awal juga akan memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kayu akhir karena kayu awal masih tumbuh dalam pertumbuhan yang baik
sehingga memiliki pertumbuhan rongga yang besar dan diameter sel yang besar
sedangkan pada kayu akhir terbentuk pada pertumbuhan yang rendah sehingga
rongga sel dan diameter sel yang terbentuk kecil.
Presentase kadar air pada kayu ini tentunya akan mempengaruhi beberapa
sifat fisika kayu lainnya. Pada bagian fisika kayu dihitung nilai kadar air kayu dan
berat jenis dari suatu kayu sehingga nilai perubahan dimensi pada kayu dapat
ditentukan. Hal ini dikarenakan pada kondisi dimana kadar air di dalam kayu
tinggi, makan akan lebih mudah terjadi penyusutan dan pengembangan pada kayu
sehingga tingkat terjadinya perubahan dimensi pada kayu masih dapat terjadi.
Selain itu kadar air kayu ini akan mempengaruhi kerapatan yang ada pada kayu
sehingga berat jenis yang ada pada kayu juga memperbesar nilai Berat jenisnya.
Gagasan ini diperkuat oleh Haygreen dan Bowyer (1989) yang mengatakan bahwa
makin banyak zat yang terdapat pada dinding sel akan semakin besar nilai berat
jenisnya dan semain besar pula perubahan dimensi yang mungkin terjadi pada
perubahan kadar air yang sama
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penentuan kadar air kayu kondisi basah dilakukan dengan mengetahi nilai
dari berat kayu dalam keadaan basah dan berat kayu dalam keadaan kering
tanur lalu dihitung dengan menggunakan rumus :
(𝐵𝐵−𝐵𝐾𝑇)
KA(%) = × 100%
𝐵𝐾𝑇
2. Variasi kadar air kayu pada pohon menunjukan bahwa kayu gubal, kayu
juvennil, dan kayu awal memiliki kadar air yang lebih tinggi karena rongga
sel dan diameter sel memiliki ukuran yang besar. Sedangkan pada kayu
teras, kayu dewasa, dan kayu akhir memiliki kadar air yang rendah karena
rongga sel dan diameter sel memiliki ukuran yang kecil
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Fredriksson, Maria. 2019. On Wood-Water Interactions in the Over-Hygroscopic
Moisture Range- Mechanisms, Methods , and Inflluence of Wood
Modification. Journal Forest . Vol. 10(9) : 779
Haygreen, J. G. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Universitas
Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Haygreen, J.G dan J.L Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Marsoem, Sri Nugroho., Vendy Eko Prasetyo, Joko Sulistyo, Sudaryono, dan
Ganis Lukmandaru. 2014. Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat
Gunungkidul III Sifat Fisika Kayu. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol 8 (2) :
75-88
Panshin AJ. de Zeeuw C. 1980. Textbook of Wood Technology. New York:
McGraw-Hill Book Co
Simangunsong, Arnita Sari, Abdul Hapid, dan Muthmainnah. 2016. Variasi Sifat
Fisika Kayu Kemiri (Aleurites moluccana). Jurnal Warta Rimba. Vol 4 (1)
: 16-20
Simpson, A ten Wolde. 1999. Physical Properties and Moisture Relations of
Wood. Wood as An Engineering Materiak. Forest Product Laboratory
General Technical Report FDL-GTR-11. USDA Forest Science (US).
Forest Laboratory US
Uar, Ningsie Indah Suary., M. S. Tuharea, Nurfitri Hentihu. 2015. Pengaruh
Sifat Fisi Kayu Jabon. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. Vol 8 (2) :
46-52
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
ACARA IV
PENENTUAN PENYUSUTAN KAYU
Disusun oleh:
NIM : 19/445504/KT/09102
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA IV
I. TUJUAN
Tujuan pada praktikum ini adalah :
a. Mengetahui cara mengukur penyusutan kayu
b. Mengetahui penyusutan kayu pada 3 arah berbeda
Sifat fisik kayu merupakan salah satu sifat dasar kayu yang berguna
sebagai pertimbangan dalam penggunaan suatu jenis kayu. Sifat fisika pada
kayu meliputi kadar air, berat jenis, dan perubahan dimensi kayu berdasarkan
arah aksial (Rahmayanti dkk, 2016). Penggunaan kayu secara tepat selalu
memerlukan persyaratan tertentu, dimana persyaratan itu baik secara langsung
maupun tidak langsung akan selalu berhubungan dengan sifat fisik dan
mekaniknya. Di antara sifat fisik yang cukup penting untuk diketahui adalah
berat jenis dan kembang susut kayu (Simangunsong, dkk., 2016).
