Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk dapat berlangsungnya
reaksi kimia. Pada sel elektrolisis, reaksi kimia tidak terjadi secara spontan tetapi melalui
perbedaan potensial yang dipicu dari luar sistem. Anoda berfungsi sebagai elektroda
bermuatan positif dan katoda bermuatan negatif, sehingga arus listrik mengalir dari anoda
ke katoda. Arus listrik tak lain ialah arus muatan-muatan listrik.
Oleh adanya medan magnet, arus muatan-muatan itu lalu membelok kearah tepi
keping karena mengalami gaya Lorentz. Maka terjadilah penimbunan muatan-muatan
disepanjang tepi lempeng. Penimbunan muatan demikian akan menimbulkan medan listrik
yang arahnya menyilang lempeng dari satu tepi ke tepi yang lain. Jadi hantaran listrik di
dalam larutan elektrolit itu tak lain ialah hantaran elektron-elektron dari elektrode negatif
ke elektrode positif.
Pada percobaan clean energy trainer dengan metode electrolyzer ini diharapkan
dapat mengetahui cara memproduksi energi dari proses elektrolisis dengan menggunakan
larutan elektrolit, mengetahui prinsip kerja dari electrolyzer, mengetahui aplikasi dari
penggunaan electrolyzer. Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik.
Pada sel elektrolisis. Reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan
elektrolit, yaitu energi listrik (arus listrik) diubah menjadi energi kimia (reaksi redoks).
Tiga ciri utama, yaitu: ada larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion-ion ini
dapat memberikan atau menerima elektron sehingga electron dapat mengalir melalui
larutan. Ada sumber arus listrik dari luar, seperti baterai yang mengalirkan arus listrik
searah (DC). Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis. Elektroda yang menerima elektron dari
sumber arus listrik luar disebut Katoda, sedangkan elektoda yang mengalirkan elektron
kembali ke sumber arus listrik luar disebut Anoda.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari electrolyzer.
2. Untuk mengetahui kurva karakteristik electrolyzer.
3. Untuk mengetahui aplikasi dari percobaan.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB II

DASAR TEORI

Sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk dapat berlangsungnya reaksi
kimia. Pada sel elektrolisis, reaksi kimia tidak terjadi secara spontan tetapi melalui perbedaan
potensial yang dipicu dari luar sistem. Anoda berfungsi sebagai elektroda bermuatan positif dan
katoda bermuatan negatif, sehingga arus listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sel ini terdiri dari:
(1) sumber arus searah yang dihubungkan dengan (2) kawat penghantar pada (3) dua buah
elektroda (katoda dan anoda), kedua ujung elektroda dicelupkan dalam bejana yang berisi (4)
cairan elektrolit. Elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif berfungsi sebagai anoda,
sedangkan katoda adalah elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif. Elektroda yang
digunakan dalam sel elektrolisis terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Elektroda inert adalah elektroda yang tidak ikut bereaksi baik sebagai katoda maupun anoda,
sehingga dalam sel elektrolisis yang mengalami reaksi redoks adalah elektrolit sebagai zat
terlarut dan atau air sebagai pelarut. Elektroda inert contohnya adalah karbon (C) dan platina
(Pt).
2. Elektroda tidak inert atau elektroda aktif yaitu elektroda yang ikut bereaksi, terutama jika
digunakan sebagai anoda, dapat mengalami reaksi oksidasi. Contohnya adalah: Fe, Al, Cu,
Zn, Ag, dan Au.
Penggunaan jenis elektroda sangat menentukan reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis.
Elektrolisis larutan dengan elektroda inert, reaksi yang terjadi di anoda dan katoda adalah
sebagai berikut:
1. Reaksi di katoda
a. Kation logam dari golongan IA, IIA, IIIA, Aluminium, dan Mn tidak dapat tereduksi
dalam pelarut air, sehingga air yang mengalami reaksi reduksi sebagai berikut:
−¿¿

2 H 2 O+2 e−¿→ H +OH


2 ¿

b. Kation H+ dan logam selain golongan IA, IA, IIIA, Aluminium (Al), dan Mangan (Mn)
dapat tereduksi sebagai berikut:
−¿ →H 2 ¿

