Anda di halaman 1dari 33

JURNAL AWAL

PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

DISUSUN OLEH :

FITRI WIDYASARI

201851098

PROGRAM STRUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 1
PERCOBAAN I ................................................................................................................................................ 2
PERCOBAAN II ............................................................................................................................................... 6
PERCOBAAN III ............................................................................................................................................ 10
PERCOBAAN IV ............................................................................................................................................ 12
PERCOBAAN V ............................................................................................................................................. 18
PERCOBAAN VI ............................................................................................................................................ 25
PERCOBAAN VII ........................................................................................................................................... 28
PERCOBAAN VIII .......................................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 32

1
PERCOBAAN I
ANALISIS MINERAL DENGAN AAS

A. TEORI DASAR

Spektrofotometri adalah salah satu metode pengukuran kuantitatif dalam kimia analisis
terhadap sifat refleksi atau tranmisi cahaya suatu materi sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Spektrofotometri serapan atom merupakan suatu metode analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorbsi)
radiasi oleh atom bebas unsur tersebut. analisis yang dapat dilakukan dengan metoda AAS
adalah mulai dari analisis jumlah rumutan sampai dengan analisis komponen utama (1).

Pengembangan metode spektrofotometri serapan atom (AAS) baru dimulai sejak tahun
1995, yaitu ketika seorang ilmuan Australia, Wals (1955) melaporakan hasil penelitiannya
tentang pengguaan “hollow cathode lamp” sebagai radiasi yang dapat dihasilkan radiasi
panjang gelombang karakteristik yang sangat sesuai dengan AAS. Pada tahun yang sama
Alemadedan (1955) melaporkan bahwa beberapa jenis nyala dapat digunakan sebagai
sarana untuk atomisasi sejumlah unsur. Oleh karena itu, para ilmuan tersebut dapat
dianggap sebagai “Bapak AAS” (1).

Metoda AAS mempunyai kelebihan :


 Spesifik
 Cukup ekonomis
 Batas (limit) deteksi yang rendah
 Beberapa unsur berlainan larutan sampel dapat diukur
 Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan sampel
 Output data (absorbance) dapat dibaca langsung
 Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis sampel
 Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (sub-ppm hingga %).

Analisis mineral atau unsur biasa dilakukan dengan cara spektroskopi absorpsi atom
dan/atau spektroskopi emisi nyala. Umumnya analisis unsur dengan panjang gelombang

2
pada daerah sinar tampak seperti Ca, K, Na, dan sebagainya dapat dilakukan baik dengan
cara spektroskopi absorpsi atom maupun spektroskopi emisi nyala. Analisis unsur dengan
panjang gelombang pada daerah ultraviolet seperti Fe, Pb, Zn, dan sebagainya hanya dapat
dilakukan dengan cara spektroskopi absorpsi atom (2).

Bila atom dari suatu unsur pada keadaan dasar (ground state) dikenai radiasi akan
menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang
lebih tinggi disebut keadaan tereksitasi (exited state). Perbedaan energi antara keadaan
dasar dan keadaan tereksitasi sama dengan besamya energi yang diserap (1).

Pada SSA radiasi dari suatu sumber radiasi yang sesuai (lampu katoda cekung)
dilewatkan dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudian radiasi
tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Untuk membedakan antara radiasi
yang berasal dari sumber radiasi dan radiasi dari nyala api, biasanya digunakan “Chopper”
yang dipasang sebelum emisi dari sumber radiasi mencapai nyala api. Detektor disini akan
menolak arus searah (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik (signal
absorpsi) dari sumber radiasi dan sampel (1).

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode
serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak tergantung pada temperatur.
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu teratomisasi, sunber radiasi, sistem
pengukur fotometrik (1).

Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari
elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam api yang berisi sampel yang
telah teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui
monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber
radiasi, dan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus
(DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak balik dari sumber radiasi atau
sampel (1).

AAS menganut hukum lambert beer sama seperti spektrofotometer UV/Vis. Cara
perhitungannya pun sama, yaitu dengan membuat deret standar dan setelah ditetapkan

3
harga aborbansi atau % tranmisinya, kemudian dibuat grafik. Pada AAS umumnya
pencatatan hasil analisis memakai sistem digital atau dapat dipakai rekorder atau komputer.
Bila dipakai rekorder dengan memprogram tinggi puncak salah satu deret standar, maka
untuk mengetahui kepekatan (ppm) contoh yaitu dengan membandingkan tinggi puncak
dari contoh dan deret standar (3).

Proses emisi adalah proses yang terjadi karena atom menerima energi pengeksitasi
dalam bentuk energi panas dinyala, sebagai dari energi tersebut digunakan untuk
mengeksitasi atom. Dalam eksitasi, atom mengalami perpindahan ke tingkat yang lebih
tinggi lalu pada saat atom tersebut kembali ke keadaan dasar terjadi pelepasan energi yang
terbentuk gelombang elektromagnetik berupa sinar emisi yang dipancarkan ke segala arah
sehingga intensitas sinar yang sampai ke detektor hanya sebagian kecil saja (3).

Proses absorpsi terjadi seberkas sinar dengan panjang gelombang tertentu melewati
media pengasorbsi yang terdiri dari atom. Atom yang mengabsorbsi energi cahaya tersebut
akan mengubah atom menjadi atom yang terksitasi, sedangkan energi yang tidak diserap
akan ditrasmisikan (3).

