Anda di halaman 1dari 22

JARINGAN SERAT SELULOSA

Kandungan Selulosa pada Hardwood, Softwood dan Nonwood (Made, Fina, yoga)

Bahan Baku

Pada dasarnya hampir semua tanaman berserat dapat dibuat pulp, tetapi harga dan kualitas pulp yang
dihasilkan belum tentu ekonomis dan baik sehingga tidak dapat bersaing di pasaran. Sumber serat
utama adalah tanaman kayu, yang dapat dibagi menjadi kayu daun (hardwood) dan kayu jarum
(softwood), ada juga sumber serat dari bukan kayu (nonwood). Pulp selain berasal dari serat kayu dan
bukan kayu, juga dapat diperoleh dari kertas dan karton daur ulang (Susi Sugesty,1991).

Menurut uraian Smook (1982) dalam Kurniawan (2013), secara umum bahan baku untuk pembuatan
pulp dipisahkan atas dua kelompok :

1. Tanaman Kayu (Wood)

Tanaman kayu adalah sumber bahan baku yang paling banyak digunakan dan tersedia cukup melimpah
di alam. Menurut ilmu botani, kayu digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu gymnospermae yang
biasa disebut kayu daun jarum (softwood) dan angiosprermae atau kayu daun lebar (hardwood).

a. Kayu Daun Jarum (Softwood)


Tanaman kayu daun jarum berdaun tidak sempurna karena tidak memiliki tangkai, helai dan urat daun,
daunnya berbentuk jarum dan serat yang dihasilkan adalah serat panjang. Contohnya Pinus, Cemara,
Aghatis dan lain-lain.

b. Kayu Daun Lebar (Hardwood)

Kayu daun lebar biasanya mempunyai cirri-ciri tanaman berdaun sempurna yaitu memiliki tangkai, helai
dan urat. Umumnya berdaun lebar dan bentuk daun bulat sampai lonjong. Serat yang dihasilkan adalah
serat pendek. Contohnya Acacia Mangium, Eucalyptus sp, Albazia sp dan lain-lain.
2.Tanaman Bukan Kayu (Nonwood)

Jenis tanaman lain yang dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan pulp adalah tanaman bukan
kayu. Tanaman ini banyak jenis dan ragamnya seperti jenis rumpu-rumputan, perdu berbatang basah
dan tanaman berkayu lunak. Tanaman ini dapat berasal dari hasil pertanian, hasil perkebunan atau
limbah industri. Tanaman non kayu ini pada umumnya banyak mengandung sel gabus (pith) atau bukan
serat. Seratnya dapat berasal dari kulit, batang, dan bahkan biji atau buahnya. Contohnya jerami, ampas
tebu, nanas, tandan kosong kelapa sawit dan lain-lain

Perbedaan Kayu Keras (hard wood) dan Kayu Lunak (softwood)

Perbedaan utama antara softwood dengan hardwood adalah panjang seratnya. Serat hardwood sekitar
13-15 dari panjang serat softwood. Perbedaan lainnya adalah jumlah tipe-tipe sel yang berbeda.
Softwood memiliki fraksi serat yang lebih tinggi daripada hardwood. Sel parenkim dalam softwood
maupun hardwood sangat kecil sehingga biasanya hampir semuanya terdegradasi dalam pengolahan
pulp dan bleaching. Jika tidak, sel parenkim menghasilkan ukuran chip yang fines. Sel parenkim sangat
menghasilkan fines yang lebih tinggi dalam hardwood. Sel parenkim juga sumber dari adanya masalah
pitch.

Umumnya, pulp dari softwood menghasilkan pulp yang lebih kuat daripada hardwood. Karena serat
softwood lebih panjang. Softwood biasanya memberikan hasil (yield) rendemen yang lebih rendah
daripada hardwood dalam kondisi pengolahan yang sama. Ini karena hemiselulosa pada softwood lebih
mudah larut daripada hemiselulosa pada hardwood dan softwood umumnya mengandung lebih banyak
lignin daripada hardwood.