2 H +¿+ 2e ¿

−¿→ Fe2 ¿

Fe2+ ¿+2 e ¿

2. Reaksi di anoda
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
−¿ ¿
−¿ ,ClO ¿
−¿, PO 3 4
¿
a. Anion sisa asam oksi ( SO 2−¿
4
, NO 3 ¿
) tidak dapat teroksidasi dalam pelarut air, sebagai

gantinya air yang mengalami oksidasi sebagai berikut:


−¿¿

2 H 2 O → 4 H +¿+O + 4 e 2 ¿

−¿ ¿
2−¿ , Br ¿
−¿ ,S
b. Anion lain (OH −¿, Cl ) mengalami oksidasi:
¿
¿

−¿ ¿
+ ¿+ O2 +2 e ¿

2 OH −¿ →2 H ¿

−¿¿

2 Cl−¿→Cl +2 e
2 ¿

−¿¿

S2−¿→ S +2 e ¿

−¿¿

2 Br −¿ → Br +2 e
2 ¿

Reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis dengan elektroda aktif biasanya terjadi pada anoda.
Anoda mengalami reaksi oksidasi dan diikuti oleh reaksi reduksi di katoda (logam terdeposisi di
katoda). Elektrolisis dengan elektroda aktif biasaya menggunakan elektrolit garam, basa, atau
oksida dari anoda. Katoda yang digunakan disesuaikan dengan tujuan elektrolisis.
Misalkan elektrolisis untuk melapisi logam Au, maka anoda yang digunakan adalah Au
dan elektrolitnya adalah AuCl3. Elektrolisis demikian dapat digunakan untuk pemurnian logam
atau pelapisan logam. Sel elektrolisis banyak digunakan untuk memisahkan beberapa logam
seperti Na, Cu, Au, Ag. Ni, dan lain-lain. Ciri-ciri khusus dari sel elektrolisis ialah:
1. Reaksi redoks tidak spontan
2. Reaksi dijalankan dengan tambahan energi
3. ∆G > 0, Esel bemilai negatif. (Riyanto, 2017)
Disebut elemen basah karena pada alat ini mempergunakan cairan elektrolit guna merendam plat
katoda dan plat anoda. Adapun yang dimaksud cairan elektrolit ialah larutan asam dalam air,
larutan semacam ini merupakan penghantar yang baik untuk listrik. Cairan elektrolit untuk
keperluan ini biasa dipergunakan cairan asam belirang (H2SO4).
Sedangkan plat katoda (-) dan plat anoda (+) merupakan dua buah elektroda yang
direndamkan pada cairan elektrolit. Elektroda dapat terbuat dari logam atau arang. Yang penting
kedua elektroda ini tidak terbuat dari bahan yang sama dalam sebuah bak rendaman. Elektroda
yang menjadi kutub positif disebut anoda, sedangkan elektroda yang menjadi kutub negatif
disebut katoda. Dalam kehidupan sehari-hari sumber listrik elemen basah disebut akumulator
atau aki. Cara kerja: Dua elektroda yang terdiri dari plat tembaga (anoda) dan plat seng (katoda)
direndam dalam cairan elektrolit H2SO4.
Gerak elektron yang mengalir di dalam cairan H2SO4 akan memisahkan cairan itu secara
kimiawi menjadi dua zat baru, yaitu zat hidrogen (H) dan Oksigen (O). Pemisahan ini disebut
elektrolise, Molekul-molekul yang terpisah dari susunannya dinamakan ion. Ion-ion ini ternyata
memiliki muatan listrik (berisi tenaga listrik) yang berbeda ion-ion hidrogen mempunyai muatan
positif (disebut anio). Sedangkn ion-ion oksigen mempunyai muatan listrik negatif (disebut
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
ation). Pada anoda yang kemudian ditarik oleh katoda, sedangkan kation akan mengumpul pada
katoda yang kemudian ditarik oleh anoda.
Dari peristiwa ini ternyata elektron-elektron akan bergerak dari katoda ke anoda di luar
cairan kemudian diangkut kembali ke katoda di dalam cairan. Hal ini disebabkan adanya gaya
gerak listrik (ggl) yang dihasilkan di dalam rendaman elektrolit tersebut. Timbulnya ggl
disebabkan karena bekerjanya kekuatan dari dalam yang ada di antara kedua elektroda itu
sendiri. Selama ggl masih cukup kuat (belum menjadi lemah) untuk mendorong elektron-
elektron pada penghantar, selama itulah arus listrik akan berlangsung terus dengan arah
Di luar rendaman : dari katoda (-) ke anoda (+)
Di dalam rendaman : dari anoda (+) ke katoda (-)
Demikianlah maksud sebuah aki ialah untuk menyimpan sejumlah tenaga listrik, aki dapat diisi
dengan memasukan tenaga kimia ke dalam sel. Tenaga tersebut dapat digunakan setiap saat.