B. PRINSIP DASAR

Prinsip kerja spektrofotometri serapan atom adalah absorbsi cahaya oleh atom.
Mekanisme yang terjadi untuk penetapan aluminium menggunakan AAS adalah larutan
sampel diaspirasi ke suatu nyala dan unsur-unsur didalam sampel diubah menjadi uap atom
sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom
akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tinggal sebagai atom
netral dalam keadaan dasar. Atom0atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang
diberikan oleh sumber radiasi yang dibuat dari unsur-unsur yang bersangkutan panjang
gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang
yang diabsorsi oleh atom dalam nyala (4).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
 Spektrofotometer Absorpsi Atom (AAS-240)
 Lampu katoda Cekung Fe

4
 Lampu katodaCekungCu
 Labu ukur 50 ml
 Pipet Mohr 10 ml (2)

Bahan yang digunakan :

 Larutan Standar Fe 1000ppm


 Larutan standar Cu 1000ppm
 Laratansampel (2)

5
PERCOBAAN II
ANALISIS SECARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

A. TEORI DASAR
Spektrofotometri adalah salah satu metode pengukuran kuantitatif dalam kimia analisis
terhadap sifat refleksi atau tranmisi cahaya suatu materi sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Imstrumen spektrofotometer terdiri atas berkas tunggal dan ganda.
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai
sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm/200-400nm) dan
sinar tampak (380-780nm/400-800nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (5).
Spektrofotometri UV-Vis meilibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibading dengan kualitatif. Umumnya spektroskopi dengan sinar UV
dan sinarVIS berkaitan dengan proses berenergi tinggi yakni transisi elektron dalam
molekul. Maka informasi yang didapat cenderung untuk molekul keseluruhan bukan
bagian-bagian molekulnya (5).
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet bergantung pada
struktur elektronik dari molekul. Spektra ultarviolet dan terlihat dari senyawa-senyawa
organik berkaitan erat transisi-transisi di antara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik.
Disebabkan karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet/terlihat sering dikenal sebagai
spektroskopi elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan antara
orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti
ikatan. Panjang gelombang serapan adalah merupakan ukuran dari pemisahan tingkatan-
tingkatan tenaga dari orbital-orbital yang bersangkutan. Pemisahan tenaga yang paling
tinggi diperoleh bila elektron-elektron dalam ikatan σ tereksitasi yang menimbulkan
serapan dalam daerah dari 120-200 nm. Daerah ini dikenal sebagai 10 daerah ultraviolet
vakum dan relatif tidak banyak memberikan keterangan. Di atas 200 nm eksitasi sistem
terkonjugasi π segera dapat diukur dan spektra yang diperoleh memberikan banyak

6
keterangan. Dalam praktek, spektrometri ultraviolet digunakan terbatas pada sistem-sistem
terkonjugasi (5).

Syarat-syarat analisis dengan spektrofotometer UV – Vis :

 Larutan harus berwarna atau mengandung senyawa organic tak jenuh


 Sinar harus monokromatis
 Larutan harus jernih (tidak keruh)
 Pelarut tidak boleh bereaksi secara kimia dengan sampel yang dianalisis.

Absorptivitas molar diperoleh dari pembagian absorbansi dengan konsentrasi dan panjang
larutan yang dilalui sinar. Pada dasarnya, ini memberikan nilai absorbansi standar - sinar
berjalan sepanjang 1 cm melewati larutan 1 mol dm-3 . Nilai absorptivitas molar dapat
bervariasi. Contohnya, etanal memiliki dua puncak serapan dalam spektrum UV-tampak -
keduanya dalam spektrum ultraviolet. Dua puncak serapan ini disebabkan oleh promosi
elektron dari pasangan bebas pada oksigen ke orbital pi anti-ikatan; atau dari orbital pi
ikatan ke orbital pi anti-ikatan (5).

Pemilihan pelarut dalam analisis Uv-vis :

 Dapat melarutkan cuplikan


 Dapat meneruskan sinar dari panjang gelombang yang dipakai (tidak boleh m
enyerapnya)
 Tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkojugasi pada struktur molekul
 Tidak berwarna
 Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
 Kemurniannya harus tinggi
 Polaritasnya disesuaikan dengan senyawa yang dianalisis (2)

B. PRINSIP DASAR

Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang
berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul, besar
energi yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari ground state ke

7
keadaan terksitasi yang memiliki energi yang lebih tinggi. Seraoan tidak terjadu seketika
pada daerah UV-Vis untuk semua struktur elektronik tetapi hanya pada sistem-sistem
konjugasi, struktur elektronik dengan adanya ikatan p dan non bonding elektron (5).

Pada spektrofotometer UV, Vis, UV-Vis dan Ir memiliki prinsip kerja yang sama
yaitu adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang
tertentu. Perbedaan hanya pada panjang gelombang yang digunakan. Prinsip kerja
spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io)
melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian
dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It) (5).

Hukum lambert-beer menyatakan hubungan linear antara absorban dengan


konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hokum
Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :

 Sinar yang digunakan dianggap monokromatis


 Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
 Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain
dalam larutan tersebut
 Tidak terjadi flourensensi atau fosforisensi
 Indeks bias tidak bergantung pada konsentrasi larutan.

Faktor-faktor penyebab kesalahan analisis UV-Vis

 Adanya serapan pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan blanko, yaitu
larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk
warna
 Serapan oleh kuvet. Kuvet yang biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet
dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik
 Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau
sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan
kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan)

Kelebihan spektrofotometri UV-Vis :


8
 Panjang gelombang dari sinar putih lebih terseleksi
 Mudah dioperasikan
 Dapat menganalisa larutan yang konsentrasi rendah (5)

Kekurangan spektrofotometri UV-Vis :

 Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kuvet
 Hanya dapat dipakai pada daerah ultraviolet yang panjang gelombang > 185 nm
 Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi dengan
energi eksitasi rendah
 Sinar yang dipakai harus monokromatis (5)

Cara kerja spektrofotometer yaitu sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju
monokromator. Cahaya dari monokramator diarahkan terpisah melalui sampel dengan
sebuah cermin berotasi. Detector menerima cahaya dari sampel secara bergantin secara
berulang-ulang, sinyal listrik dari detector diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya,
selanjutnya perhitungan dilakukan dengan computer yang sudah terprogram.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
 Spektrofotometri Uv-vis Varian Cary 50
 Kuvet
 Alat-alat gelas (2)

Bahan yang digunakan :

 larutan aseton 1 % dalam pelarut air


 larutan aseton 1 % dalam pelarut n-heksana
 padatan metilen blue
 aquadest (2)

9
PERCOBAAN III
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI SENYAWA ASAM BENZOAT DENGAN
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER INFRAMERAH

