Anda di halaman 1dari 27

JABATAN FUNGSIONAL PENELITI

Jumlah Angka Kredit

Jumlah Angka Kredit Kumulatif yang harus dipenuhi untuk Pengangkatan dan
Kenaikan Jabatan Fungsional Peneliti

Nama Jabatan, Golongan, dan


Jumlah Minimal Angka Kredit
Unsur Kegiatan Peneliti Peneliti Peneliti Peneliti Keterangan
Pertama Muda Madya Utama
III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e
Unsur Utama 80 120 160 240 320 440 560 680 840 Sekurang-
a.memperoleh kurangnya
pendidikan 80%
b.melaksanakan
penelitian dan/atau
pengembangan
Unsur Penunjang 20 30 40 60 80 110 140 170 210
Penelitian dan/atau
pengembangan
Jumlah 100 150 200 300 400 550 700 850 1050 100%

• Unsur Utama
1. Pendidikan (formal, diklat, jabatan fungsional peneliti, peneliti)
2. Karya tulis ilmiah hasil penelitian atau hasil pemikiran ilmiah yang diterbitkan
(buku, bagian buku, jurnal ilmiah nasional terakreditasi/internasional,
prosiding nasional/internasional), dan yang belum diterbitkan (tetapi sudah
disajikan dalam pertemuan ilmiah)
3. Pengembangan dan pemanfaatan Iptek (usulan disetujui dan sudah masuk
dalam daftar paten. Pengembangan Iptek baru yang sudah terbukti dan/atau
dimanfaatkan masyarakat)
4. Diseminasi pemanfaatan ilmu dan teknologi (Buku pelajaran perguruan
tinggi, makalah teknis ilmiah dalam majalah tak terakreditasi)
5. Pembinaan dan pembimbingan kader fungsional peneliti (Pembinaan
pejabat fungsional peneliti, Pembinaan di lembaga litbang/diklat jabatan
fungsional peneliti, memimpin kelompok peneliti)
6. Penghargaan ilmiah (Tanda jasa atas prestasi ilmiah nasional/ internasional)

72
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
• Unsur Penunjang
1. Pemasyarakatan ilmu dan teknologi (terjemahan/saduran ilmiah/semi-
populer)
2. Keikutsertaan dalam kegiatan ilmiah (penyunting buku ilmiah/prosiding,
penyunting berkala ilmiah/semi-populer, turut serta dalam pertemuan ilmiah)
3. Pembinaan kader ilmiah (pembinaan diperguruan tinggi: membimbing
mahasiswa, mengajar diperguruan tinggi, mengajar di kursus/ penataran
ilmiah)
4. Tanda jasa/penghargaan (tanda jasa nasional/internasional, keanggotaan
kehormatan organisasi profesi ilmiah).

Jenjang Jabatan Peneliti

Nama Jenjang Rincian nama Ekivalensi dengan Ekivalensi dengan Angka kredit yang
(berdasarkan jenjang pangkat jabatan dipersyaratkan
Keppres 87/1999) sebelumnya
Jenjang utama Peneliti Utama, Pembina APU 1050
APU, Peneliti Utama/IV-e
Utama Pembina Utama Ahpendya 850
Madya/IV-d
Jenjang madya Peneliti Madya Pembina Utama Ahpendya 700
Muda/IV-c
Pembina TK.I/IV-b Pendya 550
Pembina/IV-a Penda 400
Jenjang muda Peneliti muda Penata TK.I/III-d Ajpendya 300
Penata/III-c Ajpenda 200
Jenjang pertama Peneliti pertama Penata Muda Aspendya 150
TK.I/III-b
Penata Muda/III-a Aspenda 100

Batasan Waktu-Jenjang Peneliti :

• 4 Tahun tiap jenjang


Peneliti Pertama-Peneliti Utama
AK: 80% Unsur Utama
• Peneliti Madya-Peneliti Utama
Maintenance: 30 AK/ 2 tahun
80% Unsur utama
• APU (maintenance) 20 AK/ 2 tahun
Karya tulis ilmiah terbit

73
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan Fungsional Peneliti

Menyusun program litbang


Kegiatan

keterampilan & keahlian


nasional/internasional &
Melaksanakan kegiatan

kebijaksanaan nasional
litbang & mengusulkan

menyebarluaskan hasil

menghasilkan manfaat
ngan kehidupan ilmiah
Memupuk perkemba-

Menyusun karya tulis


perkembangan Iptek

litbang dgn sasaran


Mengevaluasi hasil

ilmiah & menyusun

menerbitkan hasil
membina peneliti

laporan kegiatan
membimbing &

Menerbitkan &
Mengarahkan,

Meningkatkan
pengetahuan,
dibawahnya

memantau

Litbang
litbang
Jabatan
Peneliti
V V V V V V V V
Utama
Peneliti
V V V V V V V
Madya
Peneliti
V V V V V V
Muda
Peneliti Dibawah Dibawah
Pratama bimbingan & V bimbingan & V
pembinaan pembinaan