Pulp dari kraft hardwood yang diputihkan menghasilkan kertas dengan kualitas print yang bagus yang
membutuhkan formasi lembaran dan permukaan untuk printing yang bagus. Kekuatan yang tinggi tidak
terlalu dibutuhkan. Serat hardwood memiliki permukaan yang halus karena ukurannya yang kecil.
(Johan, 1999)
JARINGAN SERAT SELULOSA

(Andi Riza Jeremia Ginting)

 Selulosa merupakan polimer dari glukosa (tergolong polisakarida) dengan rumus kimia
(C5H10O5)n.
 Selulosa disusun oleh β-D glukosa. Sehingga tidak dapat dicerna oleh manusia. Hanya
bakteri tertentu yang terdapat di saluran pencernaan ruminansia contoh : kambing, sapi
dll
 Stuktur selulosa

 Anselme Payen (1795-1871) seorang kimiawan asal Prancis berhasil menemukan rumus
kimia dari senyawa selulosa pada tahun 1838 melalui isolasi dari bahan organik seperti
kapas, kentang dan melalui formulasi stokiometri. Ia memperoleh bahwa selulosa
memiliki struktur berupa serat padat.
 Keberadaan dari selulosa di alam tidak dalam bentuk senyawa murni, akan tetapi dalam
bentuk lignoselulosa (lignin, hemiselulosa, pati, dan selulosa)
 Berdasarkan derajat polimerisasi selulosa terbagi dalam 3 jenis yakni:
1. α-Selulosa : Selulosa berantai panjang yang memiliki derajat polimerisasi 600- 15000.
Umumnya tidak larut dalam larutan NaOH 17,5 %. Jenis selulosa ini pada
umumnya menjadi parameter kemurnian dari selulosa. Semakin tinggi
kadar α-Selulosa maka akan semakin baik pula mutu bahannya.
2. β-Selulosa : Selulosa berantai pendek dan larut dalam larutan NaOH 17,5. Memiliki
derajat polimerisasi berkisar antara 15 hingga 90. Dan dapat mengendap
bila di netralkan

3. - Selulosa : Selulosa berantai pendek, larut dalam NaOH 17,5 %, memiliki derajat
polimerisasi kurang dari 15. Kandungan utamanya merupakan
hemiselulosa
 Hemiselulosa merupakan polisakarida yang mudah larut oleh larutan basa. Hemiselulosa
umumnya sebagai pengisi ruang antara serat-serat selulosa.
 Struktur senyawa hemiselulosa

 Perbandingan polimer selulosa dan hemiselulosa


SELULOSA HEMISELULOSA
Terdiri dari 1 jenis monomer Terdiri dari banyak jenis monomer
Disusun oleh unit glukosa Disusun oleh unit kesosa, xylosa,
pentosa, glukoronat, asetil grup
Polimer tidak bercabang Polimer bercabang
Derajat polimerisasi tinggi Derajat polimerisasi rendah
Strukturnya sama untuk kayu softwood Strukturnya berbeda untuk kayu
dan hardwood hardwood dan softwood
Sukar larut dalam larutan alkali Mudah larut dalam alkali

 Selulosa pada dasarnya merupakan salah satu kompen penyusun dinding sel dan berperan
sebagai zat pengisi sehingga mengakibatkan bagian dari tumbuhan menjadi lebih kuat.
Komposisi selulosa berkisar antara 30-50% dari komposisi penyusun dinding sel
tumbuhan.
 Selulosa dapat ditemukan hampir diseluruh bagian-bagian dari tumbuhan

 Daftar kandungan selulosa dalam berbagai macam tumbuhan


BAHAN TANAMAN SELULOSA (%)
Kapas 95-99
Rami 80-90
Bambu 40-50
Kayu 40-50
Lumut 25-30
Kulit kayu 20-30
Ekor kuda 20-25
Bakteria 20-30

