Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN RESMI

SIFAT - SIFAT DASAR KAYU

Disusun oleh :

Nama : Syarifah Ikhsani Mutiara Nurshabrina


NIM : 20/462060/KT/09443
Kelompok : 10
Co-Ass : Alif Abdul Aziz

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KAYU


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah diajukan dan telah dipertanggungjawabkan kepada Co-Ass sebagai syarat
dalam mengikuti responsi Praktikum Sifat - Sifat Dasar Kayu, dimana laporan ini telah disahkan
pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 23 November 2021

Yogyakarta, 24 November 2021


Mengetahui, Praktikan
Co-Ass

Alif Abdul Aziz Syarifah Ikhsani Mutiara Nurshabrina


KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Sifat - Sifat Dasar Kayu dengan tepat waktu.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memenuhi persyaratan tugas Mata Kuliah
Praktikum Sifat - Sifat Dasar Kayu di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada pada
Semester 3 ini.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
resmi ini, terutama kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kelancaran, kesehatan dan kekuatan sehingga
penyusunan laporan dapat berjalan dengan lancar.
2. Kepada oran tua dan seluruh anggota keluarga yang telah memberi dukungan ,doa, dan
semangat.
3. Kak Alif Abdul Aziz selaku Co-Ass yang telah membimbing praktikan selama
berlangsungnya praktikum.
4. Teman -teman yang telah membantu selama kegiatan praktikum dan senantiasa
memberikan semangat.
Saya menyadari, laporan resmi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karen aitu, kritik dan
saran yang membangun sangat saya butuhkan sebagai masukan dan koreksi. Akhir kata saya
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi saya sendiri khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Yogyakarta, 23 November 2021

Syarifah Ikhsani Mutiara Nurshabrina


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………....
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….
LAPORAN PRAKTIKUM……………………………………………………………………….
ACARA I PENYIAPAN SAMPEL……………………………………………………………….
ACARA II PENENTUAN KADAR AIR………………………………………………………...
ACARA III PENENTUAN BERAT JENIS……………………………………………………...
ACARA IV PENENTUAN PENYUSUTAN KAYU…………………………………………….
ACARA V PENGUJIAN KETEGUHAN LENGKUNG STATIK KAYU…………………….
ACARA VI PENENTUAN KADAR EKSTRAKTIF LARUT DALAM AIR PANAS……….
PENUTUP………………………………………………………………………………………….
LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT – SIIFAT DASAR KAYU

ACARA I

PENYIAPAN SAMPEL

Disusun oleh :

Nama : Syarifah Ikhsani Mutiara Nurshabrina

NIM : 20/462060/KT/09443

Kelompok :E

Co-Ass : Salwa A dan Alif Abdul A

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KAYU


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA I

PENYIAPAN SAMPEL

I. TUJUAN
1. Memahami proses pembuatan sampel uji Fisika, Mekanika, dan Kimia.
2. Memahami hal – hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan sampel uji
Sifat Fisika, Sifat Mekanika, dan Sifat Kimia.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kayu merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbarui dan tersedia dalam jumlah
yang relatif melimpah khususnya di Indonesia. Dalam pohon kayu da pat tersedia
sepanjang tahun dan oleh pertumbuhannya jumlahnya dapat ditambah atau bertambah
sambal disimpan dalam batang. Kayu terbentuk karena adanya pengolahan makanan
melalui proses fotosintesis. Kayu merupakan hasil dari metabolisme suatu organisme
hidup. Karena pohon berasal dari berbagai spesies pohon, sehingga setiap jenis kayu
mempunyai sifat – sifat anatomi, fisika, mekanika, dan kimia yang berbeda.
Sifat – sifat fisika kayu ditentukan oleh beberapa factor yang melekat :
- Jumlah dari zat dinding sel yang ada pada sepotong kayu
- Jumlah air yang ada pada dinding sel
- Perbandingan komposisi dari komponen primer dinding sel dan jumlah serta sifat
zat ekstraneous yang ada,
- Susunan dan orientasi dari bahan – bahan dinding pada sel – sel dan pada jaringan
– jaringan yang berbeda
- Jenis, ukuran, proporsi (bagian), dan susunan dari sel – sel yang membentuk
jaringan kayu.
Air merupakan unsur alami dari semua bagian pohon hidup. Kayu merupakan zat
yang higroskopis yaitu kayu memiliki afinitas yang tinggi terhadap air dan cairan
polar lainnya baik dalam bentuk cairan maupun dalam bentuk uap. Kadar air kayu
merupakan gambaran mengenai banyaknya air yang terkandung dalam suatu kayu,
dapat dihitumg dengan menggunakan rumus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ(𝐵𝐵) − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑎𝑛𝑢𝑟 (𝐵𝐾𝑇)
𝐾𝐴 (%) = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟(𝐵𝐾𝑇)
Berat jenis merupakan perbandingan dari kerapatan suatu bahan terhadap kerapatan
bahan standard yang ditentukan pada suhu tertentu. Berat jenis kayu ditentukan
berdasar kondisi berat kering tanur dan volume yang diukur pada konsisi yang
meliputi kondisi kering tanur, kadar air dibawah titik jenuh serat dan kadar air basah
di atas titik jenuh serat, dapat dihitung dengan rumus :
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑦𝑢
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 (𝐵𝐽) = 𝑥 100%
𝑉𝑎
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑎𝑛𝑢𝑟
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑦𝑢 = 𝑥 100%
𝑉𝑜
Va : berat benda standar
Vo : Volume kayu (cm 3)
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan sesuai dengan
kemajuan teknologi. Sifat – sifat kayu sangat penting dalam industry pengolahan
kayu sebab dari pengetahuan sifat – sifat kayu dapat memilih jenis kayu yang tepat
dan penggantian penggunaan kayu yang lebih baik, murah serta didapat secara
kontinyu. Sifat mekanika kayu merupakan kemampuan kayu dlam menahan
muatan aatu beban dari luar. Sifat mekanika kayu terdiri dari keteguhan Tarik,
keteguhan tekan atau kompresi, keteguhan geser, keteguhan lengkung (lentur),
kekakuan, keuletan, kekerasan, dan keteguhan belah. Sifat kimia kayu merupakan
sifat kayu mengenai sel serat pada bagian microfibril hingga tingkat molekul. Sifat
kimia kayu mencakup komponen kimia structural terdiri atas zat ekstraktif
dankomponen mineral kayu, serta kaitannya dengan karakteristik, pengolahan dan
penggunnaan kayu (Wasrin Syafii dan Dedep S N, 2017). Sifat kimia kayu penting
dlam pemanfaatan sautau jenis kayu, dalam banyak penggunaan kayu secara
teknologi data kuantitatif tentang komposisi kimia spesies kayu sering diperlukan
dalam sejumlah proses (Fengel dan Wegener, 1984).
III. ALAT DAN BAHAN
Bahan :
Kayu Wadang
Alat :
Sifat Fisika Kayu
1. Disk kayu tebal 8cm
2. Gergaji mesin listrik
3. Penggaris
4. Alat tulis
5. Kertas
Sifat Mekanika Kayu

1. Log kayu 60cm


2. Gergaji mesin
3. Timbangan analitik
4. Penggaris
5. Alat tulis
6. Kertas

Sifat Kimia Kayu

1. Serbuk kayu 40 – 60 mes hasil dari pemotongan kayu pada sifat fisika kayu
IV. CARA KERJA
Penyiapan Sample

Disk kayu diberi


Disk Kayu Wadang Diberi 2 garis lagi
garis tegah sebagai
yang masih segar kanan dan kiri dari
penanda letak
dengan tebal 8cm garis empulur tadi
empulur

Lalu dilakukan Sample yang


pemotongan sesuai digunakan satu sisi
garis tadi saja

Penyiapan sample dengan menggunakan Kayu Wadang, kayu yang digunakan masih
segar atau bari ditebang dan dibagi menjadi beberapa disk dengan ukuran tebal yang
sama yakni 8cm. Disk – disk kayu lalu debungkus dengan menggunakan plastic
sebelum digunakan. Saat akan digunakan plastic baru dibuka. Selanutnya disk diberi
garis pada bagian tengah yakni sebagai penanda empulur, lalu diberi garis lagi seinbang
kanan dan kiri dikarennkan bentuk disk yang tidak sempurna bulat. Kayu selanjutnya
dipotong dengan gergaji mesin sesuai ukuran garis dan sample yang digunakan hanya
satu sisi saja.
Sifat Fisika Kayu
Sample tadi di potong kembali
mengunakan gergaji dengan Sample diberi nomor 1( dekat
Setelah sample didapat ukuran 2x2x2 cm yang akan dengan hati) hingga 4 (dekat
digunakan untuk berat jenis dengan kulit)
dan kadar air

Sample diukur kembali dengan


Diberi garis dari empulur
ukuran 4x2x2 cm untuk
hingga ujung kayu
penyusutan dimensi

Sample uang didapat sebelumnya diberi ukuran 2x2x2 cm untuk uji kadar air dan berat
jenis, kayu tersebut lalau dipotong menggunakan gergaji mesin. Kayu diberi nomor 1
hingga 4 yang artiya nomor 1 yakni dekat dengan hati hingga nomor 4 yakni semakin
dekat dengan kulit kayu. Kayu diukur Kembali dengan ukuran 4x2x2 cm unutk
digunakan pada pengujian penyusutan dimensi, kayu lalu dipotong sesuai ukuran dan
diberi garis dari empulur hingga ujung kayu lalu diberi garis tengah sebagai penanda
empulur pada kayu.
Sifat Mekanika Kayu

Papan kayu diberi garis


Disiapkan papan kayu dengan ukuran 2x2 cm Diberi nomor 1 (dekat Potong kayu
dalam keadaan kering untuk tebalnya dan 30 dengan hati) hingga menggunakan gergaji
udara cm panjangnya ke arah 3(dekat dengan kulita0 mesin
longitudinal

Klik zero supaya nol lalu


Dinyalakan timbangan
timbang kayu dan Lakukan hal yang sama
analitik dan diatur Catat hasil timbangan
ditunggu hingga angka pada kayu satunya
waterpassnya
konstan

Dilakukan pengukuran 2
Diberi tanda pada
kali pada kedua sisi kayu
penampang tangensial Ukur panjang kayu
lalu dicatat sebagai L1
dan bujur dimensinya
dan L2
pada sifat mekanika kayu digunakan papan kayu dengan keadaan kering udara yang
selanjtnya diberi ukuran 30cm panjangnya kea rah longitudinal dan 2x2 cm sebagai
tebalnya. Selanjutnya kayu dipotong dengan menggunakan gergaji mesin sesuai ukuran
yang telah digaris tadi, sebelum itu kayu telah diberi nomor 1 yang berarti dekat dengan
hati hingga nomor 3 yang berarti dekat dengan kulit kayu. Kayu kemudian dipotong
menjadi 2 bagian dengan ukuran sama, lalu ditimbang menggunakan timbangan
analitik yang sudah diatur waterpassnya, setelah itu akan dicatat hasil timbangan pada
kedua kayu tadi. Setelah ditimbang kayu akan diberi tanda penampang tangensial dan
bujur dimensinya serta dilakukan pengukuran keuda sisi kayu dan dicata hasil
pengukuran sebagai L1 dan L2 dan dihitung rata – ratanya. Selanjutnya diukur panjang
kayu.

Sifat Kimia Kayu

Serbuk kayu dari


hasil pemotongan
pada sifat fisika
kayu

Digunakan serbuk
kayu pada ukuran
40 - 60 mess]h

Pada sifat kimia kayu ini digunakan serbuk kayu hasil dari pemotongan kayu dengan
menggunakan gergaji mesin pada sifat fisika kayu tadi, serbuk yang digunakan, yakni
seerbuk yang lolos pada ukuran 40 mesh dan tertahan pada ukuran 60 mesh. Serbuk
yang digunakan merupakan serbuk dari sifat fisika kayu dikarenakan disk kayu yang
digunakan masih segar, sehingga kandungan dalam kayu belum banyak berubah serta
dalam penyimpanan pun, disimpan terlebih dahulu dalam plastic untuk menjada kadar
air dan sifat lainnya pada kayu.
V. HASIL DAN PERHITUNGAN
Sifat Kimia Kayu

VI. PEMBAHASAN
pada praktikum kaliini dilakukan dengan penyiapan sampel, sebelum itu terlebih daulu
akan memilih contoh uji. Pohon yang digunakan sebagai sampel harus dalam keadaan
sehat yakni tidak terserang hama penyakit serta tidak tumbuh pada lahan yang miring.
Kayu merupakan hasil dari metabolisme suatu organisme hidup. Karena pohon berasal
dari berbagai spesies pohon, sehingga setiap jenis kayu mempunyai sifat – sifat
anatomi, fisika, mekanika, dan kimia yang berbeda.
Pemilihan kayu dibutuhkan karena kayu memiliki variabilitas yang tinggi diantara
struktur penyusun kayu yang heterogeny dan cacat – cacat kayu. Sifat mekanik kayu
biasanya menjadi syarat – syarat terpenting bagi pemilihan kayu sebagai bahan
structural misalnya seperti untuk onstruksi bangunan, tiang listrik, kerangka pe rabot
rumah tangga, alat – alat olah raga, dan lain – lain. Dikarenakan sifat mekanika kayu
ini sendiri merupakan kekuatan dan ketahanan perubahan bentuk suatu bahan
sedangkan kekuatan sendiri adalah kemampuan bahan untuk memikul beban atau gaya
yang bekerja pada bahan tersebut. Kayu memiliki kemampuan untuk menahan
perubahan bentuk dan lentur yang terjadi sampai dengan batas proporsi. Semakin besar
beban yang bkerja, semakin tinggi tegangan yang timbul dan semakin besar perubahan
bentuk yang akan terjadi sampai batas proporsi. Batas proporsi adalah bila b eban yang
bekerja dilepaskan, benda akan Kembali pada bentuk asalnya meskipun beban telah
dilepaskan (Naresworo, 2007). Menurut David E. Kretschmann (2010) menyatakan
bahwa “Sifat mekanik kayu paling sering diukur dan diwaliki sebagai “ sifat kekuatan”
untuk desain termasuk modulus pecah pada lentur, tegangan maksimum pada bagian
tekan alel terhadap butir, tegangan tekan tegak luruh terhadap butir dan kuat geser
sejajar butir. Sifat mekanik menggambarkan karakteristik suatu bahan dalam respons
terhadap kekuatan yang diterapkan secara eksternal yang termasuk sifat elastis yang
mengukur ketahanan terhadap deformasi dan distorsi, dan sifat jejuatan, yang
mengukur resistensii ultimit terhadap beban yang diterapkan. Property biasanya
diberikan dala bentuk tegangan(gaya per satuan luas) dan regangan (defromasi per
satuan panjang)”.
Dalam sifat mekanika kayu dikenal istilah MOE dan MOR, telah dijelaskan pada
praktikum bahwa MOE merupakan modulus elastisitas sejajar serat yakni
melambangkan kekuatan lengkung kayu sejajar serat. Sedangkan MOR merupakan
modulus patah ukuran ketahanan contoh uji untuk menahan beban atau gaya luar yang
bekerja sampai maksimal dan cenderung merubah bentuk dan ukuran kayu, dengan
kata lain kekuatan lentur patah merupakan sifat kekuatan kayu dalam menentukan
beban yang dapat dipikul oleh suatu balok atau gelagar (Ross,dkk, 1998). MOE dan
MOR dimanfaatkan Standar Kehutanan Indonesia (SKI) C-bo-010- 1987 sebagai dasar
penentuan kelas mutu kayu konstruksi. Pada sifat mekanik kayu, digunakan log
sepanjang 60cm kemudian kayu dibuat sampel dengan ukuran 2x2x30cm yakni
menggunakan british dikarena sampel yang digunakan kecil.
Sifat fisika kayu menggambarkan karakteristik kuantitatif kayu dan perila kunya
terhadap pengaruh eksternal selain kekuatan yang diterapkan. Termasuk adalah sifat –
sifat seperti kadar air, densitas, stabilitas dimensi, termal dan sifat pirolitik (api), daya
tahan alami dan ketahanan kimia. Keterkaitan anatara sifat – sifat fisik penting karena
sifat – sifat tersebut dapat secar asignifikan mempengaruhi kinerja dan kekuatan kayu
yang digunakan dalam aplikasi struktural. Kadar air kayu merupakan banyaknya air
yang dikandung kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya
(Brown, et al., 1952 dalam Apri Heri I, 2008). Didalam sel, keberadaan air
dikelompokkan menjadi dua yaitu air bebas yang terletak pada rongga, memberikan
pengaruh berat pada kayu serta air terikat yang terletak pada dinding sel dan mikrofoid
yang memberikan pengaruh berat dan dimendi pada kayu. Jumlah air bebas tergantung
porositas dan volume kayu ( Siau, 1971 dalam Apri Heri I, 2008). Kondisi dimana
dinding sel jenuh dengan air sedangkan rongga sel kosong, dinamakan kondisi kadar
air pada titik jenuh serat. Pengaruh perubahan dimensi yang disebabkan karena arbsorsi
atau desorpsi air terkait terjadi pada kondisi kadar air dibawah titik jenuh serat (TJS).
Peristiwa ini dikenal dengan pengembangan dan penyusutan kayu. Penyusutan kayu
selain dipengaruhi oleh kadar air juga dipengaruhi oleh berat jenis kayu (Apri Heri I,
2008). Berat jenis memberikan pengaruh hubungan yang linier positif terhadap
penyusutan kayu, semakin tinggi berat jenis suatu kayu maka penyusutan akan semakin
tinggi (Tsoumis, 1991). Factor – factor yang mempengaruhi berat jenis kayu yaitu umur
pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh. Berat jenis
kayu merupakan salah satu sifat fisik kayu yang penting sehubungan dengan
penggunaannya (Pandit dan Hikmat, 2002). Pada sifat fisika kayu digunakan disk kayu
yang masih segar denagn ukuran tebal 8cm, disk tersebut dipotong menggunakan
gergaji dengan 2 ukuran yakni 2x2x2 cm untuk uji kadar air dan berat jenis dan ukuran
4x2x2 cm untuk penyusutan dimensi.
Sifat kimia kayu dilakukan dengan kadar ekstraktif kayu. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui kekuatan kayu, jika kadar ekstraktif banyak berarti lebih kuat. Ekstraksi
adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan
bantuan pelarut. Ekstraksi juga dapat dikatakan proses pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair sebagai separating
gen, pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen –
komponen dalam campuran. Pada sifat kimia kayu ini digunakan serbuk kayu hasil dari
pemotongan kayu dengan menggunakan gergaji mesin pada sifat fisika kayu tadi,
serbuk yang digunakan, yakni seerbuk yang lolos pada ukuran 40 mesh dan tertahan
pada ukuran 60 mesh. Serbuk yang digunakan merupakan serbuk dari sifat fisika kayu
dikarenakan disk kayu yang digunakan masih segar, sehingga kandungan dalam kayu
belum banyak berubah serta dalam penyimpanan pun, disimpan terlebih dahulu dalam
plastic untuk menjada kadar air dan sifat lainnya pada kayu. Ukuran serbu k digunakan
ukuran normal atau ukuran optimal karena, jika ukuran terlalu besar maka tidak dapat
terekstraksi secara sempurna dan jika terlalu kecil terdapat bagian lain dari kayu ikut
terekstraksi, seperti dindingsel dan bagian alinnya, namun pada uji ini hanya
dibutuhkan zat ekstraksinya saja.