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu contoh uji kayu berukuran
2x2x4 cm.
Langkah Kerja :
Langkah yang perlu dilakukan pada praktikum ini, antara lain
Disiapkan sampel berukuran 2x2x4 cm. Diukur
dimensi pada ketiga arah (longitudinal, radial,
dan tangensial) dalam kondisi Ds, Du, dan Dk,
lalu diberi tanda garis pengukuran
Keterangan :
Ds : Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan basah (cm)
Du :Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan kering udara
(cm)
Dk : Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan kering tanur
(cm).
Dimensi Basah
Kelompok 1 2 3
R L T R L T R L T
1 2,07 4,11 2,14 2,15 4,43 2,18 2,1 4,11 2,12
2 2,101 4,114 2,186 2,125 4,086 2,171 2,149 4,082 2,193
3 2,106 4,441 2,141 2,14 4,103 2,164 2,145 4,451 2,172
4 2,1 4,338 2,131 2,149 4,425 2,186 2,145 4,306 2,208
5 2,128 4,433 2,124 2,158 4,4314 2,125 2,139 4,208 2,179
6 2,142 4,507 2,154 2,147 4,464 2,163 2,151 4,453 2,136
7 2,095 4,408 2,099 2,145 4,339 2,165 2,097 4,232 2,248
8 2,145 4,309 2,205 2,157 4,354 2,134 2,146 4,393 2,166
9 2,152 4,445 2,139 2,132 4,427 2,127 2,16 4,538 2,624
10 2,129 4,454 2,066 2,12 4,33 2,149 2,144 4,324 2,16
11 2,163 4,421 2,115 2,208 4,419 2,147 2,132 4,316 2,113
12 2,135 4,267 2,149 2,146 4,343 2,209 2,154 4,359 2,131
13 2,14 4,39 2,17 2,15 4,49 2,06 2,12 4,35 2,08
14 2,145 4,476 2,135 2,094 4,1 2,118 2,145 4,461 2,161
15 2,14 4,37 2,15 2,159 4,251 2,14 2,144 4,337 2,179
Tabel 2. Tabel Dimensi Kering Udara
Dimensi Kering Udara
1 2 3
R L T R L T R L T
2,010 4,100 2,050 2,100 4,400 2,080 2,050 4,100 2,020
2,070 4,110 2,119 2,080 4,056 2,071 2,100 4,072 2,101
2,066 4,341 2,041 2,094 4,090 2,080 2,100 4,421 2,091
2,080 4,308 2,031 2,109 4,405 2,086 2,099 4,296 2,108
2,098 4,424 2,024 2,090 4,400 2,055 2,090 4,197 2,103
2,102 4,497 2,074 2,070 4,464 2,063 2,092 4,433 2,036
2,025 4,400 2,009 2,095 4,309 2,065 2,047 4,232 2,148
2,105 4,309 2,105 2,107 4,334 2,070 2,106 4,373 2,060
2,122 4,415 2,039 2,092 4,407 2,067 2,107 4,508 2,324
2,09 4,4 1,9 2,081 4,32 2,12 2,13 4,3 2,13
2,14 4,35 2,075 2,145 4,35 2,08 2,105 4,3 2,07
2,021 4,17 2,12 2,1 4,3 2,15 2,105 4,345 2,105
2,099 4,3 2,14 2,1 4,47 1,975 2 4,35 2
2,13 4,39 2,12 2,02 4,11 2,08 2,1 4,38 2,11
2,11 4,37 2,135 2,105 4,245 2,065 2,115 4,31 2,05
Penyusutan (%)
Basah - Kering Udara Kering Udara - Kering Tanur
1 2 3 1 2 3
0,24 0,68 0,24 0,49 1,16 0,39
0,10 0,73 0,24 2,55 1,38 0,86
2,25 0,32 0,67 0,94 0,49 0,43
0,69 0,45 0,23 0,46 0,11 0,47
0,20 0,71 0,26 0,84 2,16 1,22
0,22 0,00 0,45 1,91 0,18 0,20
0,18 0,69 0,00 0,50 0,46 0,26
0,00 0,46 0,46 0,16 0,69 0,39
0,67 0,45 0,66 0,14 0,52 0,24
1,21 0,23 0,56 1,36 0,46 0,47
1,61 1,56 0,37 0,85 1,01 0,42
2,27 0,99 0,32 1,49 0,26 0,81
2,05 0,45 0,00 0,05 0,34 0,55
1,92 -0,24 1,82 1,57 2,58 0,82
0,00 0,14 0,62 0,32 0,33 0,16
Tabel 6. Perhitungan Penyusutan Dimensi Basah-Kering Udara(Tangensial )
