NIM 180801092
FAK/JUR : MIPA / S1
BAB I
PENDAHULUAN
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya,
suara atau partikel yang dipancarkan, diserap ataudipantulkan oleh materi tersebut.
Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajariinteraksi antar
cahaya dan materi (syaifudin,2001). Spektroskopi telah diaplikasikan pada beberapa
bidang diantaranya biofisika, biokimia, geofisika, kedokteran, kimia farmasi,astronomi
sebagai analisa kandungan protein, pengamatan batu permata,immonoossay, DNA
sequencing, dan pengamatan lingkungan (bass,M.1995).
Spektrometer adalah alat untuk mengukur spectrum yang digunakan dalam
spektroskopi. Spektrometer terdiri dari lima bagian utama yaitu, celah masuk, kolimator,
pendispersi, lensa, detektor. Terdapat dua jenis spektrometer jika ditinjau dari
bagian pendispersi, yaitu dengan prisma dan kisi. Pada spectrometer berbasis prisma,
prisma memiliki keuntungan menghasilkan satu spektrum cahaya yang jelas (terang), tapi
nilainya tidak linear. Dispersi akan berkurang secara signifikan di daerah
panjang gelombang merah, dan analisis spektral selanjutnya memerlukan tiga referensi
(pengukuran ulang) untuk kalibrasinya. Sedangkan pada kisi mempunyai kemampuan
untuk memberikan resolusi yang sangat baik, tapi grating juga akan mendispersikan
spectrum visibel pada gambar.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada analisis zat radioaktif dengan spektrometer gamma, hasil yang tebaik adalah dengan
metode relatif. Metode tersebut dapat dilakukan apabila faktor geometri sampel sama dengan
standar, namun hal tersebut sulit dan mahal kaarena metode ini membutuhkan jumlah sumber
standar yang banyak. Bagi negara maju kebutuhan akan sumber standar pengukuran tidak
menjadi masalah, karena didukung kemampuan ekonomi sehingga sumber standar dapat
diadakan secara berkala. Untuk negara berkembang seperti Indonesia, pembuatan sumber
standar pengukuran yang mendekati faktor geometri sampel yang hendak dianalisis
merupakan solusi untuk mendukung kegiatan pengukuran sampel lingkungan.
Pada penelitian ini akan dibuat standar pengukuran yang berisi campuran 54Mn,
60Co, 65Zn, 109Cd, 133Ba, 134Cs, 137Cs, 210Pb, dan 241Am dalam matriks rumput, air,
dan tanah. Campuran radionuklida 133Ba, 152Eu, dan 241Am dibuat dalam matriks abu
rumput, sludge, air, pasir, pasir silika, dan pasir vulkanik. Sumber standar yang dibuat dalam
matriks ditempatkan dalam wadah vial dengan diamater dalam 57 mm dan tinggi sumber
standar 50 mm. Sumber standar yang dibuat digunakan untuk kalibrasi sistem spektrometer
gamma dengan detektor HPGe (High Purity Germanium) atau Germanium kemurnian tinggi.
Sumber standar yang dibuat, divalidasi untuk mengetahui keakuratan, sehingga hasil analisis
terhadap sampel akan lebih akurat, cepat, dan tertelusur secara nasional atau internasional[1].
Validasi sumber standar dilakukan dengan menggunakan CRM (certificate reference material)
dari IAEA (International Atomic Energy Agency) berupa 137Cs dalam matriks rumput dan
matriks tanah. Nuklida yang tidak stabil disebut radioaktif karena memancarkan radiasi.
Nuklida yang radioak tif ini akan meluruh dan berubah menjadi nuklida lain setelah
memancarkan radiasi. Proses peluruhan ini disebut peluruhan radioaktif. Ketidakstabilan
nuklida yang berakibat pemancaran radiasi disebut radioaktivitas. Radioaktivitas ada yang
berasal dari alam yang disebut radioaktivitas alam dan karena hasil olah manusia yang disebut
radioaktivitas buatan. Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik monokromatik
yang terpancar dari inti- inti atom yang mengalami aktivasi setelah mengalami transformasi
radioaktif. Sinar gamma memberikan suatu mekanisme yang membuang energi pengaktifan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
dari inti yang mengalami aktivasi. Jika sinar gamma mengenai suatu materi maka ia akan
kehilangan sebagian energinya. Kehilangan energi ini dapat terjadi melalui efek fotolistrik,
hamburan compton, dan proses produksi pasangan.
Spektrometer gamma adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melakukan
analisis zat radioaktif yang memancarkan radiasi gamma. Setiap radionuklida mempunyai
tenaga yang berbeda dan tertentu dan bersifat spesifik. Hal ini digunakan sebagai dasar dalam
analisis secara kualitatif. Analisis secara kuantitatif dilakukan berdasarkan nilai cacahan dari
spektrum yang dipancarkan. Untuk keperluan analisis kualitatif maupun kuantitatif diperlukan
CRM yang merupakan bahan acuan bersertifikat sehingga hasil pengujian tertelusur ke
standar nasional maupun internasional.