VII. KESIMPULAN
1. Pada praktikum kali ini digunakan Kayu Wadang yang digunakan untuk 3 uji sifat
– sifat dasar pada kayu, yakni sifat fisika, sifat mekanika, dan sifat kimia pada kayu.
Sifat fisika kayu digunakan disk kayu dengan tebal 8cm yang selanjutnya dipotong
dengan mesin gergaji dengan ukuran 2x2x2 cm untuk uji kadar air dan berat jenis
kayu dan ukuran 4x2x2 cm untuk uji penyusutan dimensi, potongan disk diberi
nomor untuk menandakan arah dari hati ke kulit kayu. Pada sifat mekanika kayu
digunakan log kayu sepanjang 60cm yang selanjutnya dipotong dengan gergaji
mesin dengan ukuran 2x2x30cm yang juga diberi nomor dari hati ke kulit. Pada
sifat kimia kayu digunakan serbuk kayu dari hasil pemotongan pada sifat fisika
kayu, serbuk yang digunakan yakni serbuk kayu yang telah lolos pada ukuran 40
mesh dan tertahan pada ukuran 60 mesh.
2. Mulai dari penyiapan sample perlu diperhatikan dalam pemilihan pohon yang akan
digunakan sebagai uji contoh yakni pohon yang digunakan sebagai sampel harus
dalam keadaan sehat yakni tidak terserang hama penyakit serta tidak tumbuh pada
lahan yang miring. Pada praktikum ini diperlukan juga ketelitian dalem pengukuran
kayu agar hasilnya sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, diperlukan juga
ketelitian dalam menentukan arah serat kayu, jika arah serat berbeda maka nilai
penyusutan dimensi akan berbeda.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Wasrin Syafii dan Dedep Sarip N. 2017. Modul Mata Kuliah S1. Kimia Kayu. Divisi
Kimia Hasil Hutan Departen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
Naresworo. 2007. Bahan Kuliah. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Kretschmann, David E. 2010. Mechanical properties of wood. Wood handbook : wood
as an engineering material: chapter 5. Centennial ed.
General technical report FPL ; GTR-190. Madison, WI :
U.S. Dept. of Agriculture, Forest Service, Forest Products
Laboratory, 2010: p. 5.1-5.46.
Ross, R.J., dkk. 1998. Nondestructive of Wood Forest Product. Jurnal 48(1):14-18.
Apri Heri Iswanto. 2008. Sifat Fisis Kayu: Beray Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa
Jenis Kayu. USU.
Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties, Utilization.
Van Nostrand Reinhold. New York.
Pandit, I.K.N dan H. Ramdan. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu sebagai
Bahan Bangunan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor.
Feng, D. and G. Wegener. 1984. Wood: Chemistry, Ultrastructure, Reactions. Walter
de Gruyter. Berlin.
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT - SIFAT DASAR KAYU
ACARA II
KADAR AIR KAYU

Disusun oleh :
Nama : Syarifah Ikhsani Mutiara Nurshabrina
NIM : 20/462060/KT/09443
Shift : Rabu, 19:00 WIB
Co-Ass : Alif Abdul Aziz

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KAYU


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA II
KADAR AIR KAYU
I. TUJUAN
Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan :
1. Mengetahui cara menentukan kadar air kayu pada berbagai macam kondisi kayu
(basah dan kering udara)
2. Mengetahui variasi kadar air kayu dalam pohon.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hutan merupakan sumber daya alam (SDA) yang dapat diperbarui yang terdiri
dari sekumpulan pohon - pohon yang menempati suatu areal yang sangat luas, ,memiliki
iklim mikro dan ciri khas vegetasi yang berbeda dengan diluar kawasan hutan. Menurut
Kailola (2017) hutan memberikan manfaat bagi manusia baik yang dapat dinikmati
secara langsung seperti: kayu, bambu, rotan, enau, madu, obat-obatan, minyak atsiri dll,
serta manfaat secara tidak langsung berupa; mencegah erosi, nilai estika atau keindahan
alam untuk dijadikan objek wisata, menyerap unsur karbon ( CO2 ), mengatur tata air
(H2O) fungsi hidrologi, mencegah banjir dll.
Kayu merupakan elemen utama yang sangat menentukan kualitas produk akhir,
misalnya meubel dan kerajinan kayu yang lain, sehingga kategori sifat fisis kayu, sifat
mekanik kayu, kelas kayu, umur kayu, dan zat yang di kandung kayu merupakan kualitas
kelayakan kayu (Nila dan Sri, 2013; Mpapa 2014). Kayu merupakan salah satu hasil
hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat, kayu banyak dimanfaatkan dengan cara
ditebang atau biasa disebut kayu segar. Menurut Fendi (2016) kayu segar merupakan
kayu yang memiliki kandungan air yang relatif sama saat kayu masih dalam kondisi
berdiri, kandungan air pada kayu segar masih belum banyak berubah. Kayu memiliki
sifat higroskopis, yakni kemampuan kayu dalam menyerap dan melepaskan air atau
kelembapan untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Kadar air merupakan berat air yang terkandung di dalam kayu yang dinyatakan
dalam persen berat kayu tanur (Bowyer dkk, 2003). Kadar air kayu dapat diketahui
dengan menggunakan metode britsh standar, destilasi, dan titrasi. Metode brittish standar
dilakuakn dengan pengovenan pada sampel kayu hingga mendapatkan kadar air yang
konstan, untuk menghilangkan air sehingga kandungan yang hilang merupakan
kandungan air bukan kandungan ekstrak kayu. Metode titrasi merupakan metode
mneghitung perubahan warna pada tetesan keberapa kayu tersebut mengalami perubahan
warna. Metode destilasi merupakan pemanasan sampel hingga air menguap, uap tersebut
nantinya akan dihitung sebagai KA. dari ketiga sampel menurut Franky (2018) metode
destilasi merupakan metode yang lebih akurat, karena menimbang uap air yang keluar
dari sampel tersebut.
Pada kadar air kayu dikenal istilah air terikat dan air bebas. Menurut Ramadani,
dkk (2017) Air mengikat lebih keras karena mengikat lebih erat ke dinding sel, oleh
karena itu air terikat umumnya konstans dari musim ke musim sedangkan air bebas
memiliki kecenderungan untuk berubah. Suhu berpengaruh dalam kelembaban kayu,
karena menyebabkan kayu melepaskan atau menyerap air atau higroskopis kayu.

III. ALAT DAN BAHAN


Pada praktikum kali digunakan beberap alat dan bahan sebagai penunjang
kegiatan praktikum, sebagai berikut :
1. Gergaji mesin
2. Kantong plastik
3. Kaliper
4. Desikator
5. Oven merk Menmert
6. Timbangan analitik digital
7. Alat tulis
8. Bahan yang digunakan yakni Sample kayu ukuran 2x2x2 cm
IV. CARA KERJA
Praktikum kali ini digunakan dengan metode British Standar nomor 373, berikut
cara kerja pada acara kali ini :

Sampel uji dibut dengan kayu ukuran 2x2x2 cm dari disk bagian pangkal, tengah,
dan ujung. Sampel uji selanjutnya direndam selama 72 jam, lalu ditimbang dan dicatat
sebagai berat awal (BB). Sampel uji kemudian dikeringkan hingga mendapat berat yang
konstan yang dicatat sebagai berat kering udara (BKU). Sampel uji yang telah
dikeringkan selanjutnya dikeringkan lagi dalam oven dengan suhu 103±2⁰C. Setelah 12
jam sampel uji dikeluarkan dari oven dan dimasukkan kedalam desikator selama 10
hingga 15 jam untuk kemudian ditimbang beratnya. Lalu dilakukan berulang hinggan
mencapai nilai yang konstan dan dicatat sebagi berat kering tanur (BKT). Nilai kadar air
dihitung untuk mengetahui kadar air dalam keadaan segar dan kering udara dengan
menggunakan rumus :

𝐵𝐵 − 𝐵𝐾𝑇
𝐵𝐾𝑇
x 100%
Keterangan :
BB = Berat awal (g)
BKT = Berat Kering Tanur (g)
V. HASIL DAN PERHITUNGAN
Pada praktikum kali ini didapat hasil dan perhitungan sebagai berikut :
Perhitungan Kadar Air Pada Kondisi Basah
Berat Basah Berat Kering Tanur Kadar Air
Kelompok 8/9/2021 9/2/2021 Berat Basah
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 5.075 3.927 4.786 2.328 2.331 3.278 117.998 68.468 46.004
2 4.793 3.729 4.692 2.26 2.32 3.251 112.080 60.733 44.325
3 5.63 3.639 5.505 2.597 2.423 3.668 116.789 50.186 50.082
4 4.628 5.264 5.026 2.193 2.95 3.482 111.035 78.441 44.342
5 5.872 3.943 4.361 2.663 2.605 3.072 120.503 51.363 41.960
6 5.862 4.024 4.43 2.757 2.285 2.9 112.622 76.105 52.759
7 6.3 4.592 5.812 2.521 2.305 3.862 149.901 99.219 50.492
8 5.004 4.023 4.906 2.355 2.154 3.338 112.484 86.769 46.974
9 5.325 3.958 4.693 2.359 2.243 3.077 125.731 76.460 52.519
10 5.241 3.931 4.616 2.592 2.374 3.393 102.199 65.586 36.045
11 5.228 4.248 4.848 2.341 2.614 3.335 123.323 62.510 45.367
12 5.415 4.108 5.385 2.377 2.426 3.725 127.808 69.332 44.564
13 4.945 4.51 5.047 2.411 2.717 3.375 105.102 65.992 49.541
14 6.245 3.483 4.834 2.82 2.246 3.308 121.454 55.076 46.131
15 5.132 4.326 4.477 2.377 2.422 3.103 115.902 78.613 44.280
16 5.348 4.368 4.968 2.461 2.734 3.455 117.310 59.766 43.792

Contoh Perhitungan :
- KA Basah Sampel 1

𝐵𝐵 − 𝐵𝐾𝑇
= 𝐵𝐾𝑇
x 100%
5.241 − 2.592
= 2.592
x 100%
= 102.199%
- KA Basah Sampel 2
𝐵𝐵 − 𝐵𝐾𝑇
= 𝐵𝐾𝑇
x 100%
3.931 − 2.374
= 2.374
x 100%
= 65.586%
- KA Basah Sampel 3
𝐵𝐵 − 𝐵𝐾𝑇
= 𝐵𝐾𝑇
x 100%
4.616 − 3.393
= 3.393
x 100%
= 36.045%
Perhitungan Kadar Air pada Kondisi Kering Udara

