TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Karakteristik Kayu
Kayu adalah sumber bahan baku yang paling banyak digunakan dan tersedia cukup
melimpah di alam. Kayu merupakan sumber serat utama untuk pembuatan pulp dan
kertas, disamping non kayu. Hampir 93% kebutuhan serat virgin dunia diperoleh
dari kayu tersebut. Dalam ilmu botani, kayu digolongkan menjadi dua bagian besar,
gymnosperma yang biasa disebut kayu daun jarum (softwood) dan angiosperma
yang disebut kayu daun lebar (hardwood) (Smook,1992). Perbedaan yang paling
penting dari kedua jenis kayu tersebut terletak pada panjang seratnya, dimana kayu
jarum memiliki panjang serat 1-1,5 mm dan diameter 22μm, sedangkan kayu jarum
memiliki panjang serat rata-rata 3-5mm dengan diameter serat 4,0μm. Softwood
mempunyai ciri berdaun tidak sempurna dengan daun menyerupai bentuk jarum,
tidak bertangkai, tidak memiliki helai dan urat daun, contohnya : Pinus, Aghatis
dan Cemara. Hardwood memiliki daun yang sempurna dengan bentuk daun bulat
sampai lonjong, mempunyai tangkai, helai dan urat daun, contohnya : Acacia,
formasi dari kertas yang akan dibuat. Kayu daun memiliki kelebihan yaitu serat
yang pendek yang akan memberikan formasi kertas yang lebih baik daripada pulp
kayu jarum. Kayu tersusun atas sel-sel yang memanjang, kebanyakan diantaranya
lainnya melalui pintu-pintu yang dinyatakan sebagai noktah. Sel-sel ini bentuknya
diperlukan oleh pohon, dan juga melakukan fungsi pengangkut cairan maupun
Selama periode prasejarah dan sesudahnya kayu tidak hanya digunakan untuk
bahan bangunan tetapi semakin penting sebagai bahan mentah kimia untuk
pembuatan arang, ter, dan getah, serta kalium. Produk paling penting dari
pengolahan kayu secara kimia adalah pulp. Dalam tahun 1980 pulp yang dihasilkan
seluruh dunia mencapai 123 ton. Dalam periode yang sama konsumsi total kertas
dan karton adalah 170 ton dan dari jumlah tersebut lebih dari 25% dihasilkan dari
kertas bekas, hal ini menunjukkan bahwa daur ulang merupakan faktor yang sangat
penting dalam penggunaan bahan mentah secara ekonomis. Persoalan ekonomi dan
pengelantangannya.
Kayu tidak hanya merupakan senyawa kimia, jaringan anatominya atau bahan tetapi
sel selulosa, poliosa ( hemiselulosa) dan lignin yang terdapat pada semua kayu dan
mineral) yang biasanya berkaitan dengan jenis kayu tertentu dalam jenis dan
jumlahnya. Perbandingan dan komposisi kimia lignin dan poliosa pada kayu lunak
dan kayu keras, sedangkan selulosa merupakan komponen yang seragam pada
semua kayu.
Selulosa 42 ± 2% 42 ± 2%
Hemiselulosa 27 ± 2% 30 ± 5%
Lignin 27 ± 2% 20 ± 4%
Ekstraktif 3 ± 2% 5 ± 3%
1. Kayu Lunak
Kayu Lunak (softwood) adalah kayu dari tumbuhan konifer contohnya pohon
pinus. Secara khasnya kayu lunak tersusun atas serat-serat yang panjang, maka
kayu lunak merupakan bahan baku kelas prima pada pembuatan kertas yang
daunnya setiap tahun. Kayu yang dibentuk oleh jenis pohon kayu keras sangat
berbeda dengan yang dibentuk oleh jenis-jenis kayu lunak. Kayu keras tersusun
atau jenis-jenis sel yang sangat berbeda dengan variasi proporsi yang luas dan
karenanya sering menjadi unik dan bahkan memiliki gambaran kayu yang
sangat indah. Karena gambaran unik yang banyak dimiliki oleh spesis-spesis
kayu keras tersebut banyak digunakan untuk perabot rumah tangga, panil, dan
PT. RAPP sendiri menggunakan kayu pepohonan yang bersumber baik dari
lahan milik pemerintah yang dikelola perusahaan ataupun lahan milik PT.
RAPP sendiri yang dikelola oleh perusahaan (Riau Fiber). Pada proses
pembuatan pulp PT. RAPP menggunakan kayu Acacia ( Acacia Mangium dan
Acacia Crassicarpa ).