Kode Etik

Etika Profesi Peneliti (keppres 87/1999)


1. Menjunjung tinggi kebenaran dan kejururan, termasuk kebenaran dan
kejujuran ilmiah
2. Bersedia menerima dan memberi kritik ilmiah yang konstruktif
3. Menunjukkan peningkatan bobot dan kualitas ilmiah seiring dengan kenaikan
karir jabatan penelitinya.

Kode Etik Peneliti


1. Bekerja secara terencana dan sistematis mengikuti prosedur yang telah
dilakukan untuk mencapai hasil penelitian dengan standar ilmiah yang tinggi.
2. Bekerja secara tekun, teliti, dan tertib untuk memperoleh hasil penelitian
yang berkualitas tinggi.
3. Menjunjung tinggi kejujuran, ketelitian dan ketepatan dalam memperoleh
data dan dalam penulisan laporan hasil penelitian maupun penulisan
makalah.
4. Memupuk budaya saling membantu dan saling bekerjasama dalam tim
setiap saat diperlukan.
5. Memelihara dan menjaga peralatan, sarana dan prasarana penelitian
sebaik-baiknya.
6. Menghindari pemborosan sumber daya dan dana untuk mencapai efisiensi
kerja yang tinggi.
7. Menghindari pemborosan waktu dari kegiatan mengobrol berkepanjangan
tentang hal-hal yang bukan urusan dinas.
74
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
8. Menjaga nama baik profesi keahlian dan institusi tempat bekerja.
9. Menghindari sikap arogansi intelektual, dan menghargai pendapat orang
lain, serta bersedia membagi informasi dan pengetahuan.
10. Menjalin hubungan kerja sama yang erat dan harmonis antar-ilmuwan dan
Pejabat di instansi lain.

Akreditasi Publikasi

Sehubungan dengan masih banyaknya karya tulis ilmiah yang diajukan kurang
memenuhi syarat mutu dan diterbitkan pada publikasi ilmiah di luar Badan Litbang
Pertanian yang memiliki tingkat kualitas yang rendah, serta jumlah publikasi yang
diajukan belum sebanding dengan jumlah judul penelitian RPTP pada masing-
masing Unit Kerja, maka Badan Litbang Pertanian dalam upaya membenahi
Penilaian Karya Tulis Ilmiah telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Penilian
Karya Tulis Ilmiah. Surat Edaran tersebut menyatrakan bahwa mulai tahun 2004
P2JP DEPTAN dalam menilai karya ilmiah peneliti akan memprioritaskan karya tulis
yang diterbitkan pada publikasi Badan Litbang Pertanian, yang tata cara
pelaksanaan ketentuan tersebut akan disampaikan kemudian.
Disamping itu dalam mengantisipasi Penilaian Karya Ilmiah Peneliti berdasarkan
Kepres 87/1999, maka dalam rangka persiapan akreditasi majalah ilmiah lingkup
Badan Litbang Pertanian, telah dilakukan penilaian terhadap setiap majalah ilmiah
yang diterbitkan 3 tahun terakhir. Majalah ilmiah tersebut dalam persiapan ini dinilai
sendiri oleh unit kerja masing-masing sebelum dinilai oleh tim yang terdiri dari
anggota P2JP DEPTAN dan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi
Pertanian.
Pedoman penilian yang digunakan adalah Instrumen Evaluasi untuk Akreditasi
Berkala Ilmiah yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat – Ditjen Dikti yang bekerjasama dengan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikatan Penyunting Indonesia, dan Kantor Menteri
Negara Riset dan Teknologi, Desember 2001.

Ketentuan Penyunting, yang harus dipenuhi :


1. Penyuntingan dituntut melibatkan mitra bestari (peer group) dari lingkungan
luas sebagai penelaah ahli.
2. Para penyunting hendaklah terdiri atas perorangan berkualifikasi dan
berpengalaman yang mempunyai waktu, kemauan, kemampuan, dan
commitment
4. Pengangkatan resmi sebagai anggota sidang penyunting dilakukan bukan
karena jabatan struktural ex officio tetapi karena kualifikasi kepakaran
seseorang
5. Penggarisan tugas (misalnya penyunting penyelia, penyunting pelaksana,
penyunting tamu) seyogyanya dinyatakan secara tegas dan gamblang
6. Cakupan mandat bidang keilmuan diupayakan agar lengkap terwakili oleh
anggota sidang penyunting.