Berat Kering Tanur Kadar Air


Berat Kering Udara
Kelompok
8/25/2021 9/2/2021 Berat Kering Udara
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2.702 2.669 3.777 2.328 2.331 3.278 16.065 14.500 15.223
2 2.783 2.626 3.781 2.26 2.32 3.251 23.142 13.190 16.303
3 3.031 2.804 4.241 2.597 2.423 3.668 16.712 15.724 15.622
4 2.537 3.414 4.013 2.193 2.95 3.482 15.686 15.729 15.250
5 3.096 2.995 3.541 2.663 2.605 3.072 16.260 14.971 15.267
6 3.182 2.618 3.331 2.757 2.285 2.9 15.415 14.573 14.862
7 2.913 2.645 4.466 2.521 2.305 3.862 15.549 14.751 15.640
8 2.737 2.485 3.86 2.355 2.154 3.338 16.221 15.367 15.638
9 2.732 2.589 3.568 2.359 2.243 3.077 15.812 15.426 15.957
10 2.999 2.725 3.912 2.592 2.374 3.393 15.702 14.785 15.296
11 2.172 3.005 3.797 2.341 2.614 3.335 -7.219 14.958 13.853
12 2.739 2.767 4.283 2.377 2.426 3.725 15.229 14.056 14.980
13 2.778 3.13 3.89 2.411 2.717 3.375 15.222 15.201 15.259
14 3.269 2.596 3.831 2.82 2.246 3.308 15.922 15.583 15.810
15 2.763 2.796 3.59 2.377 2.422 3.103 16.239 15.442 15.694
16 2.292 3.125 3.917 2.461 2.734 3.455 -6.867 14.301 13.372
Contoh Perhitungan
- KA Kering Udara Sampel 1
𝐵𝐾𝑈 − 𝐵𝐾𝑇
= 𝐵𝐾𝑇
x 100%
2.999 − 2.592
= 2.592
x 100%
= 15.702%
- KA Kering Udara Sampel 2
𝐵𝐾𝑈 − 𝐵𝐾𝑇
= 𝐵𝐾𝑇
x 100%
2.725 − 2.374
= 2.374
x 100%
= 14.785%
- KA Kering Udara Sampel 3
𝐵𝐾𝑈 − 𝐵𝐾𝑇
= 𝐵𝐾𝑇
x 100%
3.912 − 3.393
= 3.393
x 100%
= 15.296
VI. PEMBAHASAN
Kayu merupakan elemen utama yang sangat menentukan kualitas produk akhir,
muisalnya meubel dan kerajinan kayu yang lain, sehingga kategori sifat fisis kayu, umur
kayu, dan zat yang di kandung kayu merupakan kualitas kelayakan kayu (Nila dan Sri
2013; Mpapa 2014). Kadar air adalah banyaknya jumlah air pada sebatang kayu yang
berkisar anatar 40-200% dan dinyatakan dalam persen dari berat kering tanurnya. Kadar
air kayu mempengaruhi kekuatan dan keawetan pada kayu. Nilai kadar air sangat
berpengaruh nyata terhadap jenis kayu keras dan kayu lunak, hal ini karena pengaruh
pada rongga sel kayu, dimana rongga sel kayu keras lebih kecil dari pada kayu lunak
(Sulistyo dan Marsoem, 1995). Kayu mempunyai variabilitas yang cukup tinggi dalam
satu pohon. Sifat pohon pada bagian pangkal akan berbeda dengan sifat bagian tengah
dan bagan ujungnya, karena alsan tersebut perlu dilakukan pengujian tentang sifat - sifat
kayu baik sifat fisis pada bagian pangkal, bagian tengah, dan bagian ujung kayu. Terlebih
lagi didukung dengan pernyataan bahwa kualitas tapak (tempat tumbuh) merupakan salah
satu faktor penting dalam kualitas kayu (Tsoumis, 1991).
Kayu yang berasal dari bagian pangkal umumnya sudah terbentuk kayu dewasa
(mature wood), yaitu massa kayu yang didominasi oleh kayu akhir dengan sel - sel
penyusunnya memiliki dinding sel yang tebal dan rongga sel yang kecil, sehingga
kerapatannya juga lebih tinggi. Selain itu kayu pada bagian pangkal juga sudah terbentuk
kayu teras yang lebih banyak dibandingkan bagian ujung ( Tsoumis;Bowyer et al,
2007dalam Cahyono, 2018). Hal ini berhubungan pada kadar air kayu karen pada
kerapatan yang tinggi tentu kandungan air rendah seperti pada bagian kayu teras selain
itu pada kayu teras juga memiliki sel - sel yang telah mati. Pada kayu juvenil kadar air
lebih tinggi dibandingkan pada kayu dewasa yang telah disebutkan diatas, disebutkan
kayu dewasa memiliki kerapatan yang tinggi sehingga kadaar air kayunya rendah dan
pada kayu dewasa sel - sel yang tadinya aktif menjadi mati. Kaitannya dengan
lingkungan, tentunya pada lingkungan yang lembab dan basah cenderung kayu akan
menghasil,kan kadar air yang tinggi sama halnya pada layu awal yang terbentuk pada
musim hujan sehingga mempengaruhi besarnya air yang diserap oleh pohon. Lain halnya
pada kayu akhir kandungan air lebih sedikit dikarenakan kayu akhir yang terbentuk pada
saat musim kemarau.
Praktikum kali ini dilakukan dengan mengukur kadar air kayu pada sample kayu
wadang dengan ukuran sampel 2x2x2 cm. Kadar air kayu dihitung pada kadar air kayu
basah dan kadar air kayu kering udara dengan masing - masing menggunakan 3 sampel
sehingga didapatkan nilai kadar air kayu pada data kelompok 10. Pada saat kondisi basah
kadar air kayu pada sampel 1 yang diperoleh yakni 102,199%. Lalu pada sampel 2 dan 3
berturut - turut didapat kadar air 65,586% dan 36,045%. Dari data diketahui kadar air
pada kondisi basah di sampel 1 merupakan yang tertinggi. Lalu pada kondisi kering udara
didapatkan nilai kadar air pada sampel 1, sampel 2, dan sampel 3 berturut - turut adalah
15, 702%, 14, 785%, dan 15, 296%. Dengan nilai kadar air tertinggi terdapat pada sampel
1. Dari keseluruhan dapat diketahui kandungan air pada saat kondisi basah memiliki nilai
kadar air yang tinggi, yang membuktikan penjelasan diatas tadi, bahwa kadar air kayu
pada kondisi basah, lembab dan pada musim hujan akan memiliki kadar air yang tinggi.
Namun kadar air yang terlalu tinggi atau berlebih dapat menyebabkan kayu mudah
berlumut dan lapuk sehingga menurunkan kualitas kayu, selain itu kekuatan kayu pun
lebih rendah karena komponen kayu yang terkena air sehingga mempengaruhi dinding
sel.
VII. KESIMPULAN
Berdasar Praktikum yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. dengan mengukur kadar air kayu pada sample kayu wadang dengan ukuran
sampel 2x2x2 cm. Kadar air kayu dihitung pada kadar air kayu basah dan kadar
air kayu kering udara dengan masing - masing menggunakan 3 sampel. Kadar air
kayu dinyatakan dalam persen. Kadar air ditentukan dengan menggunakan
perbandingan selisih antara berat basah dibagi dengan berat kering tanur denagn
berat kering tanur dikalikan 100%.
2. Didapatkan nilai kadar air kayu pada data kelompok 10 pada saat kondisi basah
kadar air kayu pada sampel 1 yang diperoleh yakni 102,199%. Lalu pada sampel
2 dan 3 berturut - turut didapat kadar air 65,586% dan 36,045%. Dari data
diketahui kadar air pada kondisi basah di sampel 1 merupakan yang tertinggi.
Lalu pada kondisi kering udara didapatkan nilai kadar air pada sampel 1, sampel
2, dan sampel 3 berturut - turut adalah 15, 702%, 14, 785%, dan 15, 296%.
Dengan nilai kadar air tertinggi terdapat pada sampel 1.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Cahyono TD. 2018. Mengupas Sifat Dasar Kayu Sebagai Material Istimewa. Penerbit
Ikatan Dosen RI.
Bowyer JL, Shmulsky R, Haygreen JG, 2007. Forest Product and Wood Science An
Intorduction Fifth Edition. IOWA (US): IOWA State University.
Tsoumis G. 1991. Science and technology of wood. Structure, properties, utilization.
New York, USA: Van Nostrand Reinhold.
Manuhuwa E. 2007. Kadar Air dan Kerapatan Pada Posisi Aksial dan Radial Kayu Sukun
(Arthocarpus communis), Jurnal Agroforestri Vol (2)1: 49-55.
Nila S dan Sri W., 2013. Sistem Pendukung Keputusan Penentu Kualitas Kayu Untuk
Kerajinan Meubel. Jurnal Sarjana Tehnik Informasi. Universitas
Ahmad Dahlan.
Marsoem S.N., 2004. Petunjuk praktikum fisika kayu. Fakultas Kehutanan UGM,
Yogyakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
ACARA III
PENENTUAN BERAT JENIS KAYU

Disusun oleh :

Nama : Syarifah Ikhsani Mutiara Nurshabrina


NIM : 20/462060/KT/09443
Kelompok : 10
Co-Ass : Alif Abdul Aziz

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KAYU


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA III
PENENTUAN BERAT JENIS KAYU

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara III kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara menentukan berat jenis kayu pada berbagai
macam kondis kayu (basah, kering udara, dan kering tanur).
2. Mengetahui variasi berat kayu dalam pohon.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa sifat fisik kayu yang berpengaruh besar terhadap
penggunaan akhir suatu jenis kayu antara lain kadar air, berat jenis, dan
perubahan dimensi (Marsoem, 1996). Kepadatan kayu mempengaruhi sifat
higroskopis, penyusutan, kekuatan, akustik dan sifat listrik serta sifat-sifat
lain yang terkait dengan pengerjaan kayu selanjutnya. (Tsoumis, 1991).
Kayu dipergunakan dalam berbagai kondisi dengan keadaan ragam kadar
air yang berbeda. Kerapatan kayu didefinisikan sebagai perbandingan
berat kayu terhadap volume kayu. Kenaikan kerapatan terjadi pada kondisi
di atas kadar air titik jenuh serat.
Pengukuran kerapatan dilakukan dengan menimbang berat
kayu pada kondisi kering tanur dan mengukur volumenya. Kerapatan kayu
sendiri sangat bervariasi, baik antar jenis maupun dalam setiap jenis itu
sendiri. Berat jenis merupakan perbandingan antara kerapatan suatu benda
yang dalam hal ini kayu dengan kerapatan benda standar yang umumnya
berupa air. Meskipun nilai berat jenis hanya ditentukan berdasarkan berat
kering tanurnya, namun nilai volumenya dapat ditentukan berdasarkan tiga
keadaan yaitu kering tanur, basah (lebih besar atau sama dengan titik jenuh
serat) atau keadaan kadar air antara kering tanur dan basah (Marsoem,
2014). Kayu yang mempunyai berat jenis (BJ) tinggi umumnya lebih lama
dikeringkan daripada kayu yang mempunyai BJ rendah. Hal ini
dikarenakan beragam dan rapatnya susunan sel pada kayu yang memiliki
BJ tinggi sehingga lebih menyulitkan bagi air yang berada di dalam kayu
untuk keluar. Pada kayu yang mempunyai BJ rendah, kayu lebih cepat
mengering dikarenakan susunan kayu yang lebih porous sehingga
memperlancar aliran keluarnya air dalam kayu (Listyanto, 2018).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Oven
2. Statif dan kawat jarum ± 20 cm
3. Bakerglass
4. Desikator
5. Timbangan analitik digital merk Ohause
6. Alat tulis
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah contoh uji kayu
Wadang.

IV. CARA KERJA


Cara kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

Pengukuran berat jenis kayu menggunakan metode British


Standar nomor 373 (1957). Ukuran contoh uji 2x2x2 cm. Pengukuran volume
kayu dilaksanakan dengan dua cara yakni contoh uji dicelupkan ke dalam gelas
ukur berisi air diletakkan di atas timbangan analitik dan pengukuran dimensi
langung. Untuk mempermudah pekerjaan pada metode pertama, maka digunakan
jarum untuk mencelupkan contoh uji ke dalam gelas ukur dan statif untuk
menstabilkan posisi contoh uji saat pencelupan. Pada saat sebelum pencelupan
skala penunjuk pada timbangan dalam posisi nol. Volume kayu dinyatakan
berdasarkan skala penunjuk berat yang tertera pada timbangan setelah pencelupan.
Pengukuran volume ini dilakukan pada contoh uji kondisi basah, kondisi kering
angin, dan pada kondisi kering tanur. Penentuan berat jenis kayu berdasarkan
berat kering tanur dan volume kayu pada kondisi tertentu dihitung dengan rumus.

\
V. HASIL PERHITUNGAN
Hasil perhitungan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Data Awal
Berat Basah Berat Kering Udara Berat Kering Tanur
Kelompok 8/9/2021 8/25/2021 9/2/2021
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 5.075 3.927 4.786 2.702 2.669 3.777 2.328 2.331 3.278
2 4.793 3.729 4.692 2.783 2.626 3.781 2.26 2.32 3.251
3 5.63 3.639 5.505 3.031 2.804 4.241 2.597 2.423 3.668
4 4.628 5.264 5.026 2.537 3.414 4.013 2.193 2.95 3.482
5 5.872 3.943 4.361 3.096 2.995 3.541 2.663 2.605 3.072
6 5.862 4.024 4.43 3.182 2.618 3.331 2.757 2.285 2.9
7 6.3 4.592 5.812 2.913 2.645 4.466 2.521 2.305 3.862
8 5.004 4.023 4.906 2.737 2.485 3.86 2.355 2.154 3.338
9 5.325 3.958 4.693 2.732 2.589 3.568 2.359 2.243 3.077
10 5.241 3.931 4.616 2.999 2.725 3.912 2.592 2.374 3.393
11 5.228 4.248 4.848 2.172 3.005 3.797 2.341 2.614 3.335
12 5.415 4.108 5.385 2.739 2.767 4.283 2.377 2.426 3.725
13 4.945 4.51 5.047 2.778 3.13 3.89 2.411 2.717 3.375
14 6.245 3.483 4.834 3.269 2.596 3.831 2.82 2.246 3.308
15 5.132 4.326 4.477 2.763 2.796 3.59 2.377 2.422 3.103
16 5.348 4.368 4.968 2.292 3.125 3.917 2.461 2.734 3.455

Tabel 3.2 Perhitungan Kerapatan Kondisi Basah, Kering Udara, dan Kering
Tanur pada Sampel 1 , 2 , dan 3
Volume Volume
Volume
Kelom Kering Kering Kerapatan Kerapatan Kerapatan
Basah
pok Udara Tanur Basah Kering Udara Kering Tanur
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
9.3 9.6 9.5 9.0 9.3 9.8 9.0 9.3 8.8 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3
1
47 03 73 57 23 21 30 11 91 49 43 42 57 50 34 58 50 69
9.5 9.3 9.7 9.2 9.3 9.6 8.6 8.3 8.4 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3
2
23 75 31 73 57 87 11 66 40 37 47 34 44 48 36 62 77 85
9.5 9.4 9.5 9.3 9.3 9.4 9.0 9.3 9.1 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.4
3
12 77 18 86 54 91 28 25 39 73 56 85 77 59 86 88 60 01
9.4 9.5 9.5 8.8 9.5 9.5 8.7 9.1 8.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.3 0.3 0.2 0.3 0.4
4
2 75 76 06 74 36 60 20 05 33 08 64 49 08 65 50 23 24
9.6 9.4 9.9 9.5 9.2 9.8 9.1 9.1 9.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3
5
97 94 4 37 3 1 50 81 00 75 74 09 79 82 13 91 84 34
9.4 9.4 9.6 9.2 9.4 9.5 9.1 9.0 9.0 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.3
6
35 57 01 32 02 1 26 52 72 92 42 02 99 43 05 02 52 20
9.7 8.8 9.8 9.3 8.6 9.5 8.8 8.3 9.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.4 0.2 0.2 0.4
7
33 82 7 58 72 56 53 74 13 59 60 91 69 66 04 85 75 19
8.5 9.5 9.7 8.4 9.3 9.5 8.2 8.9 9.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3
8
47 95 22 7 57 2 47 53 33 76 24 43 78 30 51 86 41 62
9.2 9.8 9.7 8.7 9.8 9.7 8.6 9.6 9.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3
9
46 66 68 93 56 33 59 11 89 55 27 15 68 28 16 72 33 31
9.9 9.5 9.4 9.5 9.4 9.2 9.3 9.3 8.9 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3
10
21 89 67 32 31 07 32 77 37 61 48 58 72 52 69 78 53 80
9.8 9.8 9.9 9.7 9.6 9.6 9.6 9.4 9.5 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3
11
41 05 15 13 97 79 58 42 23 38 67 36 41 70 45 42 77 50
9.6 9.8 9.4 9.2 9.5 9.4 8.9 9.2 9.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.4
12
53 43 22 45 66 09 73 07 73 46 46 95 57 54 96 65 63 02
9.1 9.8 8.6 9.4 9.3 8.5 9.2 9.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3
13 9.5
19 73 77 83 47 60 70 54 64 86 42 78 87 61 82 93 65
10. 10.
9.8 9.4 9.6 9.3 9.1 9.4 9.3
14 67 16 0.2 0.2 0.3 0.3 0.2 0.3 0.3 0.2 0.3
06 02 18 2 00 10 19
3 6 88 10 25 00 34 55 10 39 55
9.6 9.6 8.8 9.4 9.5 8.6 9.3 9.5 8.5 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3
15
88 15 89 27 81 6 22 05 63 45 52 49 52 53 58 55 55 62
9.6 9.6 9.6 9.5 9.5 9.6 9.1 9.4 9.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3 0.2 0.2 0.3
16
62 27 68 36 04 41 78 75 89 55 84 57 58 88 58 68 89 72

Tabel 3.3 Perhitungan Berat Jenis Kondisi Basah, Kering Udara, dan Kering
Tanur pada Sampel 1 , 2 , dan 3
BJ Basah BJ Kering Udara BJ Kering Tanur
Kelompok
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 0.249 0.243 0.342 0.257 0.250 0.334 0.258 0.250 0.369
2 0.237 0.247 0.334 0.244 0.248 0.336 0.262 0.277 0.385
3 0.273 0.256 0.385 0.277 0.259 0.386 0.288 0.260 0.401
4 0.233 0.308 0.364 0.249 0.308 0.365 0.250 0.323 0.424
5 0.275 0.274 0.309 0.279 0.282 0.313 0.291 0.284 0.334
6 0.292 0.242 0.302 0.299 0.243 0.305 0.302 0.252 0.320
7 0.259 0.260 0.391 0.269 0.266 0.404 0.285 0.275 0.419
8 0.276 0.224 0.343 0.278 0.230 0.351 0.286 0.241 0.362
9 0.255 0.227 0.315 0.268 0.228 0.316 0.272 0.233 0.331
10 0.261 0.248 0.358 0.272 0.252 0.369 0.278 0.253 0.380
11 0.238 0.267 0.336 0.241 0.270 0.345 0.242 0.277 0.350
12 0.246 0.246 0.395 0.257 0.254 0.396 0.265 0.263 0.402
13 0.264 0.286 0.342 0.278 0.287 0.361 0.282 0.293 0.365
14 0.288 0.210 0.325 0.300 0.234 0.355 0.310 0.239 0.355
15 0.245 0.252 0.349 0.252 0.253 0.358 0.255 0.255 0.362
16 0.255 0.284 0.357 0.258 0.288 0.358 0.268 0.289 0.372

Contoh Perhitungan :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟
1. Kerapatan = 3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑐𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 2.592


- Kerapatan Volume Basah 1 = 3 = 9.921
= 0.261
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑐𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 2.374


- Kerapatan Volume Basah 2 = 3 = 9.589
= 0.248
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑐𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 3.393


- Kerapatan Volume Basah 3 = 3 = 9.967
= 0.358
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑐𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 3.393


