Anda di halaman 1dari 5

3.

7 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)


Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang
pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap
oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah
Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan metode analisis unsur secara
kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. Al.,2000).
Metode Spektrofotometri Serapan Atom dikembangkan pertama kali oleh Walsh
Akamade pada tahun 1953 di Exibhition of Physical Institue Melborn.

Gambar 2.3 AAS


(Sumber: Shimadzu, 2021)

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom.Atom-atom menyerap


cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya.Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak
bergantung pada temperatur.Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit
teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik. Teknik AAS menjadi alat
yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu
memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu
unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang
diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61
logam.
Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif
dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena
prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi
(ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu
analisis sangat cepat dan mudah dilakukan.

3.7.1 Prinsip Kerja


Prinsip kerja Spektrofotometri Serapan Atom adalah dengan memecah molekul
sampel menjadi atom-atom menggunakan api atau listrik, kemudian atom-atom tersebut
dalam keadaan dasar dapat menyerap cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya, sehingga
tereksitasi. Sinyal yang dihasilkan dari cahaya yang tidak diserap oleh atom akan dipancarkan
oleh detektor dan diukur. Metode ini sangat spesifik karena frekuensi penyerapan radiasi
merupakan karakteristik dari setiap elemen, sehingga hampir tidak memiliki interferensi.

Cara kerja Spektrofotometri Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan
larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas.
Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda
(Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang ditentukan. Banyaknya penyerapan
radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Surasa,
2015).
3.7.2 Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer adalah hukum dasar dalam analisis kuantitatif AAS. Menurut
hukum Lambert-Beer, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari dengan
bertambahnya sel. Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan
bertambah, sehingga serapannya bertambah. Maka diperoleh sebuah persamaan:
A= k.c.b
Keterangan:
A = Absorbansi
k = Intensitas sinar yang ditentukan
c = Konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
b = panjang medium
Itulah yang menjadikan hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif
spektrofotometri dimana besar konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus diatas
3.7.3 Instrumentasi
Spektrofotometer Serapan Atom terdiri dari lima komponen dasar, yaitu sumber
cahaya, sumber atomisasi, monokromator, detektor dan read out (Djunaidi, 2018).

Gambar 2.4 Instrumentasi


(Sumber: Palanta OSCAR39)
3.7.3.1 Sumber Cahaya
Sumber cahaya yang digunakan pada alat spektrofotometer serapan atom adalah
Hollow Cathode Lamp (HCL). Hollow Cathode Lamp akan memancarkan energi radiasi yang
diperlukan untuk terjadinya transisi elektron atom. Lampu ini terdiri dari katoda cekung yang
silindris berbahan unsur yang sama dengan yang akan dianalisis atau campurannya (alloy),
sedangkan anodanya terbuat dari tungsten, nikel, atau zirconium. Dengan pemberian
tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan
teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada
panjang gelombang tertentu.

Gambar 2.5 Hollow cathode lamp


(Sumber: Sgm Lab Solution)

3.7.3.2 Sumber Atomisasi


Sumber atomisasi terbagi menjadi dua yakni, sistem nyala dan sistem tanpa nyala.
Kebanyakan instrumen AAS sumber atomisasi adalah nyala dan sampelnya diintroduksikan
dalam bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol bias dihasilkan
oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber
spray). Jenis nyala yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-
asitilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai
untuk kebanyakan analit dapat dientukan dengan menggunakan metode-metode emisi,
absorbsi dan juga fluorosensi.
 Nyala udara asetilen
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS. Rendahnya
temperatur nyala membuat terbentuknya atom netral dengan nyala yang kaya bahan
bakar dan pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan. Nyala udara-
asitilen memiliki temperatur 2100˚C - 2800˚C.

 Nitrus oksida-asetilen
Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk
oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan karena temperatur nyala yang dihasilkan
relative tinggi. Adapun unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V dan W.
N2O – asetilen memiliki tempertur 2600˚C - 2800˚C.

Tabel 1.2 Jenis-jenis Gas Pembakar pada AAS


Gas Pembakar Gas Oksidan Temperatur (˚K)
Asetilena Udara 2400-2700
Asetilena Dinitrogen Oksida 2900-3100
Asetilena Oksigen 3300-3400
Hidrogen Udara 2300-2400
Hidrogen Oksigen 2800-3000
Sianoen Oksigen 4800
Sumber: (Isnaeni, 2021)

3.7.3.3 Monokromator
Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang
dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp. Disamping sistem optik, dalam monokromator juga
terdapat suatu alat unuk memisahkan radiasi resonansi dan continue yang disebut chopper.
Monokromator yang digunakan berupa kisi difraksi karena sebaran yang terjadi lebih
seragam dibandingkan dengan prisma sehingga alat memiliki daya simpan yang baik.
3.7.3.4 Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi lisrik dan
membiarkan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh
permukaan yang peka. Detektor yang umum digunakan adalah tabung foton dan Photo
Multiplier Tube Detector (PMT).
3.7.3.5 Read Out
Read Out ini merupakan alat pencatat yang telah dikalibrasi untuk pembacaan suatu
transmisi atau absorpsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau kurva yang
menggambarkan nilai serapan atau intensitas emisi.
3.8 Gangguan Analis
1) Gangguan Spektra
Jika dalam atomizer terdapat spesies lain yang menyerap radiasi pada panjang
gelombang yang overlap atau sangat dekat dengan daerah serapan analat sehingga
pemisahan dengan monokromator tidak dimungkinkan. Gangguan ini sebenarnya
jarang terjadi karena lampu hollow cathode sudah memiliki range panjang gelombang
yang sangat sempit.
2) Gangguan Kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksi kimia
dengan anion atau ketion tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak
semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: 1) penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi, 2) penambahan
zat kimia lain yang dapat melepaskan kation atau anion pengganggu dari ikatannya
dengan analit. Zat kimia lain yang ditambahkan disebut zat pembebas (Releasing
Agent) atau zat pelindung (Protective Agent).

3) Gangguan Fisika
Sifat-sifat fisika dari larutan yang diperiksa akan menentukan intensitas
absorpsi dari larutan zat yang diperiksa. Adanya variasi pada sampel (misalnya
ketegangan muka, bobot jenis dan kekentalan) dan kecepatan gas dan mempengaruhi
proses atomisasi. Oleh karena itu, sifat-sifat fisik dari zat yang diperiksa dan larutan
pembanding harus sama. Efek ini dapat diperbaiki dengan pemanasan yang cepat
(Vera, 2021).

Anda mungkin juga menyukai