75
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
Substansi, haruslah berisi :
1. Cakupan bidang keilmuan keseluruhan majalah merupakan indicator mutu
yang penting, dengan catatan bahwa makin berspesialisasi makin tinggi
nilainya.
2. Sumbangan majalah pada kemajuan ilmu dan teknologi, yang diukur dari
derajat keorisinalan tulisan yang dimuat, menentukan posisi majalah dalam
pencaturan pengemebangan dan penguasaan ilmu.
3. Bobot pustaka acuan, yang ditentukan dengan melihat perbandingan kadar
sumber primer, serta kemutakhiran bahan yang diacu dengan melihat
proporsi terbitan 10 tahun terakhir, merupakan tolok ukur mutu berkala
ilmiah yang penting. Keseringan mengacu pada diri sendiri (self citation)
mengurangi nilai.
4. Analisis, sintesis, dan penyimpulan, serta perampatan dan pencetusan teori
baru yang secara mapan dituangkan dalam tulisan-tulisan yang dimuat akan
meningkatkan martabat berkala ilmiah.
5. Dampak ilmiah, yang antara lain diukur dari keseringan diacu,
kemampuannya berfungsi sebagai pemacu kegiatan penelitian berikutnya.
6. Keuniversalan lebih dipentingkan dibandingkan kenasionalan, apalagi
kelokalan.

Buku dapat dinilai sebagai buku ilmiah apabila memenuhi persyaratan


1. Bertujuan untuk menampung mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian
ilmiah, dan atau konsep ilmiah dari disiplin ilomu pengetahuan dan teknologi
tertentu;
2. Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti.
3. Diterbitkan oleh suatu organisasi/badan ilmiah setingkat pusat penelitian dan
pengembangan/lembaga eselon II atau lebih tinggi, atau oleh organisasi
profesi ilmiah, atau oleh penerbit profesional;
4. Mempunyai redaksi/penelaah/penyunting yang terdiri dari para ahli menurut
bidang keilmuan yang bersangkutan;
5. Mempunyai nomor ISBN (International Standard of Book Numbers);
6. Sekali terbit paling sedikit 300 eksemplar;
7. Berisi tulisan ilmiah, ditulis mengikuti norma-norma penulisan ilmiah;
8. Penampilan buku cover dicetak, manuskrip dicetak, bentuk buku
sebagaimana layaknya suatu buku, bukan diktat.

Prosiding dapat dinilai sebagai publikasi yang diterbitkan apabila memenuhi


persyaratan berikut ini:
1. Merupakan hasil seminar ilmiah, dicetak sesudah seminar selesai, dan
sesudah ada masukan dari peserta seminar untuk perbaikan, dan sudah
diedit oleh dewan redaksi/penelaah/penyunting;
2. Sifat seminar boleh nasional, regional atau internasional.

76
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
3. Bahan yang diseminarkan dapat bervariasi; hasil penelitian, gagasan/
tinjauan, hasil dari sebagian dari suatu seri penelitian;
4. Peserta seminar harus berasal dari berbagai departemen, lembaga non-
departemen, perguruan tinggi, dunia usaha, dll., dan bukan hanya dihadiri
oleh satu atau dua instansi saja;
5. Makalah yang dipresentasikan dalam seminar minimal 10 makalah dengan
jumlah peserta seminar minimal 50 orang, yang berasal dari berbagai
departemen, lembaga non-departemen, perguruan tinggi, dunia usaha, dll.
6. Diterbitkan oleh pusat/lembaga eselon II dan/atau lebih tinggi, atau oleh
organisasi profesi ilmiah, atau oleh penerbit profesional;
7. Ada dewan redaksi/penelaah/penyunting;
8. Mempunyai nomor ISBN atau ISSN (International Standard of Serial
Numbers);
9. Cover dicetak, manuskrip dicetak, berbetuk buku, bukan diktat.

Majalah dapat dinilai sebagai majalah ilmiah apabila memenuhi persyaratan


1. Bertujuan untuk menampung/mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian
ilmiah, dan atau konsep ilmiah dan disiplin pengetahuan teknologi tertentu.
2. Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti, yang mempunyai disiplin
keilmuan yang relevan;
3. Diterbitkan oleh suatu organisasi/badan ilmiah setingkat pusat/lembaga
eselon II atau lebih tinggi atau oleh organisasi profesi ilmiah, atau oleh
penerbit profesional;
4. Mempunyai dewan redaksi/penelaah/penyunting yang terdiri dari para ahli
menurut bidang keilmuan yang bersangkutan;
5. Mempunyai nomor ISSN;
6. Sekali terbit paling sedikit 300 eksemplar;
7. Berisi tulisan ilmiah, ditulis mengikuto norma-norma penulisan makalah
ilmiah;
8. Cover majalah dicetak dan semua manuskrip dicetak.