Dilihat dari bentuk pemasangan selnya, ada tiga jenis sel pada aki, yaitu: sel primer, sel sekunder
dan sel alkali.
a) Sel primer terdiri dua lembar pelat atau batang logam yang berlainan, atau selembar pelat
logam dengan sebatang arang yang ditempatkan dalam suatu elektrolit. Proses kimiawi yang
terjadi di dalam rendaman menghasilkan suatu tegangan listrik antara tembaga dan seng.
Bila kedua plat dihubungkan dengan kawat, mengalirlah suatu arus dari positif (+) ke negatif
(-). Inilah arah arus menuju perjanjian. Pada suatu saat proses kimiawi akan berhenti karena
adanya polarisasi pada elektroda positif, dengan demikian maka sel tidak dapat digunakan
lagi kecuali diganti dengan yang baru. Oleh karena itu sel primer tidak dapat diisi.
b) Sel sekunder ialah jenis sel yang dapat diisi dan diisi kembali, hingga dapat dipakai berkali-
kali. Karena itu sel sekunder sering pula disebut sel penimbun. Prinsip kerja pada sel
sekunder sebenarnya sama dengan sel primer. Yang membedakan keduanya adalah pada sel
sekunder mempergunakan plat (sel) yang terbuat dari suatu susunan kimia timbel (dikenal
pula dengan sebutan sel timbel asam). Sel timbel asam terdiri dari sel positif dan sel negatif.
Sel (pelat) positif terdiri dari rangka timbel yang mengandung bahan aktif (peroksida-timbel)
PbO2. Sedangkan sel (pelat) negatif terdiri dari rangka timbel berisi yang mengandung bahan
aktif. Bila kedua sel ini (positif dan negatif) direndam dalam cairan elektrolit, maka sel
positif akan berupa peroksida timah hitam (PbO2) yang berwarna coklat. Sedangkan sel
negatif berupa timah hitam yang berwama abu-abu cemerlang. Antara kedua lempengan sel
ini akan timbul sebesar kira-kira 2Volt. Dalam pemasangannya, pelat positif diselipkan
antara dua buah pelat negatif. Sebuah sel paling sedikit terdiri dari pelat (positif dan negatif).
Jumlah pelat negatif selalu sebuah lebih banyak dari pelat positif supaya masing-masing
pelat tidak saling menempel, maka antara keduanya harus dipasang penyekat yang terbuat
dari bahan isolator seperti kayu, karton kaca dan plastik. Oleh karena setiap sepasang sel
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
menghasilkan tegangan sebesar dua Volt, maka menghendaki tegangan ggl lebih dari itu,
misalnya 4 Volt, 6 Volt dan seterusnya pemasangannya harus menggunakan banyak sel yang
di hubungkan secara seri satu sama lain.
1. Cairan elektrolit: Elektrolit pada sel sekunder terdiri dari asam belerang yang dilarutkan
dalam air. Namun pada akhirnya air itu secara perlahan-lahan akan menguap. Untuk
mempertahankan permukaan cairan elektrolit supaya tetap dapat dengan cara menambah air
suling. Asam belerang yang ada dalam elektrolit kemudian diserap oleh pelat sewaktu ali
digunakan. Karena asam belerang lebih berat dari air maka berat jenis elektrolitnya menurun
sewaktu digunakan.
2. Hidrometer: alat untuk mengukur berat jenis elektrolit disebut hidrometer. Cara
menggunakan hidrometer : Dengan menekan bola karet dan kemudian melepaskannya, maka
sejumlah elektrolit dihisap masuk ke dalam pipa kaca. Dengan demikian pelampung akan
melayang dalam cairan. Tingginya layangan pelampung tergantung dari berat jenis cairan.
Skala berat jenis cairan dapat terbaca ada angka-angka yang terdapat pada pelampung. Bila
aki terisi penuh, berat jenis cairan akan menunjukan kira-kira 1.27. Sedangkan bila aki telah
digunakan sampai habis berat jenisnya akan menunjukan kira-kira 1.14. Dalam keadaan aki
tidak memiliki ggl inilah, pada pelat tertentu akan berbentuk dan melekat PbSO 4 yang
mempunyai warna keputih-putihan. Pada aki isi penuh terdapat arus listrik lampu, lampu
akan menyala. Sedangkan pada aki isi habis sudah tidak serdapat arus listrik, akibatnya