Faktor geometri yang mempengaruhi pengukuran sampel lingkungan pada sistem
spektrometer gamma di antaranya adalah faktor bentuk sumber. Hal ini terkait dengan wadah
sumber, jarak antara detektor dengan sumber, komposisi matriks, dan rapat jenis sumber.
Untuk memperoleh hasil yang baik pada pengukuran zat radioaktif dengan volume sampel
yang besar memerlukan bentuk geometri sampel mendekati geometri standar. Sinar gamma
bila melewati suatu materi akan mengalami pengurangan intensitas yang disebabkan oleh
penyerapan bahan. Besarnya penyerapan bahan disebut koefisien serapan diri (self absorption
coefficient).
Pada beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan studi mengenai pengaruh koefisien
serapan diri. Pada penelitian ini akan dipelajari pengaruh variasi matriks terhadap pencacahan
sampel menggunakan spektrometer gamma. Untuk menganalisis radiasi dari atom individu
dan inti uraian kuantum paling tepat, tetapi kita bisa lebih mudah memahami perhitungan
kuantum Penelitian dilakukan dengan membuat sumber standar dari beberapa bahan matriks
yang bervariasi. Secara empiris faktor geometri yang paling berpengaruh adalah densitas dari
matriks sumber standar. Untuk menganalisis radiasi dari atom individu dan inti uraian
kuantum paling tepat, tetapi. Uji profisiensi biasanya dikoordinasi oleh suatu laboratorium
standar nasional atau internasioal. Dari hasil uji profisiensi akan diketahui kemampuan suatu
laboratorium dalam melakukan analisis sampel yang dikirim oleh koordinator. Laporan yang
diterbitkan suatu koordinator mempunyai kriteria hasil pengujian suatu laboratorium peserta,
diterima atau ditolak. Karena itu pada pemilihan wadah dan pengaturan jarak antara standar
dengan detektor pada setiap pengukuran, diusahakan sama. (Marjanto, 2007)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
Ditemukan bahwa beberapa zat yang terbentuk secara alami terdiri dari atom yang tidak stabil
yaitu mereka mengalami transformasi spontan menjadi atom produk yang lebih stabil. Zat-zat
tersebut dikatakan radioaktif dan proses transformasi dikenal sebagai peluruhan
radioaktif.Peluruhan radioaktif biasanya disertai dengan emisi partikel bermuatan dan sinar
gamma.Fakta bahwa beberapa unsur radioaktif secara alami pertama kali disadari oleh
Becquerel pada tahun 1896.Dia mengamati menghitamnya emulsi fotografis di sekitar
senyawa uranium.Ini kemudian dikaitkan dengan radiasi yang dipancarkan oleh
uranium.Dalam sepuluh tahun berikutnya karya eksperimental yang luar biasa dari Rutherford
dan Soddy, M. dan Mme Curie dan lainnya menetapkan fakta bahwa inti tertentu tidak
sepenuhnya stabil.Radiasi inti yang tidak stabil ini memancarkan tiga jenis utama, yang
disebut radiasi alfa, beta, dan gamma.Radiasi- Radiasi alfa, beta dan gamma, radiasi alfa (a)
ditunjukkan oleh Rutherford dan Royds terdiri dari inti helium yang terdiri dari dua proton
dan dua neutron.Keempat partikel ini terikat bersama begitu erat sehingga partikel alfa
berperilaku dalam banyak situasi seolah-olah itu adalah partikel fundamental.Sebuah partikel-
𝛼 memiliki massa 4𝜇 dan membawa dua unit muatan positif. Radiasi beta (𝛽) terdiri dari
elektron kecepatan tinggi yang berasal dari nukleus.Elektron nuklir ini memiliki sifat yang
identik dengan elektron atom, yaitu memiliki massa1/1840 𝜇 dan membawa satu unit muatan
negatif. Jenis lain dari radiasi beta ditemukan oleh C. D. Anderson pada tahun 1932. Radiasi
ini terdiri dari partikel dengan massa yang sama dengan elektron tetapi memiliki satu unit.