- Kerapatan Volume Kering Udara 1 = 3 = 9.532
= 0.271
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑐𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 3.393


- Kerapatan Volume Kering Udara 2 = 3 = 9.431
= 0.252
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑐𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 3.393


- Kerapatan Volume Kering Udara 3 = 3 = 9.207
= 0.369
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑐𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 3.393


- Kerapatan Volume Kering Tanur 1 = 3 = 9.332
= 0.278
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑐𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 3.393


- Kerapatan Volume Kering Tanur 2 = 3 = 9.377
= 0.253
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑐𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 3.393


- Kerapatan Volume Kering Tanur 3 = 3 = 8.937
= 0.380
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 𝑐𝑚

𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
2. Berat Jenis = 1
x 100%
0.261
- BJ Basah 1 = 1
x 100% = 0.261
0.248
- BJ Basah 2 = 1
x 100% = 0.248
0.358
- BJ Basah 3 = 1
x 100% = 0.358
0.271
- BJ Kering Udara 1 = 1
x 100% = 0.271
0.252
- BJ Kering Udara 2 = 1
x 100% = 0.252
0.369
- BJ Kering Udara 3 = 1
x 100% = 0.369
0.278
- BJ Kering Tanur 1 = 1
x 100% = 0.278
0.253
- BJ Kering Tanur 2 = 1
x 100% = 0. 253
0.380
- BJ Kering Tanur 3 = 1
x 100% = 0.380
VI. PEMBAHASAN
Berat jenis sangat bergantung pada besarnya sel, tebal dinding sel dan
hubungan antara jumlah sel yang beragam dipandang dari besarnya sel dan
tebal dinding sel (Supriadi, 2018). Berat jenis dinyatakan sebagai
pembanding antara kerapatan suatu kayu dengan kerapatan benda standar
pada volume yang sama. Benda standar yang digunakan disini adalah air.
Dalam praktikum ini pengukuran berat jenis kayu berdasarkan volume
segar, volume kering udara dan volume kering tanur. (Manuhuwa, 2007).
Perubahan berat jenis sepanjang batang kayu jarum memperlihatkan
kecenderungan yang umum dalam kayu yaitu menurun dari pangkal
sampai ke puncak pohon, sedangkan pada kayu keras variabilitas aksialnya
sulit digambarkan. Kayu muda atau juvenile diklasifikasikan sebagai
bagian kayu yang terdapat di sekeliling empulur, dibentuk pada waktu
pertumbuhan primer sehingga sel – selnya belum dewasa dan tidak
mengalami pertumbuhan sekunder, mempunyai serat yang pendek. Secara
teoritis, kayu juvenil mempunyai karakteristik sifat fisik, termasuk berat
jenis, yang berbeda dengan kayu dewasa. Kayu juvenil memiliki
karakteristik yang inferior seperti serat yang lebih pendek, sudut
mikrofibril yang lebih tinggi, kerapatan yang lebih rendah dan sudut serat
yang tingi, serta berat jenis yang cukup tinggi begitu sebaliknya terhadap
kayu dewasa (Marsoem, 2014).

Persamaan dari berat jenis dan kerapatan adalah pada kondisi tertentu
(kering tanur) berat jenis dan kerapatan memiliki nilai yang sama. Berat
jenis dan kerapatan kayu berkisar 0,2 (pada kayu balsa) sampai dengan
1,28 ( pada kayu nani) (Yunianti, 2019). Berat jenis berkaitan dengan
kadar air, dimana kayu dengan kadar air besar umumnya memiliki berat
jenis yang lebih rendah (Kasmujo, 2010). Variasi berat jenis diantara
pohon pada jenis yang sama dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
(seperti tanah, iklim, dan tempat tumbuh) dan keturunan. Semakin tinggi
berat jenis dan kerapatan kayu, maka semakin banyak kandungan zat kayu
pada dinding sel yang berarti semakin tebal dinding sel. Berat jenis yang
kecil menyebabkan kayu banyak digunakan di berbagai bidang terutama
konstruksi bidang
Pada praktikum diperoleh nilai berat jenis pada kondisi basah, kondisi
kering udara, dan kondisi kering tanur pada ketiga sampel, yaitu berat jenis
basah pada sampel 1 hingga 3 secara berturut-turut adalah 0,261, 0,248,
dan 0,358. Berat jenis kering udara diperoleh nilai sebesar 0,272, 0,252,
dan 0,369. Nilai berat jenis pada kondisi kering tanur pada sampel 1
hingga 3 secara berurutan adalah 0,278, 0,253, dan 0,280. Dari hasil yang
dapat diketahui bahwa berat jenis pada sampel kayu wadang termasuk ke
dalam golongan berat jenis yang ringan. seperti yang dikatakan oleh Pandit
dan Hikmat (2002) bahwa kayu termasuk ke dalam berat ringan apabila BJ
kayu < 0,3, termasuk ke dalam kategori berat sedang apabila BJ kayu 0,46
– 0,56, dan termasuk ke dalam kategori kayu dengan berat berat apabila BJ
kayu ini >0,56.

VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Berat jenis kayu ditentukan dengan menggunakan perbandingan
kerapatan kayu pada kondisi basah, kering udara dan kering tanur
dengan volume berat benda standar (air pada suhu 4°C).
2. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil berat jenis basah pada
sampel 1 hingga 3 secara berturut-turut adalah 0,261, 0,248, dan 0,358.
Berat jenis kering udara diperoleh nilai sebesar 0,272, 0,252, dan 0,369.
Nilai berat jenis pada kondisi kering tanur pada sampel 1 hingga 3
secara berurutan adalah 0,278, 0,253, dan 0,280.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Kasmudjo. 2010. Teknologi Hasil Hutan. Cakrawala Media. Yogyakarta.

Listyanto, Tomy. 2018. Teknologi Pengeringan Kayu dan Aplikasinya di


Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Manuhuwa E., 2007. Kadar Air Dan Berat Jenis Pada Posisi Aksial Dan
Radial Kayu Sukun (Arthocarpus Communis, J.R
Dan G.Frest). Jurnal Agroforestri 2(1):49—55

Marsoem S.N., 1996. Petunjuk Praktikum Fisika Kayu. Fakultas


Kehutanan UGM, Yogyakarta (Tidak
Dipublikasikan).

Marsoem, Sri Nugroho, Vendy Eko Prasetyo, Joko Sulistyo, dkk. 2014.
Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat Gunungkidul
II Pengukuran Tegangan Pertumbuhan. Jurnal Ilmu
Kehutanan. Vol. 8 No. 1

Pandit, I. K. N., dan H. Ramdan. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat


Kayu

Sebagai Bahan Bangunan. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Supriadi, Achmad, dan Abdurachman. 2018. Sifat pemesinan lima jenis


kayu asal buruk. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol.
36(2).

Tsoumis, G. 1991. Science and Technology Wood. Structure, Properties,


Utilization. Van Vostrand Reinhold Inc. USA.

Yunianti, Andi Detti, Syahidah, Agussalim, dkk. 2019. Buku Ajar Ilmu
Kayu. Makassar : Fakultas Kehutanan Universitas
Hasanuddin
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
ACARA IV
PENENTUAN PENYUSUTAN KAYU

Disusun oleh :

Nama : Syarifah Ikhsani Mutiara Nurshabrina


NIM : 20/462060/KT/09443
Kelompok : 10
Co-Ass : Alif Abdul Aziz

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KAYU


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA IV

PENUTUPAN PENYUSUTAN KAYU

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara IV kali ini adalah seabagai berikut:
1. Mengetahui cara mengukur penyusutan kayu
2. Mengetahui penyusutan kayu pada 3 arah berbeda
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Syahidah, dkk (2007) kayu merupakan material yang dimensinya tidak
stabil, karena volume kayu dipengaruhi oleh kadar air kayu. Kayu merupakan
elemen yang sangat menentukan dalam kualitas produk akhir. misalnya mebel,
kerajinan kayu, dan lain-lain, sehingga kategori sifat fisik kayu, sifat mekanika
kayu, kelas kayu, umur kayu, dan zat yang di kandung kayu merupakan kualitas
kelayakan kayu (Mpapa & Lamusu, 2014). Sifat – sifat kayu adalah sifat – sifat
yang dimiliki oleh suatu kayu dihasilkan dari proses pertumbuhan. Kayu memiliki
sifat yang tidak dapat , salah satu fitur dan nilai yang paling terlihat terkait dengan
keberlanjutan penggunaan kayu ada;ah bahwa kayu dapat diperbarui di mana
ketersediaan dan tren keberlanjutan menandingi bahan lain dalam memenuhi
berbagai kebutuhan hidup manusia. Salah satu fitur dan nilai yang paling terlihat
terkait dengan keberlanjutan penggunaan kayu adalah bahwa kayu dapat
diperbarui di mana ketersediaan dan tren keberlanjutannya dapat dikontrol dan
dikendalikan melalui beberapa aplikasi dan aktivitas pengelolaan (Hoadley, 1990).
Proses pertumbuhan kayu menjadikan sifat – sifat kayu yang beraneka ragam,
faktor yang mempengaruhi antara lain lokasi atau habitat asal kayu tersebut
tumbuh, kondisi batang saat pohon tumbuh, kecepatan pertumbuhan pohon,
pengaruh lingkungan, dan adanya strategi dalam perlakuan silvikultur.
Sifat fisik kayu bersifat spesifik karena peranan faktor dalam dari struktur kayu
sangat menentukan kualitas kayu. Selain itu, peran lingkungan tempat kayu
tersebut tumbuh juga dapat memengaruhi kualitas kayu. Kelembaban kayu sangat
dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara pada suatu tempat. Makin lembab
udara di sekitarnya akan semakin tinggi pula kelembabannya samoai
keseimbangan dengan lingkungannya. Dengan masuknya air ke dalam kayu maka
berat kayu akan bertambah. Masuk dan keluarnya air dari kayu akan
menyebabkan kayu basah atau kering. Akibatnya kayu itu akan mengembang atau
menyusut (Dumanauw, 2003). Penyusutan kayu dan pengembangan adalah suatu
proses yang benar – benar terbalikkan dalam potongan – poyongan kecil kayu
bebas tegangan. Penyusutan kayu terjadi saat molekul – molekul air terikat
melepaskan diri dari antara molekul – molekul selulosa berantai panjang dan
molekul – molekul hemiselulosa. Molekul – molekul ini kemudian dapat bergerak
saling mendekat. Rasio penyusutan yang besar menyebabkan kayu lebih mudah
pecah, berubah bentuk dan cacat.
Penyusutan yang diukur meliputi penyusutan arah radial, transversal dan
tangensial. Dimensi tiga potong kayu diukur dan diberi tanda untuk pengukuran
selanjutnya di lokasi yang sama. Salah satu cara untuk menstabilkan dimensi kayu
adalah dengan menutup pori-pori yang ada di permukaan kayu dengan bahan
stabilisator. Perlakuan untuk meningkatkan stabilitas dimensi haruslah mudah dan
memperhatikan dampak lingkungan (Endo, et. al, 2008). Penyusutan dan
pengembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor : kelembaban, kepadatan,
struktur anatomi, ekstrak, komposisi kimia dan kekuatan kayu. Berbeda dengan
peningkatan densitas atau penyusutan yang lebih rendah untuk mengurangi
kandungan lignin, peningkatan kandungan ekstrak akan mengurangi perubahan
dimensi. Faktor lain yang mempengaruhi termasuk tempat tumbuh, iklim, lokasi
geografis dan spesies itu sendiri (Uar, 2020). Untuk menghitung rasio penyusutan
T/R adalah dengan membandingkan antara penyusutan tangensial terhadap
penyusutan radial. Jika nilai yang diperoleh berkisar antara 1,0–1,5, maka nilai
tersebut termasuk katagori baik dan jika nilainya antara >1,5–2.0 termasuk
kategori kurang baik dan lebih dari 2,0 termasuk tidak baik (Basri dkk, 2000).
Penentuan penyusutan kayu ini dilakukan menggunakan metode British Standar
nomor 373. Kemudian perubahan dimensi nilainya ditentukan dengan
menggunakan rumus :
𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
Penyusutan = 𝐷𝑠
× 100%

Keterangan :
Ds : Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan basah (cm)
Du : Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan kering udara (cm)
Dk : Dimensi contoh uji pada tiga arah utama dalam keadaan kering tanur (cm)
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan yaitu:
1. Oven
2. Alat tulis
3. Kaliper
4. Timbangan analitik
5. Desikator
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu contoh uji kayu berukuran 2
x 2 x 4 cm.
IV. CARA KERJA

Langkah pertama dalam praktikum kali ini adalah menyiapkan contoh uji
berukuran 2x2x2x4 cm. penyusutan diukur dengan metode British Standar 373
tahun 1957, dengan mengukur dimensi contoh uji pada tiga arah utama pada kayu
(longitudinal, tangensial, dan radial) pada kondisi basah, kering udara, dan kering
tanur untuk itu sebelumnya contoh uji telah diberi garis sebagai tanda pada ketiga
arah utama. Penyusutan diukur dari keadaan basah tebang ke keadaan kering
udara dan kering tanur. Contoh uji yang masih dalam keaadaan basah ditimbang
beratnya dengan timbangan analitik dan ukuran dimensinya (Ds) pada tiga arah
utamanya. Kemudian contoh uji dikering udarakan dan selanjutya ditimbang
beratnya sampai konstan dan diukur dimensinya (Du). Setelah kering udara yang
kedua kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu ±103 derajat celcius hingga
beratnya konstan (BKT), kemudian ditimbang dan diukur dimensinya kembali
(Dk). Nilai perubahan dimensi ditentukan dengan menggunakan rumus.
V. HASIL PERHITUNGAN
Tabel 4.1 Data Awal Dimensi Basah

Dimensi Basah
Kelompo
1 2 3
k
R L T R L T R L T
1 2.129 4.454 2.066 2.12 4.33 2.149 2.144 4.324 2.16
2 2.101 4.114 2.186 2.125 4.086 2.171 2.149 4.082 2.193
3 2.135 4.267 2.149 2.146 4.343 2.209 2.154 4.359 2.131
4 2.07 4.11 2.14 2.15 4.43 2.18 2.1 4.11 2.12
5 2.14 4.37 2.15 2.159 4.251 2.14 2.144 4.337 2.179
6 2.128 4.433 2.124 2.158 4.4314 2.125 2.139 4.208 2.179
7 2.152 4.445 2.139 2.132 4.427 2.127 2.16 4.538 2.624
8 2.095 4.408 2.099 2.145 4.339 2.165 2.097 4.232 2.248
9 2.106 4.441 2.141 2.14 4.103 2.164 2.145 4.451 2.172
10 2.145 4.309 2.205 2.157 4.354 2.134 2.146 4.393 2.166
11 2.142 4.507 2.154 2.147 4.464 2.163 2.151 4.453 2.136
12 2.163 4.421 2.115 2.208 4.419 2.147 2.132 4.316 2.113
13 2.14 4.39 2.17 2.15 4.49 2.06 2.12 4.35 2.08
14 2.1 4.338 2.131 2.149 4.425 2.186 2.145 4.306 2.208
15 2.145 4.476 2.135 2.094 4.1 2.118 2.145 4.461 2.161
16 2.12 4.35 2.13 2.139 4.231 2.12 2.124 4.317 2.159