Majalah dapat dinilai sebagai majalah ilmiah semi populer apabila memenuhi
persyaratan berikut ini:
1. Bertujuan untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan hasil-hasil
penelitian ilmiah, konsep ilmiah, tinjauan ilmiah atau pandangan ilmiah dari
disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi tertentu yang berkaitan dengan cara
yang mudah dipahami;
2. Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti, dengan tingkat pendidikan
tertentu, dari berbagai disiplin keilmuan yang relevan;
3. Diterbitkan oleh suatu organisasi/badan ilmiah setingkat pusat/lembaga
eselon II atau lebih tinggi atau oleh organisasi profesi ilmiah, atau oleh
penerbit profesional;

77
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
4. Mempunyai dewan redaksi/penelaah/penyunting yang terdiri dari para
ilmuwan berbagai bidang keilmuan yang relevan ;
5. Mempunyai nomor ISSN;
7. Sekali terbit paling sedikit 300 eksemplar;
8. Cover majalah dicetak dan semua manuskrip dicetak.

Majalah dapat dinilai sebagai majalah ilmiah populer apabila memenuhi persyatan
berikut ini:
1. Bertujuan untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan
dan teknologi dan perkembangannya dengan cara yang mudah dipahami
oleh masyarakat umum;
2. Ditujukan kepada masyarakat umum;
3. Diterbitkan oleh suatu organisasi/badan ilmiah setingkat pusat/lembaga
eselon II atau lebih tinggi atau oleh organisasi profesi ilmiah, atau oleh
penerbit profesional;
4. Mempunyai dewan redaksi/penelaah/penyunting;
5. Mempunyai nomor ISSN;
6. Sekali terbit paling sedikit 300 eksemplar;
7. Cover majalah dicetak dan semua manuskrip dicetak.

78
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH PERTANIAN

• Pengertian Jabatan Fungsional (PP No. 16 tahun 1994) Jabatan Fungsional


adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat
mandiri.

• Tujuan pembinaan jabatan fungsional adalah: 1.pembinaan profesionalisme,


2.pembinaan karier pegawai, 3.peningkatan kemampuan tugas umum
pemerintah dan pembangunan

• Kriteria Jabatan Fungsional adalah: 1.Mempunyai metodologi, teknik analisa,


teknik dan prosedur kerja yang didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan dan
atau pelatihan teknis tertentu dengan sertifikasi; 2.Memiliki etika profesi yang
ditetapkan oleh organisasi profesi; 3.Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan
berdasarkan a) Tingkat keahlian bagi jabatan fungsional keahlian;dan b) Tingkat
ketrampilan bagi jabatan fungsional ketrampilan.; 4.Pelaksanaan tugas bersifat
mandiri; 5.Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi organisasi

• Kriteria jabatan fungsional berdasarkan keahlian adalah : 1.Mempunyai


metodologi, teknik analisa, yang didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan;
2.Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi; 3.Dapat disusun
dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan tingkat keahlian jabatan fungsional;
4.Pelaksanaan tugas bersifat mandiri; 5.Jabatan fungsional tersebut diperlukan
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi

• Kriteria berdasarkan keterampilan adalah : 1.Mempunyai teknik prosedur


kerja dan pelatihan teknis dengan spesifikasi; 2.Memiliki etika profesi yang
ditetapkan oleh organisasi profesi; 3.Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan
berdasarkan tingkat ketrampilan; 4.Pelaksanaan tugas bersifat mandiri;
5.Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi organisasi

79
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
• Perbandingan kegiatan SK. MENPAN No. 73 tahun 1985 dengan
MENKOWASBANG PAN No. 19 tahun 1999

SK Menpan No. 73 tahun 1985 SK WASBANGPAN No. 19 tahun 1999

A. Unsur utama A. Unsur utama


i. Pendidikan i. Pendidikan
ii. Kegiatan penyuluhan pertanian ii. Persiapan penyuluhan pertanian
iii. Kegiatan pengembangan iii. Pelaksanaan penyuluhan
penyuluhan pertanian pertanian
iv. Evaluasi dan pelaporan
B. Unsur penunjang v. Pengembangan penyuluhan
iv. Kegiatan yang mendukung pertanian
penyuluhan pertanian vi. Pengembangan profesi
v. Kegiatan pengabdian
masyarakat B. Unsur penunjang
vii. Penunjang penyuluhan
pertanian