Penyusutan (%)
Basah - Kering Udara Kering Udara - Kering Tanur
1 2 3 1 2 3
4,21 4,59 4,72 3,90 3,85 5,54
3,06 4,61 4,20 5,57 3,57 4,76
4,67 3,88 3,73 5,93 3,85 3,73
4,69 4,57 4,53 4,48 3,84 4,89
4,71 3,29 3,49 3,16 5,64 4,56
3,71 4,62 4,68 3,38 5,14 2,16
4,29 4,62 4,45 6,92 4,36 6,61
4,54 3,00 4,89 4,89 4,15 3,93
4,68 2,82 11,43 3,24 2,85 4,39
8,03 1,35 1,39 2,89 3,68 5,02
1,89 3,12 2,04 3,33 4,47 3,48
1,35 2,67 1,22 4,58 2,42 3,85
1,38 4,13 3,85 4,86 3,24 5,10
0,70 1,79 2,36 4,86 3,75 6,73
0,70 3,50 5,92 3,47 3,10 7,46
(Tangensial)
Penyusutan Tangensial (%)
Kelompok Basah - Kering Udara Kering Udara - Kering Tanur Basah - Kering Tanur
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 4,21 4,59 4,72 3,90 3,85 5,54 7,94 8,26 10,00
2 3,06 4,61 4,20 5,57 3,57 4,76 8,46 8,01 8,76
3 4,67 3,88 3,73 5,93 3,85 3,73 10,32 7,58 7,32
4 4,69 4,57 4,53 4,48 3,84 4,89 8,96 8,23 9,19
5 4,71 3,29 3,49 3,16 5,64 4,56 7,72 8,75 7,89
6 3,71 4,62 4,68 3,38 5,14 2,16 6,96 9,52 6,74
7 4,29 4,62 4,45 6,92 4,36 6,61 10,91 8,78 10,77
8 4,54 3,00 4,89 4,89 4,15 3,93 9,21 7,03 8,63
9 4,68 2,82 11,43 3,24 2,85 4,39 7,76 5,59 15,32
10 8,03 1,35 1,39 2,89 3,68 5,02 10,70 4,98 6,34
11 1,89 3,12 2,04 3,33 4,47 3,48 5,15 7,45 5,44
12 1,35 2,67 1,22 4,58 2,42 3,85 5,86 5,02 5,02
13 1,38 4,13 3,85 4,86 3,24 5,10 6,18 7,23 8,75
14 0,70 1,79 2,36 4,86 3,75 6,73 5,53 5,48 8,93
15 0,70 3,50 5,92 3,47 3,10 7,46 4,14 6,50 12,94
Pengujian 1
(2,1−2,080)
• Radial : × 100% = 0,95
2,1
(4,338−4,308)
• Longitudinal : × 100% = 0,69
4,338
(2,131−2,031)
• Tangensial : × 100% = 4,69
2,131
Pengujian 2
(2,149−2.145)
• Radial : × 100% = 1,86
2,109
(4,425−4,405)
• Longitudinal : × 100% = 0,45
4,425
(2,186−2,086)
• Tangensial : × 100% = 4,57
2,186
Pengujian 3
(2,145−2,099)
• Radial : × 100% = 2,14
2,145
(4,306−4,296)
• Longitudinal : × 100% = 0,23
4,306
(2,208−2,108)
• Tangensial : × 100% = 4,53
2,208
Pengujian 1
(2,080−2,002)
• Radial : × 100% = 3,75
2,080
(4,308−4,288)
• Longitudinal : × 100% =0,46
4,308
(2,031−1,940)
• Tangensial : × 100% = 4,48
2.031
Pengujian 2
(2,109−2,030)
• Radial : × 100% = 3,75
2,109
(4,405−4,400)
• Longitudinal : × 100% = 0,11
4,405
(2,086−2,006)
• Tangensial : × 100% = 3,84
2.086
Pengujian 3
(2,099−2,022)
• Radial : × 100% = 3,67
2,099
(4,296−4,276)
• Longitudinal : × 100% = 0,47
4,296
(2,108−2,005)
• Tangensial : × 100% = 4,89
2.108
Ada tiga alasan penyusutan kayu arah radial selalu lebih kecil
dibanding penyusutan arah tangensial, yaitu adanya struktur jari-jari kayu
pada arah radial yang dapat berfungsi sebagai tahanan; penyebaran noktah
berbatas lebih banyak terdapat pada bidang radial; sudut mikrofibril lebih
besar pada dinding radial dibanding dinding tangensial. Hal-hal tersebut dapat
dijadikan dasar untuk menjelaskan penyusutan kayu arah radial selalu lebih
kecil dibanding penyusutan arah tangensialnya (Pandit dan Istie, 2007).