Samping
Gambar 2.3 Penampang Melintang Acacia Mangium (Kiri) dan Acacia
Crassicarpa (Kanan)
karena dapat menentukan sifat dan kegunaan sesuatu jenis kayu. Dari sifat kimia
dapat diduga ketahanan kayu terhadap serangan makhluk perusak kayu. Selain itu
dengan menyimak komponen kimia dan serat kayu, dapat direncanakan tindakan-
tindakan teknologi dalam rangka memperbaiki sifat-sifat dan kualitas produk, dapat
pula menentukan sifat pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapat hasil
maksimal. Komponen kimia kayu sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh faktor
tempat tumbuh, iklim dan letaknya didalam batang atau cabang (Dumanauw, 2001).
komponen minor dengan berat molekul rendah (ekstraktif dan zat-zat mineral) yang
terletak pada rongga sel. Perbandingan dan komposisi kimia lignin dan
hemiselulosa berbeda antara softwood dan hardwood. Pada proses pembuatan pulp
diinginkan sebanyak mungkin selulosa dan hemiselulosa yang tertinggal,
sebaliknya lignin dan bahan ekstraktif lainnya sebisa mungkin dipisahkan dari serat
2.3.1. Selulosa
kali derajat polimerisasi dari selulosa sangat tinggi berkisar 10.000-15.000, ini
Secara fisik selulosa berupa padatan putih yang terdapat dalam bentuk kristalin
dan amorf. Daerah yang kristalin akan lebih tahan terhadap serangan kimia,
pada proses pulping, daerah amorf merupakan daerah yang penting (Biermann,
Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50%
dengan air. Akan tetapi kenyataanya tidak demikian, dan selulosa bukan hanya
tidak larut dalam air tetapi juga dalam pelarut lain. Penyebabnya ialah kekuatan
rantai dan tingginya gaya antar rantai akibat ikatan hidrogen antara gugus
hidroksil pada rantai yang berdekatan. Faktor ini dipandang menjadi penyebab
kekristalan yang tinggi dari serat selulosa (Daulay, 2009;) Ikatan hidrogen ini
menyebabkan selulosa bisa terdapat dalam ukuran besar dan memiliki sifat
Polisakarida yang berantai panjang yang tersusun dari unit glukosa dalam
bentuk piranosa yang berhubungan satu sama lainnya melalui ikatan 1,4-β-
terpenting sebagai bahan baku pulp dan kertas, dan pentosan kira-kira 40-50%
Purnawan, 2014).
Berat molekul selulosa berkisar antara 250.000-1.000.000 atau lebih dan pada
umumnya tiap molekul terdiri dari 1.500 satuan glukosa. Rantai selulosa terdiri
dapat mengikat air (H-OH) atau gugus O lain pada rantai selulosa. Ikatan
Selama proses pemasakan selulosa akan terdegradasi oleh larutan alkali. Dua
aksi utama yang terjadi selama proses pemasakan yaitu reaksi peeling yang
terjadi pada suhu di atas 70°C dan reaksi stopping yang terjadi pada suhu di
atas 150°C (M. Donald dan Franklin, 1969) reaksi peeling merupakan reaksi
dalam dinding sel tumbuhan seperti kayu, dahan, dan daun yang menyebabkan
dari kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Sifat-sifat
dari serat. Ketangguhan serat terutama ditentukan oleh bahan mentah dan
2.3.2. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah kelas dari polimer gula yang termasuk diantaranya gugus
air, bersifat plastis dan mempunyai permukaan kontak antar molekul yang lebih
semua jenis serat, mudah larut dalam alkali, dan mudah terhidrolisi oleh asam
dan retensi air. Oedijono (1991) dalam Daditama (2003) menegaskan bahwa
sifat hidrofil dan keadaan yang membantu proses penggilingan. Oleh karena
dalam pulp untuk kertas sehingga pembentuk lembaran yang meudah larut
DP lebih kecil yaitu 300. Hemiselulosa adalah polimer bercabang, atau tidak
dan berbentuk amorf (tidak beraturan) serta berstruktur tiga dimensi. Ada 3
memiliki kandungan lignin yang lebih bervariasi dari pada kayu jarum (Sixta,
2006).