ENPAN NO. 73 TAHUN 1985


Cara mengumpulkan angka kredit
Pelajari Tupoksi dengan seksama dan kegiatan yang sesuai dengan jenjang
jabatannya;
Pelajari Programa Penyuluhan Pertanian di wilayah kerja anda, potensi
wilayah, situasi dan kondisi wilayah, sarana dan prasarana penyuluhan
pertanian dan menunjang kegiatan anda, termasuk kemampuan anda
sendiri;
Susun beberapa kegiatan yang sesuai dengan jabatan anda dan dapat
memenuhi angka kredit yang telah ditentukan;
Siapkan berbagai kelengkapan berupa formulir A sampai dengan F serta
kelengkapan lainnya sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun;
Jabarkan rencana di atas menjadi rencana tahunan, bulanan, mingguan dan
bila mungkin harian;
Buatlah revisi bilamana diperlukan

Syarat menjadi pejabat fungsional Penyuluh Pertanian


1. Berijasah serendah-rendahnya DIII bidang pertanian untuk PP TRAMPIL
Sarjana/D IV untuk PP AHLI
2. Pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda TK I Gol. Ruang II/B untuk PP
TRAMPIL dan Penata Muda Gol. Ruang III/A untuk PP AHLI
3. Telah mengikuti diklat kedinasan di bidang Penyuluhan Pertanian dan
memperoleh sertifikat tanda lulus
4. Setiap unsur penilaian DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir

80
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
5. Memiliki pengalaman dalam kegiatan Penyuluhan Pertanian sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun
6. Berusia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai batas usia
pensiun dari Jabatan terakhir yang didudukinya
7. Untuk menentukan jenjang jabatannya digunakan angka kredit yang berasal
dari pendidikan dan unsur utama lainnya setelah ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang menetapkan angka kredit
8. Mengikuti seleksi yang dilakukan oleh Komisi Penguji