Menurut Panshin dan de Zeeuw (1969), salah satu faktor anatomi yang
berperan dalam proses pengeluaran air dari dalam kayu adalah jari-jari kayu.
Jari-jari yang lebar pada kayu sangat membantu pengeluaran air dari dalam
kayu secara transversal, namun harus didukung oleh sifat anatomi lainnya
seperti banyaknya ceruk atau noktah pada dinding sel, dinding serat tipis, arah
serat lurus, diameter pembuluh cukup besar dan tidak ada endapan atau tilosis
pada pembuluh ataupun isi sel lainnya pada jari-jari.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyusutan kayu dapat diukur dengan menggunakan sampel 2x2x4 cm
lalu mengukur dimensi kayu pada tiga arah utama yaitu radial, tangensial,
dan longitudinal menggunakan caliper. Dimensi kayu diukur saat kayu
dalam kondisi segar, kondisi kering udara, dan kondisi kering tanur. Besar
penyusutan dihitung dengan hasil selisih dimensi kayu kondisi segar
dengan kondisi kering udara atau kering tanur dibagi dimensi kayu segar
dan dikalikan seratus persen karena besar penyusutan dinyatakan dalam
persen.
2. Pada penyusutan segar ke kering udara didapat hasil penyusutan arah
radial pada pengujian 1,2, dan 3 sebesar 0,95%; 1,86%; 2,14%, arah
tangensial sebesar 4,69%; 4,57%; 4,53%,arah longitudinal sebesar 0,69%;
0,45%; 0,23%. Sedangkan pada kondisi kering udara ke kering tanur
didapat hasil arah radial sebesar 3,75%; 3,75%; 3,67%, arah tangensial
4,48%; 3,84%; 4,89% dan arah longitudinal 0,46%; 0,11%; 0,47%.
Penyusutan kondisi segar ke kondisi kering udara dan penyusutan kondisi
kering udaraa ke kering tanur terbesar ada pada arah tangensial.
Sedangkan penyusutan terkecil ada pada arah longitudinal.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anggoro,Yunivia.Adi Santosa dan Celline Junica P. 2019. Perancangan
Produk Interior Premium Berbasis Optimasi Penerapan Karakteristik
Fisik Kayu Kelapa.Jurnal Dimensi Interior, vol 17 (1) : 1-3
Barber, N. F., & Meylan, B. A. 1964. The anisotropic shrinkage of wood. A
theoretical model. Holzforschung-International Journal of the Biology,
Chemistry, Physics and Technology of Wood, 18(5), 146-156.
Lempang, M. 2014. Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Jabon Merah.
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. Vol. 3 (2): 163 – 175.
Praptoyo, Harry. 2010. Sifat Anatomi dan Sifat Fisika Kayu Mindi (Melia
Azadarach LInn) Dari Hutan Rakyat di Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Kehutanan. Vol. 4 No. 1.
Rahmayanti., Erniwati., dan Abdul Hapid. 2016. Sifat Fisika Kayu Jabon
(Anthocephaluscadamba) Berdasarkan Arah Aksial dari Desa
Alindau Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Jurnal Warta
Rimba, Vol.4(1): 57-60
Simangunsong, Arnita Sari, Abdul Hapid, dan Muthmainnah. 2016. Variasi
Sifat Fisika Kayu Kemiri (Aleurites moluccana). Jurnal Warta Rimba.
Vol 4 (1) : 16-20.