Muatan positif, dan dikenal sebagai radiasi positron.Meskipun kurang penting dari sudut
pandang perlindungan radiasi daripada partikel- 𝛽 negatif, pengetahuan tentang positron
diperlukan untuk memahami mekanisme peluruhan radioaktif tertentu.Radiasi beta ditandai 𝛽
(elektron) atau 𝛽* (positron).Dalam penggunaan sehari-hari istilah radiasi beta biasanya
mengacu pada jenis negatif, radiasi P Gamma (𝛾) termasuk kelas yang dikenal sebagai radiasi
elektromagnetik.Jenis radiasi ini terdiri dari kuanta atau paket energi yang ditransmisikan
dalam bentuk gerakan gelombang.Anggota terkenal lainnya dari kelas radiasi ini adalah
gelombang radio dan cahaya tampak.Jumlah energi dalam setiap kuantum terkait dengan
panjang gelombang radiasi.Ditemukan dari percobaan bahwa Ec 1/2 di mana Eis adalah
energi dari kuantum atau foton radiasi elektromagnetik dan 2 adalah panjang
gelombangnya.Panjang gelombang radiasi elektromagnetik sangat bervariasi. (Martin, 1979)
Spektrometri gamma Y adalah spektrometri yang menggunakan sinar gamma, yakni sinar
yang dihasilkan oleh suatu bahan radioaktif . Sinar gamma adalah sinar yang tidak dapat
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
dilihat oleh mata, maka untuk mengetahuinya diperlukan detektor, yang biasa digunakan
adalah detektor saintilasi natrium iodida yang dikotori dengan talium Nal (TI) atau detektor
semi konduktor. Komponen spektrometer gamma terdiri dari detektor skintilator sistem,
analisis sistem, dan sistem pembaca data. Menghidupkan neutron, sistem pengganda tegangan
dan berbagai perangkatnya. Spektrometer gamma yang dipergunakan untuk analisis dalam
penelitian yang ditulis dalam buku ini mengikuti langkah-langkah yang tertera.
Unsur Kalium -40 ada pada setiap pengambilan cuplikan, hasil pengambilan keputusan tahap
ke dua dan ke tiga. Memiliki daya ionisasi kecil dibandingkan alpha dan beta. Tidak
bermuatan listrik sehingga tidak ada oleh medan listrik dan medan magnet. Daya tembus
terhadap medium paling besar. Kecepatan foton kecepatan kecepatan cahaya. Energi yang
dipancarkan adalah diskrit memiliki kemampuan untuk memunculkan fouresensi dan
menghitamkan film yang lebih besar dari partikel alpha dan beta. (Wahikun, 2016) Sejalan
dengan perkembangan spektrometer seintilasi adalah pengembangan penghitung gas
proporsional sebagai spectrometer. Curran pada tahun 1948 mendemonstrasikan penggunaan
pencacah proporsional dalam memperoleh spektrum beta dari tritium. Pada tahun yang sama,
Hanna et al. "Menggunakan penghitung gas proporsional untuk mendapatkan spektrum sinar-
X yang terkait dengan penangkapan-K di argon-37. Pencacah proporsional termasuk dalam
kategori penghitung berisi gas. Detektor ionisasi memiliki telah ditangani sehubungan dengan
detektor keadaan padat yang dijelaskan secara cukup.
Detektor ionisasi gas tidak cocok untuk spektrometri sinar gamma sebagai akibat dari
kurangnya ukuran pulsa yang cukup pada energi foton rendah. Faktanya sekitar 30 eV
diperlukan untuk pembangkitan satu pasangan ion elektron-positif dibandingkan dengan 29
eV dengan germa- nium. Denyut nadinya setidaknya sepuluh kali lebih kecil .. ruang lonisasi
secara praktis digunakan secara eksklusif untuk mendeteksi dan spektrometri partikel
bermuatan berat. Selain itu, dalam domain ini mereka sekarang hampir seluruhnya digantikan
oleh detektor semikonduktor. Dalam pencacah proporsional, amplifikasi pulsa sinyal dengan
tumbukan klektron dalam perjalanannya ke elektroda kolektor memungkinkan peningkatan se
tinggi pulsa hingga 10 kali, sedangkan pulsa keluaran tetap proporsional dengan peristiwa
pengion tunggal.
Amplifikasi ini diperoleh dengan medan elektri besar di dekat elektroda koleksi. Dalam
konfigurasi yang paling umum, elektroda adalah silinder koaksial yang terdiri dari kawat
sebagai anoda yang dikelilingi oleh silinder berongga besar sebagai katoda . Keuntungan
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
perkalian dapat ditingkatkan sedemikian rupa sehingga elektron tunggal dapat dideteksi. Ini
sesuai dengan elektron dengan energi ionisasinya kira-kira 30 ev. Karena perilaku dan
kesulitan sebelumnya yang tidak dapat diprediksi dalam membangun amplifier yang andal
dan sensitif, penghitung gas proporsional belum pernah bertemu dengan penerimaan luas
yang sama cepatnya seperti yang diketahui oleh penghitung kilau.