81
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
JABATAN FUNGSIONAL
TEKNISI PENELITIAN DAN PEREKAYASAAN

• Teknisi penelitian dan perekayasaan (Teknisi Litkayasa) adalah Pegawai


Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pekabat yang berwewenang, untuk melaksanakan kegiatan
pelayanan penelitian dan perekayasaan pada instansi pemerintah,
berdasarkan etika profesi.
• Didalam Keputusan Presiden No. 87/1999 tanggal 30 Juli 1999 tentang
rumpun Jabatan Fungsional PNS dijelaskan , bahwa Teknisi Litkayasa adalah
salah satu jabatan fungsional keterampilan.
• Sebagai tindak lanjut dari Keppres No. 87/1999, maka pada tanggal 4
Pebruari 2003 diterbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara (SK Menpan) No. 23/kep/M.Pan/2/2003 tentang Jabatan Fungsional
(Jabatan fungsional) Teknisi Litkayasa dan Angka Kreditnya. Ada beberapa
hal yang perlu dipahami secara mendalam oleh semua pihak yang terkait
dengan pengelolaan jabatan Teknisi Litkayasa, yaitu 1) perubahan jenjang
jabatan dari sembilan menjadi empat jenjang, sehingga jenjang tidak lagi
melekat pada jenjang pangkat. 2) perubahan dalam pengaturan butir kegiatan
dan penetapan angka kredit. 3) instansi pembina jabatan Teknisi Litkayasa
adalah Kementrian Riset dan Teknologi.
• Unsur kegiatan teknisi litkayasa terdiri atas unusur utama dan unsur penujang.
Unsure utama meliputi; pendidikan, kegiatan pelayanan litkayasa, dan
pengembangan profesi, sedang unsur penunjang yaitu kegiatan menunjang
pelaksanaan tugas teknisi litkayasa. Rincian kegiatan dan angka kredit jabatan
fungsional teknisi litkayasa seperti pada Lampiran I SK Menpan No. 23/2003.
• Unsur pendidikan tidak ada kekhususan pendidikan dalm bidang studi bagi
pejabat Teknisi Litkayasa, yang penting bidang studi tersebut sesuai dengan
tugas dan fungsi Unit Teknisi Litkayasa di instansi dimana TeknisiLitkayasa
bekerja/ditempatkan. Bila tidak sesuai, maka untuk dapat diangkat dalam
jabatan Teknisi Litkayasa di unit tersebut, yang bersangkutan harus mendapat
bukti pengakuan dari Kepala Unit Kerja yang menyatakan, bahwa yang
bersangkutan memang ditugaskan dibidang pelayanan kegiatan litkayasa.
• Diklat bagi pejabat Teknisi Litkayasa terdiri atas Dilkat Penjenjangan
Fungsional yang bersifat wajib, dengan tujuan untuk memenuhi kompetensi
jenjang jabatan Teknisi Litkayasa dalam bidang pelayanan litkayasa.
Ketentuan teknis Diklat Fungsional diatur melalui Keputusan Menristek.
• Unsur kegiatan pelayanan litkayasa terbagi menjadi tujuh sub unsure, yaitu :
1) Pelaksanaan kegiatan percobaan; 2) Pelaksanaan kegiatan survei; 3)
Pelaksanaan kegiatan rancang bangun/perekayasaan; 4) Pelaksanaan jasa
82
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
teknis; 5) Pemeliharaan alat dan fasilitas; 6) Pemasyarakatan hasil penelitian
dan perekayasaan; serta 7) Pemrosesan hasil penelitian dan perekayasaan.
• Apabila pada satu unit kerja tidak terdapat Teknisi Litkayasa sesuai dengan
jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada Lampiran I SK Menpan No. 23/2003, maka Teknisi Litkayasa dapat
melakkan kegiatan tersebut, berdasarkan penugasan tertulis dari pimpinan
unit kerja yang bersangkutan.
• Sub unsur pelaksanaan kegiatan percobaan terbagi menjadi enam butir
kegiatan yang merupakan satu kesatuan, yaitu: menusun rencana percobaan;
menyusun kebutuhan percobaan; dan menganalisa hasil percobaan.
• Sub unsur pelaksanaan kegiatan survei terdiri atas empat butir kegiatan, yaitu
menyusun kebutuhan survei, mengumpulkan data, mengelompokkan data
survei dan menganalisis hasil survei. Masing-masing pejabat Teknisi Litkayasa
sesuai jenjang jabatannya mendapat porsi butir kegiatan sendiri-sendiri.
• Sub unsur pelaksanaan kegiatan rancang bangun/perekayasaan terdiri atas
enam butir kegiatan, yaitu; merencanakan/menyusun kebutuhan pembutan
proses/sistem/model/prototip; menyiapkan kebutuhan pembuatan proses/
sistem/model/prototip; melakukan penyetelan rangkaian pembuatan proses;
melakukan pembuatan bagian-bagian prototip; melakukan pengawasan
kegiatan pelayanan perekayasaan (pembuatan proses/sistem/ model/prototip).
• Sub unsur pelaksanaan jasa teknis merupakan kegiatan layanan jasa atau
pesanan pihak lain. Terdiri atas empat butir kegiatan, yaitu; mengambil dan
memproses contoh; melakukan pengukuran/analisis; melakukan pengujian
bahan tuntuk kerja alat; dan melakukan layanan informasi teknik ilmiah.
• Sub unsur pelaksanaan pemeliharaan alat dan fasilitas terdiri atas lima butir
kegiatan, yaitu memelihara alat dan fasilitas; memperbaiki alat dan fasilitas;
melakukan penyetelan dan kalibrasi alat; melakukan peningkatan fungsi alat
dan fasilitas; serta melakukan penjaminan mutu laboratorium/fasilitas.
• Sub unsur pemasyarakatan hasil penelitian dan perekayasaan terdiri atas lima
butir kegiatan, yaitu membuat bahan audio visual;membuat alat peraga dan
maket; menyiapkan bahan menyusun brosur, leaflet, booklet; melakukan
penyuluhan penerapan hasil penelitian dan perekayasaan; serta memandu
kegiatan promosi iptek.
• Sub unsur pemrosesan hasil penelitian dan perekayasaan terdiri atas dua
kelompok butir kegiatan, yaitu : 1) melakukan pelayanan pemrosesan hasil
penelitian; membuat gambar/diagram/peta; melakukan supervisi pemrosesan
hasil penelitian; dan melakukan pemrosesan laporan; 2) melakukan pelayanan
pemrosesan hasil perekayasaan; membuat gambar/diagram/peta;
menganalisis hasil pengujian untuk kerja produk perekayasaan; melakukan
supervisi pemrosesan hasil perekayasaan; dan melakukan pemrosesan
laporan.
• Pengembangan profesi membuat karya tulis/karya ilmiah dibidang penelitian
dan perekayasaan. Hasil penelitian/perekayasaan adalah milik peneliti/
perekayasa untuk dipublikasikan atau dilaporkan. Teknisi litkayasa dapat
83
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
menulis/melaporkan/mempublikasikan bagian dari penelitian/perekayasaan
yang dilakukannya, dengan memperhatikan kaidah penulisan karya tulis
ilmiah.
• Pengembangan profesi menyusun petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan
kegiatan litkayasa dalam hal ini adalah berupa naskah yang memuat panduan
pelaksanaan pengelolaan kegiatan litkayasa secara rinci. Buku petunjuk
teknis baru dapat dinilai bila terbukti digunakan, setidaknya di unit kerjanya.
• Pengembangan profesi menerjemahkan/menyadur buku atau bahan lain
dibidang litkayasa, adalah mengalih-bahasakan buku/bahan lain dari satu
bahasa ke bahasa lain dibidang penelitian/rancang bangun/perekayasaan.
• Pengembangan profesi mengembangkan teknologi tepat guna adalah
kumpulan pengetahuan dibidang litkayasa yang memberi pemahaman dan
informasi tentang bagaimana pengetahuan tersebut dipergunakan untuk
tujuan praktis.
• Kegiatan penunjang ada enam kegiatan yaitu; 1) mengajar/melatih dibidang
litkayasa; 2) mengikuti seminar/lokakarya di bidang litkayasa; 3) menjadi
anggota tim penilai teknisi litkayasa; 4) menjadi anggota organisasi profesi; 5)
memperoleh piagam penghargaan; dan 6) memperoleh gelar kesarjanaan lain.
• Pengangkatan pertama, kenaikan pangkat dan jabatan, pembebasan
sementara, serta pemberhentian teknisi litkayasatelah diatur dalam SK
Menpan No. 92/2003. teknisi Litkayasa akan diberhentikan dari jabatan
fungsionalnyabila yang bersangkutan dalam jangka waktu satu tahun setelah
pembebasan sementara tidak dapat memenuhi angka kredit yang
dipersyaratkan.
• Teknisi Litkayasa Penyelia (III/c) yang memperoleh ijazah S1/D-4 dapat
dialihkan jabatannya menjadi pejabat fungsional perekayasa setelah
memenuhi persyaratan ditentukan. Angka kredit yang bersangkutan dari
unsure kegiatan layanan, pengembagan profesi dan penunjangdinilai 80% dari
angka kredit terakhir yang dimiliki.
• Data Usul Penetapan Angka Kredit, seyogyanya diisi setiap semester.
Pengisian DUPAK hendaknya dilakukan paling lambat bulan Desember untuk
masa penilaian Januari, dan bulan Juni untuk masa penilaian Juli.