ACARA V
Disusun oleh :
NIM : 19/445504/KT/09102
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2020
ACARA V
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara ini adalah :
1. Memahami cara pengukuran kemampuan kayu menahan beban
tegak lurus serat atau keteguhan lengkung statik
2. Mengetahui besarnnya kemampuan kayu menahan beban tegak
lurus serat atau keteguhan lengkung statik
II. DASAR TEORI
Kualitas kayu dapat ditentukan melalui sifat fisika kayu, sifat
mekanika kayu, sifat kimia kayu dan sifat pengerjaan kayu. Semakin besar
berat jenis kayu (BJ) maka kayu akan semakin berat dan kuat. Kekuatan
kayu juga dapat dipengaruhi umur dan kecepatan tumbuh yang akan
meningkat dengan menyesuaikan kandungan zat ekstraktif dalam kayu.
Semakin keras kayu (BJ kayu tinggi dan dinding sel tebal) sifat pengerjaan
kayu akan semakin sulit (sulit dipotong, dibelah, maupun dibubut)
(Purwanta dkk, 2015). Sifat fisis dan mekanik kayu merupakan salah satu
indikator yang menentukan kualitas kayu terutanama kayu pertukangan,
sifat mekanis disebut juga dengan kekuatan kayu yaitu sifat-sifat kayu yang
dihubungkan dengan kemampuan kayu untuk menahan beban muatan yang
diberikan kepada kayu tersebut. Dalam berbagai penggunaan kayu,
kekuatan kayu sangat penting untuk diketahui terutama jenis-jenis kayu
yang diperdagangkan dengan kegunaannya sebagai kayu konstruksi
(Husain dkk, 2019). Kekuatan atau sifat mekanika kayu adalah kemampuan
kayu untuk menahan gaya eksternal yaitu gaya di luar kayu yang berusaha
untuk mengubah bentuk dan ukuran kayu. Sifat mekanika kayu merupakan
salah satu dasar dalam penilaian kemungkinan penggunaan kayu sebagai
bahan baku industri khususnya industri bangunan. Selain itu, biasanya sifat
mekanika ini digunakan sebagai kriteria pemilihan bahan. Macam
pengujian sifat mekanika kayu antara lain kadar air kayu, berat jenis kayu,
pengerutan, tekanan sejajar serat, tekanan tegak lurus serat, lengkung statis,
keteguhan geser, keteguhan belah, keteguhan tarik tegak lurus serat, dan
kekerasan (Hasrudy dan Masdania, 2019).
Sifat-sifat kayu yang dihasilkan dari spesies pohon yang sama
kerapkali dianggap identik, namun kenyatannya potongan kayu yang
berbeda bahkan berasal dari pohon yang sama tidak pernah identik dan
hanya sama pada batas-batas yang lebar. Sifat mekanika kayu dalam pohon
adalah beragam, artinya memiliki kisaran nilai. Variasi ini dapat terjadi
dalam arah radial (Prawirohatmodjo, 2001). Terdapat beberapa sifat
mekanika kayu, yaitu kuat tarik kayu, kuat tekan kayu, kuat lentur kayu, dan
kuat geser kayu. Kuat tarik kayu merupakan sifat mekanika kayu pada saat
menerima gaya aksial tarik, ada dua jenis sifat mekanika kayu pada saat
kayu menerima beban aksial tarik yaitu kuat tarik kayu sejajar serat dan kuat
tarik kayu tegak lurus serat. Kuat tekan kayu merupakan sifat mekanika
kayu pada saat menerima gaya aksial tekan, ada dua jenis sifat mekanika
kayu pada saat kayu menerima beban aksial tekan yaitu kuat tekan kayu
sejajar serat dan kuat tekan kayu tegak lurus serat. Kuat lentur kayu
merupakan sifat mekanika kayu pada saat menerima gaya yang berusaha
melenturkan kayu. Sedangkan kuat geser kayu merupakan merupakan sifat
mekanika kayu dalam hal kemampuan untuk menahan gaya-gaya yang
membuat bagian kayu tersebut bergeser ke bagian lain didekatnya, ada tiga
jenis kuat geser kayu yaitu kuat geser sejajar arah serat, kuat geser tegak
lurus serat, dan kuat geser miring serat (Insan dkk, 2020).