Rumus molekul lignin belum dapat diketahui secara pasti, dari hasil analisa
ternyata unsur lignin dalam kayu daun terdiri dari karbon sekitar 59-60% dan
hidrogen 33-34%. Monomer dari jenis kayu jarum dan kayu daun sangatlah
berbeda dimana lignin dari kayu jarum hanya terdiri dari unit guaiacyl
sedangkan kayu daun terdiri dari campuran satuan syringil dan guaiacyl.
Lignin atau lignen adalah kompleks senyawa kimia yang paling sering berasal
dari kayu, dan merupakan bagian integral dari sekunder dinding sel dari
tanaman dan beberapa alga. Istilah ini diperkenalkan tahun 1819 oleh de
Candolle dan berasal dari bahasa latin kata “Lignum”, yang berarti kayu. Ini
adalah salah satu yang paling berlimpah polimer organik di bumi, melebihi
hanya dengan selulosa, menggunakan 30% dari non-fosil karbon organik dan
tersisa harus dihilangkan dari pulp, dibebaskan dari gugus yang menyerap sinar
kuat sesempurna mungkin. Lignin akan mengikat serat selulosa yang kecil
menjadi serat-serat panjang. Lignin tidak akan larut dalam larutan asam tetapi
mudah larut dalam alkali encer dan mudah diserang oleh zat-zat oksida lainnya.
Lignin atau zat kayu adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan.
lainnya, sehingga suatu pohon biasa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah
batang beton). Berbeda dengan selulosa yang terbentuk dari gugus karbohidrat,
struktur kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Gugus aromatik
ditemukan pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang
terdiri dari 2-3 karbon. Proses pirolisis lignin menghasilkan senyawa kimia
aromatis berupa fenol, terutama kresol. Lignin terdapat diantara sel-sel agar
tetap bersama. Keberadaan lignin dalam dinding sel sangat erat hubungannya
mungkin karena sifat lignin yang kaku, rapuh, dan hidrofobik. Lignin dapat
antar serat dan dapat menurunkan derajat putih pada pulp. Sebenarnya sifat
lignin sendiri tidak berwarna. Namun, pada proses pemasakan lignin bereaksi
menghasilkan warna.
Sifat fisik dan kekuatan dari pulp dan kertas akan lebih baik apabila kandungan
lignin didalamnya sedikit. Hal ini disebabkan karena lignin bersifat menolak
indikator untuk mengetahui banyaknya lignin yang masih tersisa dalam pulp.
Selain itu, akan menyebabkan lembaran bersifat kaku dan dapat mengurangi
berwarna lebih gelap (Panshin dan Zeuw, 1980, A.H. Muhammad, 2015). Pulp
akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik apabila mengandung
2.3.4. Ekstraktif
Ekstraktif adalah senyawa kimia dengan berat molekul rendah yang dapat larut
dalam air dan pelarut organik. Ekstraktif merupakan zat pengisi rongga sel dan
merupakan kumpulan banyak zat seperti gula, pectin, zat warna kayu, asam-
Lempang, 2017). Ekstraktif dapat larut dalam methanol, toluena, benzena, dan
larutan netral lainnya. Ekstraktif yang terkandung dalam kayu kira-kira 1-5%
pemasakan, sedangkan sisanya dalam pulp sering dianggap sebagai pitch atau
bandingkan dengan jenis kayu jarum. Adanya ekstraktif dalam pulp maka akan
menimbulkan kesulitan penetrasi larutan pemasak kedalam serpih dan
tinggi pula konsumsi bahan kimia yang diperlukan dalam proses pulping serta
dihaslikan (Syafii & Siregar, 2006; Mody Lempang, 2017). Ekstraktif juga
(Sixta, 2006)
Gambar 2.7. Contoh fatty acid dengan 18 Atom Karbon dalam Kayu
Kayu mengandung ekstraktif dalam jumlah yang sedikit, rata-rata untuk kayud
aun 5 ± 3%, dan untuk kayu jarum 3 ± 2%. Ekstraktif terdiri dari beberapa
komponen utama, seperti asam lemak, asam resin, wax, terpentin dan senyawa-
komponen-komponen yang dapat larut dalam air atau pelarut organik, seperti
Pitch adalah kumpulan dari bahan-bahan ekstraktif yang tidak terlarutkan oleh
peralatan (screen dan wire), dan juga dapat menimbulkan noda-noda pada
kertas. selain itu juga dapat mempengaruhi proses selanjutnya bila masih ada
2.3.5. Mineral