84
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
ASSET DAN SARANA DI BPTP
(SESUAI INPRES 3/1971)

• Semua barang yang berasal/dibeli dari dana yang bersumber untuk


seluruhnya ataupun sebagiannya dari APBN (termasuk dana dekonsentrasi
dan pembantuan) ataupun dengan dana di luar APBN yang berada di bawah
pengurusan atau penguasaan Departemen/LPND serta unit-unit dalam
lingkungannya yang terdapat baik di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri,
tidak termasuk kekayaan Negara yang telah dipisahkan (kekayaan
Perusahaan Umum dan Persero) dan barang-barang/kekayaan Daerah.

• Upaya pendayagunaan sarana : tahu sarana yang dimiliki, tahu kemampuan


sarana, tahu cara memanfaatkan teknis dan non teknis, tahu melihat peluang
pemanfaatan dan promosi, mempunyai tenaga, teknisi dan analisis,
kemampuan pemeliharaan, mengetahui landasan hukum dan tatacaranya,
kemauan kebersamaan.

• Landasan Hukum Pemanfaatan Sarana utamannya 1). UU no 20, 1997,


Tentang PNBP; 2). PP 29, 2001, tentang Tarif dan Jenis PNBP Bidang
Pertanian; 3). UU dan PP di Bidang Pertanian: UU no 12 dan 29 berikut PP
nya; 4). Inpres dan Keppres berkenaan dengan APBN dan BN/KN; 5).
Kepmenkeu: 114a/KMK.03/1997 ttg Penatausahaan dan Pertanggungjawaban
PNBP pada Instansi Pengguna; 6). Kemenkeu 470, 1994 Tentang
Penghapusan dan Pemanfaatan BN/KN; 7). Kepmentan tentang Organisasi &
Tupoksi; 8). Kepmentan: Penunjukan Tugas Khusus;9). Produk Hukum terkait
misalnya: SE, SK Menteri, SK Kadan

• Permasalahan aset : 1). Status kepemilikan & keberadaan sarana sering


dibawah kelompok tertentu 2). Pengamanan, pemeliharaan & pemanfaatan
kurang, 3). Pengadaan belum tersusun & mengarah sesuai dengan renstra,
ripp atau visi & misi UK/UPT (partial), 4). Penata-usahaan aset lemah 5).
Belum memiliki rencana induk pengembangan sarana 6). Pemanfaatan sarana
kurang, 8) Dana pemeliharaan minim