Pengujian sifat fisika dan mekanika kayu dilakukan dengan metode
British Standard nomor 373 tahun 1975. Parameter yang diamati antara lain
kadar air, berat jenis, Keteguhan Lengkung Statik sampai Batas Proporsi
(BP), Keteguhan Lengkung Statik sampai Modulus Elastisitas (MOE),
Keteguhan Lengkung Statik sampai Batas Maksimum (MOR) (Hapid,
2019). Keuntungan pengujian non-destruktif khususnya MoE berfungsi
untuk grading mutu kayu, terutama dalam komponen kayu baik itu untuk
pohon yang masih hidup atau dalam bentuk log, pengetahuan mengenai sifat
mekanika kayu, perkiraan usia, serta prediksi sisa kekuatan kayu (Aji dkk,
2017).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah :
Alat :
1. Alat tulis
2. Kaliper
3. Alat Uji Mekanika (UTM)
Bahan :
1) Sample Kayu Bayur Ukuran 2 x 2 x 30 cm
Pembebanan
Penumpu Sebelum dilakukan
Contoh uji
sampel kayu pada alat uji pembebanan dan Hasil
dipasang
berukuran 2 x disiapkan dimulai, dihentikan didapatkan,
pada alat uji
2 x 30 cm dengan pastikan setelah diolah, lalu
mekanika
disiapkan bentangan jarum skala beban dianalisis
kayu
bebas 28 cm berada di nol maksimum
dicapai
V. HASIL PENGAMATAN
TBP = 3𝑃₁𝐿⁄
2𝑏𝑑²
• TBP 4.1 = 3 × 51 × 28⁄ = 253,1099
2 × 2,002 × (2,056)²
• TBP 4.2 = 3 × 52 × 28⁄ = 251,3465
2 × 2,022 × (2,073)²
• TBP 4.3 = 3 × 58 × 28⁄ = 269,9230
2 × 2,074 × (2,086)²
Perhitungan Tegangan pada Modulus Patah (kg/cm²)
MoR = 3𝑃𝐿⁄
2𝑏𝑑²
MoE = 𝑃₁𝐿³⁄
4∆𝑏𝑑³
51 ×28³
• MoE 4.1 = 4×0,26×2,002×(2,056)³ = 61869,6311
52×28³
• MoE 4.2 = 4×0,24×2,022×(2,073)³ = 66012,6469
58×28³
• MoE 4.3 = 4×0,26×2,074×(2,086)³ = 65030,4986
VI. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang sudah didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa
:
1) Dalam pengukuran kemampuan kayu menahan beban tegak lurus
serat atau keteguhan lengkung statik dilakukan dengan alat bantuan
Uji mekanika kayu atau siebut sebgaai UTM (Universal Testing
Machine) yang akan menampilkan grafik berupa kurva dan nilai
defleksi untuk menghitung untuk menghitung titik batas proporsi
(TBP), Modulus Patah (MoR), dan Modulus Elastisitas (MoE).
2) Pada perhitungan nilai titik batas proporsi (TBP), Modulus Patah
(MoR), dan Modulus Elastisitas (MoE) didapatkan nilai TBP paling
besar pada percobaan ke 3 sebesar 269,9230, lalu nilai MoR paling
besar pada percobaan ke 2 sebesar 600,1133, dan yang terakhir nilai
MoE paling besar pada percobaan ke 2 sebesar 66012,6469.
ASANMPU
VIII. DAFTAR PUSTAKA
ACARA VI
Disusun oleh :
NIM : 19/445504/KT/09102
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2020
ACARA VI
I. TUJUAN
Tujuan pada praktikum acara ini adalah memahami cara penentuan
kadar ekstraktif dalam air panas
II. DASAR TEORI
Kayu merupakan materi yang berasal dari perkembangan atau
pembelahan kambium yang terdisi atas tipe dan fungsi yang berbeda-beda.
Kayu di dalam pohon ini berupa xylem yang terbentuk kearaha dalam
jaringan (Yunianti dkk, 2020). ). Kayu memiliki beberapa sifat dasar
antara lain sifat fisika kayu, sifat kimia kayu dan sifat mekaninka kayu.