 Rantai-rantai selulosa akan bergabung menjadi satu kesatuan membentuk mikrofibril,


bagian kristalin akan bergabung dengan bagian nonkristalin. Mikrofibril-mikrofibril akan
bergabung membentuk fibril, selanjutnya gabungan fibril akan membentuk serat.
 Susunan selulosa pada tumbuhan digambarkan sebagai :
 Beberapa sifat-sifat selulosa antara lain
1. Wujud berupa serat
2. Memiliki struktur kristal, dan amorf
3. Bersifat insulator listrik ketika kering, akan tetapi dapat bersifat konduktor ketika
basah
4. Memiliki suhu degradasi tertentu
5. Dapat terdegradasi oleh pengaruh tertenru misalnya: hidrolisa, oksidasi, fotokimia, dan
secara mekanik
6. Tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut kompleks logam misal
kuoksan (Cu(NH3)4(OH)2 serta larutan alkali
7. Memiliki kekuatan tarik yang tinggi
8. Relatif tidak berwarna
9. Mudah menyerap air
10. Tidak beracun
11. Memiliki kuat tarik dan tekan yang tinggi
12. Berat molekul yang bervariasi
13. Kepadatan sekitar 1,5 gr/cm3
 Selulosa dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan kain, karpet, tali, tisu, kertas dan
bioplastik
 Dalam pemanfaatan selulosa untuk pembuatan kertas, selulosa didapatkan dalam bentuk
pulp yang dapat diperoleh melalui beberapa proses yakni: Proses mekanik, termodinamik,
semikimia, kimia, dan proses organosolv

STRUKTUR MOLEKUL DAN KRISTAL SELULOSA


(DENI SINAGA)

 Selulosa merupakan polimer linier dengan struktur rantai yang seragam


 Eksistensi dari ikatan hidrogen dalam selulosa, memainkan peranan penting dalam
terbentuknya struktur rantai lurus.
 Unit dasar dari polimer selulosa terdiri atas dua unit glukosa anhidrat yang disebut selobiosa,
panjang unit selobiosa ini ialah 1,03 nm
 Susunan glukosa yang berbentuk cincin heksagonal yang dimana setiap cincin memiliki
kandungan-kandungan energi tertentu
 Berat molekul rerata dari molekul selulosa ialah (50000-500000 gr/mol)
 Derajat polimerisasi merupakan panjang pendeknya ukuran rantai molekul selulosa, dan
didefenisikan sebagai rasio antara berat molekul selulosa dengan berat 1 unit glukosa
 Derajat polimerisasi (DP)

DP
 Manfaat mengetahui DP selulosa adalah untuk mengetahui apakah perlakuan tertentu terhadap
biomassa (selulosa) menyebabkan degradasi atau tidak
 Pada proses pemasakan pulp diharapkan dapat menghasilkan rendemen pulp dengan DP
selulosa yang tinggi.
 polimer selulosa terdiri atas 2 bagian utama yakni bagian kristalin dan amorf
 susunan molekul selulosa yang teratur diselingi oleh susunan tidak teratur setiap rentang 60
nm, seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut
 Selulosa kristalin umumnya memiliki struktur yang rapat dan kuat serta sulit untuk diputuskan
ikatannya
 Sifat kristal dari selulosa pertama kali diteliti menggunakan metode difraksi sinar-x oleh
Nishikawa dan Ono pada 1913, kemudian dilanjutkan oleh penelitian yang bertujuan untuk
identifikasi struktur kristal selulosa tahun 1937.
 Selulosa alam umumnya memiliki struktur monoklinik dan triklinik
 Struktur monoklinik dari selulosa-I digambarkan sebagai