Tabel 4.2 Data Penyusutan Volume

Penyusutan
Volume Penyusutan (%) Total (%)
Kel
Basah - Kering
omp
Kering Kering Udara - Basah -
ok
Basah Udara Kering Tanur Udara Kering Tanur Kering Tanur
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
19. 19. 20. 17. 19. 19. 16. 17. 18. 10. 3.3 2.5 6.6 6.2 7.7 16. 9.4 10.
1
591 727 025 472 059 509 319 869 001 814 88 77 02 44 29 702 21 106
18. 18. 19. 18. 17. 17. 16. 15. 16. 4.5 7.3 6.6 11. 8.5 8.9 15. 15. 15.
2
895 850 237 028 472 966 028 976 350 88 12 09 093 62 95 172 248 010
19. 20. 20. 17. 19. 19. 16. 18. 17. 8.7 5.7 3.7 7.2 6.9 8.3 15. 12. 11.
3
577 588 009 866 415 253 563 069 648 40 00 77 97 32 38 399 237 800
18. 20. 18. 16. 19. 16. 15. 17. 15. 7.2 7.4 7.2 5.7 7.2 8.2 12. 14. 14.
4
206 763 298 894 219 978 914 831 585 09 37 12 99 24 08 589 123 828
20. 19. 20. 19. 18. 18. 18. 17. 16. 2.0 6.0 7.7 6.6 6.9 9.7 8.5 12. 16.
5
106 641 261 686 452 687 386 178 872 90 51 70 03 06 10 55 539 726
20. 20. 19. 18. 18. 18. 17. 16. 17. 6.2 7.0 5.9 7.1 10. 7.8 12. 16. 13.
6
037 321 613 786 898 447 438 970 008 42 05 45 76 200 00 970 490 281
20. 20. 25. 19. 19. 22. 17. 17. 20. 6.6 5.0 14. 6.9 7.2 8.2 13. 11. 21.
7
461 075 721 103 057 074 772 668 244 38 75 177 66 88 89 142 993 291
19. 20. 19. 17. 18. 18. 16. 17. 16. 7.6 7.4 6.7 9.4 7.8 9.5 16. 14. 15.
8
384 150 950 900 641 608 210 179 825 54 86 27 42 47 84 373 746 666
20. 19. 20. 18. 17. 19. 16. 16. 18. 8.5 6.2 6.3 9.6 7.5 6.2 17. 13. 12.
9
024 001 737 305 814 413 537 467 201 87 46 84 58 61 44 416 334 229
20. 20. 20. 19. 18. 18. 17. 17. 17. 6.3 5.6 7.0 9.3 8.2 6.5 15. 13. 13.
10
380 042 420 093 903 972 311 343 732 15 83 91 33 51 32 059 465 160
20. 20. 20. 19. 19. 18. 17. 17. 18. 5.7 8.0 7.7 10. 8.4 3.9 15. 15. 11.
11
795 731 459 605 063 882 529 450 145 22 44 13 589 65 00 704 827 312
20. 20. 19. 19. 19. 18. 17. 18. 17. 4.4 7.3 3.6 7.5 7.0 7.6 11. 13. 11.
12
225 949 443 316 408 737 857 036 299 93 54 34 52 69 72 706 903 028
20. 19. 19. 19. 18. 17. 17. 17. 15. 5.2 6.7 9.2 7.3 6.0 11. 12. 12. 19.
13
386 886 182 315 539 400 895 410 420 55 73 89 51 91 381 219 451 612
19. 20. 20. 18. 19. 19. 16. 17. 17. 6.2 6.7 6.7 8.4 7.5 8.8 14. 13. 14.
14
413 787 394 199 379 008 654 918 335 53 74 93 89 42 02 212 805 997
20. 18. 20. 19. 17. 19. 18. 15. 17. 3.2 5.0 6.1 8.8 9.3 11. 11. 13. 17.
15
498 184 678 823 269 408 067 655 089 91 34 44 60 42 945 860 906 356
19. 19. 19. 19. 18. 18. 17. 16. 16. 2.1 6.1 7.8 6.6 6.9 9.8 8.6 12. 16.
16
643 186 797 229 015 245 947 759 456 09 06 39 63 70 03 32 651 873

Tabel 4.3 Data Penyusutan Volume Arah Radial

Dimensi
Dimensi Dimensi
Kering Penyusutan
Basah Kering Tanur
Kel Udara Penyusutan (%) Total (%)
omp Basah - Kering
Basah -
ok R R R Kering Udara -
Kering Tanur
Udara Kering Tanur
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.1 2.0 2.0 2.0 1.8 1.8 0.6 2.4 2.2 2.3 4.2 4.0 3.0
1
29 20 44 90 81 30 38 35 79 32 40 53 88 10 94 74 09 32
2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.1 2.0 2.0 2.0 1.4 2.1 2.2 3.3 3.8 3.6 4.8 5.8 5.8
2
01 25 49 70 80 00 00 00 24 75 18 80 82 46 19 07 82 17
2.1 2.1 2.1 2.0 2.1 2.1 1.9 2.0 2.0 5.3 2.1 2.2 1.3 4.3 3.8 6.6 6.4 6.0
3
35 46 54 21 00 05 93 08 23 40 44 75 85 81 95 51 31 82
2.0 2.1 2.1 2.0 2.1 2.0 1.9 2.0 2.0 2.8 2.3 2.3 1.4 2.3 2.4 4.3 4.6 4.7
4
70 50 00 10 00 50 80 50 00 99 26 81 93 81 39 48 51 62
2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 1.4 2.5 1.3 2.9 3.6 2.2 4.2 6.0 3.5
5
40 59 44 10 05 15 48 29 67 02 01 53 38 10 70 99 21 91
2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 1.4 3.1 2.2 3.3 2.7 2.2 4.6 5.7 4.4
6
28 58 39 98 90 90 28 33 44 10 51 91 37 27 01 99 92 41
2.1 2.1 2.1 2.1 2.0 2.1 2.0 2.0 2.0 1.3 1.8 2.4 3.7 4.0 3.8 5.0 5.8 6.2
7
52 32 60 22 92 07 43 07 26 94 76 54 23 63 44 65 63 04
2.0 2.1 2.0 2.0 2.0 2.0 1.9 2.0 1.9 3.3 2.3 2.3 2.2 3.1 2.9 5.4 5.4 5.2
8
95 45 97 25 95 47 80 28 87 41 31 84 22 98 31 89 55 46
2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.1 2.0 2.0 2.0 1.8 2.1 2.0 3.0 3.3 2.1 4.8 5.4 4.2
9
06 40 45 66 94 00 03 23 54 99 50 98 49 91 90 91 67 42
2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 1.8 2.3 1.8 4.5 3.6 2.3 6.2 5.8 4.1
10
45 57 46 05 07 06 10 31 57 65 18 64 13 07 27 94 41 47
2.1 2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 1.9 2.0 2.0 1.8 3.5 2.7 5.6 3.3 1.5 7.4 6.8 4.2
11
42 47 51 02 70 92 83 01 59 67 86 43 61 33 77 23 00 77
2.1 2.2 2.1 2.1 2.1 2.1 2.0 2.1 2.0 1.0 2.8 1.2 3.5 1.7 3.9 4.5 4.5 5.1
12
63 08 32 40 45 05 64 08 22 63 53 66 51 25 43 77 29 59
2.1 2.1 2.1 2.0 2.1 2.0 2.0 2.0 1.8 1.9 2.3 5.6 2.5 2.6 6.1 4.4 4.8 11.
13
40 50 20 99 00 00 45 45 78 16 26 60 73 19 00 39 84 415
2.1 2.1 2.1 2.0 2.1 2.0 2.0 2.0 2.0 0.9 1.8 2.1 3.7 3.7 3.6 4.6 5.5 5.7
14
00 49 45 80 09 99 02 30 22 52 61 45 50 46 68 67 37 34
2.1 2.0 2.1 2.1 2.0 2.1 2.0 1.9 1.9 0.6 3.5 2.0 2.6 3.3 4.8 3.3 6.7 6.8
15
45 94 45 30 20 00 73 53 99 99 34 98 76 17 10 57 34 07
2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 1.4 2.5 1.3 2.9 3.6 2.2 4.3 6.0 3.6
16
20 39 24 90 85 95 28 09 47 15 25 65 67 45 91 40 78 25

Tabel 4.4 Data Penyusutan Volume Arah Lonngitudinal

Dimensi
Dimensi Dimensi
Kering Penyusutan
Basah Kering Tanur
Kel Udara Penyusutan (%) Total (%)
omp Basah - Kering
Basah -
ok L L L Kering Udara -
Kering Tanur
Udara Kering Tanur
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
4.4 4.3 4.3 4.4 4.3 4.3 4.3 4.3 4.2 1.2 0.2 0.5 1.3 0.4 0.4 2.5 0.6 1.0
1
54 30 24 00 20 00 40 00 80 12 31 55 64 63 65 59 93 18
4.1 4.0 4.0 4.1 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 0.0 0.7 0.2 2.5 1.3 0.8 2.6 2.1 1.1
2
14 86 82 10 56 72 05 00 37 97 34 45 55 81 60 49 05 02
4.2 4.3 4.3 4.1 4.3 4.3 4.1 4.2 4.3 2.2 0.9 0.3 1.4 0.2 0.8 3.7 1.2 1.1
3
67 43 59 70 00 45 08 89 10 73 90 21 87 56 06 26 43 24
4.1 4.4 4.1 4.1 4.4 4.1 4.0 4.3 4.0 0.2 0.6 0.2 0.4 1.1 0.3 0.7 1.8 0.6
4
10 30 10 00 00 00 80 49 84 43 77 43 88 59 90 30 28 33
4.3 4.2 4.3 4.3 4.2 4.3 4.3 4.2 4.3 0.0 0.1 0.6 0.3 0.3 0.1 0.3 0.4 0.7
5
70 51 37 70 45 10 56 31 03 00 41 23 20 30 62 20 70 84
4.4 4.4 4.2 4.4 4.4 4.1 4.3 4.3 4.1 0.2 0.7 0.2 0.8 2.1 1.2 1.0 2.8 1.4
6
33 31 08 24 00 97 87 05 46 03 09 61 36 59 15 38 52 73
4.4 4.4 4.5 4.4 4.4 4.5 4.4 4.3 4.4 0.6 0.4 0.6 0.1 0.5 0.2 0.8 0.9 0.9
7
45 27 38 15 07 08 09 84 97 75 52 61 36 22 44 10 71 03
4.4 4.3 4.2 4.4 4.3 4.2 4.3 4.2 4.2 0.1 0.6 0.0 0.5 0.4 0.2 0.6 1.1 0.2
8
08 39 32 00 09 32 78 89 21 81 91 00 00 64 60 81 52 60
4.4 4.1 4.4 4.3 4.0 4.4 4.3 4.0 4.4 2.2 0.3 0.6 0.9 0.4 0.4 3.1 0.8 1.1
9
41 03 51 41 90 21 00 70 02 52 17 74 44 89 30 75 04 01
4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 0.0 0.4 0.4 0.1 0.6 0.3 0.1 1.1 0.8
10
09 54 93 09 34 73 02 04 56 00 59 55 62 92 89 62 48 42
4.5 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 0.2 0.0 0.4 1.9 0.1 0.2 2.1 0.1 0.6
11
07 64 53 97 64 33 11 56 24 22 00 49 12 79 03 30 79 51
4.4 4.4 4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 4.2 1.6 1.5 0.3 0.8 1.0 0.4 2.4 2.5 0.7
12
21 19 16 50 50 00 13 06 82 06 61 71 51 11 19 43 57 88
4.3 4.4 4.3 4.3 4.4 4.3 4.2 4.4 4.3 2.0 0.4 0.0 0.0 0.3 0.5 2.0 0.7 0.5
13
90 90 50 00 70 50 98 55 26 50 45 00 47 36 52 96 80 52
4.3 4.4 4.3 4.3 4.4 4.2 4.2 4.4 4.2 0.6 0.4 0.2 0.4 0.1 0.4 1.1 0.5 0.6
14
38 25 06 08 05 96 88 00 76 92 52 32 64 14 66 53 65 97
4.4 4.1 4.4 4.3 4.1 4.3 4.3 4.0 4.3 1.9 -0. 1.8 1.5 2.5 0.8 3.4 2.3 2.6
15
76 00 61 90 10 80 21 04 44 21 244 16 72 79 22 63 41 23
4.3 4.2 4.3 4.3 4.2 4.2 4.3 4.2 4.2 0.0 0.1 0.6 0.3 0.3 0.1 0.3 0.4 0.7
16
50 31 17 50 25 90 36 11 83 00 42 25 22 31 63 22 73 88

Tabel 4.5 Data Penyusutan Volume Arah Tangensial

Dimensi
Dimensi Dimensi
Kering Penyusutan
Basah Kering Tanur
Kel Udara Penyusutan (%) Total (%)
omp Basah - Kering
Basah -
ok T T T Kering Udara -
Kering Tanur
Udara Kering Tanur
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
2.0 2.1 2.1 1.9 2.1 2.1 1.8 2.0 2.0 8.0 1.3 1.3 2.8 3.6 5.0 10. 4.9 6.3
1
66 49 60 00 20 30 45 42 23 35 49 89 95 79 23 697 79 43
2.1 2.1 2.1 2.1 2.0 2.1 2.0 1.9 2.0 3.0 4.6 4.1 5.5 3.5 4.7 8.4 8.0 8.7
2
86 71 93 19 71 01 01 97 01 65 06 95 69 73 60 63 15 55
2.1 2.2 2.1 2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 1.3 2.6 1.2 4.5 2.4 3.8 5.8 5.0 5.0
3
49 09 31 20 50 05 23 98 24 49 71 20 75 19 48 63 25 21
2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 1.9 2.0 1.9 4.2 4.5 4.7 3.9 3.8 5.5 7.9 8.2 10.
4
40 80 20 50 80 20 70 00 08 06 87 17 02 46 45 44 57 000
2.1 2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 2.0 1.8 0.6 3.5 5.9 3.4 3.0 7.4 4.1 6.4 12.
5
50 40 79 35 65 50 61 01 97 98 05 20 66 99 63 40 95 942
2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.1 1.9 1.9 2.0 4.7 3.2 3.4 3.1 5.6 4.5 7.7 8.7 7.8
6
24 25 79 24 55 03 60 39 07 08 94 88 62 45 65 21 53 94
2.1 2.1 2.6 2.0 2.0 2.3 1.9 2.0 2.2 4.6 2.8 11. 3.2 2.8 4.3 7.7 5.5 15.
7
39 27 24 39 67 24 73 08 22 75 21 433 37 54 89 61 95 320
2.0 2.1 2.2 2.0 2.0 2.1 1.8 1.9 2.0 4.2 4.6 4.4 6.9 4.3 6.6 10. 8.7 10.
8
99 65 48 09 65 48 70 75 06 88 19 48 19 58 11 910 76 765
2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 1.9 2.0 2.0 4.6 3.8 3.7 5.9 3.8 3.7 10. 7.5 7.3
9
41 64 72 41 80 91 20 00 13 71 82 29 28 46 30 322 79 20
2.2 2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 1.9 1.9 4.5 2.9 4.8 4.8 4.1 3.9 9.2 7.0 8.6
10
05 34 66 05 70 60 02 84 79 35 99 94 93 55 32 06 29 33
2.1 2.1 2.1 2.0 /.06 2.0 2.0 1.9 1.9 3.7 4.6 4.6 3.3 5.1 2.1 6.9 9.5 6.7
11
54 63 36 74 3 36 04 57 92 14 23 82 75 38 61 64 24 42
2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 2.0 1.9 1.9 1.8 3.1 2.0 3.3 4.4 3.4 5.1 7.4 5.4
12
15 47 13 75 80 70 06 87 98 91 21 35 25 71 78 54 52 42
2.1 2.0 2.0 2.1 1.9 2.0 2.0 1.9 1.8 1.3 4.1 3.8 4.8 3.2 5.1 6.1 7.2 8.7
13
70 60 80 40 75 00 36 11 98 82 26 46 60 41 00 75 33 50
2.1 2.1 2.2 2.0 2.0 2.1 1.9 2.0 2.0 4.6 4.5 4.5 4.4 3.8 4.8 8.9 8.2 9.1
14
31 86 08 31 86 08 40 06 05 93 75 29 81 35 86 63 34 94
2.1 2.1 2.1 2.1 2.0 2.1 2.0 2.0 1.9 0.7 1.7 2.3 4.8 3.7 6.7 5.5 5.4 8.9
15
35 18 61 20 80 10 17 02 68 03 94 60 58 50 30 27 77 31
2.1 2.1 2.1 2.1 2.0 2.0 2.0 1.9 1.8 0.7 3.5 5.9 3.4 3.1 7.5 4.1 6.5 13.
16
30 20 59 15 45 30 41 81 77 04 38 75 99 30 37 78 57 062