Semikonduktor lain dan bahkan isolator dapat digunakan untuk spektrometri sinar gamma jika
tersedia dengan kemurnian dan kualitas yang sesuai. Persyaratan lebih lanjut adalah
kemampuan untuk menumbuhkan kristal tunggal dengan dimensi yang sesuai, dan kebutuhan
untuk spektrometri sinar gamma bahwa setidaknya salah satu elemen material memiliki Z
yang tinggi.Hanya semikonduktor senyawa dengan kast satu komponen Z> 32 yang harus
dipertimbangkan. Semua bahan yang berpotensi dapat diterapkan adalah senyawa sekunder
stoikiometri, iso-elektronik, dan isomorf dengan unsur golongan IV. Ada dua pendekatan
yang mungkin menjadi penting dalam bidang spektrometri sinar gamma: (a) Tinggi Z,
semikonduktor celah pita sempit (misalnya antimonida indium), yang bila dioperasikan pada
suhu yang sangat rendah dapat menawarkan karakteristik kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan germanium. (b) Semikonduktor dengan celah pita lebar yang dapat
digunakan pada suhu kamar dengan karakteristik yang wajar.
Penggunaan kedua jenis bahan sampai sekarang dibatasi oleh konsentrasi pengotor yang
cukup besar yang setidaknya sebagian disebabkan oleh penyimpangan dalam stoikiometri.
Meskipun banyak bahan tersedia dengan Z yang sesuai dan masa pakai pembawa, katakanlah,
100 jasec yang dapat berfungsi sebagai bahan dasar untuk pembuatan detektor sinar gamma,
kecil kemungkinannya detektor sinar gamma dengan karakteristik spektrometer yang lebih
baik daripada germanium akan dikembangkan dalam waktu dekat. Tidak ada bahan yang
benar- benar memenuhi persyaratan konsentrasi pengotor terionisasi rendah dan kepadatan
pusat perangkap yang cukup rendah. Pertumbuhan pesat bidang detektor semikonduktor
silikon dan germanium adalah hasil dari 20 tahun pengalaman umum dengan semikonduktor
ini. Selain itu, tidak ada kepastian sama sekali bahwa teknik penyimpangan ion dapat
diterapkan dengan semikonduktor selain silikon dan germanium.
Dalam galium arsenida, galium antimonida, dan galium telurida, litium dapat menempati situs
substitusional dan memiliki perilaku seperti akseptor, sehingga menghalangi penyimpangan
ion. Telurida kadmium semi-isolasi (celah pita energi 4,65 eV) adalah detektor sinar gamma
curah potensial yang dapat digunakan. (Dams, R 1970)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1. High Voltage
Fungsi: Sebagai sumber tegangan.
2. Detektor NaI(Tl)
Fungsi: Sebagai sebagai untuk mendeteksi radiasi, mencacah jumlah partikel
radioaktif dan energi radiasi.
3. Absorber Pb dan Fe
Fungsi: Sebagai penyerap radiasi yang dipancarkan unsur radioaktif.
4. CPU
Fungsi: Sebagai unit control sebagai pengatur jalannya suatu program.
5. Monitor
Fungsi: Sebagai layar penampil hasil deteksi
6. Mouse
Fungsi: Sebagai alat pendukung computer untuk menggerakkan kursor.
7. MCA
Fungsi: Sebagai alat pencacah
8. Keyboard
Fungsi: Sebagai alat untuk memasukkan input.
9. Susu
Fungsi: Sebagai penetrasi tubuh.
1. Co-60
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
(Terlampir)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SU
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
DAFTAR PUSTAKA
Dams, R dan Adams. 1970. APPLIED GAMMA RAY SPECTROSCOPY. Second edition.
Britain : Great Britain Bidless
Ltd. Pages : 107-112
Marjanto. R, Dadong, dkk. 2007. PENGARUH MATRIKS TERHADAP
PENCACAHAN SAMPEL MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA.
Yogyakarta : Ykkb Yogyakarta
Halaman : 65-78
Martin, A. 1996. An Introduction to Radiation Protection. Forth Edition.
London: Chapman and Hall.
Pages: 2-9
Wahikun, 2016. RADIOAKTIVITAS PADA PERAIRAN PESISIR CILACAP.
Yogyakarta : Deepublish
Halaman : 50-52
Abstrak
Abstract
65
JFN, Vol.1 No.2, November 2007 ISSN 1978-8738
PENDAHULUAN
Meningkatnya kepedulian masyarakat akan keselamatan lingkungan khususnya
terhadap pencemaran radiasi menyebabkan meningkatnya permintaan analisis
terhadap cemaran zat radioaktif di Laboratorim Keselamatan Kesehatan dan
Lingkungan (Lab. KKL) pada Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi
Radiasi (PTKMR) - BATAN. Parameter analisis yang diminta sebagian besar
berupa konsentrasi zat radioaktif pemancar radiasi gamma di antaranya adalah
137
Cs, 60Co, 192Ir, 226Ra, 228Ra, 238U, 232Th, dan 40K. Sebagai laboratorium penguji,
Lab. KKL sudah selayaknya memberi pelayanan terbaik berupa penyajian data
hasil pengujian dengan cepat dan akurat.