 Bagian kristalin selulosa dibentuk dari ikatan hifrogen antara rantai selulosa dan pengaruh
gaya van der walls antara molekul glukosa
 Struktur kristalin selulosa akan mempengatuhi sifat fisik dan mekanik dari serat selulosa
 Rasio antara bagian kristalin dan bagian amorf disebut dengan derajat kristalinitas
 Derajat kristalinitas selulosa umumnya berkisar antara 40-60%
Pengikatan Dalam Kertas(Molley dan fina)
 Ikatan Antar Serat Selulosa
Sifat luar biasa dari serat selulosa yang menyebabkan penggunaannya secara luas dalam produk
kertas dan papan adalah kemampuannya, ketika dikeringkan dalam kontak satu sama lain dari
air, untuk membentuk ikatan yang kuat. Mungkin yang lebih penting, ikatan ini dapat
sepenuhnya terganggu oleh penambahan kembali air dan ini adalah sifat esensial yang
memungkinkan serat selulosa relatif mudah didaur ulang. Ikatan antar serat umumnya diterima
karena beberapa ikatan hidrogen di dalam area ikatan antara serat yang bersentuhan. Karena
panjang ikatan ikatan hidrogen hanya beberapa nanometer, kedua permukaan harus berada dalam
kontak yang sangat dekat agar ikatan terjadi. Gaya tegangan permukaan bertanggung jawab
untuk menyatukan serat basah sehingga ikatan ini dapat berlangsung, dan gaya ini menjadi cukup
besar saat air dikeluarkan dari jaring basah. Ikatan hidrogen diperkirakan terjadi saat
pembuangan air mencapai titik sekitar 10-25% padatan. Pada sekitar 25% padatan, gaya

tegangan permukaan bergantung secara terbalik pada ketebalan film air. Perbedaan tekanan p
antara dua permukaan yang dipisahkan oleh lapisan air dengan ketebalan x diberikan oleh:

p=

di mana adalah tegangan permukaan air. Penurunan ketebalan lapisan air menyebabkan
tekanan diferensiasi yang sangat tinggi yang memungkinkan permukaan untuk mendekati cukup
dekat untuk terjadinya ikatan hidrogen. Tingkat ikatan hidrogen di atas area kontak jelas
penting, dan bergantung pada kemampuan kedua permukaan untuk menyesuaikan diri satu sama
lain. Dengan demikian, kelenturan serat dalam keadaan basah merupakan karakteristik penting
dan dipengaruhi oleh luasnya pembengkakan dinding sel serat.
Sifat ikatan antara serat selulosa di kertas telah menjadi subyek kontroversi selama
bertahun-tahun. Pandangan awal dan sekarang yang sebagian besar tidak dipercaya adalah
bahwa kertas memperoleh kekuatannya hanya dari belitan mekanis serat. Namun, percobaan di
mana kertas dibentuk dari pelarut non-air menghasilkan lembaran dengan sifat kekuatan yang
sangat buruk dan dengan demikian cenderung membantah dugaan ini. Pada pertengahan 1950-
an percobaan deuterasi dilakukan yang menunjukkan bahwa urutan 0,4 - 2% dari semua gugus
hidroksi terikat tambahan di kertas dibandingkan dengan serat tak terikat. Pengamatan ini
mengarah pada pandangan ikatan hidrogen adalah mekanisme utama untuk pembentukan ikatan
antara serat selulosa. Namun, spesies molekuler yang tepat yang terlibat dalam ikatan hidrogen
adalah pertanyaan yang lebih sulit. Secara umum, permukaan selulosa murni seperti yang
ditemukan pada kapas atau selulosa bakteri menunjukkan karakteristik ikatan yang agak buruk,
sedangkan serat yang berasal dari sumber kayu menunjukkan karakteristik ikatan yang jauh lebih
baik. Hal ini memunculkan pandangan bahwa polisakarida teradsorpsi dari jenis hemiselulosa
mungkin juga terlibat dalam pembentukan ikatan hidrogen antar serat, atau bahwa beberapa
bentuk gangguan molekuler pada permukaan kristal terjadi selama aksi mekanis.

 Ikatan dan Kekuatan Mekanik


Ikatan hidrogen adalah mekanisme utama dari ikatan antar serat, masih banyak perselisihan
mengenai kontribusi yang tepat yang dibuatnya terhadap kekuatan mekanik kertas secara
keseluruhan. Ikatan hidrogen memiliki peranan dalam kekuatan mekanik kertas.
Karakteristik ikatan hidrogen adalah sebagai berikut.
1. Kekuatan energi ikatannya tergantung pada kerapatan muatan dan sudut antara atom-atom
yang terikat satu sama lain.
2. Faktor sterik menyebabkan distribusi elektron tidak simetris.
3. Kinetika jembatan-H, yaitu frekuensi gugus-gugus OH atau NH bergetar sehingga terjadi
perubahan kedudukan proton
Tabel Besaran Energi Ikatan Antarmolekul
Bentuk ikatan Energi ikatan (KJ mol-1)
H–OH (ikatan kovalen) 499
H–H (ikatan kovalen) 436
Ion-ion 250
Ikatan hidrogen (medium) 21–62
Ikatan hidrogen (lemah) 4,2 x 10-1–4,2
London dispersion force 2
Dipole-dipole 0,6–2