Tabel 4.6 DAta T/R Ratio

T/R Ratio K T/R Ratio K T/R Ratio


K
el el B
el
Kering o Kering o Kering as
o Basah - Basah - Basah - Basah - Basah -
Udara - m Udara - m Udara - a
m Kering Kering Kering Kering Kering
Kering p Kering p Kering h
po Udara Tanur Udara Tanur Udara
Tanur o Tanur o Tanur -
k
k k K
er
in
g
T
a
n
ur
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1
4. 0. 2. 1. 1. 2. 2. 1. 2. 4. 0. 2. 1. 1. 2. 2. 1. 2. 4. 0. 2. 1. 1. 2. 2.
3 7 1 1 6 0 5 2 0 3 7 1 1 6 0 5 2 0 3 7 1 1 6 0 5
1 1 1
8 3 2 6 6 9 0 4 9 8 3 2 6 6 9 0 4 9 8 3 2 6 6 9 0
6 4 7 3 4 8 3 2 2 6 4 7 3 4 8 3 2 2 6 4 7 3 4 8 3
2. 2. 1. 1. 0. 1. 1. 1. 1. 2. 2. 1. 1. 0. 1. 1. 1. 1. 2. 2. 1. 1. 0. 1. 1.
0 1 8 6 9 3 7 3 5 0 1 8 6 9 3 7 3 5 0 1 8 6 9 3 7
2 2 2
7 7 4 4 2 1 6 6 0 7 7 4 4 2 1 6 6 0 7 7 4 4 2 1 6
7 5 0 7 9 5 0 3 5 7 5 0 7 9 5 0 3 5 7 5 0 7 9 5 0
0. 1. 0. 3. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 1. 0. 3. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 1. 0. 3. 0. 0. 0.
2 2 5 3 5 9 8 7 8 2 2 5 3 5 9 8 7 8 2 2 5 3 5 9 8
3 3 3
5 4 3 0 5 8 8 8 2 5 4 3 0 5 8 8 8 2 5 4 3 0 5 8 8
3 6 6 3 2 8 2 1 6 3 6 6 3 2 8 2 1 6 3 6 6 3 2 8 2
1. 1. 1. 2. 1. 2. 1. 1. 2. 1. 1. 1. 2. 1. 2. 1. 1. 2. 1. 1. 1. 2. 1. 2. 1.
4 9 9 6 6 2 8 7 1 4 9 9 6 6 2 8 7 1 4 9 9 6 6 2 8
4 4 4
5 7 8 1 1 7 2 7 0 5 7 8 1 1 7 2 7 0 5 7 8 1 1 7 2
1 2 1 5 5 3 7 5 0 1 2 1 5 5 3 7 5 0 1 2 1 5 5 3 7
0. 1. 4. 1. 0. 3. 0. 1. 3. 0. 1. 4. 1. 0. 3. 0. 1. 3. 0. 1. 4. 1. 0. 3. 0.
4 4 3 1 8 2 9 0 6 4 4 3 1 8 2 9 0 6 4 4 3 1 8 2 9
5 5 5
9 0 7 8 5 8 6 7 0 9 0 7 8 5 8 6 7 0 9 0 7 8 5 8 6
8 1 7 0 8 9 3 9 4 8 1 7 0 8 9 3 9 4 8 1 7 0 8 9 3
3. 1. 1. 0. 2. 2. 1. 1. 1. 3. 1. 1. 0. 2. 2. 1. 1. 1. 3. 1. 1. 0. 2. 2. 1.
3 0 5 9 0 0 6 5 7 3 0 5 9 0 0 6 5 7 3 0 5 9 0 0 6
6 6 6
4 4 2 4 7 7 4 1 7 4 4 2 4 7 7 4 1 7 4 4 2 4 7 7 4
0 5 3 8 0 4 3 1 7 0 5 3 8 0 4 3 1 7 0 5 3 8 0 4 3
3. 1. 4. 0. 0. 1. 1. 0. 2. 3. 1. 4. 0. 0. 1. 1. 0. 2. 3. 1. 4. 0. 0. 1. 1.
3 5 6 8 7 1 5 9 4 3 5 6 8 7 1 5 9 4 3 5 6 8 7 1 5
7 7 7
5 0 5 6 0 4 3 5 7 5 0 5 6 0 4 3 5 7 5 0 5 6 0 4 3
4 4 9 9 3 2 2 4 0 4 4 9 9 3 2 2 4 0 4 4 9 9 3 2 2
1. 1. 1. 3. 1. 2. 1. 1. 2. 1. 1. 1. 3. 1. 2. 1. 1. 2. 1. 1. 1. 3. 1. 2. 1.
2 9 8 1 3 2 9 6 0 2 9 8 1 3 2 9 6 0 2 9 8 1 3 2 9
8 8 8
8 8 6 1 6 5 8 0 5 8 8 6 1 6 5 8 0 5 8 8 6 1 6 5 8
3 2 6 3 3 5 8 9 2 3 2 6 3 3 5 8 9 2 3 2 6 3 3 5 8
9 2. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 1. 1. 9 2. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 1. 1. 9 2. 1. 1. 1. 1. 1. 2.
4 8 7 9 1 7 1 3 7 4 8 7 9 1 7 1 3 7 4 8 7 9 1 7 1
5 0 7 4 3 0 1 8 2 5 0 7 4 3 0 1 8 2 5 0 7 4 3 0 1
9 6 8 4 4 3 1 6 6 9 6 8 4 4 3 1 6 6 9 6 8 4 4 3 1
2. 1. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 2. 1. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 2. 1. 2. 1. 1. 1. 1.
4 2 6 0 1 6 4 2 0 1 4 2 6 0 1 6 4 2 0 1 4 2 6 0 1 6 4
10
3 9 2 8 5 9 6 0 8 0 3 9 2 8 5 9 6 0 8 0 3 9 2 8 5 9 6
2 4 6 4 2 0 3 3 2 2 4 6 4 2 0 3 3 2 2 4 6 4 2 0 3
1. 1. 1. 0. 1. 1. 0. 1. 1. 1. 1. 1. 0. 1. 1. 0. 1. 1. 1. 1. 1. 0. 1. 1. 0.
9 2 7 5 5 3 9 4 5 1 9 2 7 5 5 3 9 4 5 1 9 2 7 5 5 3 9
11
8 8 0 9 4 7 3 0 7 1 8 8 0 9 4 7 3 0 7 1 8 8 0 9 4 7 3
9 9 7 6 1 0 8 1 6 9 9 7 6 1 0 8 1 6 9 9 7 6 1 0 8
1. 1. 1. 0. 2. 0. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 0. 2. 0. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 0. 2. 0. 1.
7 0 6 9 5 8 1 6 0 1 7 0 6 9 5 8 1 6 0 1 7 0 6 9 5 8 1
12
7 9 0 3 9 8 2 4 5 2 7 9 0 3 9 8 2 4 5 2 7 9 0 3 9 8 2
9 4 7 6 2 2 6 5 5 9 4 7 6 2 2 6 5 5 9 4 7 6 2 2 6
0. 1. 0. 1. 1. 0. 1. 1. 0. 0. 1. 0. 1. 1. 0. 1. 1. 0. 0. 1. 0. 1. 1. 0. 1.
7 7 6 8 2 8 3 4 7 1 7 7 6 8 2 8 3 4 7 1 7 7 6 8 2 8 3
13
2 7 7 8 3 3 9 8 6 3 2 7 7 8 3 3 9 8 6 3 2 7 7 8 3 3 9
2 4 9 9 7 6 1 1 7 2 4 9 9 7 6 1 1 7 2 4 9 9 7 6 1
4. 2. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 4. 2. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 4. 2. 2. 1. 1. 1. 1.
9 4 1 1 0 3 9 4 6 1 9 4 1 1 0 3 9 4 6 1 9 4 1 1 0 3 9
14
2 5 1 9 2 3 2 8 0 4 2 5 1 9 2 3 2 8 0 4 2 5 1 9 2 3 2
7 8 2 5 4 2 1 7 3 7 8 2 5 4 2 1 7 3 7 8 2 5 4 2 1
1. 0. 1. 1. 1. 1. 1. 0. 1. 1. 0. 1. 1. 1. 1. 1. 0. 1. 1. 0. 1. 1. 1. 1. 1.
0 5 1 8 1 3 6 8 3 1 0 5 1 8 1 3 6 8 3 1 0 5 1 8 1 3 6
15
0 0 2 1 3 9 4 1 1 5 0 0 2 1 3 9 4 1 1 5 0 0 2 1 3 9 4
5 8 5 6 1 9 7 3 2 5 8 5 6 1 9 7 3 2 5 8 5 6 1 9 7
0. 1. 4. 1. 0. 3. 0. 1. 3. 0. 1. 4. 1. 0. 3. 0. 1. 3. 0. 1. 4. 1. 0. 3. 0.
4 4 3 1 8 2 9 0 6 1 4 4 3 1 8 2 9 0 6 1 4 4 3 1 8 2 9
16
9 0 7 7 5 9 6 7 0 6 9 0 7 7 5 9 6 7 0 6 9 0 7 7 5 9 6
8 1 6 9 9 0 3 9 3 8 1 6 9 9 0 3 9 3 8 1 6 9 9 0 3

Contoh Perhitungan
𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
Penyusutan (%) = 𝐷𝑠
× 100%

1. Penyusutan Kering Udara


𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
R Penyusutan (%) = 𝐷𝑠
× 100%
2.145−2.105
= 2.145
× 100%
= 1.865%
𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
L Penyusutan (%) = 𝐷𝑠
× 100%
4.309−4.309
= 4.309
× 100%

= 0%
𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
T Penyusutan (%) = 𝐷𝑠
× 100%
2.205−2.105
= 2.205
× 100%

= 4.535%
2. Penyusutan Kering Tanur
𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
R Penyusutan (%) = 𝐷𝑠
× 100%
2.105−2.01
= 2.105
× 100%

=4.513%
𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
L Penyusutan (%) = 𝐷𝑠
× 100%
4.309−4.302
= 4.309
× 100%

=0.162%
𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
T Penyusutan (%) = 𝐷𝑠
× 100%
2.105−2.01
= 2.105
× 100%

=4.894%
3. Penyusutan Total
𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
R Penyusutan (%) = 𝐷𝑠
× 100%
2.145−2.01
= 2.145
× 100%

=6.294%
𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
L Penyusutan (%) = 𝐷𝑠
× 100%
4.309−4.302
= 4.309
× 100%

=0.162%
𝐷𝑠−(𝐷𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷𝑘)
T Penyusutan (%) = 𝐷𝑠
× 100%
2.205−2.002
= 2.205
× 100%

=9.206%
4. Volumetric
Dimensi Basah
= Dimensi Basah R x L x T
= 2.145 x 4.309 x 2.205
= 20.380385
5. Rasio T/R
a. Kering Udara
𝑇 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 (𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎)
𝑅
Ratio Kering Udara = 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑙 (𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟)

4.535
Sampel 1 = 4.513

= 1.084
b. Kering Tanur
𝑇 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 (𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟)
𝑅
Ratio Kering Udara = 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑙 (𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟)

9.206
Sampel 1 = 6.294

= 1.463
VI. PEMBAHASAN
Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan
pengetahuan sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini merupakan hal yang penting dalam
industri pengolahan kayu, karena dari pengetahuan sifat ini tidak saja dapat dipilih
jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan. Penyusutan
kayu perlu diketahui agar dapat menentukan bagaimana teknik pengeringan yang
tepat untuk dilakukan. Kayu dengan tingkat penyusutan yang tinggi, proses
pengeringannya harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya
perubahan bentuk (deformasi).
Kayu memiliki sifat anisoptropis yang bereaksi pada tiga arah utama kayu,
penyusutan tersebut dapat berbeda satu dengan lainnya. Anisotropik adalah
struktur dan sifat-sifat bahan (kayu) berbeda dalam arah yang berlainan (radial,
tangensial dan longitudinal) (Bakri, 2008 dalam Nurmala sari dkk, 2015)
Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan struktur pori-pori kayu.
Umumnya terdapat tiga arah penyusutan kayu meliputi penyusutan tangensial,
penyusutan radial, dan penyusutan longitudinal. Penyusutan tangensial merupakan
arah penyusutan searah dengan arah lingkaran tahun. Penyusutan radial
merupakan penyusutan pada arah searah dengan jari-jari kayu atau memotong
tegak lurus lingkaran tahun. Sedangkan penyusutan longitudinal merupakan
penyusutan pada arah searah dengan serat batang kayu.
Sifat-sifat dimensi kayu yang mengalami susut adalah dimensi kayu menjadi
stabil, memudahkan pengolahan kayu, dan menghindari cacat pada kayu.
Karakteristik ini erat kaitannya dengan penggunaan kayu dalam bisnis furniture.
Dengan menyusutnya kayu, furnitur akan lebih awet karena tidak dimakan rayap
dan jamur. Kayu yang terdepresiasi akan memiliki dimensi yang tetap dan stabil
serta bentuk yang lebih baik, sehingga meningkatkan nilai jual kayu tersebut, baik
secara langsung maupun sebelum diolah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penyusutan dan pengembangan antara lain
kadar air, kerapatan, struktur anatomi, ekstraktif, komponen kimia, dan kekuatan
kayu. Kadar air adalah berat air yang dikandung oleh kayu yang dinyatakan dalam
persen berat kayu tanur (Bowyer dkk, 2003). Hubungan antara kadar air dan kayu
yakni semakin tinggi kadar air maka penyusutan kayu semakin rendah.
Penyusutan hanya akan terjadi apabila kayu berada pada kadar air titik jenuh serat
(KA TJS). Pada kondisi TJS, perubahan KA akan menyebabkan perubahan berat,
volume, dan dimensi kayu (penyusutan atau pengembangan) terutama pada arah
radial dan tangensial. Selain kadar air, kerapatan juga mempengaruhi penyusutan
kayu. Semakin tinggi kerapatan kayu, penyusutan yang terjadi akan semakin
tinggi begitu sebaliknya. Zat ekstraktif dapat berperan terhadap perubahan
dimensi kayu secara fisis sebagai bulking agent dan secara kimia melalui sifat
hidrofobik dari senyawa tertentu. Kadar zat ekstraktif yang tinggi menyebabkan
sifat higroskopis berkurang, sehingga stabilitas dimensi kayu meningkat.
Praktikum kali ini dilakukan dengan metode British Standar nomor 373 tahun
1957. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan pada tiga sampel, diperoleh
hasil penyusutan dari kondisi segar ke kering udara dan segar ke kering tanur.
Hasil nilai Penyusutan pada ketiga arah berurutan yakni penyusutan dari segar ke
kering udara berturut-turut dari sampel 1 hingga 3 adalah 0%, 0.459%, dan
0.455% pada arah longitudinal, 4.535%, 2.999%, dan 4.894% pada arah
tangensial, serta 1.865%, 2.318%, dan 1.864% untuk arah radial. Nilai
penyusutan dari kondisi kering udara ke kering tanur pada sampel 1 hingga 3
secara berurutan adalah 4.893, 4.155, dan 3.932 pada arah tangensial, 0.162%,
0.692%, dan 0.389% pada arah longitudinal, serta 4.513%, 3,607%, dan 2.327%
pada arah radial. Nilai penyusutan kondisi basah ke kering udara dari sampel 1
hingga 3 secara berturut-turut adalah 9.206%, 7.029%, dan 8.633% pada arah
tangensial, 0.162%, 1.148%, dan 0.842% pada arah longitudinal, serta 6.294%,
5.841%, dan 4.147% pada arah radial. Penyusutan pada ketiga arah berbeda,
penyusutan pada arah tangensial lebih besar dibandingkan dengan longitudinal
dan radial, pada saat dikeringkan dinding sel akan mengerut sehingga akan
mengurangi dimensi pada kayu. Karena pada arah longitudinal tersusun atas
banyak serat, maka di dalamnya juga terdapat banyak mikrofibril dengan jumlah
yang besar sehingga air terikat akan sukar keluar atau terlepas dari ikatannya.
Hasil pengolahan data T/R pada keadaan basah ke kering udara pada sampel 1
hingga 3 secara berurutan adalah 2.432, 1.294, serta 2.626. Untuk nilai T/R ratio
pada keadaan basah ke kering udara pada sampel 1 hingga 3 secara berurutan
adalah 2.432, 1.294, serta 2.626. Untuk nilai T/R ratio pada kondisi kering udara
ke kering tanur secara berurutan dari sampel 1 hingga 3 adalah 1.084, 1.152, dan
1.690. Nilai T/R ratio kondisi basah ke kering udara dari sampel 1 hingga 3 secara
berurutan adalah 1.463, 1.203, serta 2.082. Apabila nilai rasio sekitar 1,0 berarti
terbaik, sampai 1,5 termasuk baik, sampai 2,0 termasuk kurang baik dan lebih 2,0
termasuk tidak baik. Berdasarkan pernyataan tersebut jika dirata -ratakan maka
nilai rasio pada kering tanur termasuk baik, sedangkan pada kering udara kurang
baik.
VII. KESIMPULAN

1. Penyusutan kayu dapat diketahui dengan membagi perubahan dimensi


terhadap dimensi maksimum dengan dimensi maksimum tersebut. Besar
penyusutan dapat disajikan dalam satuan persen. Penyusutan dapat berupa
penyusutan volumetrik atau penyusuran pada tiap arah kayu.
2. Penyusutan kayu terjadi pada tiga arah berbeda atau kayu memiliki sifat
anisotropis. Nilai penyusutan terbesar terjadi pada arah tangensial dan arah
radial memiliki penyusutan kayu yang lebih besar dibandingkan arah
longitudinal. Penyusutan pada ketiga arah berurutan yakni penyusutan dari
segar ke kering udara berturut-turut dari sampel 1 hingga 3 adalah 0%,
0.459%, dan 0.455% pada arah longitudinal, 4.535%, 2.999%, dan 4.894%
pada arah tangensial, serta 1.865%, 2.318%, dan 1.864% untuk arah radial.
Nilai penyusutan dari kondisi kering udara ke kering tanur pada sampel 1
hingga 3 secara berurutan adalah 4.893, 4.155, dan 3.932 pada arah tangensial,
0.162%, 0.692%, dan 0.389% pada arah longitudinal, serta 4.513%, 3,607%,
dan 2.327% pada arah radial. Nilai penyusutan kondisi basah ke kering udara
dari sampel 1 hingga 3 secara berturut-turut adalah 9.206%, 7.029%, dan
8.633% pada arah tangensial, 0.162%, 1.148%, dan 0.842% pada arah
longitudinal, serta 6.294%, 5.841%, dan 4.147% pada arah radial. Penyusutan
pada ketiga arah berbeda akibat darisifat anisotropis kayu.
VIII. DASAR TEORI
Bowyer JL, Shmulsky R, dan Haygreen JG. 2003. Forest Products and Wood
Science. An Intoduction. Fourth Edition. United State of America :
Iowa State Press.