Salah satu sifat dasar kayu adalah sifat fisika kayu yang meliputi:
kerapatan, kadar air, dan perubahan dimensi yang dijadikan sebagai
parameter dalam mengetahui kualitas kayu dan dapat memprediksi sifat-
sifat kayu lainnya (Marsoem dan Mohamad, 2007). Komposisi sifat kimia
kayu terdiri atas Hemiselulosa, selulosa, lignin, dan zat ekstraktif. Variasi
komponen kimia yang ada pada kayu ini dipengaruhi oleh faktor tempat
tumbuh, iklim, dan letaknya yang berada di dalam batang atau didalam
cabang. Pengetahuan mengenai sifat kimia kayu berperan untuk
mengetahui pemanfaatan kayu sebagai penghara industri dalam bidang
pulp dan kertas, rayon, papan serat, papan semen, dan keawetan kayu
(Putra dkk, 2018).
Kayu menjadi sumber lignin terbesar yang ada di dunia yang
dimana lignin ini mennyumbang sekitar 30% dari berat kayu dan
memberika sifat kekakuan dan antimikroba terhadap kayu (Tribot et all,
2019). Lalu selulosa dan hemiselulosa merupakan ikatan polimer dari
karbohidrat yang tersusun hampir pada seluruh sel tumbuhan. Fungsi
konkrete lignin adalah sebagai rangka dari selulosa yang terdapat pada
batang dan ranting pohon dan memiliki fungsi utama sebagai penetrasi
enzim-enzim perusak dan mikro didalam sel (Casey,1960). Zat ekstraktif
merupakan senyawa kompleks yang terdiri atas bahan organik maupun
bahan anorganik yang pada awalnya merupakan cairan yang terdapat pada
rongga sel (protoplasma) pada waktu sel-sel masih hidup dan ketika sel-sel
tua mati makan cairan akan menempel pada dinding sel berupa getah, lilin,
zat warna, gelatin, dan mineral (Fengel dan Wegener, 1995). Selain itu, zat
ekstraktif ini memiliki peranan penting dalam meningkatkan keawetan
kayu (Roszaini et all, 2016). Zat ekstraktif yang ada di dalam kayu ini
mempunyai sifat fungisida atau insektisida, selain itu zat ini juga dapat
mendeteksi organisme yang menyebabkan kayu menjadi rusak berasal dari
jamur, serangga atau binatang lain (Martawijaya, 1996). Kandungan atau
komposisi dari ekstraktif pada tiap spesies kayu berbeda beda, tergantung
pada tapak topografi dan musim tumuhanya pohon. ekstraktif ini
terkonsentrasi pada saluran resin dan sel-sel parenkim jari-jari, lalu dalam
jumlah yang sedikit tersebar pada lamela tengah, interseluler dan dinding
sel trakeid serta serabut libriform (Fangel dan Wegener, 1995).
Setelah 100º
Hasil saringan Erlenmeyer
dilanjutkan proses
kemudian dikeluarkan dari
ekstraksi selama 3 jam
dipanaskan waterbath dan
dan dipasang saluran air
diatas kompor ekstraknya disaring
sebagai pendingin
hingga menguap dengan kertas saring
ketika proses ekstrasi
Hasil ektraksi
dimasukan kedalam vial
dan dimasukan ke
dalam oven kembali
selama 1-2 hari
V. HASIL DAN PERHITUNGAN
Hasil data yang didapatkan pada praktikum acara ini adalah :
Tabel 1. Perhitungan Kadar air, BB setara BKT, dan Kadar ekstraktif pada
kayu Bayur (Pteroseprmum javanicum)
Berat setara kering Berat Vial dan Persentase
Kelompok Berat Basah (g) Berat Kering (g) Kadar Air (%) Berat Vial (g)
tanur (g) ekstrak (g) ekstrak(%)
1 1,16 1,008 15,079 2,302 12,579 12,679 4,345
2 1,234 1,11 11,171 2,223 9,491 9,574 3,733
3 0,872 0,775 12,516 2,250 9,909 9,971 2,755
4 1,059 0,956 10,774 2,215 10,453 10,499 2,076
5 1,235 1,099 12,375 2,247 9,484 9,545 2,714
6 1,186 1,002 18,363 2,367 11,347 11,399 2,197
7 0,803 0,721 11,373 2,227 10,795 10,873 3,502
8 1,268 1,122 13,012 2,260 12,487 12,555 3,009
9 1,214 1,099 10,464 2,209 9,62 9,706 3,893
10 1,274 1,12 13,750 2,275 11,635 11,689 2,374