Mineral terdiri atas ion-ion logam berupa natrium (Na), kalium (K), dan
kalsium (Ca) yang mengikat anion berupa karbonat (CO3), phosfat (PO4),
silikat, sulfat (SO4), dan khlorida (Cl). Kayu hanya mengandung jumlah yang
pembakaran sempurna kayu yang jarang melebihi 1% dari berat kering kayu
dari 1% dan dalam pulp kadang-kadang senyawa ini masih terkandung, tidak
hanya berasal dari bahan bakunya melainkan juga diperoleh dari bahan kimia,
air dan peralatan yang digunakan. Untuk mengetahui kadar mineral dalam kayu
fosfat, oksalat, sulfat, dan sisanya merupakan senyawa logam seperti kalsium,
tembaga, silika, dan mangan. Kadar abu yang tinggi dalam kayu khususnya
bahan baku kayu dan tidak larut dalam HCL 6M biasanya banyak mengandung
silika. Adanya abu dalam pulp akan mengganggu pada hasil dan kualitas kertas,
sedangkan adanya silika atau silikat yang tinggi akan mengakibatkan korosi
atau pengerakan di dalam digester, menyumbat alat pipa recovery, dan juga
Kayu dengan kadar abu yang tinggi akan meninggalkan kandungan abu yang
2.4.Pulp
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non-
Pulp adalah bahan berupa serat berwarna putih yang diperoleh melalui proses
penyisihan lignin dari biomassa (delignifikasi). Pulp digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan kertas dan dapat juga dikonversi menjadi senyawa turunan
selulosa termasuk selulosa asetat. Penyisihan lignin dari biomassa dapat dilakukan
dengan berbagai proses yaitu mekanis, semikimia dan kimia (Johanson, 1987;
Smook, 2002).
Pulp diproduksi dari bahan baku yang mengandung selulosa. Proses pembuatan
pulp pada umumnya menggunakan proses kimia, yaitu proses soda, sulfat (kraft),
sulfit, dan organosolv. Hasil penelitian mengenai pembuatan pulp secara kimia
diproduksi. Polutan atau limbah utama yang dihasilkan adalah komponen gas yang
mengandung senyawa sulfur dan klor yang dihasilkan dari proses kraft atau sulfit
Selulosa dari bahan kayu atau non-kayu masih tercampur dengan bahan lainnya
seperti lignin dan selulosa. Tujuan dari pembuatan pulp adalah mengambil
sebanyak-banyaknya serat selulosa (fiber) yang ada dalam kayu dan menghilangkan
kandungan lignin dan ekstraktif. Pulp dibedakan menjadi 2 macam yaitu pulp
berserat pendek dan pulp berserat panjang. Pulp berserat pendek umumnya
dihasilkan dari jenis rumput-rumputan dan sisa hasil pertanian, sedangkan pulp
Menurut Bahri (2015) bahan baku dasar pembuatan pulp adalah selulosa dalam
bentuk serat dan hamper semua tumbuhan yang mengandung serat dapat dipakai
sebagai bahan baku pembuatan pulp. Pulp merupakan hasil pemisahan serat kayu
atau bahkan berserat lain yang mengandung lignoselulosa (Casey, 1980; A. Morlina
berselulosa menjadi berserat. Pulp atau yang disebut dengan bubur kertas
merupakan bahan pembuatan kertas. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang
dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp, yang mengandung
oleh kayu di antaranya lignin. Adapun karakteristik bahan baku yang digunakan
Proses pembuatan pulp terdiri dari proses pemasakan kayu dan pemutihan pulp.
Proses pembuatan pulp pada dasarya adalah proses pemisahan serat dari bahan baku
yang mengandung serat dengan cara mekanis, kimia atau gabungan dari keduanya.
Dalam proses kimia, bahan baku dimasak dalam bejana pemasak (digester) dan
ditambahkan dengan bahan kimia untuk melarutkan komponen dalam bahan baku
yang tidak diinginkan sehingga diperoleh pulp dengan kandungan selulosa yang
tinggi.
Tujuan utama dari pembuatan pulp adalah memisahkan selulosa (serat-serat) dari
bahan-bahan lainnya. Pulp secara kimia bertujuan memisahkan serat selulosa dari
Ada beberapa metode untuk pembuatan pulp yang merupakan proses pemisahan
semikimia dan kimia. Pada proses secara kimia ada beberapa cara tergantung dari
larutan pemasak yang digunakan, yaitu proses sulfit, sulfat (kraft), dan lain-lain.