Pada analisis zat radioaktif dengan spektrometer gamma, hasil yang tebaik
adalah dengan metode relatif. Metode tersebut dapat dilakukan apabila faktor
geometri sampel sama dengan standar, namun hal tersebut sulit dan mahal
kaarena metode ini membutuhkan jumlah sumber standar yang banyak. Bagi
negara maju kebutuhan akan sumber standar pengukuran tidak menjadi masalah,
karena didukung kemampuan ekonomi sehingga sumber standar dapat diadakan
secara berkala. Untuk negara berkembang seperti Indonesia, pembuatan sumber
standar pengukuran yang mendekati faktor geometri sampel yang hendak
dianalisis merupakan solusi untuk mendukung kegiatan pengukuran sampel
lingkungan.
Pada penelitian ini akan dibuat standar pengukuran yang berisi campuran
54
Mn, Co, 65Zn, 109Cd, 133Ba, 134Cs, 137Cs, 210Pb, dan 241Am dalam matriks rumput,
60
air, dan tanah. Campuran radionuklida 133Ba, 152Eu, dan 241Am dibuat dalam
matriks abu rumput, sludge, air, pasir, pasir silika, dan pasir vulkanik. Sumber
standar yang dibuat dalam matriks ditempatkan dalam wadah vial dengan
diamater dalam 57 mm dan tinggi sumber standar 50 mm. Sumber standar yang
dibuat digunakan untuk kalibrasi sistem spektrometer gamma dengan detektor
HPGe (High Purity Germanium) atau Germanium kemurnian tinggi.
Sumber standar yang dibuat, divalidasi untuk mengetahui keakuratan,
sehingga hasil analisis terhadap sampel akan lebih akurat, cepat, dan tertelusur
secara nasional atau internasional [1]. Validasi sumber standar dilakukan dengan
menggunakan CRM (certificate reference material) dari IAEA (International
Atomic Energy Agency) berupa 137Cs dalam matriks rumput dan matriks tanah.
Nuklida yang tidak stabil disebut radioaktif karena memancarkan radiasi.
Nuklida yang radioaktif ini akan meluruh dan berubah menjadi nuklida lain
setelah memancarkan radiasi. Proses peluruhan ini disebut peluruhan radioaktif. [2]
Ketidakstabilan nuklida yang berakibat pemancaran radiasi disebut radioaktivitas.
Radioaktivitas ada yang berasal dari alam yang disebut radioaktivitas alam dan
karena hasil olah manusia yang disebut radioaktivitas buatan. Radiasi yang
dipancarkan nuklida tersebut berupa radiasi partikel alfa, radiasi beta dan radiasi
gamma.
66
ISSN 1978-8738 Pengaruh matriks terhadap…(Wahyudi, dkk)
Y a bX (1)
dengan : Y adalah energi gamma (keV), a dan b adalah bilangan konstanta linier,
dan X adalah nomor salur (channel)
Efisiensi tiap-tiap energi gamma mempunyai nilai tertentu dan untuk
menghitung efisiensi tiap-tiap energi digunakan Persamaan (2). [4,6]
(NS NBG )
ε γ
A p
(2)
t γ
dengan: adalah efisiensi pada energi gamma teramati (%), Ns adalah laju cacah
standar (cacah per waktu), NBG adalah laju cacah latar (cacah per waktu), At
adalah aktivitas pada saat pengukuran (Bq), dan adalah yield energi gamma
tertentu (%).
Faktor geometri yang mempengaruhi pengukuran sampel lingkungan
pada sistem spektrometer gamma di antaranya adalah faktor bentuk sumber. Hal
ini terkait dengan wadah sumber, jarak antara detektor dengan sumber, komposisi
matriks, dan rapat jenis sumber.[7,8]
Untuk memperoleh hasil yang baik pada pengukuran zat radioaktif
dengan volume sampel yang besar memerlukan bentuk geometri sampel
mendekati geometri standar.[7] Untuk memperoleh sumber standar dengan bentuk
67
JFN, Vol.1 No.2, November 2007 ISSN 1978-8738
geometri mendekati sampel relatif sulit dan mahal. Karena itu pada pemilihan
wadah dan pengaturan jarak antara standar dengan detektor pada setiap
pengukuran, diusahakan sama.
Sinar gamma bila melewati suatu materi akan mengalami pengurangan
intensitas yang disebabkan oleh penyerapan bahan. Besarnya penyerapan bahan
disebut koefisien serapan diri (self absorption coefficient). Pada beberapa
penelitian terdahulu telah dilakukan studi mengenai pengaruh koefisien serapan
diri.[7,8] Pada penelitian ini akan dipelajari pengaruh variasi matriks terhadap
pencacahan sampel menggunakan spektrometer gamma. Penelitian dilakukan
dengan membuat sumber standar dari beberapa bahan matriks yang bervariasi.