Dua pendekatan teoritis telah digunakan untuk menjelaskan sifat mekanik kertas. Yang pertama
menganggap kertas sebagai padatan yang terikat hidrogen secara kontinu, dan yang kedua
menganggap kekuatan mekanik kertas sebagian disebabkan oleh ikatan antar-serat dan sebagian
lagi karena kekuatan yang melekat pada serat individu. Pandangan terakhir sebagian besar
berlaku, mungkin sebagai hasil percobaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar dibawah ini
Gambar diatas menunjukkan bahwa kekuatan tarik kertas adalah fungsi linier dari jumlah serat
yang gagal selama pengujian. Oleh karena itu, kekuatan akhir kertas dapat dianggap sebagai
kekuatan yang 100% seratnya putus selama kegagalan. Nilai ini dapat ditentukan secara
eksperimental dengan mengukur kekuatan tarik pada rentang nol. Dalam pengujian ini sampel
kertas ditahan di antara rahang pada rentang nosional nol yang menyebabkan proporsi serat yang
tinggi melintasi garis kegagalan menjadi retak selama pengukuran.

Anisotropi Terarah (Nurul Adila)

Karena kertas dibuat dari suspensi yang mengalir, serat cenderung seperti itu
diletakkan secara istimewa dengan sumbu panjangnya di bidang lembaran (struktur
berlapis), dan dengan sumbu sejajar secara luas dengan aliran kertas melalui mesin.
Selain itu, ada juga beberapa tegangan jaring dan pengekangan pengeringan yang
menimbulkan respons material ortotropik. Tiga arah yang saling tegak lurus oleh
karena itu dapat diidentifikasi: arah mesin (MD), itu lintas arah mesin (CD) dan
ketebalan (atau arah z). Ini ditunjukkan secara skematis pada Gambar 4.6. Kertas
yang dibuat dengan mesin kertas menunjukkan sifat yang sangat berbeda
dalam arah x dan y (arah mesin dan lintas mesin), contohnya adalah perbedaan
kekakuan yang bisa jadi ditunjukkan dengan memplot kekakuan elastis spesifik di
x-y pesawat sebagai fungsi dari arah mesin dan mesin silang koordinat arah dalam
bentuk diagram kutub (Gambar 4.7). Area diagram kutub terkait dengan variabel
seperti pemurnian dan tekanan pers basah. Kurva perpanjangan beban selama
pengujian tarik juga menunjukkan perbedaan yang mencolok dalam dua arah
(Gambar 4.8). Jelas bahwa respon gaya tarik diterapkan pada masing-masing arah
prinsip akan berbeda karena orientasi segmen serat dan area terikat yang
menghubungkannya. Pasukan bertindak pada bagian hipotetis berbentuk berlian
dari jaring serat jelas berbeda saat dimuat di mesin dan menyeberang arah mesin
(Gambar 4.9).

4.6 Arah mesin (MD), arah mesin silang (CD) dan arah ketebalan (z) selembar
kertas.
4.5 Hubungan antara kekuatan tarik kertas (dinyatakan sebagai pemutusan
panjang) dan jumlah serat yang gagal selama pengujian.