2.5.1. Proses Pulp Mekanik
2.5.1.1.Proses Mekanik
Proses ini dikembangkan oleh E.G. Kellen (Jerman). Pada proses ini,
didalam rotary scruber sehingga secara fisik serat menjadi rusak. Hal
2.5.1.2.Proses Thermomekanik
2.5.1.3.Proses Semikimia
sulfat, soda abu) terlebih dahulu. Pulp yang dihasilkan disaring. Salah
2.5.1.4.Proses Kimia
Pada proses ini lignin dihilangkan sama sekali sehingga serat-serat kayu
1. Proses soda
Proses ini dikenalkan oleh C. Watt dan H. Burges pada tahun 1850.
penguapan (evaporasi).
2. Proses sulfit
3. Proses sulfat
Proses ini disebut juga proses pulp kraft. Pada umumnya di Indonesia
berkualitas. Pada tahun 1884, proses kraft ditemukan oleh C.F. Dahl
kimia yang hilang selama proses soda. Adanya reaksi kimia dalam
Na2S pada proses kraft sebagai tambahan dari proses soda, Na2S
ion hidroksil (OH-) dan hidrosulfida (SH-) yang ada dalam cairan
beberapa, juga diserang oleh bahan kimia dan terlarut sampai batas
tinggi.
Lignin lebih mudah larut dalam proses kraft, karena adanya ion-ion
Spesies
Kandungan air
Faktor H
a. Alkali Aktif
Alkali aktif menyatakan jumlah dari larutan NaOH dan Na2S yang
b. Efektif Alkali
Efektif alkali sekitar 12-18% pada kayu untuk produksi unbleached kraft
dan 18-24% untuk kayu produksi bleached grades, dengan hardwood yang
digunakan memiliki kandungan lignin yang rendah. Diatas 55 g/L efektif
sepenuhnya menjasi ion hidrogen sulfida dan ion hidroksida (Sixta, 2006).
c. Sulfiditas
laju delignifikasi yang terjadi dari aksi ion hydrosulfide (HS-). Sulfiditas
terlalu rendah, kandungan lignin dalam pulp akan tinggi dan degradasi
rendah. Jika sulfiditas terlalu tinggi, emisi sulfur akan meningkat dan korosi
bahan baku kering. Untuk penetrasi yang cukup, volume cairan yang
terbasahi. Pada pemasakan batch digester normalnya sekitar 75% diisi oleh
cairan pada awal pemasakan. Setelah pemasakan terjadi, air dalam chip dan
lignin memasuki fasa cairan ketika massa chip berkurang, level cairan lalu
naik dalam hubungan dengan level chip. White liquor yang cukup disuplai
e. H-Faktor
pemasakan didalam proses kraft sebagai variabel tunggal. Dimana, waktu dan
temperatur dari cooking cycle lain bisa dinyatakan dengan nilai angka
4. Proses organosolv
bahan kimia organic seperti misalnya methanol, etanol, asam asetat, dan
lain-lain. Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi
lingkungan yang dihadapi oleh indistri pulp dan kertas akan dapat diatasi.
lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam
atau panas)
diputihkan
2.5.2.1.Deknotting
Pulp yang telah melalui proses pemasakan, akan menghasilkan pulp yang
pulp tersebut akan dikirim ke proses selanjutnya yaitu pemisahan knot. Knot
adalah bundelan serat yang tidak matang biasanya berasal dari mata kayu
yang sulit untuk diuraikan pada proses pemasakan karena sulitnya bahan
kimia pemasak melakukan penetrasi terhadap mata kayu tersebut, dan
timbul yang namanya knot. Oleh karena itu, knot tersebut harus disaring
Setelah knot dipisahkan dengan pulp, knot tersebut disaring kembali dengan
knotter lainnya sampai didapat knot yang nantinya akan dikirim kembali ke
2.5.2.2.Pencucian (Washing)
Tujuan dari pencucian pulp adalah untuk mendapatkan pulp yang bebas dari
pulp oleh air bersih. Pada pabrik pulp modern, operasi pencucian termasuk
juga displacement dari satu jenis cairan dengan cairan lainnya (Biermann,
pencucian berbeda dalam satu proses yang sama untuk mencapai target
Idealnya, proses pencucian pulp dilakukan dengan jumlah air pencuci yang
minimal untuk menjaga sumber air bersih dan untuk mengambil beban
kapasitas dari bagian aliran bawah yang memproses air filtrat pencucian.