Secara empiris faktor geometri yang paling berpengaruh adalah densitas dari
matriks sumber standar.[9]
Konsentrasi zat radioaktif dalam sampel pada pengukuran dengan sistem
spektrometer gamma ditentukan dengan Persamaan (3):[10] dan ditampilkan seperti
pada Persamaan (4).
N NBG
Cavg ε Sp
pw
(3)
γ γ Sp
dengan : NSp adalah laju cacah sampel (cacah per detik), NBG adalah laju cacah
latar (cacah per detik), adalah efisiensi pada energi gamma teramati (%),
p alah yield dari energi gamma teramati (%), dan wSp adalah berat sampel (kg),
CSp adalah konsentrasi zat radioaktif dalam sampel terkoreksi (Bq/kg), Cavg adalah
konsentrasi zat radioaktif dalam sampel rata-rata (Bq/kg), dan U T adalah
ketidakpastian pengukuran yang diperluas (Bq/kg).
UT atau ketidakpastian pengukuran yang diperluas dapat dilihat pada
Persamaan (5),
u
2 2 2
2 u2 u u u
UT C avg Sp B 2
W
E (5)
(N Sp )
εγ Ppγ Sp w
NBG
dengan : uSp adalah ketidakpastian pencacahan sampel (%), uB adalah B
68
ISSN 1978-8738 Pengaruh matriks terhadap…(Wahyudi, dkk)
ketelitian yang setara atau lebih tinggi. [1] Teknik lain untuk validasi ini adalah
dengan mengikuti kegiatan uji profisiensi yang diadakan suatu laboratorium. Uji
profisiensi biasanya dikoordinasi oleh suatu laboratorium standar nasional atau
internasioal. Dari hasil uji profisiensi akan diketahui kemampuan suatu
laboratorium dalam melakukan analisis sampel yang dikirim oleh koordinator.
Laporan yang diterbitkan suatu koordinator mempunyai kriteria hasil pengujian
suatu laboratorium peserta, diterima atau ditolak.
Faktor yang menentukan kriteria keberterimaan uji yaitu perbedaan
terhadap nilai benar (true value) yang dalam laporan ini sebagai acuan adalah
CRM dari IAEA. Perbedaan nilai hasil kedua laboratorium dapat ditulis dengan
Persamaan (6):[11]
CKMR CIAEA
%Bias 100% (6)
CIAEA
dengan : % Bias adalah perbedaan nilai aktivitas antara PTKMR dengan IAEA
(%), CIAEA adalah nilai aktivitas CRM dari IAEA (Bq/kg)), dan C KMR adalah hasil
pengukuran sampel di PTKMR (Bq/kg)
Dari hasil pengujian dilakukan evaluasi untuk menentukan kriteria
keberterimaan berdasarkan nilai presisi (P). Nilai presisi untuk dapat memenuhi
kriteria adalah P8%, besarnya nilai P ditentukan dengan Persamaan (7): [11]
2 2
P IA EA 100% (7)
U
CK MIAEA U
R
C KMR
Dari perbedaan pengukuran yang dilakukan oleh kedua laboratorium tersebut
dapat ditentukan kinerja suatu laboratorium peserta secara kuantitatif ( Zscore atau
Z). Nilai Z ditentukan dengan Persamaan (8):[12]
Z
(U2 %Bias 2 (8)
U )
KMR IAEA
dengan : Z adalah nilai kuantitatif hasil uji profisiensi, U KMR adalah nilai
ketidakpastian hasil pengukuran oleh PTKMR (%), dan U IAEA adalah nilai
ketidakpastian dari IAEA (%)/ Bila nilai Z 2 maka hasil uji profisiensi
memuaskan, bila 2<Z<3 dipertimbangkan, sedangkan jika nilai Z 3 tidak
memuaskan.
69
JFN, Vol.1 No.2, November 2007 ISSN 1978-8738
METODE PENELITIAN
70
ISSN 1978-8738 Pengaruh matriks terhadap…(Wahyudi, dkk)
71
JFN, Vol.1 No.2, November 2007 ISSN 1978-8738
Untuk melengkapi data penelitian ini, maka untuk matriks lain digunakan sumber
standar yang terdiri dari 133Ba, 152Eu, dan 241Am. Ketiga radionuklida itu
mempunyai rentang energi yang cukup lebar yaitu dari 59 keV sampai 1408 keV.
Pertimbangan lain adalah ketiga radionuklida tersebut mempunyai waktu paro
cukup panjang sehingga sumber standar yang dibuat dapat digunakan di
laboratorium dalam waktu cukup lama.