4.7 Perbedaan kekakuan antara arah mesin dan lintas mesin.

PENGARUH KELEMBAPAN PADA KEKUATAN MEKANIK KERTAS (ERLIZA)

Dilihat dari struktur molekulnya, kertas termasuk ke dalam kategori material hydrophil dimana
kualitas kertas sangat ditentukan oleh kelembaban kertas itu sendiri maupun tingkat kelembaban
lingkungan sekitar. Tingkat kelembaban kertas diatur pada saat proses produksi pada kisaran 6-
9% sesuai standar internasional. Pada kelembaban tersebut kualitas kertas dijamin oleh produsen
kertas sesuai dengan perjanjian antara pembeli dan produsen kertas. Tingkat kelembaban kertas
tidak hanya menentukan kualitas kertas secara spesifik melainkan juga menentukan kuantitas
kertas itu sendiri, karena yang dimaksud dengan kelembaban antara 6-9% adalah jumlah
kandungan air yang terdapat dalam persen terhadap berat total kertas yang dijual kepada
konsumen. Kandungan air di dalam kertas yang melebihi batas standar dapat menyebabkan
perubahan dimensi kertas, kertas lebih mudah sobek, warna kertas berubah, kertas sulit untuk
diproses lebih lanjut menjadi kemasan ataupun produk turunan lain seperti koran, majalah, dsb.
Temperatur pada bagian pengeringan (dryer section) berpengaruh terhadap kualitas
lembaran kertas. Salah satu parameter kualitas kertas yang berkaitan erat dengan temperatur
adalah tingkat kelembaban kertas. Proses pembuatan kertas terbagi menjadi dua bagian utama
yaitu Stock Preparation dan Paper Machine. Pada bagian Paper Machine ini terjadi berbagai
proses fisika yang akan mempengaruhi kualitas kertas hasil produksi salah satunya tahap
pengeringan (Dryer section). Salah satu besaran pengujian kualitas kertas adalah kelembaban.
Temperatur pada tahap pengeringan sangat mempengaruhi kelembaban kertas. Jika temperatur
pengeringan masih dibawah 140oC, maka kelembaban kertas berada pada rentang standar uji
kualitas kertas yaitu antara 6%-9%.
Maka pengaruhnya terhadap sifat mekanik kertas adalah apabila kelembapan pada kertas tinggi
maka sifat mekanik kertas menurun sehingga kertas mudah rusak dan sobek

FORMASI KERTAS (NABILA)

Formasi merupakan salah satu ukuran ketidakseragaman distribusi serat dalam lembaran kertas
yang dinyatakan dalam satuan indeks ketidakseragaman (NUI= nomuniformity index). Semakin
baik tingkat distribusi serat yang membangun lembaran kertas (formasi semakin baik atau NUI
semakin kecil) akan berpengaruh terhadap perbaikan pada hampir seluruh sifat kertas.

uji formasi dapat dilakukan secara visual yaitu dengan mengamati lembaran dibawah cahaya,
akan tetapi cara ini bersifat subjektif dan tidak memiliki nilai numerik. penentuan kuantitatif
indeks ketidakseragaman serat dalam lembaran kertas dapat diukur berdasarkan penentuan
transmisi cahaya relatif dari kertas dibandingkan terhadap bahan standar.

hasil uji formasi seperti terlihat pada gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan enzim pada
penggilingan dapat memberikan perbaikan formasi lembaran yang ditandai

dengan menurunnya nilai NUI dengan meningkatnya dosis enzim. turunnya nilai NUI
disebabkan reaksi selulosa lebih memudahkan terjadinya swelling yang diikuti sudah bentuknya
fibrilasi eksternal maupun internal. Fibril-fibril yang terbentuk mampu membangun struktur
jalinan serat yang lebih rapat, sehingga formasi kertas menjadi lebih baik. penambahan enzim
secara berlebih seperti yang terjadi pada lembaran dengan dosis 0,6% dapat meningkatkan
kembali ketidakseragaman serat (NUI naik). hal ini dikarenakan adanya selulase dalam jumlah
berlebih akan memberikan Efek pengelupasan lebih kuat dan juga mendegrasi fibril-fibril yang
telah ada sehingga terbentuk fines lebih banyak.

sebagian fines yang terbentuk ini tidak teretensi pada lembaran, menyebabkan sebagian
ruang/celah didalam struktur jaringan serta tidak terisi oleh Fines. semakin banyak Celah yang
tidak terisi oleh fines dapat menurunkan formasi lembaran (Nui makin tinggi)

Model Deskriptif Kekuatan Kertas (Nurul Adila)