2.5.2.3.Screening
berupa hole dan slot. Kontaminan yang dipisahkan pada screening adalah
knot (mata kayu), shives (bundel dari dua atau lebih berat), dirt (kotoran),
padat dari pulp dengan tujuan untuk menjaga peralatan proses, menghemat
bahan kimia pemutih, dan untuk mendapatkan pulp akhir yang bersih.
2.5.2.5.Oxygen Delignification
Bilangan kappa yang lebih tinggi pada proses pulp akan mendapatkan
rendemen yang lebih tinggi, tetapi karena akan membuat lignin terlarut
pengolahan limbah yang lebih mahal dan kompleks, hal ini tidak bagus bagi
metoda atau tahapan baru untuk menurunkan bilangan kappa sebelum tahap
pemasakan pulp (residual phase), tahapan ini memakai bahan kimia yang
jauh lebih murah dari bahan kimia pemutihan, yaitu oksigen dan alkali.
Kedua bahan kimia tersebut dapat dibuat pada mill langsung. Selain itu
energi.
yang cukup. Pengetesan pH akhir bisa saja tidak menunjukkan hasil yang
sesuai, alkali yang terlalu rendah bisa saja tidak terlihat dari pengetesan ini
karena adanya efek buffering. Solusi yang tepat adalah tetap menaikkan
terlalu banyak oksigen dapat memberi efek buruk lebih besar dari terlalu
konsumsi alkali.
2.5.3. Pemutihan Pulp Kimia (Bleaching)
Pulp belum putih, dalam hal ini pulp unbleached kraft, mempunyai warna coklat
gelap yang disebabkan oleh kromofor yang sebagian besar terdapat pada sisa lignin.
Beberapa produk seperti kertas tulis dan cetak, bungkus makanan membutuhkan
pulp putih, karena akan berpengaruh terhadap kualitas kertas tersebut. Proses
pemutihan menghasilkan pulp dengan derajat cerah yang tinggi dan juga
ekstraktif, dan kontaminan yang jauh lebih sedikit. Pemutihan juga menghasilkan
pulp murni bebas bakteri yang penting bagi produk bungkus makanan dan
minuman. Pemutihan pulp kimia dengan pulp mekanik juga berbeda. Pada pulp
kimia, pemutihan dilakukan dengan melakukan oksidasi pada lignin, yang membuat
lignin tersebut terdekomosisi dan akhirnya dapat dipisahkan dari pulp, hal ini
hanya kromofor yang di oksidasi, bukan sususan ligninnya, hal ini membuat masih
banyak kandungan lignin yang tersisa pada pulp, walaupun begitu dengan adanya
eliminasi kromofor ini dapat meningkatkan derajat cerah pulp. Pada abad 18,
diketahui bahwa pulp dapat diputihkan dengan klorin (Cl2) dan hipoklorit (OCl).
Proses hipoklorit satu tahap pemutihan menjadi proses dominan hingga tahun 1930-
tersebut sudah cukup untuk memutihkan pulp sulfit, tetapi belum cukup untuk
memutihkan pulp kraft tanpa kehilangan banyak rendemen dan kekuatan. (Monica,
et al¸2009). Saat ClO2 ditemukan sebagai agen pemutihan dengan selektifitas yang
tinggi terhadap selulosa pada 1920-an, hal ini memungkinkan untuk memutihkan
pulp kraft dengan hanya sedikit kehilangan kekuatan. Instalasi mill pertama
terhadap teknologi ini dilakukan pada tahun 1946 di mill husum, Swedia. Proses
pemutihan dengan tahap ini dinamakan ECF (elemental chlorine free). Jika klorin
dioksida tidak digunakan, maka tahapan tersebut dinamakan TCF (totally chlorine
free bleaching). Cara ini akan menghilangkan kandungan AOX dalam limbah.
Menurut (Suess, 2010), tahapan yang lebih disukai antara ECF dan TCF berganti
kualitas serat menuju dampak terhadap lingkungan. Tetapi, sudut pandang tentang
dampak “paling bagus” dan “paling buruk” untuk lingkungan telah berubah, sebuah
pendekatan yang sempit dan focus hanya pada satu topik diganti dengan pendekatan
yang lebih holistik atau menyeluruh. Masalah yang ditimbulkan adalah AOX yang
TCF, teknologi ini pun laris manis pada tahun 1980-an. kekuatan serat yang rendah
dan rendemen yang tidak tinggi menjadi permasalahan yang tidak dapat diterima
Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan teknologi ECF dan TCF antara
lain:
2. AOX lebih rendah pada pulp putih, pada air limbah 2.4- 3.5 ton/kg.
pulp.