lampu tidak menyala. Aki dapat diisi kembali dengan menghubungkannya pada pengisi aki.
Dengan cara ini, proses kimia yang teriadi akan membalik keadaan dan berat jenis elektrolit
menjadi lebih berat (dari 1.14 sampai menjadi 1.28 ).
c.) Sel Alkali (sel Basa) Bentuk sel alkali hampir mirip sel sekunder, tetapi pada sel alkali
pelatnya dibuat dari baja berkisi tempat bahan aktipnya. Sel alkali digunakan pada aki nife
(nikel dan besi) yang juga dinamakan aki Edison, yaitu terdiri dari bak baja untuk tempat
pelat dan elektrolitnya.
Pelat positif terdiri dari sejumlah pipa berlubang berisi nikel oksida (N 102). Sedangkan pelat
negatif terdiri dari sejumlah kotak berlubang yang berisi serbuk besi. Sebagai elektrolit pada sel
alkali tidak digunakan asam, melainkan alkali basa yang terdiri dari "Caustic potash" (soda) dan
air suling pada keadaan biasa, tegangan antara dua terminal (= jepitan) kira - kira 1,2 Volt tiap
selnya. Sama seperti sel sekunder, sel alkalipun bisa diisi kembali bila tegangan gglnya telah
habis mengingat konstruksinya yang sangat kuat karena terbuat dari bak baja, maka sel-sel jenis
ini banyak dipergunakan untuk keperluan traksi. Kerugian menggunakan sel alkali ialah karena
harganya yang lebih mahal. (Robertson, 1992)
Efisiensi watthour adalah output energi maksimum baterai dibagi dengan input energi
maksimum. Efisiensi ampere-jam adalah total arus keluaran baterai dibagi dengan input arus
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
total untuk siklus pengisian/pengosongan penuh. Karena voltase pengisian jauh lebih tinggi
daripada voltase discharge, angka efisiensi ampere-jam akan agak menyesatkan dan akan selalu
lebih tinggi daripada efisiensi watthour dalam kondisi yang sama. Arus ke baterai akan hampir
sama dengan arus keluar (hampir tidak ada tempat lain bagi elektron untuk pergi, selain untuk
secara perlahan melepaskan diri di dalam baterai). Voltase-in bagaimanapun, secara signifikan
lebih tinggi dari tegangan keluar, menghasilkan perbedaan yang cukup besar antara power-in dan
power-out. Efisiensi ampere-jam baterai timbal-asam baru biasanya sekitar 95%, sedangkan
efisiensi watthour biasanya sekitar 85% (menggunakan baterai baru pada suhu sekitar dan laju
pelepasan tertentu).
Suhu baterai dan waktu penyimpanan memiliki efek yang sama pada kapasitas dan
efisiensi penyimpanan. Penurunan suhu atau peningkatan lamanya waktu jumlah energi tertentu
disimpan akan menyebabkan kinerja baterai menderita. Efisiensi dan kapasitas baterai berkurang
seiring berjalannya waktu karena arus yang dapat dilepas sendiri dalam baterai, tetapi berkurang
secara signifikan hanya setelah satu bulan atau lebih. Penurunan suhu baterai di bawah suhu
kamar menghasilkan penurunan efisiensi dan kapasitas penyimpanan bersyarat. Pada suhu yang
lebih rendah, tegangan pelepasan baterai berkurang, dan karenanya output daya berkurang.
Ketika suhu kembali ke kisaran normal, efisiensi dan penyimpanan dikembalikan ke nilai
aslinya. Kapasitas penyimpanan baterai asam timbal berkurang sekitar 1% untuk setiap tetes
suhu 1°C di baterai. Suhu ekstrem, apakah sangat dingin atau sangat panas, akan merusak baterai
secara permanen dan jelas harus dihindari. Penting untuk mengetahui tingkat energi atau kondisi
pengisian daya yang ada dalam baterai pada suatu titik waktu, kami dengan demikian dapat
mengetahui berapa banyak yang tersedia.
Status pengisian daya baterai (SOC) dipantau secara berkala atau terus menerus
menggunakan salah satu dari beberapa teknik. Tegangan sel penyimpan asam timbal berfluktuasi
cukup linier dengan kondisi pengisian dan karenanya merupakan indikator yang baik. Jika
muatan melintasi dua pelat sel timbal-asam mencapai maksimum, tegangan sirkuit terbuka