Dumanauw, J. F. 2003. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta.


Endo, R, K. Kamei, I Iida dan Y Kawahara. 2008. Dimensional Stability of
Waterlogged Wood Treated with Hydrolyzed Feather Keratin.
Journal of Archaeological Science. Vol. 35. Hal : 1240- 1246.
Elsevier.
Hoadley, B. R. 1990. Identifying Wood: Accurate results with simple tools.
Nurmala Sari., Erniwati., Abdul Hapid. 2015. Sifat Mekanika Kayu Kemiri
(Aleurites mollucana Willd) Asal Sulawesi Tengah Berdasarkan
Arah Aksial . Jurnal Warta Rimba. Vol 3(2): 73-79.
Syahidah dan Tekat Dwi Cahyono. 2007. Stabilisasi Dimensi Kayu Dengan
Aplikasi Parafin Cair. Jurnal Perrennial. Vol 4(1): 18-22.
Uar, Ningsie Indahsuary. 2020. Sifat Fisis Kayu Eboni (Diospyrus sp) pada Posisi
Vertikal. Uniqbu Journal of Exact Sciences. Vol 1(2).
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT-SIFAT DASAR KAYU
ACARA V
PENGUJIAN KETEGUHAN LENGKUNG STATIK KAYU

Disusun oleh :

Nama : Syarifah Ikhsani Mutiara Nurshabrina


NIM : 20/462060/KT/09443
Kelompok : 10
Co-Ass : Alif Abdul Aziz

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KAYU


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA V

PENGUJIAN KETEGUHAN LENGKUNG STATIK KAYU TUJUAN


I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara V kali ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami cara pengukuran kemampuan kayu menahan beban tegak
lurus serat atau keteguhan lengkung statik.
2. Mengetahui besarnya kemampuan kayu menahan beban tegak lurus
serat atau keteguhan lengkung statik
II. TINJAUAN PUSTAKA
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati
maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan
yaitu : a) Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya
yang mengenainya secara perlahan-lahan.b) Keteguhan lengkung pukul,
yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak,
misalnya pukulan (Mardikanto, 1991). Parameter kekuatan meliputi
keteguhan lengkung statik (KLS) untuk mendapatkan nilai batas proporsi,
modulus elastisitas (MoE) dan modulus patah/rupture (MoR). Parameter
lainnya meliputi keteguhan tekan pada arah sejajar serat maksimum
(KTSS) dan tegak lurus serat maksimum (KTTLS), kekerasan, keteguhan
geser, dan keteguhan belah. Pengujian dilakukan mengacu pada standar
British 373:57 untuk spesimen kecil bebas cacat. Spesimen diuji dalam
kondisi kering udara. Alat yang digunakan adalah Universal Testing
Machine (UTM) model Instron (Marsoem dkk, 2015).

Parameter kekuatan meliputi keteguhan lengkung statik (KLS) untuk


mendapatkan nilai batas proporsi, modulus elastisitas (MoE) dan modulus
patah/rupture (MoR). Batas proporsi terjadi bila beban yang bekerja
dilepaskan, benda akan kembali kebentuk semula, tetapi apabila beban
melewati batas ini, benda tidak akan kembali kebentuk asal meskipun
beban telah dilepaskan (Naresworo, 2007). Parameter lainnya meliputi
keteguhan tekan pada arah sejajar serat maksimum (KTSS) dan tegak lurus
serat maksimum (KTTLS), kekerasan, keteguhan geser, dan keteguhan
belah. Pengujian dilakukan mengacu pada standar British 373:57 untuk
spesimen kecil bebas cacat. Spesimen diuji dalam kondisi kering udara.
Alat yang digunakan adalah Universal Testing Machine (UTM) model
Instron (Marsoem dkk, 2015).
Sifat mekanik sampel ditentukan dari kemiringan bagian lurus dari
defleksi beban. Menurut hukum Hooke, kekakuan suatu bahan adalah rasio
tegangan terhadap regangan pada kayu dalam batas elastis yang konstan.
MOR adalah tegangan tekuk terakhir yang terjadi sebelum material pecah
pada kelengkungannya dan sering digunakan untuk membandingkan
material satu sama lain. Jika tekanan yang diberikan melebihi MoR, kayu
tidak akan mampu menopangnya dan pada akhirnya akan retak
(Arbintarso, 2009).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Contoh sample kayu 2x2x30 cm
2. Alat tulis
3. Kaliper
4. Alat uji mekanika kayu
5. Moisture meters
6. UTM Instron 3369

IV. CARA KERJA


Cara kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

Contoh uji kayu dengan ukuran 2 x 2 x 30 cm disiapkan.


Contoh uji disiapkan dan diberi tanda sebagai tempat pembebanan dan dimensi
diukur dengan menggunakan Kaliper serta Kadar air diukur menggunakan
moisture meters. Lalu dipasang pada penumpu dengan bagian bawah tengah tepat
berada di bawah kepala pembebanan, kemudian deflektometer dipasang pada
bagian tempat terjadi pelengkungan. Pembebanan dilakukan dengan kecepatan
turun pembebanan tak terhenti sebesar 0,254 cm per menit dan defleksi dicatat
untuk setiap interval penambahan pembebanan. Sebelum dimulai, jarum penunjuk
skala pembebanan harus nol.Pembebanan dihentikan setelah beban maksimum
dicapai. Dari hasil pengukuran, grafik hubungan pembebanan , pelengkungan
dibuat dan batas proporsinya ditentukan. Perhitungan dilakukan untuk mendapat
tegangan batas proporsi tegangan pada batas patah dan modulus elastisitas.
\
V. HASIL PERHITUNGAN
Hasil perhitungan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 Hasil Pengujian Lengkung Statik
Flexure Flexure
extensi extensi
Panjang
Panjang Panjang on at on at
Label Lebar Lebar Tebal Tebal Maksim spesime
Spesim Bentan Bentan Maxim Maxim
spesim spesime spesime spesime spesime um load n yang
en gan gan um um
en n (mm) n (cm) n (mm) n (cm) (kgf) digunak
(mm) (cm) Flexure Flexure
an (cm)
load load
(mm) (cm)
1.05521
25 10.1 280 28 20.32 2.032 20.92 2.092 105.65 10.55212 30
2
1.03695
26 10.2 280 28 20.44 2.044 20.91 2.091 112.31 10.36956 30
6
1.02638
27 10.3 280 28 20.35 2.035 20.82 2.082 111.37 10.26381 30
1
Tabel 5.2 Tabel Hasil Perhitungan Tegangan Pada Batas Proporsi,
MoR, dan MoE
Tegangan
pada Modulus
Modulus
Batas Patah
P1 (kg) P (kg) L (cm) B (cm) D (cm) ∆ (cm) Elastisitas
Proporsi (kg/(cm^2
(kg/(cm^2))
(kg/(cm^2 ))
))
36.3107 105.65 28 2.032 2.092 0.0186 171.49 574613.38 498.97
39.2357 112.31 28 2.044 2.091 0.0120 184.39 958877.43 527.81
2.3800 111.37 28 2.035 2.082 2.2200 11.33 320.35 530.26
Gambar 5.1 Flex Test Specimen 25

Gambar 5.2 Flex Test Specimen 26


Gambar 5.3 Flex Test Specimen 27

Contoh Perhitungan
1. Tegangan Batas Proporsi
3𝑝1𝐿
2
2𝑏𝑑
3𝑝1𝐿 3 𝑥 55.94 𝑥 28
- Spesimen 25 = 2 = 2 = 264.18 kg/cm^2
2𝑏𝑑 2 𝑥 2.03 𝑥 2.092

3𝑝1𝐿 3 𝑥 61.92 𝑥 28
- Spesimen 26 = 2 = 2 = 201.91 kg/cm^2
2𝑏𝑑 2 𝑥 2.044 𝑥 2.092

3𝑝1𝐿 3 𝑥 111.37 𝑥 28
- Spesimen 27 = 2 = 2 = 201.91 kg/cm^2
2𝑏𝑑 2 𝑥 2.035 𝑥 2.082

2. MoR
3𝑝𝐿
2
2𝑏𝑑
3𝑝𝐿 3 𝑥 105.65 𝑥 28
- Spesimen 25 = 2 = 2 = 489.97 kg/cm^2
2𝑏𝑑 2 𝑥 2.032 𝑥 2.092
3𝑝𝐿 3 𝑥 112.31 𝑥 28
- Spesimen 26 = 2 = 2 = 527.81 kg/cm^2
2𝑏𝑑 2 𝑥 2.044 𝑥 2.091

3𝑝𝐿 3 𝑥 111.37 𝑥 28
- Spesimen 27 = 2 = 2 = 350.26 kg/cm^2
2𝑏𝑑 2 𝑥 2.035 𝑥 2.082

3. MoE
3
𝑝1𝐿
3
4∆𝑏𝑑
3
𝑝1𝐿 55.94 𝑥 28
3
- Spesimen 25 = 3 = 3 = 630917,90 kg/cm^2
4∆𝑏𝑑 4𝑥 00.26 𝑥 2.032𝑥 2.092
3
𝑝1𝐿 61.92 𝑥 28
3
- Spesimen 26 = 3 = 3 = 641492,61 kg/cm^2
4∆𝑏𝑑 4𝑥 0.028 𝑥 2.044 𝑥 2.091
3
𝑝1𝐿 73.58 𝑥 28
3
- Spesimen 27 = 3 = 3 = 583831,25 kg/cm^2
4∆𝑏𝑑 4 𝑥 0.037 𝑥 2.035 𝑥 2.082
VI. PEMBAHASAN
Keteguhan lengkung statik adalah kemampuan kayu untuk menahan
gaya - gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau menahan beban-beban mati
maupun hidup yang mengenainya secara perlahan-lahan. Dalam pengujian
kekuatan lengkung statis kayu ada dua parameter yang diukur, yaitu MOE dan
MOR. MOE (Modulus of Elasticity) adalah kemampuan bahan menahan beban
tanpa terjadi perubahan bentuk yang tetap, sedangkan MOR (Modulus of
Rupture) merupakan ukuran kekuatan suatu bahan saat menerima beban
maksimum yang menyebabkan terjadinya kerusakan.
Sifat mekanis kayu dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat
mengubah nilainya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya meliputi umur /
diameter pohon, lokasi tumbuh, letak kayu pada bagian batang, kelembaban,
kadar air dan suhu. Sifat mekanik kayu sangat dipengaruhi oleh berat jenis dan
berat jenis, karena semakin banyak lubang kayu per satuan volume, semakin
tinggi kekuatan kayu. (Rindarto, 2018). Selain itu, kayu dalam kondisi kering
memiliki kekuatan mekanik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu yang
masih segar, karena beberapa sel masih hidup sehingga kayu segar cenderung
lebih fleksibel (Rettob, 2017). Faktor eksternal yang mempengaruhi sifat mekanik
kayu antara lain kelembaban dan suhu udara sekitar, pelapukan, serangan jamur
dan kebakaran hutan. Cacat pada kayu juga dapat menyebabkan kekuatan
mekanik kayu menjadi menurun.
Sifat mekanis berkaitan dengan sifat- sifat kayu lainnya. Sifat fisik ditinjau
dari berat jenis dan kadar air, nilai sifat mekanik akan semakin tinggi dengan
semakin besar massa jenis dan berat jenis kayu. Yang menyebabkan terjadinya
jika ada lebih banyak sel penyangga kayu dalam satu satuan volume, otomatis
kekuatan kayu tersebut meningkat. Semakin banyak sel yang terurai maka
tekanan yang didapat terhadap volume akan lebih kecil dibandingkan dengan
kayu dengan nilai BJ dan kerapatan yang rendah. Kadar air berpengaruh kecil
pada sifat mekanika. Apabila kadar air tanaman masih hidup maka kadar air akan
sangat mempengaruhi sifat mekanik. Hal ini dikarenakan jika tanaman masih
hidup maka elastisitas kayunya cenderung lebih besar karena masih terdapat air di
dalam rongga sel. Perubahan volume berpengaruh pada sifat mekanik kayu saat
dikeringkan, yang akan membuat kayu menjadi lebih kuat karena sel-selnya
diatur lebih rapat, dan ukuran kayu lebih besar karena kelembaban. Sifat-sifat
kerang, terutama adanya zat hasil ekstraksi akan mempengaruhi keawetan dan
kekuatan kayu, sehingga meningkatkan kekuatan kayu.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil TBP
pada spesimen no 28, 29, dan 30 secara berturut-turut yaitu 171.49 kg/cm^2 ,
184.39 kg/cm^2 , dan 11.33 kg/cm^2 dengan rerata sebesar 122.40 kg/cm^2 .
TBP adalah gambaran seberapa besar tekanan yang diperlukan untuk membuat
kayu menjadi kehilangan proporsionalitas penyusutannya. Sedangkan untuk nilai
modulus patah (MoR) pada
spesimen nomor 25, 26, dan 27 berturut-turut sebesar 489,97 kg/cm^2,
527,81 kg/cm^2, dan 350,26 kg/cm^2. . Modulus of Elasticity (MoE) menguji
kemampuan suatu benda untuk menahan kelengkungan. Kayu adalah material
yang tergolong elastis dibandingkan logam, kaca dan mineral. nilai modulus
elastisitas (MoE)pada spesimen nomor 25, 26, dan 27 berturut-turut sebesar
630917,90 kg/cm^2, 641492,61 kg/cm^2, dan 583831,25 kg/cm^2. . Angka ini
mendeskripsikan apabila tekanan yang diberikan nilainya melebihi MoR, maka
kayu tersebut akan patah.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Kemampuan kayu dalam menahan beban tegak lurus serat atau keteguhan
lengkung statik dapat diketahui dengan melakukan pembebanan pada sampel
kayu menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine) kemudian akan
diketahui grafik dan nilainya. lalu dapat dilakukan perhitungan untuk nilai
Tegangan Batas Proporsi, MOE dan MOR.
2. Keteguhan lengkung statik adalah kemampuan kayu dalam menahan gaya atau
beban yang berusaha melengkungkan kayu. Dalam praktikum ini, didapatkan
nilai modulus elastisitas (MoE) pada spesimen 25, 26, dan 27 berturut-turut
sebesar 630917,90 kg/cm^2, 641492,61 kg/cm^2, dan 583831,25 kg/cm^2,
sementara nilai modulus patah (MoR) pada spesimen nomor 25, 26, dan 27
berturut-turut sebesar 489,97 kg/cm^2, 527,81 kg/cm^2, dan 350,26 kg/cm^2.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Arbintarso, E. S. 2009. Tinjauan Kekuatan Lengkung Papan Serat Sabut Kelapa
Sebagai Bahan Teknik. Jurnal Teknologi. Vol 2(1).

Marsoem, Sri Nugroho; Vendy Eko Prasetyo; Joko Sulistyo; Sudaryono, & Ganis
Lukmandaru. 2015. Studi Mutu Kayu Jati Di Hutan
Rakyat Gunungkidul III. Sifat Fisika Kayu. Jurnal Ilmu
Kehutanan. Volume 8(2): 75—88

Mardikanto. 1991. Kemungkinan Penerapan Cara Non Destructive Testing untuk


Pengujian Kayu Kelapa Gergajian. Bogor : Fakultas
Kehutanan IPB Press.

Naresworo. 2007. Bahan Kuliah. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.

Rettob, BB. 2018. Pengujian Sifat Mekanis Kayu Lulu (Celtis latifolia) pada Dua
Kondisi Kadar Air asal Manokwari, Papua Barat. Jurnal
Teknologi Kayu Tropis. Vol. 15. No. 1.