Ada beberapa tahap bleaching yang digunakan di pabrik pulp sekarang, namun
yang utamanya adalah tahap D0 (EO) D1 D2 sebagai tahap standar. Akan tetapi,
banyak juga tahap lain yang digunakan dengan pertimbangan lokal tentang masalah
2.5.3.1.Tahap D0 (Khlordioksida)
Proses bleaching pada tahap pertama ini bahan kimia yang digunakan
Tujuan tahap ini untuk mendegradasi dan memisahkan struktur lignin yang
2.5.3.2.Tahap E (Ekstraktif)
dengan larutan kaustik (NaOH). Hal ini mengikuti tahap C dan terkadang
3% pada pulp, sering dengan tower aliran bawah seiring dengan konsistensi
tinggi pulp (10-18%), dengan temperatur 50-95°C, dan waktu reaksi 0,75-
pulp. Alkali menggantikan klorin dan membuat lignin dapat terlarut oleh
lignin. Ini membuat chlorine dioxide sangat berguna untuk tahap lanjutan
meledak pada tekanan diatas 10 kPa (1,5 psi atau 0,5 atm), Kelarutannya 6
selama 3-5 jam pada pH 3,5-6. Digunakan sekitar 0,4-0,8% terhadap berat
yang digunakan ClO2 dan SO2. SO2 berfungsi untuk menetralkan residual
Kualitas keterangan:
a. Kelas I Serat panjang sampai panjang sekali, dinding sel tipis sekali dan
b. Kelas II Serat kayu sedang sampai panjang, mempunyai dinding sel tipis
dan lumen agak lebar. Serat akan mudah menggepeng waktu digiling dan
ikatan seratnya baik. Serat jenis ini diduga akan menghasilkan lembaran
c. Kelas III Serat kayu berukuran pendek sampai sedang, dinding sel dan
d. Kelas IV Serat kayu pendek, dinding sel tebal dan lumen serat sempit.
Suatu bahan baku pulp dapat dikatakan menjadi pulp yang baik apabila memenuhi
3 Noda maks. 5
pulp dalam waktu 10 menit denga suhu 25°C. Kappa number ini sangat
berguna untuk menentukan kadar lignin dalam pulp. Larutan kimia yang
titrasi.
jumlah konsumsi WL, kadar air kayu, efisiensi pencucian, temperatur dan lain-
lain. Di skala industri, telah dipasang sensor kappa number untuk melihat nilai
yang dikenali oleh alat dan akan menyalakan alarm jika hasil yang diinginkan
variasi kappa number hingga level 20% dan menjaga kappa number tetap
dalam target. Ketelitian dari analisa kappa number ini akan membantu operator
digester untuk mengontrol jalannya digester, mulai dari start up, proses
2.7.2. Rendemen
Rendemen mencerminkan jumlah pulp yang dihasilkan dari bahan baku yang
dimasak. Besarnya rendemen yang diperoleh dapat dijadikan sebagai salah satu
2.8.1. Brightness
Brightness adalah sifat lembaran pulp untuk memantulkan cahaya yang diukur
pada suatu kondisi yang baku, digunakan sebagai indikasi tingkat keputihan.
(brightness) pulp tergantung pada jenis dan jumlah bahan kimia pemutih yang
digunakan pada tahap bleaching. Bilangan kappa yang kecil akan diikuti
lama waktu penyimpanan. Pulp biasanya akan berubah menjadi kuning. Laju
penurunan brightness dengan waktu bervariasi dalam rentang yang cukup luas.
berubah menjadi kuning, sebagian lagi hanya dalam hitungan bulan akan
berubah menjadi kuning dan bahkan yang dalam hitungan hari sudah berubah.
Lignin bukan merupakan penyebab utama perubahan warna pulp jika hanya
jumlah besar sudah pasti menjadi penyebab utama dalam perubahan warna
pulp. Oleh karena itu, efektivitas penghilangan lignin pada tahap bleaching
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.
lain.