sekitar 2,3 V. Ketika kondisi pengisian minimum, tegangan turun menjadi sekitar 1,7 V. (Catatan
bagaimana tegangan baterai timbal-asam bervariasi secara linear dengan perubahan SOC antara
sekitar 1,7 dan 2,3 V per sel). Metode lain untuk menentukan SOC melibatkan pengukuran berat
jenis cairan elektrolit asam (gravitasi spesifik yang tinggi menunjukkan muatan penuh, dan
sebaliknya), dan menempatkan sirkuit elektronik pengukur arus dua arah pada output baterai
untuk mencatat aliran energi bersih antara baterai dan charger atau bebannya. Pengoperasian
baterai yang benar membutuhkan sirkuit perlindungan pengatur tegangan untuk mencegah
pengisian berlebih atau pemakaian berlebihan. Permanen dapat menyebabkan baterai jika diisi
terlalu cepat dan kerusakan dapat terjadi pada baterai jika diisi terlalu cepat dan terlalu lama.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Pengisian tetesan level rendah dapat dilakukan tanpa batas, karena hanya mengimbangi
arus pengisian daya baterai sendiri. Namun, memaksa arus pengisian yang lebih tinggi ke dalam
baterai ketika terisi penuh akan menyebabkan baterai menjadi gas (mendidihkan hidrogen dan
oksigen dari air dalam cairan elektrolit). Penyerangan dengan gas beracun menurunkan tingkat
cairan elektrolit dan dengan demikian mengekspos dan merusak pelat baterai. Pengosongan yang
berlebihan akan menyebabkan pelat hancur dan juga harus dihindari. Karena pengisian daya
yang berlebihan menyebabkan tegangan baterai menjadi sangat tinggi, dan sebaliknya pemakaian
yang berlebihan menarik tegangan baterai terlalu rendah, kita dapat melindungi baterai dengan
menggunakan salah satu dari berbagai jenis rangkaian pengatur tegangan yang menjaga tegangan
baterai dalam kisaran yang dapat diterima atau jendela. Perhatikan bahwa tegangan pengisian
selalu lebih tinggi daripada tegangan pemakaian, dan bahwa tegangan operasi keseluruhan
disimpan dalam kisaran tertentu.
Perawatan baterai sangat penting untuk memastikan masa pakai baterai terpanjang, dua
tugas dasar memeriksa level cairan dan pemerataan baterai. Sebagian besar baterai timbal-asam
terdiri dari cairan elektrolit yang berkurang sebagai akibat dari penguapan dan penyerangan dgn
gas beracun. Level fluida tidak boleh turun ke level yang membuat plat baterai terbuka.
Akibatnya, tingkat cairan di setiap sel harus diperiksa dan secara berkala diisi ulang atau diakhiri
dengan air suling. Dalam operasi normal, beberapa sel dalam baterai akan cenderung untuk
mengeluarkan lebih cepat daripada yang lain dan sebaliknya, tidak akan mencapai tingkat yang
seragam ketika diisi.
Pemerataan baterai melibatkan siklus pengisian daya baterai yang dimonitor secara
saksama yang akan membawa sel-sel yang lebih lemah ini ke kapasitas normal. Kegagalan untuk
menyamakan akan menyebabkan sel-sel yang lemah ini semakin menurun dan dengan demikian
menurunkan efisiensi dan kapasitas penyimpanan baterai. Siklus penyamaan baterai biasanya
berlangsung sekitar 10 hingga 25 jam dan dilakukan setiap 1 hingga 6 bulan. Persamaan dengan
array fotovoltaik dapat dilakukan selama periode singkat tetapi sering sekitar siang hari yang
cerah, jika array dan rangkaian perlindungan baterai berukuran sesuai.
Ada tindakan pencegahan keamanan tertentu yang harus diperhatikan secara ketat saat
menggunakan baterai timbal-asam. Gas hidrogen dan gas oksigen yang dihasilkan lebih cepat
daripada selama penyerangan dengan gas beracun sangat eksplosif dan harus dievakuasi dan
diencerkan dengan beberapa jenis sistem ventilasi. Alarm deteksi hidrogen juga dianjurkan.
Recombiners baru-baru ini telah dikembangkan yang dapat digunakan untuk menggabungkan
dua gas ke dalam senyawa aslinya, air. Air tersebut kemudian dikembalikan ke elektrolit baterai,