Rindarto, Bima Novara. 2018. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Akasia pada Tiga
Generasi Pemuliaan yang Ditanam di Hutan Penelitian
Alas Kethu Wonogiri. Repository UGM.
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT - SIFAT DASAR KAYU
ACARA VI
PENENTUAN KADAR EKSTRAKTIF LARUT DALAM AIR PANAS

Disusun oleh :
Nama : Syarifah Ikhsani Mutiara Nurshabrina
NIM : 20/462060/KT/09443
Kelompok : 10
Co-Ass : Alif Abdul Aziz

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KAYU


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA VI
PENENTUAN KADAR EKSTRAKTIF LARUT DALAM AIR PANAS
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara VI adalah untuk memahami cara menentukan kadar
ekstraktif larut dalam air panas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui serta
dapat memberikan beraneka ragam manafaat bagi kehidupan manusia. Untuk menjaga
kelestarian hutan perlu diketahui mengenai karakteristik lahan serta mengethaui
karakteristik tanaman yang ada didalamnya yaitu pohon yang akan diubah menjadi
sebuah potongan kayu yang mempunyai banyak manfaat diantaranya memperbaiki
ekologi yang telah ada. Hutan di Indonesia memiliki potensi pohon tropis yang sangat
beraga,. Salah satu komoditi utama penyusun hutan adalah kayu. Kayu merupakan
produk alam yang memiliki karakteristik tertentu dan dipengaruhi oleh asal kayu tersebut
yang melibatkan aspek habitat seperti iklim tempat tumbuh, curah hujan dan kondisi
tanah (Novitri Hastuti, dkk, 2015). Meskipun sifat kayu sangat beragam, namun semua
jenis kayu memiliki sifat - sifat yang spesifik yang terbentuk dari proses pertumbuhan
pohon, seperti pembentukan kayu awal (earlywood) dan kayu akhir (latewood) (Hoadley,
2000).
Kayu merupakan material alam yang daoat diperbaharui, dengan mengelola hutan
dengan baik. Kayu adalah lignoselulosa yang dihasilkan oleh tumbuhan berkayu yang
mempunyai tinggi minimal 7 m. kayu berasal dari berbagai jenis pohon dengan sifat -
sifat yang berbeda, salah satunya dikarenakan sifat kimia kayu yang berbeda - beda. Dari
kimia kayu kita dapat mengetahui keawetan duatu kayu pada berbagai jenis pohon dan
mengetahui cara pemanfaatan yang cocok terhadap jenis kayu yang akan diolah.
Komponen kimia kayu dangat beragam, yang dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh,
iklim dan letajnya dalam batang atau cabang. Komponen kimia kayu sendiri terdiri dari
selulosa, hemiselulosa, dan zat ekstraktif masing - masing sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan. Selulosa merupakan komponen yang mendominasi karbohidrat yang berasal
dari tumbuh -tumbuhan hampir mencapai 50%, karena selulosa merupakan unsur
struktural dan komponen utama bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuh -
tumbuhan. Sifat kimia kayu berupa kadar selulosa dapt menjadi rujukan untuk
penggunaan kayu sebagai bahan dioetanol ( Sokanandi, Pari Setiawan, & Saepuloh,
2014). Kayu sebagai salah satu material berlignoselulosa memiliki variasi kandungan
komponen kimia yang dapat dikonversi sebagai bioetanol juga dipengaruhi oleh
karakteristik musim dan kondisi geografis ( Balat & Oz, 2008).
Kandungan komponen kimia kayu dalam % yakni selulosa (40 - 45%), lignin (18
- 33%), pentosan (21 - 24%), zat ekstraktif (1 - 12%), dan abu (0,22 - 6%). Komponen
kimi kayu sangat penting,karena dapat digunakan untuk menentukan kegunaan suatu
jenis kayu untuk dapat membedakan jenis - jenis kayu. Komponen kimia kayu terdiri dari
3 unsur yakni :
1. Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
2. Unsur non-karbohudrat terdiri dari lignin
3. Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat
ekstraktif.
Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder.
Sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat
ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu.
Zat ekstraktif dalam kayu dapat dilakukan dengan pengujian kelarutan zat
ekstraktif kayu dalam air panas. Kelarutan dalam air dingin dan air panas dapat
menjelaskan kemudahan ekstraksi senyawa seperti pati, tanin, getah, pektin, dan senyawa
disakarida (Harkin & Rowe, 1971). Kelarutan dalam panas dapat merepresentasikan
kemudahan untuk menghidrolisis hemiselulosa pada kayu. Ekstraksi air panas sering
disebut sebagai proses autohidrolisis atau hydrothermal tretament. Salah satu upaya
modifikasi kayu yang banyak dilakukan adalah dengan perlakuan panas. Perlakuan air
panas pada kayu dianggap sebagai teknik ramah lingkungan karena tidaka da bahan kimia
yang terlibat selama proses berlangsung (Ganis Lukmandaru, Dewi Susanti , dan Ragil
Widyorini, 2016).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Labu Erlenmeyer 250 ml
- Pendingin tegak
- Penangas air
- Kertas saring
- Tanus (oven)
- Desikator
- Timbangan digital
- Kompor
- Botol timbang
Bahan :
- Serbuk kayu ukuran 40 - 60 mesh
- Aquades
IV. CARA KERJA
Adapun cara kerja pada praktikum kali ini :
1. Penentuan Kadar Air Serbuk

Telah disiapkan 2 botol dan serbuk kayu ukuran 40 -60 mesh hasil penggergajian
pada uji sifat fisika kayu. 2 botol yang disiapkan dikeringkan terlebih dahulu di
dalam oven lalu ditimbang beratnya (BO). Serbuk kayu dimasukkan ke dalam
botol dan ditimbang berat botol dan serbuk (B1) lalu botol yang telah terisi serbuk
kayu dikeringkan dalam tanur selama lebih kurang 2 jam pada suhu 100-105
derajat celcius. Lalu serbuk didinginkan dalam desikator selama lebih kurang 20
menit dan ditimbang. Dilakukan secara berulang hingga beratnya konstan atau
kering tanur (B2). Kemudian mencari kadar air serbuk kayu dan berat serbuk
kayu kering tanur.
2. Ekstraksi dengan air panas

Bahan dan alat telah disiapkan, dua sampel kayu dengan kadar air yang
telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250ml dan diberi 100 ml
aquades. Dipasang pendingin tegak dalam labu erlenmeyer lalu dimasukkan ke
dalam watebath dengan permukaan diatur lebih tinggi dadri permukaan dala labu
erlenmeyer. Dipanaskan selama 3 jam dalam suhu 100 derajad celcius, kemudian
isi labu disaring dengan kertas saring ke labu erlenmeyer lainnya yang telah
ditimbang. Labu erlenmeyer dan filtrat dipanaskan diatas kompor kembali hingga
pelarut menguap. Lalu ditimbang untuk mendapatkan berat ekstrak. Lalu dihitung
dengan rumus berikut :
V. HASIL PENGAMATAN
Pada Praktikum Acara VI diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
Tabel 1. Data dan Hasil Penentuan Kadar Ekstraktif

Contoh Perhitungan :
- Kadar Air
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝐾𝐴(%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
x 100%
1.059− 0.956
= 0.956
x 100%
= 10,796%
- Berat Setara Kering Tanur
BKT = 2 x (1 + 10,796 / 100 )
= 2 x (1+ 10,796 / 100 )
= 2,216 gram
Kadar Ekstraktif
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑖𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑖𝑎𝑙
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓(%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟
x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑖𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑖𝑎𝑙
= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟
x 100%
= 2,3736%
VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang sifat kimia kayu yakni penentuan kadar
ekstraktiif serbuk kayu dalam larutan air panas. Sifat kimia kayu adalah sifat - sifat kayu
yang berkaitan engan kandungan zat kimia dalam kayu. Sifat kimi akayu berupa kadar
holoselulosa, lignin, dan kadar pentosan diketahui dapat menjadi rujukan penggunaan
kayu sebagai bahan pulp dan kertas (Pasaribu, Sipayung, dan Pari, 2007). Keberadaan
ekstraktif yang bersifat lipofilik mengakibatkan konsumsi bahan kimia yang tinggi pada
proses pemutihan (Kilulya, Msegati,dkk, 2014). Kadar zzat ekstraktif berkaitan dengan
proses pulping dalam produksi pulp dan kertas, hal ini karena apabila kandungan zat
ekstraktif tinggi, maka di dalam proses pulping akan cenderung terjadi reaksi dengan
larutan pemasak dan juga dapat menurunkan rendemen pulp yang dihasilkan. Kaitan
dengan produksi bioetanol adalah bahwa zat ekstraktif akan mengisi rongga dalam sel
kayu sehingga menurunkan aksesbilitas dalam proses produksi. Akibatnya, zat ekstraktif
dapat menghambat jalannya proses fermentasi dan menurunkan kinerja mikroorganisme
yang terlibat. Sehingga, kriteria dalam pemilihan bahan baku bioetanol salah satunya
adalah rendahnya kandungan zat ekstraktif yang terdapat dalam bahan baku tersebut.
Sifat kimia kayu berfokus pada sel serat, yaitu sel trakeid pada pohon daun lebar
(hardwood) dan sel libriform pada pohon daun jarum (softwood). Susunan kimia kayu
digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangan makhluk perusak kayu.
Selin itu dapat pula menentukan pengerjaan danpengolahan kayu, sehingga didapat hasil
yang maksimal.
Lignin, selulosa hemiselulosa, dan zat ekstraktif kayu merupakan penghubung
antara sifat kimi akayu dengan sifat fisik akayu dan sifat mekanika kayu. Lignin dalam
kayu berfungsi dan berpengaruh pada perubahan dimensi beserta kadar air yang ada pada
kayu sebagai penentu sifat fisika kayu, karena kandungan lignin ini terletak pada bagian
dinding sel kayu yang dimana perubahan serta kadar air kayu hanya dapat berubah
mengikuti alur perubahan yang terjadi padan dinding sel kayu. Zat ekstrakitf kayu juga
menentukan sifat higroskopis kayu dan kadar air kayu akan meningkat melalui
mekanisme fisika dan kimia dengan pengisi rongga kayu dan pengikatan air pada kayu.
Hubungan sifat kimia dengan sifat kimia kayu ada pada kadar selulosa yang terkandung
pada lignin. Lignin berpengaruh pada kekuatan atau kekerasan kayu karena lignin yang
mengandung selulosa terdapat pada lapisan dinding sel sehingga berpengaruh pada
kepadatan bagian pada dinding sel serta kandungan hemiselulosa yang merupakan zat
yang mendukung kekuatan kayu, sehingga keberadaannya sangat menentukan manfaat
kayu selain untuk pulp dan kertas misalnya untuk kontruksi.
Kelarutan dalam panas dapat merepresentasikan kemudahan untuk menghidrolisis
hemiselulosa pada kayu. Ekstraksi air panas sering disebut sebagai proses autohidrolisis
atau hydrothermal tretament. Pada ekstraksi air panas senyawa berberat molekul rendah
yang merupakan turunan dari hemiselulosa seperti senyawa oligosakarida atau
monosakarida dapat terekstrak (Song, Pranovich, & Holmbom, 2011).
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan zat ekstraktif kayu, yang dilakukan
dengan pengamatan dan perhitungan pada kadar air kayu dan nilai ekstraktif kayu. Kadar
air kayu adalah banyaknya air dalam sepotong kayu yang dinyatakan secara kuantitatif
dalam persen terhadap berat kering tanurnya dan kadar ekstraktif kayu yang dinyatakan
dengan persen (%). Pada data diketahu nilai kadar air kayu rata - rata sebesar 15.331%,
dengan nilai kadar air tertinggi pada data kelompok 16 yakni sebesar 33.067% dan nilai
kadar air terendah pada data kelompok 8 yakni sebesar 10.488%. Lalu pada presentase
ekstrak diketahui rata - rata sebesar 2.938% dengan nilai presentase tertinggi yakni
4.342% pada data kelompok 9 dan nilai terendah yakni 2.080% pada data kelompok 1.
Dalam kadar ekstraktif kayu terdapat pembagian komponen kelas, kadar ekstraktif
dengan presentase < 2% masuk ke dalam kelas komponen rendah, presentase 2 - 4%
masuk ke dalam kelas komponen sedang, dan presentase > 4% masuk ke dalam kelas
komponen tinggi. Dilihat dari rata - rata presentase ekstrak pada praktikum kali ini
tergolong ke dalam kelas komponen sedang, namun terdapat satu data pada kelompok 9
yang masuk ke dalam kelas komponen tinggi.
Kadar dari zat ekstraktif pada setiap pohon berbeda-beda karena dipengaruhi oleh
banyak faktor. Mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi kadar zat ekstraktif pada
kayu yaitu, jenis atau spesies pohon, iklim dan tempat tumbuh, jenis tanah, umur dari
pohon, dan kedudukan dalam pohon : radial atau aksial. Ekstraktif pada kayu dibagi
menjadi dua fungsi yaitu ekstraktif primer (ekstraktif kayu gubal), merupakan ekstraktif
yang banyak ditemukan di kayu gubal, keberadaannya berkaitan dengan metabolisme
tumbuhan karena berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan pada jaringan
muda. dan sekunder (ekstraktif kayu teras), merupakan ekstraktif yang banyak ditemukan
di kayu teras, ekstraktif ini tidak berkaitan banyak dengan metabolisme tumbuhan.

VII. KEISMPULAN
praktikum dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahawa penentuan kadar ekstraktif
kayu dimulai dengan penyiapan sampel yang berupa serbuk kayu berukuran 40 - 60 mesh
hasil dari penggergajian kayu pada sifat fisika kayu. Menentukan kadar air serbuk untuk
menghitung presentase ekstraktifnya. Kemudian sampel serbuk dikering udarakan lalu
dengan bantuan alat water bath atau penangas air dan erlenmeyer. Nilai kadar ekstraktif
diketahui dengan perhitungan rumus yang telah ditentukan. Kadar ekstraksi dari kayu
yang hasilnya ditentukan dalam satuan persen (%).
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Balat, M., Balat, H. & Oz., C. (2008). Progress in bioethanol processing. Progress in
Energy and Combustion Science, 34,551-573.
Ganis Lukmandaru, Dewi Susanti, dan ragil Widyorini. 2018. Sifat Kimia Kayu Mahoni
yang Dimodifikasi dengan Perlakuan Panas. Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea. 7(1), 37 - 46.
Harkin, J.M. & rowe, J.W. (1971) Bark and its possible uses. Research Note 091.
Wisconsisn: Forest Products Laboratory USDA, 2-21.
Hoadlay, R.B. (2000). Understanding wood a craftsman’s guide to wood technology.
Newtown, USA: The Taunton Press.
Kilulya, K.F., Msagati, T.A.M., Mamba, B.B., Ngila, J.C. & Bush, T. 2014. Effect of Site
Species and tree on the Quantitative Variation of Lipophilic Extracttive
in Eucalyptus Woods used for Pulping in South Africa. Industrial Crops
and Products, 56, 166-174.
Novitri Hastuti, Lisna Efiyanti, dkk. 2015. Komponen Kimia dan Potensi Penggunaan
Lima Jenis Kayu Kurang Dikenal Asal Jawa Barat. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan. Vol. 35 No. 1 : 15 - 27.’
Pasaribu, G., Sipayung, B. & pari, G. 2007. Analisis Komponen Kimia Empat Jenis Kayu
Asal Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 25(4), 327-333.
Sokanandi, A., Pari, G., Setiawan, D. & Saepuloh. 2014. Komponen Kimia Sepuluh Jenis
Kayu Kurang Dikenal: Kemungkinan Penggunaan Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Bioetanol. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 32 (3), 209 - 220.
Song, T., Pranovich, A., & Holmbon, B. 2011. Effects of pH Control with Phthalate
Buffers on Hot-Water Extraction of Hemicelluloses from Spruce Wood.
Bioresource Technology, 102, 10518-10523.
PENUTUP

Praktikum Sifat - Sifat Dasar Kayu menurut saya cukup menyenangkan, di awal
praktikum saya merasa materi mudah namun semakin mendekati acara terakhir semakin berat.
Namun karena adanya Co-Ass yang sekaligus membimbing praktikan agar mudah memahami
materi, praktikum pun dapat berjalan lancar dan praktikan memahami materi yang diberikan
sehingga laporan resmi ini dapat terselesaikan. Menurut saya prakitkum ini sangat berkesan dan
cepat selesai sekaligus lebih santai dibandingkan praktikum lainnya. Pesan dari saya terimakasih
kepada Co-Ass khususnya Kak Alif Abdul Aziz selaku Co-Ass Prakitkum Sifat - Sifat Dasar
Kayu kelompok 10 yang telah sabar dalam membimbing kami selama praktikum berlangsung
dan memberikan materi dengan sangat baik hingga praktikan dapat menyelesaikan tugas hingga
terselesaikannya laporan resmi ini.

Anda mungkin juga menyukai