Dua jenis model telah diterapkan pada kekuatan mekanik dari kertas. Yang pertama
mengasumsikan kertas menjadi jaringan yang berkelanjutan ikatan hidrogen tanpa jenis ikatan
lain yang berkontribusi padanya sifat mekanik, dan yang kedua menjelaskan sifat mekanisnya
kekuatan dalam hal kombinasi kekuatan serat dan serat ke serat obligasi. Dalam pendekatan
pertama, modulus Young dikaitkan dengan bilangan dan kekuatan ikatan hidrogen yang efektif
yang berperan dalam penyimpanan energi mekanik selama peregangan aksial apa pun per satuan
volume sampel, dan model berperilaku cukup baik dalam mendeskripsikan efek melemahnya
kertas yang timbul dari peningkatan keduanya
4.9 Gaya yang bekerja pada arah x, y, dan z pada hipotetis berbentuk berlian bagian dari jaringan
serat.

suhu dan kadar air. Namun, baru sangat awal tahapan peregangan serupa di semua makalah dan
tampaknya, di tahap selanjutnya dari peregangan, model ikatan hidrogen bekerja lebih sedikit
baik, dan pertimbangan struktural menjadi lebih penting. Itu pendekatan struktural
mengasumsikan bahwa kombinasi kekuatan serat dan ikatan serat-ke-serat bertanggung jawab
atas kekuatan mekanik kertas tetapi, sementara kekuatan serat relatif mudah untuk ditentukan, itu
kekuatan ikatan lebih sulit. Secara umum diterima bahwa, untuk ikatan serat-ke-serat terjadi,
serat harus dalam optik dekat kontak. Area berikat relatif (RBA) dapat didefinisikan sebagai
proporsi luas permukaan total dalam kontak optik. Untuk dua serat dengan panjang A dan lebar
total luas permukaan jika diasumsikan demikian mereka pita persegi panjang datar adalah 4Aw.
Jika tumpang tindih di kanan
4.10 Pengaruh kelembaban relatif (%) pada kurva tegangan-regangan kertas.

sudut, total area yang bersentuhan adalah 2w2. Jika pecahan, p, dari ini bidang kontak berada
dalam kontak optik yang dekat, kemudian ikatan relatif area diberikan oleh:

Penentuan eksperimental RBA, bagaimanapun, sulit tetapi beberapa upaya telah dilakukan dan
ini termasuk pengamatan langsung, pengukuran konduktivitas listrik, energi susut, adsorpsi gas
dan hamburan cahaya. Kertas memiliki respon elastis linier telah dijelaskan dalam berbagai
model mikromekanis yang memperhitungkan baik serat dan properti jaringan, termasuk RBA.
Contoh yang memprediksi modulus lembar, E, diberikan di bawah:

dengan Ef dan Gf adalah elastisitas serat dan modulus geser, w, dan L. lebar serat rata-rata dan
panjang 'efektif'.
4.11 Flokulasi dan pembentukan efek pemutih dalam pulped kimiawi bubur kayu lunak (sedikit
direfresh). Suspensi serat diselesaikan selama 40 menit. Lembar (60 g m-2) difoto dalam cahaya
yang ditransmisikan: (a) tanpa aditif, (b) polielektrolit ditambahkan untuk menginduksi flokulasi.
Batang skala = 2 cm.

4.8 Kurva beban-perpanjangan untuk kertas di mesin dan mesin silang petunjuk arah
PENETRASI CAIR KE KERTAS(dasty dan masnita)

Penetrasi cairan ke dalam kertas juga merupakan properti material yang sangat
penting untuk banyak jenis produk. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah struktur lembaran dan porositas. Dalam beberapa kasus, ini
bisa lebih dominan daripada energi permukaan serat komponen. Struktur lembaran
sebagian besar dapat dikontrol dengan pemilihan dan pemurnian pulp.
Pertimbangan struktural, penyerapan cairan oleh kertas harus dianggap sebagai
kombinasi dari pembasahan permukaan dan penetrasi pori kapiler.