A. DASAR TEORI
Spektrofotometri adalah salah satu metode pengukuran kuantitatif dalam kimia analisis
terhadap sifat refleksi atau tranmisi cahaya suatu materi sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari suatu panjang gelombang yang
lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang mikro.
Spektrofotometer IR adalah instrumen yang digunakan untukl mengukur penyerapan
radiasi inframerah pada berbagai panjang gelombang (6).
Konsep radiasi IR diperkenalkan pertama kali oleh sir William Herchel melalui
percobaam mendispersikan radiasi matahari dengan prisma, ternyata pada daerah sinar
merah menunjukan adanya kenaikan temperatur tertinggi yang berarti pada daerah pi
radiasi tersebut. daerah spektrum disebut juga infrared, spektrofotometer IR digunakan
untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa organik murni maupun senyawa anorganik (1).
Penggunaan spektrofotometer IR untuk analisis kuantitatif hanya mungkin
dilakukan untuk zat-zat tunggal, namun hal ini jarang dilakukan. Setiap senyawa
mempunyai spektrum IR yang karakteristik dan dijadikan sebagai dasar analisa, infprmasi
yang penting dari senyawa adalah gugus fungsional, contoh : -C=O, -OH,-NH dl. Dalam
hal ini, data yang diperoleh dipergunakan dalam penentuan struktur dari senyawa (1).
Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang
dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Radiasi inframerah
memiliki jangkauan tinga order dan memiliki daerah panjang gelombang 0,78-1000 µm
(780 nm – 1 mm) atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Daerah infra merah dibagi menjadi empat sub daerah, yaitu :
 Sub daerah IR dekat (ƛ = 780 nm – 2,5 µm) atau V = 13000 – 4000 cm-1.
 Sub daerah IR pertengahan (ƛ = 2,5-50 µm) atau V = 4000-200 cm-1.
 Sub daerah IR jauh (ƛ = 50-1000 µm) atau V = 200-10 cm-1..

10
 Sub daerah yang terpakai untuk analisa instrumen (ƛ = 2,5 – 15 µm) atau V = 4000 –
670 cm-1.

Jenis spektrofotometer IR ada 2, yaitu:

 Spektrofotmeter IR Dispersif
 Spektrofotometer Fowrier Transform – Infra Red (FT-IR)

B. PRINSIP DASAR
Jika radiasi inframerah dikenakan pada sampel senyawa organik, beberapa frekuensi bisa
diserap oleh senyawa tersebut. jumlah frekuensi yang melewati diukur sebagai
trasmintansi. Sebuah presentase trasmitansi bernilai 100 jika semua frekuensi diteruskan
senyawa tanpa diserap. Dalam prakteknya, hal itu tidak pernah terjadi. Dengan kata lain
selalu ada serapan kecil, dan transmitansi tertinggi 95%. Dalam spektrum inframerah, akan
terdapat suatu grafik yang menghubungkan bilangan gelombang dengan persen
transmitansi (6).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
 Spketrofotometer FTIR 23
 Seperangkat alat pembuat pelletKBr
 Mortar batu agate
 Spatula dan Pinse (2).

Bahan yang digunakan :

 Sampel: Asam Benzoat atau Vanilin


 KBr
 CCl4 / klorofom
 Tissue (2)

11
PERCOBAAN IV
ANALISIS CAMPURAN SENYAWA ORGANIK DENGAN KROMATOGRAFI
GAS-SPEKTROFOTOMETER MASSA

A. DASAR TEORI
Kromatografi gas merupaka metode untuk pemisahan komponen campuran kimia dalam
suatu bahan dan mendeteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu
campuran. Fase gerak akan membawa campuran sampel menuju kolom fasa diam.
Campuran dalam fase gerak akan berinteraksi dengan fase diam. Tujuan analisis ini adalah
identifikasi satu komponen atau lebih dari cuplikan dengan menggunakan nilai waktu
retensi. Waktu retensi suatu komponen yang dielusi pada suhu dan fase diam tertentu
adalah karakteristik (7).
Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah
sebagai uap. Pemisahan tercapai melalui mekanisme partisi sampel antara fase bergerak
dan fase diam yang berupa cairan.
firur-fitur yang terdapat pada GC-MS :
 Rentang massa yang luas : 1-1200 u
 Sumber ion : El dan Cl (up to 350o)
 Sensitivitas yang tinggi
 Ultra fast scanning speed (20.000 amu/s)
 Autosampler

Kegunaan :
 Menguji kemurian dari bahan tertentu dan memisahkan berbagai komponen dari
campuran
 Untuk menentukan berat molekul suatu senyawa dan rumus molekul tanpa melalui
analisis unsur
 Dapat mengenali senyawa berdasarkan reaksi freagmentasi, sehingga bisa didapatkan
cara tambahan untuk mengetahui apakah senyawa tersebut termasuk golongan alkohol,
asam karboksilat, aldehida dll

12
 GC-MS dapa digunakan dalam lingkup kimia, farmasi, biologi, lingkungan, forensik,
makanan, minuman, minyak dan gas alam.
Peralatan GC-MS merupakan gabungan dari kromatografi gas dan spektrometri massa
yang bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa organik menjadi komponen-
komponennya dan meramalkan struktur kimia dari masing-masing komponen tersebut (8).
Pemisahan campuran senyawa dengan kromatografi gas didasarkan pada partisi
komponen-komponen di antara fase gerak berupa gas dan fase diam berupa zat padat atau
cairan yang tidak mudah menguap yang melekat pada bahan pendukung inert. Komponen-
komponen yang dipisahkan harus mudah menguap pada suhu pemisahan yang dilakukan,
sehingga suhu operasi biasanya lebih tinggi dari suhu kamar. Untuk senyawa-senyawa
yang tidak mudah menguap seperti asam lemak perlu dilakukan suatu preparasi dengan
melakukan derivatisasi. Dalam analisis asam lemak, mula-mula lemak/minyak dihidrolisis
menjadi asam lemak, kemudian ditransformasikan menjadi bentuk esternya melalui reaksi
esterifikasi sehingga bersifat lebih mudah menguap (8).
Identifikasi tiap komponen dilakukan dengan membandingkan waktu retensinya
dengan standar pada kondisi analisis yang sama. Penentuan kandungan komponen dalam
contoh dapat dilakukan dengan teknik standar eksternal atau standar internal. Luas puncak
dari masing-masing komponen adalah berbanding lurus dengan jumlah komponen tersebut
dalam contoh (8).