Pencampuran sumber standar dengan bahan matriks dilakukan secara
basah. Sumber standar yang telah dibuat dalam bentuk cair yaitu dalam larutan
asam dicampur dengan bahan matriks. Pencampuran dilakukan dengan
menuangkan bahan matriks ke dalam larutan sumber standar sedikit demi sedikit
sampai seluruh bahan tercampur. Campuran diaduk-aduk dengan pengaduk
72
ISSN 1978-8738 Pengaruh matriks terhadap…(Wahyudi, dkk)
73
JFN, Vol.1 No.2, November 2007 ISSN 1978-8738
Agar hasil analisis lebih teliti, penggunaan tabel energi akan banyak membantu.
Pada tabel energi akan terlihat jenis nuklida yang ada dalam sampel dan
kemungkinan energi lain yang berdekatan dengan energi nuklida yang dianalisis
Kalibrasi efisiensi spektrometer gamma yang dilengkapi dengan detektor
HPGe mempunyai karakteristik tersediri. Pada energi rendah 59 keV efisiensinya
rendah lalu naik dengan tajam bersamaan dengan naiknya energi gamma,
kemudian turun secara eksponensial. Efisiensi tertinggi dari detektor HPGe
diperkirakan pada energi 140 keV, sehingga energi ini disebut sebagai knee.
Bentuk kurva kalibrasi efisiensi akan lebih baik, jika sumber standar yang
digunakan mempunyai energi dengan sebaran yang lengkap, sehingga titik-titik
pada kurva kalibrasi dapat dibuat dengan sempurna. Pada kurva ini terdapat
kekosongan pada energi 125 sampai 250 keV, padahal pada daerah tersebut
kelengkungan kurva cukup kritis dan sulit untuk diprediksi. Kurva kalibrasi ini
akan lebih baik jika pada rentang energi 125 keV sampai 250 keV terdapat data
efisiensi secara eksperimen untuk menghubungkan kurva efisiensi. Pada Gambar
4 dapat dilihat kurva hubungan antara efisiensi dengan energi untuk setiap variasi
matriks.
Gambar 4. Kurva Kalibrasi Efisiensi Detektor HPGe dengan Sumber Standar Variasi Matriks
dalam Wadah Vial ID 57 mm H 50 mm.
Kurva itu menunjukkan bahwa setiap jenis matriks yang berbeda mempunyai
efisiensi pencacahan yang berbeda. Kurva tersebut dapat digunakan untuk
analisis sampel dengan kondisi mendekati komposisi matriks standar. Sebagai
contoh untuk analisis sampel tanah, maka sebaiknya digunakan sumber standar
dalam matriks tanah, begitu juga untuk sampel yang lain. Analisis ini dapat juga
disebut metode pendekatan jenis sampel dengan matriks standar. Seandainya
komposisi sampel yang dianalisis tidak ada kedekatan dengan komposisi matriks
standar, maka sebagai solusinya dapat digunakan kurva hubungan antara efisiensi
dengan densitas matriks. Gambar 4 menunjukkaan bahwa dari 8 matriks yang
dibuat setelah dibuat kurva hubungan antara efisiensi dengan energi untuk setiap
74
ISSN 1978-8738 Pengaruh matriks terhadap…(Wahyudi, dkk)
Tabel 4. Hasil Validasi Sumber Standar dengan CRM dari IAEA Berupa Grass-373 dan
Soil-375
Grass-373 Soil-375
Ref. mat
32,41 gr 168,80 gr
(Bq) 385,44 912,67
Akt 31-12-91 (Bq/kg) 11892,76 5406,80
Lab.KKL- Unct. (Bq/kg) 269,46 123,61
PTKMR Unct (%) 2,27 2,29
Akt.31-12-91 (Bq/kg) 12350 5280
Sertifikat dari Unct (Bq/kg) 220 80
IAEA Unct (%) 1,78 1,52
Bias (%) -3,70 + 2,40
Presisi (%) 2,88 2,74
Zscore 1,28 0,88
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan terhadap validasi sumber
standar diperoleh hasil yang cukup baik yaitu penyimpangannya di bawah 5%.
Untuk matriks tanah diperoleh perbedaan sebesar +2,40%; sedangkan untuk
matriks rumput terdapat perbedaan sebesar -3,70%. Nilai perbedaan tersebut
kemungkinan disebabkan oleh berat sampel yang cukup kecil, yaitu berat matriks
rumput lebih sedikit dibandingkan berat tanah sehingga kesalahan pada analisis
matriks rumput lebih besar dibandingkan dengan analisis pada matriks tanah.