sehingga tidak perlu menambahkan air secara permanen. Asam baterai sangat korosif, dan
langkah-langkah harus diambil untuk mencegah asam ini tumpah. (Buresch, 1983)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Seng dengan kemurnian tinggi berfungsi sebagai wadah untuk sel. Elektrolit merupakan larutan
NH4Cl dan ZnCl2. Sebagian ditahan dalam bahan penyerap dan sebagian dalam campuran karbon
tanah dan MnO2. Lapisan yang memisahkan seng dan campuran depolarisasi harus
memungkinkan konduksi elektrolit tetapi bukan logam, karena yang terakhir akan menyebabkan
korsleting internal. Campuran depolarisasi berukuran besar dan menempati sebagian besar
bagian dalam sel. Elektrolit kadang-kadang dibuat menjadi jeli dengan bahan koloid seperti gusi
tragacanth, agar, agar-agar, tepung, atau pati. Elektrolit, oleh karena itu, tidak akan tumpah,
apakah itu benar-benar disegel di atas, metode yang umum dalam praktik Amerika, atau
dilengkapi dengan lubang gas. Ketika sel baru, permukaan komposit karbon-MnO2 elektroda
dapat diambil sebagai permukaan luar campuran ini di sebelah seng. Ketika sel dilepaskan,
MnO2 berkurang, dan permukaan efektif elektroda bergerak ke arah batang karbon, yang berada
di tengah secara aksial dengan sel. Batang karbon ini hanya berfungsi untuk mengalirkan arus
campuran ke terminal. Ukuran besar untuk pengapian, pensinyalan, dan penggunaan intermiten
lainnya, dan ukuran yang lebih kecil untuk senter, baterai radio, dan keperluan serupa.
Dalam ukuran yang lebih besar, seng lembaran adalah wadah, bagian bawah disolder
dengan jahitan putaran, sementara seng digunakan untuk sel yang lebih kecil. Konduktivitas
MnO2 depolarizer rendah sehingga karbon granulasi, lebih atau kurang sepenuhnya grafitisasi,
atau asetilena hitam ditambahkan ke resistansi yang lebih rendah. Elektrolit NH 4Cl harus bebas
dari logam seperti Cu, Pb, Fe, As, Ni, Co, dan Sb, yang dapat dilapisi oleh seng, serta bebas dari
radikal negatif, seperti sulfat, yang membentuk senyawa yang kurang larut dibandingkan
klorida. Senyawa insulasi dan penyegelan biasanya berupa resin, dengan lilin atau pitch bitumen
dengan pengisi seperti silika tanah, serat berserat, dan zat pewarna yang ditambahkan. Sel
diisolasi oleh wadah papan atau jaket yang mengelilinginya. MnO2 pyrolusite adalah bijih
olahan, atau dapat diproduksi oleh oksidasi anodik. Efisiensinya tergantung pada persentase
MnO, tingkat hidrasi, dan tingkat kristalnya seperti yang ditunjukkan oleh pemeriksaan x-ray.
Bijih harus bebas dari Cu, Ni, atau Co.
Sebanyak 1 persen besi bukanlah hal yang aneh. Peningkatan ukuran butir mengurangi
resistansi internal campuran karbon-MnO2 sementara penurunan meningkatkan daya depolarisasi
per satuan berat MnO2. Wadah seng dilapisi dengan papan kayu-pulp sulfit dan tanah di sisi dan
bawah, di mana campuran MnO2-NH4Cl-ZnCl2 direkatkan di sekitar karbon pusat. Lapisan papan
bubur kemudian dilipat ke bawah di atas campuran dan sel disegel dengan senyawa penyegel.
Dalam bentuk yang dimodifikasi, depolarizer diekstrusi menjadi bentuk. Metode kedua adalah
jenis kantong atau karung, di mana batang karbon dengan campuran elektrolit dan
depolarizernya dibungkus dengan muslin, membentuk unit yang ditempatkan di kaleng seng,
meninggalkan ruang untuk elektrolit. Solusi sal amoniak dan ZnCl, dikentalkan dengan bahan
agar-agar. Spacer untuk memisahkan kantung dari seng dapat diinginkan. Bentuk ini untuk
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
baterai senter kecil, meningkatkan usia sel kecil, yang mungkin lebih pendek dari ukuran yang
lebih besar bahkan ketika berdiri di sirkuit terbuka. (Mantell, 1897)
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Fungsi