B. PRINSIP DASAR
Prinsip kerja GC-MS adalah sampel yang berupa cairan diinjeksikan kedalam injektor
kemudian diuapkan. Sampel yang berbentuk uap dibawa oleh gas pembawa menuju kolam
untuk proses pemisahan. Setelah terpisah, masing-masing komponen akan melalui ruang
pengion dan dibombardir oleh elektron sehingga terjadi ionisasi. Fragmen-fragmen ion
yang dihasilkan akan ditangkap oleh detektor dan dihasilkan spektrum massa (8).
Pada prinsipnya kromatografi-spektrometri massa terdiri dari 4 komponen utama, yaitu:
 Gas kromatografi
Prinsip mekanisme kromatografi gas adalah cuplikan diinjeksikan ke dalam injektor
kemudian diuapkan hingga cuplikan berubah menjadi uap atau gas. Cuplikan yang
berbentuk gas dibawa oleh gas pembawa dengan laju alir yang konstan masuk dalam

13
kolom pemisah. Komponen-komponen sampel akan terpisah pada saat melewati
kolom karena adanya perbedaan daya adsorpsi fasa diam terhadap komponen-
komponen sampel. Komponen yang sudah terpisah akan didorong oleh fasa gerak
untuk bergerak di sepanjang kolom berupa pita-pita (8).
Setelah sampel dipisahkan menjadi komponen-komponennya, masing-masing
komponen tersebut akan keluar dari kolom bersama fasa gerak. Konsentrasi komponen
tersebut dapat diukur dengan suatu detektor yang akan menghasilkan sinyal dan
dikirim ke pencatat. Komponen-komponen dari sampel yang telah terpisahkan akan
menghasilkan kurva-kurva karena masing-masing komponen tersebut ditahan pada
kolom dalam waktu berbeda-beda. Lamanya waktu suatu komponen ditahan oleh
kolom adsorpsi merupakan ciri khas komponen yang disebut sebagai waktu retensi
atau waktu tambat (8).
Untuk analisis kualitatif secara kromatografi gas, parameter hasil pemisahan yang
digunakan adalah waktu retensi. Waktu retensi sejak penyuntikan hingga terbentuknya
puncak maksimum, sifat ini merupakan ciri khas cuplikan dan fasa cair pada suhu
tertentu. Dengan menggunakan aliran yang tepat dan pengendalian suhu, waktu retensi
dapat terulang dalam batas 1% dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi tiap
puncak. Beberapa senyawa mungkin mempunyai waktu retensi yang sama atau
berdekatan, tetapi tiap senyawa hanya mempunyai satu waktu retensi saja (8).
Pada kromatografi gas, pada umumnya ada 5 komponen utama yaitu:
1. Gas pembawa
Fungsi utama gas pembawa adalah untuk memindahkan analit dari injektor
menuju detektor. Syarat mutlak gas pembawa pada kromatografi gas adalah
lembam dari segi kimia dan mempunyai kemurnian yang tinggi. Paling banyak
digunakan sebagai gas pembawa adalah helium, argon, nitrogen, atau campuran
argon dan metana. Aliran gas pembawa ini harus tetap selama operasional dan laju
aliran gas sebelum masuk ke kolom bersama uap sampel diatur oleh sebuah
pengatur tekanan yang dilengkapi dengan meter tekanan.
2. Gerbang suntik
Sampel yang dapat dianalisis dengan metode kromatografi gas pada umumnya
berbentuk cairan. Akan tetapi, sampel berbentuk padat dan gas juga dapat

14
dianalisis dengan memakai sistem pemasuk sampel yang khusus. Sampel
berbentuk cair yang telah dipreparasi diinjeksikan ke dalam gerbang udara.
Volume yang diinjenksikan bervariasi mulai dari 0,01-20 µL. pada gerbang suntik
yang terpenting adalah program temperatur. Pengaturan temperatur pada gerbang
suntik harus di atas suhu titik didih komponen yang terkandung dalam cuplikan,
biasanya diatur sampai 50 oC di atas titik didih komponen. Apabila temperatur
terlalu tinggi komponen cepat menguap, tetapi dapat menyebabkan terjadinya
penguraian komponen. Begitu juga sebaliknya, apabila temperatur di bawah titik
didih komponen dalam cuplikan dapat menyebabkan pengendapan / penumpukan
pada gerbang suntik. Analisis senyawa yang mudah menguap atau yang
mempunyai titik didih yang rendah misalnya senyawa ester / eter, maka gerbang
suntik kromatografi gas dapat dilengkapi dengan head space dan autosampler.
3. Termostrat oven
Termostat oven berfungsi untuk mengatur temperatur kolom. Pengaturan kolom
pada kromatografi gas sangat penting sebab pemisahan komponen terjadi di dalam
kolom, yang sangat dipengaruhi oleh temperatur di dalam oven.
4. Kolom
Kolom merupakan bagian yang sangat penting dalam kromatografi gas sebab
pemisahan terjadi di dalam kolom. Efesiensi kolom dalam kromatografi secara
umum berkaitan dengan lamanya waktu komponen atau molekul yang dianalisis
berada dalam kolom yang dikenal dengan waktu tambat. Syarat kolom yang baik
adalah :
 Tidak mudah menguap
 Stabil pada pemanasan
 Lembam
 Tetapan fisik diketahui

Pengaturan temperatur kolom tergantung pada komponen yang ada pada cuplikan.
Apabila cuplikan mengandung beberapa komponen analit yang memiliki rentang
titik didih lebar, sebaiknya menggunakan temperatur terprogram. Sedangkan
apabila cuplikan hanya mengandung satu komponen analit, maka cukup dengan
pengaturan stabilitas suhu yang cukup memisahkan analit dari komponen lain