Dalam fluida ideal (fluida tidak kental) tidak ada kekentalan yang menghambat
lapisan-lapisan cairan ketika bergeser satu di atas lainnya. Dalam suatu pipa
dengan luas penampang yang sama, setiap lapisan bergerak dengan kecepatan
gesekan, sehingga kecepatan aliran tidak seluruhnya sama. Pada bagian tengah
di sekitar sumbu cairan mengalir lebih cepat karena lebih leluasa. Sebaliknya
di sekitar dinding pipa cairan mengalir lebih lambat, bahkan yang melekat pada
Secara umum, viskositas cairan dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu:
a. Viskometer Oswald
yang diperlukan untuk mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari atas ke
pompa ke dalam bola sampai di atas tanda garis atas. Cairan dibiarkan mengalir
kebawah dan waktu yang diperlukan dari batas atas ke batas bawah dicatat
menggunakan stopwatch.
Hukum Stokes. Penetapannya diperlukan bola kelereng dari logam dan alat
gelas silinder berupa tabung. Bola kelereng dengan rapatan d dan jari-jari r
Waktu yang diperlukan bola untuk jatuh melalui cairan dengan tinggi tertentu
Sifat fisik lembaran pulp terdiri dari ketahanan retak, ketahanan tarik dan
ketahanan sobek yang dikonversi menjasi indeks retak, indeks tarik, dan indeks
Gramatur merupakan massa dari satuan luas tertentu dari lembaran yang
ditetapkan melalui cara uji spesifik. Gramatur dinyatakan dalam gram per
Ketahanan sobek adalah gaya dalam gram gaya (gF) atau mili Newton (mN)
tegak lurus permukaan kertas yang diperlukan untuk meneruskan sobekan dari
lembaran kertas yang telah mengalami penyobekan awal, diukur pada kondisi
standar. Indeks sobek adalah ketahanan sobek dalam mili Newton dibagi
kertas dinyatakan dalam kg/cm2 atau kilopascal (kPa), diukur pada kondisi
standar. Indeks retak adalah ketahanan retak dalam kilopascal dibagi gramatur
Ketahanan tarik adalah daya tahan maksimum jalur pulp, kertas dan karton
tehadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung jalur tersebut sampai putus,
dinyatakan dalam satuan gaya per satuan lebar jalur uji, diukur pada kondisi
standar. Indeks tarik adalah katahanan tarik dalam newton per meter dibagi
mengambil kembali bahan kimia yang sudah digunakan menjadi bisa digunakan
kembali. Sistem pemulihan kembali bahan kimia memang merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari unit pulp yang menggunakan proses sulfat (kraft) dan
efisiensi dari sistem pemulihan kembali bahan kimia memainkan peranan penting
di bidang ekonomi. Efisiensi sistem pemulihan kembali bahan kimia dalam hal
efisiensi panas, pemulihan energi dan konversi energi panas menjadi energi listrik
yang luar biasa telah berdampak pada perekonomian secara keseluruhan produksi
meliputi:
1. Menghancurkan seluruh bahan-bahan organic yang terlarut selama proses
membangkitkan steam
A. Evaporator
Evaporation adalah proses pengentalan pada cairan black liquor, pengeluaran air
dengan menggunakan steam. Target evaporation untuk membawa kadar dry solid
liquor yang dievaporasi sampai konsentrasi kadar dry solid sampai 65-85%.
B. Recovert boiler
Black liquor adalah produk samping dari senyawa kimia pulping. Mengandung
lebih banyak snyawa kimia pemasak anorganik dan organik lainnya yang berasal
dari lignin kayu selama proses pulpingdalam digester. Konsentrasi awal weak black
liquor sekitar 15% kadar kering. Konsentrasi ditingkatkan sekitar 65-85% dengan
menggunakan evaporator plant dan kemudian dibakar didalam unit besar yang
% in Dry Solid
C 38.2%
H 3.4%
O 31.1%
N 0.1%
S 5.2%
Na 19.8%
K 1.9%
Cl 0.1%
Recovery boiler memiliki dua fungsi utama yaitu untuk memulihkan bahan kimia
energy panas yang berasal dari pembakaran kandungna organic pada liquor
Chemical plant merupakan plant yang bertugas untuk memproduksi bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan pada PT. RAPP di produksi di dalam chemical plant
terdiri dari klorin dioksida (ClO2), klorin (Cl2), sodium hidroksida (NaOH), oksigen
(O2). Namun tidak semua bahan kimia tersebut dapat di produksi langsung di
chemical plant. Sehingga kebanyakan pabrik pulp dan kertas hanya memproduksi
bahan kimia seperti klorin dioksida (ClO2), klorin (Cl2), sodium hidroksida
(NaOH), sulfur dioksida (SO2), natrium klorat (NaClO2), dan oksigen (O2).