1. USB perekam data
Fungsi : untuk membaca besaran data pengukuran dari modul surya.
2. Kabel USB
Fungsi : sebagai penghubung atau pemindah informasi dari perekam data ke laptop
3. Laptop yang telah terinstal Clean Energy Trainer
Fungsi : mengolah data yang di dapat dari perekam data
4. Adaptor
Fungsi :sebagai power supply untuk merubah tegangan AC menjadi DC
5. Elektrolyzer
Fungsi : tempat proses elektrolisis
6. Selang
Fungsi : untuk memasukkan larutan elektrolit ke elektroliser
7. Tabung Penyimpanan
Fungsi : untuk meyimpan
8. Charger Laptop
Fungsi : untuk mengisi daya baterai pada laptop
9. Tabung Penampung
Fungsi : untuk menampun
10. Cok Sambung
Fungsi : untuk menyambung peralatan dengan sumber arus listrik (PLN)
11. Kabel Penghubung
Fungsi : sebagai penghubung antar peralatan

3.2 Bahan dan Fungsi


1. Air destilasi (Aquades)
Fungsi : digunakan sebagai sampel yang akan di elektrolisis untuk menghasilkan
Hidrogen.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

3.3 Prosedur percobaan


1. Disiapkan semua peralatan dan bahan.

2. Dirangkai seperangkat alat electrolyzer.

3. Dihubungkan tabung penyimpanan dan tabung penampung ke electrolyzer.

4. Dihubungkan perangkatelectrolyzerdengan USB perekam data dengan kabel


penghubung.
5. Dihubungkan USB perekam data dengan laptop menggunakan kabel USB.

6. Dibuka aplikasi Clean Energy Trainer.

7. Dipilih tab electrolyzer.

8. Diisi kedua tabung dengan dengan air terdistilasi hingga batas tabung.

9. Diatur software pada mode manual.

10. Diatur tegangan pada 2000 mV.


11. Dibuka klep pada samping tabung.
12. Diperhatikan penurunan aquades pada tabung per 5 mm.
13. Dicatat waktu yang dipakai.
14. Setelah 30 mm pada tabung H2, tegangan diubah menjadi 0 mV.
15. Kemudian diubah mode menjadi mode automatic.
16. Diklik start.
17. Dicatat data yang dihasilkan pada table karakteristik.
18. Setelah selesai software ditutup dan laptop di shutdown.
19. Dirapikan kembali alat yang sudah digunakan.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

BAB IV

HASIL DAN ANALISA

4.1 Data Percobaan


a) Mode Manual
Interval Volume Waktu H2 (s) Waktu O2 (s)
0–2 241 283
2–4 295 378
4–6 332 562
6–8 378
8 – 10 426
b) Mode Otomatis
No Voltage (mV) Current (mA)
1 0 0
2 764 14
3 731 14
4 704 14
5 685 14
6 737 14
7 784 14
8 833 14
9 863 26
10 931 50
11 982 84
12 1032 122
13 1082 161
14 1131 197
15 1180 224
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Medan, 08 Juni 2021
Asisten Praktikan

(Amelia Azmi Nasution) (Molley Situmeang)


4.2 Analisa Data
1. Grafik kurva karakteristik

Kurva Karakteristik I-vs-V


250.000

200.000

150.000
Current (mA)

100.000

50.000

0.000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Voltage (mV)

∆ Y y 2− y 1 224−14 210
Slope = = = = =0,60
∆ X x 2−x 1 1180−833 347

2. Menghitung nilai hambatan yang dihasilkan pada :


voltage
Hambatan =
current
Automatic Mode
V1 0V
 R1 = = =∞
I1 0 A
V 2 0,764 V
 R2 = = =54,57Ω
I 2 0,014 A
V 3 0,731V
 R3 = = =52,21Ω
I 3 0,014 A
V 4 0,704 V
 R4 = = =50,29 Ω
I 4 0,014 A
V 5 0,685V
 R5 = = =48,93 Ω
I 5 0,014 A
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
V 6 0,737 V
 R6 = = =52,64 Ω
I 6 0,014 A
V 7 0,784 V
 R7 = = =56,00Ω
I 7 0,014 A
V 8 0,833V
 R8 = = =59,50Ω
I 8 0,014 A
V 9 0,863V
 R9 = = =33,19Ω
I 9 0,026 A
V 10 0,931 V
 R10 = = =18,62 Ω
I 10 0,050 A
V 11 0,982 V
 R11 = = =11,69 Ω
I 11 0,084 A
V 12 1,032V
 R12 = = =8,46 Ω
I 12 0,122 A
V 13 1,082 V
 R13 = = =6,72Ω
I 13 0,161 A
V 14 1,131V
 R14 = = =5,74 Ω
I 14 0,197 A
V 15 1,180 V
 R15 = = =5,26 Ω
I 15 0,224 A