15
dalam cuplikan dengan waktu yang tidak terlalu lama. Pengaturan temperatur
kolom tidak boleh melebihi temperatur maksimum yang disyaratkan pada
ketentuan jenis kolom yang digunakan, karena dapat menyebabkan column
bleeding dan kerusakan pada fase diam. Secara umum kolom kromatografi gas
terbagi atas 2 jenis, yaitu kolom terpaking (packed column) dan kolom kapiler
(capillary column). Kolom terpaking terbuat dari gelas atau logam yang tahan
karat atau dari tembaga, alumunium dan nikel. Panjang kolom jenis ini 2-3 m
dengan diameter dalam 1,5 cm sedangkan diameter kolom kapiler adalah 0,3-0,5
mm dengan panjang 25-60 m. fase diamnya berupa cairan tipis yang melapisi
dinding bagian dalam pipa tersebut. Kolom kapiler lebih banyak digunakan saat
ini karena menghasilkan resolusi atau daya pisah yang baik. Penentuan jenis fase
diam yang berupa cairan tergantung pada aplikasi tingkat kepolaran analit yang
dianalisis.

5. Detektor
Ciri detektor yang dikehendaki adalah kepekaan tinggi, kelinearan tanggapannya
lebar, tanggap terhadap semua jenis senyawa, kuat, tidak peka terhadap perubahan
aliran, suhu, dan harganya murah. Pada kromatografi gas spektrometer massa,
spektrometer massa merupakan detektor dari kromatografi gas.
 Interface
Interface adalah bagian yang menghubungkan antara kromatografi gas dengan
spektrometer massa pada kondisi hampa udara yang tinggi. Tujuan utama dari
interface adalah menghilangakan gas pembawa tanpa menghilangkan analit. Interface
yang ideal dapat memindahkan analit secara kuantitatif, mengurangi tekanan dan laju
alir ke suatu tingkat yang dapat ditangani oleh spektrum massa.
 Mass spektrometer
Prinsip kerja dari spektrometri massa adalah sampel diuapkan dalam keadaan vakum
kemudian dialirkan menuju ruang pengion. Di ruang pengion sampel ditembak dengan
arus partikel berenergi tinggi menghasilkan ion dengan kelebihan energi (radikal ion)
yang bisa memecah dan tidak bisa memecah. Ion yang bisa memecah disebut ion induk
(parent ion), ion induk akan memecah menjadi ion positif, negatif dan pecahan yang
netral. Ion negatif akan tertarik ke anoda untuk dinetralkan dan dihisap oleh pompa

16
vakum bersama-sama dengan fragmen netral. Sedangkan partikel bermuatan positif
menuju ke tabung analisator, partikel-partikel ini dibelokkan oleh medan magnet
sehingga lintasannya melengkung.
Dalam spektrometer massa, hanya ion-ion positif yang terdeteksi oleh
spektrometer dan dipresentasikan sebagai tabel atau grafik yang memuat puncak m/z
(massa/muatan) ion-ion yang intensitasnya tergantung pada kelimpahan relatif ion
tersebut. Puncak spektrum tertinggi disebut sebagai base peak yang intensitasnya
dianggap 100 %, sedangkan puncak-puncak dengan intensitas dari relatif dari berbagai
nilai m/z dinamakan spektrum massa dan untuk setiap senyawa sifatnya sangat
spesifik. Pecahnya suatu ion-ion atau molekul menjadi fragmen-fragmen bergantung
pada kerangka karbon dan gugus fungsional yang ada. Oleh karena itu struktur dan
massa fragmen memberikan petunjuk mengenai struktur molekul induknya.
 Sistem pengolah data
Teknologi komputer sangat diperlukan untuk harmonisasi bekerjanya instrumen
terpadu seperti GC-MS, dalam pengolahan atau penyuguhan data analisis. Selain itu,
komputer juga berperan sebagai perangkat lunak yang menyimpan data analisis
standar SRM (Standard Reference Material) sebagai pembanding terhadap data
analisis analit hasil penentuan. Koleksi data analisis SRM yang ada pada perangkat
lunak dikenal sebagai Standard Library Spectra. Identifikasi analit terhadap Standard
Library Spectra dinyatakan dengan persen kemiripan dan keduanya dinyatakan identik
jika komputer menilai persen keduanya diatas 90 %.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
 Seperangkat alat GC-MS (2)

Bahan yang digunakan :

 Larutan benzena dan toluena


 Benzena
 Toluena (2)

17
PERCOBAAN V
ANALISIS DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

A. DASAR TEORI
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik
pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu rasa gerak yang bisa berupa
gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu
Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen
dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). lstilah
kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang
bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga
menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah
yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi
(9).
Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter
besar, pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama dan segala prosedur
biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960 an, semakin banyak usaha dilakukan
untuk pengembangan kromatografi cair sebagai suatu teknik mengimbangi kromatografi
gas. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair
Penampilan Tinggi atau High Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed =
Kecepatan Tinggi dan Modern = moderen) telah berhasil dikembangkan dari usaha ini.
Kemajuan dalam keduanya instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi dengan cepatnya
sehingga sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian membuat instrumentasi
dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini dengan teknik yang
sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang sederajat dengan
kromatografi gas (10).
Kelebihan KCKT :
 mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
 mudah melaksanakannya
 kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi

18
 dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis
 Resolusi yang baik
 dapat digunakan bermacam-macam detektor
 Kolom dapat digunakan kembali
 mudah melakukan "sample recovery"

Komponen-komponen KCKT

1. pompa (pump)
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua
tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan pemindahan
konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu
aliran yang berdenyut teratur (pulsating),oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa
atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang
stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran
reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi
reservoirnya terbatas.
2. Injektor (injector)
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang
minimum dari material kolom. Ada dua model umum :
a. Stopped flow
b. Solvent flowing

Ada 3 tipe dasar injektor yang dapat digunakan

19
a. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem
tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di
dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi
b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan pada
Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 - 70
atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut Kromatografi
Cair.Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat
menyebabkan penyumbatan.
c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume
lebih besar dari 10 µ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan
adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara manual).
Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE
difungsikan, maka sampel akan masuK ke dalam kolom.
3. Kolom (Column)
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung
pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi
menjadi dua kelompok :
a. Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis
material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah
50 -100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada
yang 5 cm.
b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang
kolom 25 -100 cm.

Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya dioperasikan pada temperatur
kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi
penukar ion dan kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung pada model
KCKT yang digunakan (Liquid Solid Chromatography, LSC; Liquid Liquid
Chromatography, LLC; Ion Exchange Chromatography, IEC, Exclution
Chromatography, EC)

4. Detektor (detector)

20
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam
kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif).Detektor
yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar
respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu
kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan,
tetapi tidak selalu dapat diperoleh.
Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel
panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range
yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada
kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan
detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara lain:
 Detektor Fluorometer
 Detektor Spektrofotometer Massa
 Detektor lonisasi nyala
 Detektor Refraksi lndeks
 Detektor Elektrokimia
 Detektor Reaksi Kimia
5. Elusi gradien
Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama analisis
kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat waktu
retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom. Dasar-dasar elusi
gradien dijelaskan oleh Snyder. Elusi Gradien menawarkan beberapa keuntungan :
a. Total waktu analisis dapat direduksi
b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah
c. Ketajaman Peak bertambah (menghilangkan tailing)
d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak Gradien dapat
dihentikan sejenak atau dilanjutkan. Optimasi Gradien dapat.
6. Pengolahan data (data handing)
Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya ditampilkan dalam bentuk kromatogram
pada rekorder.
7. Fasa gerak

21
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa gerak adalah salah satu
dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat luas pada
solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat umum yang sangat
disukai, yaitu rasa gerak harus :
a. Murni, tidak terdapat kontaminan
b. Tdak bereaksi dengan wadah (packing)
c. Sesuai dengan defektor
d. Melarutkan sampel
e. Memiliki visikositas rendah
f. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
g. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)

Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena prosedur
pemumiannya kembali sangat membosankan dan mahal biayanya. Dari semua
persyaratan di atas, persyaratan 1) s/d 4) merupakan yang sangat penting.

Menghilangkan gas (gelembung udara) dari solven, terutama untuk KCKT yang
menggunakan pompa bolak balik (reciprocating pump) sangat diperlukan terutama
bila detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang terlarut yang tidak
dikeluarkan akan menyebabkan gangguan yang besar di dalam detektor sehingga data
yang diperoleh tidak dapat digunakan (the data may be useless). Menghilangkan gas
(degassing) juga sangat baik bila menggunakan kolom yang sangat sensitifterhadap
udara (contoh : kolom berikatan dengan NH2).

Keuntungan KCKT :

 Cepat
Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat
diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit
(uncomplicated), waktu analisi kurang dari 5 menit bisa dicapai
 Resolusi
Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana interaksi
selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat
padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam. Kemampuan zat
22
padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa gerak pada KCKT
memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang diinginkan.
 Sensitivitas detektor
Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam KCKT dapat mendeteksi kadar
dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacammacam zat. Detektor-detektor
Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai picogram (10-12
gram). Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi,
Radiometri, dll dapat juga digunakan dalam KCKT
 Kolom yang dapat digunakan kembali
Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan
kembali (reusable) . Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sma
sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven
yang digunakan
 Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik
zat – zat yang tidak bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya
diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. KCKT dengan tipe eksklusi dan
penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat – zat tersebut.
 Mudah rekoveri sampel
Umumnya setektor yang digunakan dalam KCKT tidak menyebabkan destruktif
(kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen
sampel tersebut dapat dengan mudah sikumpulkan setelah melewati detector.
Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan kecuali untuk kromatografi
penukar ion memerlukan prosedur khusus.

B. PRINSIP KERJA
Prinsip kerja KCKT atau lebih dikenal HPLC (high performance liquid chromatography)
adalah pemisahan komponen analit berdasarkan kepolarannya, setiap komponen senyawa
yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan direkam dalam bentuk kromatogram.
Dimana jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan
konsentrasi komponen dalam senyawa (1).

23
Fasa gerak yang dialirkan dengan bantuan pompa melalui kolom dektektor yang di
dalamnya sudah di masukkan sampel dengan cara disuntik. Adanya perbedaan kekuatan
interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam, sehingga terjadi pemisahan komponen-
komponen cairan. Menurut Gandjar dan Rohman (2007), pemisahan senyawa dalam
KCKT diatur (1).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
 Labu ukur 10mL
 Seperangkat alat HPLC (2)

Bahan yang digunakan :

 Larutantoluena dan benzena, akuabides, metanol grade forHPLC, Kloroform (2).

24
PERCOBAAN VI
INTERPRETASI SPEKTRUM 1H-NMR

A. DASAR TEORI
Spektroskopi resonansi magnetik nuklir, yang paling umum dikenal dengan spektroskopi
NMR adalah teknik analisis yang memanfaatkan sifat maghnetik inti atom tertentu. Jenis
spektroskopi ini menentukan sifat fisik dan kimia dari atom atau molekul didalamnya.
Medan magnet intramolekuler di sekitar atom dalam molekul mengubah frekuensi
resonansi, sehingga memberikan akses ke rincian struktur elektronik molekul dan gugus
fungsi (1).
Inti tertentu menunjukkan perilaku seolah-olah mereka berputar (spin). Berhubung
inti bermuatan dan muatan putaran menciptakan medan magnetik, maka inti yang berputar
ini berperilaku sebagai magnet kecil. Inti yang paling penting untuk penetapan struktur
organik ialah 1H (hidrogen biasa) dan 13C, yaitu isotop nonradioaktif yang stabil dari
karbon biasa. Meskipun 12C dan 16O terdapat dalam kebanyakan senyawa organik, unsur-
unsur tersebut tidak memiliki spin dan tidak memberikan spektrum NMR (1).
Bila inti dengan spin (sebagai contoh 1H) diletakkan di antara kutub-kutub magnet
yang sangat kuat, inti akan menjajarkan medan magnetiknya sejajar atau melawan medan
magnetik. Inti yang sejajar dengan medan terpasang mempunyai energi sedikit lebih rendah
dibandingkan yang arahnya melawan medan. Dengan menerapkan energi dalam kisaran
frekuensi radio, kita dapat mengeksitasi inti pada keadaan spin berenergi lebih rendah ke
keadaan spin berenergi lebih tinggi (biasa dikatakan spinnya “membalik”). Penampakan
spektra NMR, inti yang lebih mudah terbalik akan menyerap energi pada HO (medan
magnet luar) lebih rendah dan akan menimbulkan puncak bawah- medan (downfield, lebih
ke kiri/tak terperisai). Inti yang sukar membalik akan menyerap energi pada HO lebih
tinggi dan menimbulkan puncak atas-medan (upfield, lebih ke kanan/terperisai). TMS
(tetrametilsilana, (CH3)4Si) merupakan senyawa yang digunakan sebagai standar (puncak
pada δ = 0 ppm) karena senyawa TMS mempunyai puncak paling terperisai (1).