Dari perhitungan terhadap presisi sumber standar CRM dari IAEA diperoleh
nilai di bawah 8%. Hal ini menurut IAEA memenuhi syarat keberterimaan untuk
pengukuran standar (IAEA, 2005). Hasil perhitungaan untuk nilai-Z atau Z score
diperoleh nilai Zscore 2, hal ini menunjukkan bahwa hasil pengukuran aktivitas
CRM yang dilakukan Lab. KKL - PTKMR memuaskan.[12] Dari hasil validasi
75
JFN, Vol.1 No.2, November 2007 ISSN 1978-8738
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sumber standar yang dibuat dalam
variasi matriks dapat digunakan untuk analisis sampel lingkungan dengan kondisi
yang beragam.
Pada penelitian ini baru dibuat sumber standar variasi matriks yang ditempatkan
dalam wadah vial (Gambar 5). Pada penelitian yang akan datang dapat
dikembangkan untuk menggunakan wadah yang lebih representatif seperti wadah
Marinelli. Hal tersebut perlu dilakukaan untuk mengatasi faktor kesalahan
sumber standar bentuk matriks air.
Gambar 5. Sumber Standar dengan Variasi Matriks yang Ditempatkan Dalam Vial.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Efisiensi pencacahan sampel menggunakan spektometer gamma dipengaruhi
oleh jenis matriks. Densitas matriks berpengaruh secara signifikan pada
sistem pencacahan spektrometer gamma, terutama pada energi rendah.
Semakin besar densitas maka efisiensi pencacahan akan menurun.
2. Validasi sumber standar yang dibuat dengan CRM dari IAEA berupa Grass-
373 dan Soil-375 diperoleh hasil yang memuaskan, yaitu dengan memberikan
nilai penyimpangan < 5%, yang dianggap baik berdasarkan ketentuan batasan
dari IAEA, yaitu < 8%.
SARAN
1. Mengingat pengaruh matriks terhadap pencacahan sampel menggunakan
spektrometer gamma cukup signifikan, maka perlu dibuat sumber standar
dengan variasi matriks dalam wadah yang lain seperti dalam tabung
Marinelli.
2. Untuk mengatasi apabila tidak ada kesamaan kondisi sampel dengan matriks
standar, maka untuk menentukan efisiensi dapat digunakan pendekatan kurva
dengan densitas sampel yang mendekati densitas matriks sumber standar.
76
ISSN 1978-8738 Pengaruh matriks terhadap…(Wahyudi, dkk)
DAFTAR PUSTAKA
1. BSN, 2000, SNI-19-17025-2000 : Persyaratan umum kompetensi laboratorium
pengujian dan laboratorium kalibrasi, Badan Standardisasi Nasional, 2000.
2. TIWARI, P.N, 1973, Fundamentals of Nuclear Science with Applications
in Agriculture and Biology, Wiley Eastern Private Limited, New
Delhi.
3. CEMBER, H., 1983, Introduction to Health Physics, Second Edition, McGraw-Hill,
Inc., New York.
4. SUSETYO, W., 1988, Spektrometer Gamma dan Penerapannya Dalam Analisis
Pengaktifan Netron, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
5. DEBERTIN, K., and HELMER, R.G., 1988, Gamma and X-ray Spectrometry with
Semiconductor Detectors, Nort-Holland.
6. BATAN, 1998, ”Prosedur Analisis Sampel Radioaktivitas Lingkungan”, Badan
Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta.
7. ISKANDAR, D., 1997, ”Koreksi serapan diri sinar- dalam wadah marinelli satu
liter”, Prosiding Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN, Yogyakarta, 8-10 Juni 1997,
hal. 387-392.
8. PARK, T.S., KIM, T.Y., HWANG, H.Y., LEE, Y.S., 1997, “Radioactivity
measurement of cylindrical sources by gamma-ray spectrometry”, J. of
Radioanalytical and Nuc. Chem., Vol. 215, No.2, pp. 305-309.
9. DRYAK, P., KOVAR, K., PLCHOVA, L., SURAN, J., 1989, “Corrections for the
Marinelli Geometry”, J. Radioanalytical Nuclear Chemistry Letters, 135, pp.
281-292.
10. MARTIN, J.E., 2000, Physics for Radiation Protection, John Wiley & Sons, Inc.,
New York.
11. IAEA, 2005,”Environmental Radiation Monitoring and Regional Data Base”, Final
Report Proficiency Test on the Determination of , and -emitting
Radionuclides, TC Project RAS/9/2004, IAEA, Seibersdorf, June 2005.
12. ISO, 1997, ISO/IEC GUIDE 43-1, “Proficiency testing by interlaboratory
comparisons, Part 1”: Development and operation of proficiency testing
schemes., Second Edition, Geneva (1997).
13. CANBERRA, 1996, “Detector specification and performance data : Detector model
GC-2020”, Canberra, 800 Research Parkway, Meriden-USA.
14. NCRP, 1978, A Handbook of Radioactivity Measurements Procedures, NCRP Report
No.58, Bethesda Maryland.
77
JFN, Vol.1 No.2, November 2007 ISSN 1978-8738
78