3. Menghitung daya yang dihasilkan.


 P1 ¿ V 1 × I 1 =0 V × 0 A=0 W
 P2 ¿ V 2 × I 2 =0,764 V ×0,014 A=0,0106 W
 P3 ¿ V 3 × I 3=0,731V × 0,014 A=0,0102W
 P4 ¿ V 4 × I 4 =0,704 V ×0,014 A=0,0098 W
 P5 ¿ V 5 × I 5=0,685 V × 0,014 A=0,0095W
 P6 ¿ V 6 × I 6=0,737 V ×0,014 A=0,0103 W
 P7 ¿ V 7 × I 7=0,784 V ×0,014 A=0,0109 W
 P8 ¿ V 8 × I 8=0,833 V ×0,014 A=0,0116 W
 P9 ¿ V 9 × I 9=0,863 V ×0,026 A=0,0022W
 P10¿ V 10 × I 10=0,931V ×0,050 A=0,0465 W
 P11 ¿ V 11 × I 11=0,982V ×0,084 A=0,0824 W
 P12 ¿ V 12 × I 12=1,032 V × 0,122 A=0,1259 W
 P13 ¿ V 13 × I 13=1,082 V ×0,161 A=0,1742 W
 P14 ¿ V 14 × I 14 =1,131V × 0,197 A=0,2228 W
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
 P15 ¿ V 15 × I 15=1,180 V ×0,224 A=0,2643 W

4. Proses elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H 2O) menjadi oksigen
(O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut.
Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi
menjadi gas H2 dan ion hidroksida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain
terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke
katoda. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa
molekul air. Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari gelembung pada elektroda
dan dapa dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk meghasilkan hidrogen
dan hidrogen peroksida (H2O2) tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan
hidrogen.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan yang dilakukan dapat diketahui prinsip kerja electrolyzer yaitu
menguraikan senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan
menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut. Pada katoda, dua molekul air
bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidroksida
(OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O 2),
melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Gas hidrogen dan oksigen
yang dihasilkan dari gelembung pada elektroda dan dapa dikumpulkan. Prinsip ini
kemudian dimanfaatkan untuk meghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2)
tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
2. Dari hasil
Kurva Karakteristik I-vs-V percobaan
250.000
yang
200.000 dilakukan
dapat
Current (mA)

150.000
diketahui
100.000 kurva

50.000 karakteristik
sebagai
0.000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 berikut.
Voltage (mV)

3. Aplikasi percobaan dalam kehidupan sehari-hari :


 Bahan bakar kendaraan Hidrogen
 Pembuatan beberapa bahan kimia
 Pemurnian logam
 Penyepuhan logam
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih teliti dalam mengamati batas air pada electrolyzer.
2. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih memperhatikan stopwatch lebih teliti.
3. Sebaiknya ruangan laboratorium lebih diperluas dan diperbanyak pendingin ruangan.
4. Sebaiknya asisten laboratorium memberikan responsi yang mudah.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155

DAFTAR PUSTAKA

Buresch, Matthew. 1983. PHOTOVOLTAIC ENERGY SYSTEMS. USA: McGraw-Hill Inc.


Pages: 146-150.
Mantell, C. L. 1983. BATTERIES AND ENERGY SYSTEMS. USA: McGraw-Hill Inc.
Pages: 34-35.
Riyanto. 2017. ELEKTROKIMIA DAN APLIKASINYA. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Halaman: 17-18.
Robertson, John B. 2003. KETERAMPILAN TEKNIK LISTRIK PRAKTIS. Bandung: Penerbit
Yrama Widya.
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Halaman: 84-91.

Medan, 08 Juni 2021


Asisten Praktikan

(Amelia Azmi Nasution) (Molley Situmeang)

Anda mungkin juga menyukai