25
B. PRINSIP DASAR
Metode spektroskopi didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel yang sedang berutar
didalam medan magnet yang kuat, sangatberguna untuk mengidentifikasi struktur
senyawa/rumus bangun molekul senyawa organik. Energi yang dipakai dalam pengukuran
berada pada daerah gelombang radio 75-0,5 m atau pada frekuensi 4-600 MHz, yang
bergantung pada jenis inti yang diukurnya (2).
Sebuah inti yang mempunyai nomor massa dan nomor atom yang ganjil, dimana
setiap inti yang bernomor massa dan atom ganjil pastilah memiliki spin inti. Inti yang
mempunyai spin akan menghasilkan medan magnet. Inti ini juga diilustrasikan sebagai
“bar magnet”. Spin proton yang diberi medan magnet luar, maka dia akan berperilaku
seperti “bar magnet”. Jika inti atom diberi medan magnet atau energi dari luar, maka energi
tersebut dapat diserap inti yang nantinya dapat merubah arah dari spin inti. Jika setiap
proton menyerap energi dari medan magnet yang diberikan, maka tidak banyak informasi
yang didapat. Namun kenyataan energi dari luar tersebut tidak dapat terabsorbsi sempurna,
karena setiap proton pastilah dikelilingi oleh elektron. Elektron yang mengelilingi proton
akan melindungi dan berlawanan dari medan magnet luar. Untuk dapat memutar spin inti,
dibutuhkan medan dari luar (2).
Komponen-komponen alat :
 Magnet
 Generator “sweep”
 Transmiter RF
 Kumparan transmitter
 Kumparan penerima
 Kumparan “sweep”
 Detektor dan penerima RF
 Rekorder
 Sampel

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
 Spektroskopi 1 H-NMR

26
Bahan yang digunakan :

 Formaldehid
 Etil grignard

27
PERCOBAAN VII
PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA ORGANIK I

A. DASAR TEORI
Penggunaan spektrofotometer IR untuk analisis kuantitatif hanya mungkin dilakukan
untuk zat-zat tunggal, namun hal ini jarang dilakukan. Setiap senyawa mempunyai
spektrum IR yang karakteristik dan dijadikan sebagai dasar analisa, infprmasi yang
penting dari senyawa adalah gugus fungsional, contoh : -C=O, -OH,-NH dll.
Dalam hal ini, data yang diperoleh dipergunakan dalam penentuan struktur dari
senyawa (1).
Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang
dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Radiasi
inframerah memiliki jangkauan tinga order dan memiliki daerah panjang gelombang
0,78-1000 µm (780 nm – 1 mm) atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1 (1).
Spektroskopi resonansi magnetik nuklir, yang paling umum dikenal dengan
spektroskopi NMR adalah teknik analisis yang memanfaatkan sifat maghnetik inti atom
tertentu. Jenis spektroskopi ini menentukan sifat fisik dan kimia dari atom atau molekul
didalamnya. Medan magnet intramolekuler di sekitar atom dalam molekul mengubah
frekuensi resonansi, sehingga memberikan akses ke rincian struktur elektronik molekul
dan gugus fungsi (10).
Kromatografi gas merupaka metode untuk pemisahan komponen campuran kimia
dalam suatu bahan dan mendeteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam
suatu campuran. Fase gerak akan membawa campuran sampel menuju kolom fasa
diam. Campuran dalam fase gerak akan berinteraksi dengan fase diam. Tujuan analisis
ini adalah identifikasi satu komponen atau lebih dari cuplikan dengan menggunakan
nilai waktu retensi. Waktu retensi suatu komponen yang dielusi pada suhu dan fase
diam tertentu adalah karakteristik (10).

28
B. PRINSIP DASAR
Prinsip dasar FTIR adalah jika radiasi inframerah dikenakan pada sampel senyawa
organik, beberapa frekuensi bisa diserap oleh senyawa tersebut. jumlah frekuensi yang
melewati diukur sebagai trasmintansi. Sebuah presentase trasmitansi bernilai 100 jika
semua frekuensi diteruskan senyawa tanpa diserap. Dalam prakteknya, hal itu tidak
pernah terjadi. Dengan kata lain selalu ada serapan kecil, dan transmitansi tertinggi
95%. Dalam spektrum inframerah, akan terdapat suatu grafik yang menghubungkan
bilangan gelombang dengan persen transmitansi (9).
Prinsip dasar metode spektroskopi 1H-NMR didasarkan pada penyerapan energi
oleh partikel yang sedang berutar didalam medan magnet yang kuat, sangatberguna
untuk mengidentifikasi struktur senyawa/rumus bangun molekul senyawa organik.
Energi yang dipakai dalam pengukuran berada pada daerah gelombang radio 75-0,5 m
atau pada frekuensi 4-600 MHz, yang bergantung pada jenis inti yang diukurnya (9).
Prinsip dasar GC-MS adalah sampel yang berupa cairan diinjeksikan kedalam
injektor kemudian diuapkan. Sampel yang berbentuk uap dibawa oleh gas pembawa
menuju kolam untuk proses pemisahan. Setelah terpisah, masing-masing komponen
akan melalui ruang pengion dan dibombardir oleh elektron sehingga terjadi ionisasi.
Fragmen-fragmen ion yang dihasilkan akan ditangkap oleh detektor dan dihasilkan
spektrum massa (10).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
 Spektrosfotometer IR
 Spektrofotometer 1H-NMR
 Spektrofotometer GC-MS (2)