Jika, ketika tetesan cairan ditempatkan pada permukaan yang halus, gaya adhesi
antara zat padat dan zat cair lebih besar daripada gaya kohesi zat cair, maka zat
cair akan menyebar dan akan membasahi permukaan secara sempurna secara
spontan. Jika gaya mencapai keseimbangan antara yang ditentukan oleh energi
antarmuka ylv, ysl dan ysv, maka tetesan cairan akan membentuk sudut kontak
tertentu (8) dengan permukaan padat (Gambar 4.12).

4.12 Sudut kontak (8) dibentuk oleh tetesan cairan yang bersentuhan dengan benda
padat permukaan.

Proses pembasahan ini dapat dijelaskan dalam istilah keseimbangan energi


permukaan spesifik - persamaan Young:

Cos θ =

di mana ysv, ysl dan ylv masing-masing adalah energi antarmuka uap-padat, padat-
cair dan uap-cair. Namun, kertas adalah bahan yang berpori dan ketika cairan yang
kontak dengan padatan berpori, cairan yang kontak dengan pori menjadi
melengkung karena perbedaan tegangan permukaan. Untuk pori penampang
silinder, perbedaan tekanan, Ap, melintasi permukaan lengkung dapat dinyatakan
dalam sudut kontak, 8, tegangan antarmuka uap-cairan, ylv, dan jari-jari pori
silinder, rc:

Jelasnya, jika sudut kontak antara padatan dan cairan lebih besar dari go ", Ap
bernilai nol dan cairan tidak akan menembus oleh aksi kapiler. Namun, persamaan
ini mendefinisikan kesetimbangan.

Gambar 4.12 Sudut kontak (0) yang dibentuk oleh tetesan cairan yang bersentuhan
dengan benda padat permukaan.

posisi, dan pembuat kertas lebih mementingkan proses dinamis penetrasi. Tingkat
dinamis hisap kapiler cairan ke dalam kertas telah secara efektif dijelaskan oleh
model penetrasi cairan menjadi satu kapiler (persamaan Washburn). Ini
memberikan perkiraan yang baik untuk laju intrusi kapiler cairan non-
pembengkakan ke dalam kertas. Modifikasi persamaan dasar diperlukan,
bagaimanapun, untuk menggambarkan perilaku fluida yang membengkak seperti
air:

dimana I adalah jarak tembus ke kapiler silinder berjari-jari r dalam waktu t oleh
cairan tegangan permukaan ylv dan viskositas q.
Perlambatan laju penetrasi diperlukan untuk banyak produk dan ini dapat
disebabkan oleh terciptanya permukaan hidrofobik berenergi rendah pada
antarmuka serat-air yang meningkatkan sudut kontak yang terbentuk antara tetesan
cairan dan permukaan. Perubahan penting ini dapat dicapai secara kimiawi dalam
proses yang dikenal sebagai ukuran yang dibahas lebih lengkap di Bab 7.

Jika permukaan kertas telah dimodifikasi dengan pelapisan atau dengan aplikasi
polimer pembentuk film, akan ada lapisan material yang relatif padat pada
permukaan lembaran yang harus dilalui fluida uji. Ini akan menyebabkan
perbedaan yang signifikan dalam kecepatan di mana fluida uji akan menembus
lapisan permukaan jaring dan kecepatan di mana ia menembus lapisan dalam
jaring. Ukuran pori-pori di kertas juga penting. Cairan uji berair dapat menembus
selembar kertas baik melalui pori-pori dalam lembaran (area antara serat di
jaringan) atau melalui serat. Semakin besar ukuran pori rata-rata dalam selembar
kertas tertentu, semakin besar kemungkinan cairan menembus lembaran melalui
pori-pori daripada melalui serat.

Jika serat pada kertas telah dibuat hidrofobik dengan sizing, tetapi lembaran
memiliki struktur terbuka dan belum ada perlakuan permukaan untuk menutupi
serat yang berukuran, maka jaring akan menunjukkan sudut kontak yang tinggi.
Namun, jika jaring yang sama diuji dengan uji jenis penetrasi, tingkat ukuran akan
rendah.

Anda mungkin juga menyukai