11 0,919 0,776 18,428 2,369 9,439 9,49 2,153
12 0,942 0,801 17,603 2,352 12,395 12,447 2,211
13 1,009 0,898 12,361 2,247 9,403 9,496 4,138
14 0,871 0,772 12,824 2,256 9,914 9,986 3,191
15 1,043 0,887 17,587 2,352 11,637 11,694 2,424
Contoh Perhitungan :
Perhitungan pada bagian 6 didapatkan sebagai berikut :
1. Kadar Air Kayu
(𝐵𝐵−𝐵𝐾𝑇)
KA(%) = × 100%
𝐵𝐾𝑇
1,059 − 0,956
• KA (%) = × 100% = 10,774
0,956
10,774
• BB Setara BKT = 2 × (1 + ) = 2,215
100
3. Presentase Ekstraksi
(𝐵−𝐶)
Presentase Ekstraksi (%)= × 100%
𝐴
(10,499−10,453)
• Presentase Eksraksi (%) = × 100% = 2,076
2,215
Keterangan :
KA = Kadar Air
BB = Berat Basah
BKT = Berat Kering Tanur
A = BB setara BKT
B = Berat Vial dan Ekstrak
C = Berat Vial
VI. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil data yang sudah didapatkan pada praktikum
acara ini maka dapat diketahui bahwa sifat kimia kayu merupakan
cerminan dari kondisi zat kimia di dalam kayu. Secara umum sifat kayu
terdiri dari beberapa komponen kimia, yaitu unsur karbohidrat (selulosa
dan hemiselulosa), non-karbohidrat (lignin), unsur endapan (ekstraktif)
dan bahkan zat anorganik. Selain dari kondisi bawaan genetik, sifat kimia
kayu juga dapat bervariasi karena perbedaan dalam laju pertumbuhan,
misalnya kadar ekstraktif atau kadar lignin yang ada pada kayu. Variasi
komponen kimia yang ada pada kayu ini dipengaruhi oleh faktor tempat
tumbuh, iklim, dan letaknya yang berada di dalam batang atau didalam
cabang. Pengetahuan mengenai sifat kimia kayu berperan untuk
mengetahui tingkat keawetan yang ada pada kayu untuk menentukan
pemanfaatan kayu sebagai penghara industri dalam bidang pulp dan kertas,
rayon, papan serat, ataupun papan semen (Putra dkk, 2018). Komponen
yang ada pada kayu ini terbagi atas komponen primer dan komponen
sekunder. Komponen primer ini merupakan komponen yang terkandug did
alam strutktur pada dinding sel seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Sedangkan komponen sekunder merupakan komponen yang terkandung
pada struktur luar sel atau rongga sel seperti zat anorganik dan zat
ekstraktif.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa
penentuan kadar ekstraktif pada kayu dilakukan dengan bantuan alat yang
dinamakan Waterbath dan alat penguap lainnnya seperti kompor dan oven
untuk mendapatkan ekstraksi dari kayu denga yang hasilnya ditentukan
dalam presentase berupa persen.
VIII.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Gurning, B., Evy Vardeenar, dan Harnani Husni. 2017. Analisis Kimia
Jenis kayu Kecing Bunga (Lithocarpus elegans) dann Kayu NipisKulis
(Memecylon garcinioides) Berdasarkan Ketinggian Batang. Jurnal
Hutan Lestari Vol.5(2). 319-329.
Sokanandi, A., Pari G., Setiawan D., dan Saepuloh. 2014. Komponen
Kimia Sepulu Jenis Kayu Kurang Dikenal: Kemungkinan Penggunaan
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan Vol.32(3). 209-220
Yunianti, D., Syahidah, Agussalim, dan Suhasman. 2020. Buku Ajar Ilmu
Kayu. Penerbit Faultas Kehutanan Universitas Hassanuddin.
Makassar.
PENUTUP
KESAN :
Praktikumnya cukup menyenangkan, Cuma terlalu pagi, dan bingung kenapa harus pake jas
lab. Penjelasan Co-Ass juga sangat membantu, apalagi Co-Ass kesayangan alias mba Retno si
baik hati. SSDK jadi salah satu praktikum favorit karena mba Retno baik banget, bikin nyaman
kalo mau nanya atau bingung, karena sangat amat terbuka dan menerima masukkan dari
praktikan. Love u mba Retno banyak-banyak!
PESAN :
Semangat tim Co-Ass, apalagi mba Retno untuk kedepannya, sukses selalu!