Bahan yang digunakan :

 Asetaldehida
 Metil grignard (2)

29
PERCOBAAN VIII
PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA ORGANIK II

A. DASAR TEORI
Penggunaan spektrofotometer IR untuk analisis kuantitatif hanya mungkin dilakukan
untuk zat-zat tunggal, namun hal ini jarang dilakukan. Setiap senyawa mempunyai
spektrum IR yang karakteristik dan dijadikan sebagai dasar analisa, infprmasi yang
penting dari senyawa adalah gugus fungsional, contoh : -C=O, -OH,-NH dll. Dalam hal
ini, data yang diperoleh dipergunakan dalam penentuan struktur dari senyawa (1).
Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang
dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Radiasi inframerah
memiliki jangkauan tinga order dan memiliki daerah panjang gelombang 0,78-1000 µm
(780 nm – 1 mm) atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1 (10).
Spektroskopi resonansi magnetik nuklir, yang paling umum dikenal dengan
spektroskopi NMR adalah teknik analisis yang memanfaatkan sifat maghnetik inti atom
tertentu. Jenis spektroskopi ini menentukan sifat fisik dan kimia dari atom atau molekul
didalamnya. Medan magnet intramolekuler di sekitar atom dalam molekul mengubah
frekuensi resonansi, sehingga memberikan akses ke rincian struktur elektronik molekul
dan gugus fungsi (10).
Kromatografi gas merupaka metode untuk pemisahan komponen campuran kimia
dalam suatu bahan dan mendeteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu
campuran. Fase gerak akan membawa campuran sampel menuju kolom fasa diam.
Campuran dalam fase gerak akan berinteraksi dengan fase diam. Tujuan analisis ini
adalah identifikasi satu komponen atau lebih dari cuplikan dengan menggunakan nilai
waktu retensi. Waktu retensi suatu komponen yang dielusi pada suhu dan fase diam
tertentu adalah karakteristik (10).

B. PRINSIP DASAR
Prinsip dasar FTIR adalah jika radiasi inframerah dikenakan pada sampel senyawa
organik, beberapa frekuensi bisa diserap oleh senyawa tersebut. jumlah frekuensi yang
melewati diukur sebagai trasmintansi. Sebuah presentase trasmitansi bernilai 100 jika

30
semua frekuensi diteruskan senyawa tanpa diserap. Dalam prakteknya, hal itu tidak
pernah terjadi. Dengan kata lain selalu ada serapan kecil, dan transmitansi tertinggi 95%.
Dalam spektrum inframerah, akan terdapat suatu grafik yang menghubungkan bilangan
gelombang dengan persen transmitansi (9).
Prinsip dasar metode spektroskopi 1H-NMR didasarkan pada penyerapan energi
oleh partikel yang sedang berutar didalam medan magnet yang kuat, sangatberguna untuk
mengidentifikasi struktur senyawa/rumus bangun molekul senyawa organik. Energi yang
dipakai dalam pengukuran berada pada daerah gelombang radio 75-0,5 m atau pada
frekuensi 4-600 MHz, yang bergantung pada jenis inti yang diukurnya (9).
Prinsip dasar GC-MS adalah sampel yang berupa cairan diinjeksikan kedalam
injektor kemudian diuapkan. Sampel yang berbentuk uap dibawa oleh gas pembawa
menuju kolam untuk proses pemisahan. Setelah terpisah, masing-masing komponen akan
melalui ruang pengion dan dibombardir oleh elektron sehingga terjadi ionisasi. Fragmen-
fragmen ion yang dihasilkan akan ditangkap oleh detektor dan dihasilkan spektrum massa
(10).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
 Spektrosfotometer IR
 Spektrofotometer 1H-NMR
 Spektrofotometer GC-MS (2)

Bahan yang digunakan :

 Dimetil keton
 Metil grignard (2).

31
DAFTAR PUSTAKA
1. Rubiyanto D. Teknik Dasar Kromatografi. 1st ed. Yogyakarta; 2013.
2. Republik Indonesia KP. Modul Praktikum Analisis Instrumen. Kompetensi Keahlian Kimia
Analisis. 2017.
3. Azis MY, Putri TR, Aprilia FR, Ayuliasari Y, Hartini OAD, Putra MR. Eksplorasi Kadar
Kalsium (Ca) dalam Limbah Cangkang Kulit Telur Bebek dan Burung Puyuh Menggunakan
Metode Titrasi dan AAS. al-Kimiya. 2019;5(2):74–7.
4. Aloysius MTM, Gunawan G. Optimasi Metoda CV-AAS untuk Analisis Raksa(II). J Kim
Sains dan Apl. 2002;5(2):15–8.
5. Suhartati T. Dasar-Dasar Spektrofotometer UV-Vis dan Spektrofotometri Massa Untuk
Penentuan Struktur Senyawa Organik. Vol. 4. 2017. 88–100 p.
6. Gunawan B, Dewi Azhari C. Karakteristik Spektrofotometri IR dan Scanning Electron
Microscopy (SEM) Sensor Gas dan Bahan Polimer Poly Ethelynglycol (PEG).
2557;4(1):88–100.
7. Febrialdi A. Perbandingan Komponen Penyusun Minyak Atsiri Daun Nllam(Pogostemon
Cablin Benth Bent) Dari Kabupaten Bungo Dengan Daun Nilam Kabupaten Tasikmalaya
Menggunakan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (KG-SM). 2004;21–4.
8. Nurfitriani. Penggunaan Metode Kromotografi Gas (GC) Dalam Mengkarakterisasi Minyak
Atsiri Dari Kulit Jeruk Bali ( Citrus maxima pericapium ). Skripsi.
2013;Universita:Makassar.
9. Rubiyanto D. Metode Kromatografi. 1st ed. Yogyakarta; 2017.
10. Khaldun I. Kimia Analisa Instrumen. 1st ed. Aceh; 2018.

32

Anda mungkin juga menyukai