• Masalah spesifik antara lain : 1) Kemampuan tenaga terbatas: trampil &


teliti/telaten, 2) Dokumentasi barang sejak pengadaan sampai dengan
penatausahaan sering tidak lengkap, 3) sulit memperoleh data yang benar /
akurat, lengkap, dapat dipercaya sehingga sulit informasi untuk perencanaan
pengembangan sarana

• Arah pengembangan sarana penelitian: 1) sarana menjadi bagian dari sistem


dalam renstra dan RIPP; 2) sarana dikelola dalam suatu “kesisteman” dalam
uk/upt agar dapat mendukung proses litbang internal dan pelayanan jasa; 3)

85
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
peningkatan kapasitas sarana merupakan: penggantian atau pengembangan
(peningkatan mutu analisis/proses, kapasitas perluasan, cakupan palayanan)

• Kondisi sekarang yang sedang dihadapi BPTP : 1) laboratorium “kapasitas


terbatas”, 2) dibangun laboratorium unggulan sebagai pengembangan “center
of excellence” pelayanan dalam kerangka jaringan laboratorium; 3)
pemberdayaan fungsi-fungsi pengelola laboratorium; 4) pengembangan SDM
terampil laboratorium.

• Masalah dan kendala umum membangun sarana Lab. Berdaya saing tinggi
terbentur karena : 1) jenis laboratorium sangat beragam; 2) peningkatan
kapasitas baru dimulai beberapa tahun terakhir (3 tahun); 3) beberapa sarana
gedung memerlukan perbaikan berat; 4) banyak peralatan spesifik yang telah
rusak berat; 5) meskipun sistem perencanaan peningkatan sarana cukup
mengakomodasikan “bottom up”, namun belum berjalan baik-bersifat partial
dan tambal sulam; 6) pentingnya akreditasi (pengakuan formal) belum
memperoleh dukungan penuh.

• Beberapa peluang pemanfaatan kebun percobaan: 1) Sebagai Visitor plot; 2)


Sebagai tempat uji multi lokasi/ adaptasi; 3) Sebagai kebun plasmanutfah; 4)
Sebagai kebun “benih/bibit” ; 5) Dikerjasamakan;

• Beberapa peluang pemanfaatan laboratorium: 1) Pelayanan internal


mendukung proses litbang;2) Pelayanan eksternal (terutama BPTP yang
mendapat penugasan Mentan untuk uji pupuk dan uji efektifitas pupuk); 4)
Pelayanan untuk umum;

• Tindak lanjut dari pemanfaatan sarana dan fasilitas : 1) Menyikapi arahan


Kepala Badan, perlu ada rumusan kongkrit aspek-aspek yang berkaitan
dengan permasalahan sarana/asset. 2) Membuat fokus rencana upaya bidang
kegiatan pemberdayaan/pemanfaatan sarana/asset. 3) Membuat shopping list
dan short list aspek-aspek yang perlu dilakukan dalam upaya pemberdayaan;
4) Mengusulkan kegiatan khusus berkaitan dengan pemberdayaan; 5)
Membangun komitmen dan sistem pemberdayaan di setiap tingkatan
manajemen (UPT) secara kelembagaan termasuk individual;

• Penutup :
Menyikapi arahan Kepala Badan, perlu ada rumusan konkrit aspek-aspek
yang berkaitan dengan permasalahan sarana/asset.
Membuat fokus rencana upaya bidang kegiatan pemberdayaan/
pemanfaatan sarana/asset.
Membuat shopping list dan short list aspek-aspek yang perlu dilakukan
dalam upaya pemberdayaan;
Mengusulkan kegiatan khusus berkaitan dengan pemberdayaan;
Membangun komitmen dan sistem pemberdayaan di setiap tingkatan
manajemen (UPT) secara kelembagaan termasuk individual;

86
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
PERMASALAHAN SARANA
DAN FASILITAS SERTA SDM DI BPTP

1. BPTP NANGROE ACEH DARUSALAM


SAFAS :
Kantor sebagian (420 m2) dipinjam pakai pemda prov. NAD
KP Paya Gajah : Lahan kebun kurang dimanfaatkan
KP Gayo, Lab Tanah, Lab. Tanaman: Bangunan terlalu besar, biaya
perawatan tidak mencukupi, peralatan belum lengkap, SDM terbatas, belum
dapat dimanfaatkan
Lab Perikanan dan Lab Petemakan : Peralatan dan SDM belum ada

SDM :
Media publikasi untuk tulisan terbatas
Pengumpulan angka kredit untuk jabatan litkayasa sulit

2. BPTP SUMATERA UTARA


SAFAS :
Perlu diajukan biaya perawtan bangunan kantor
KP. Pasar Miring belum ada sertifikat
KP. Gurgur Balige, tanah belum dimanfaatkan secara optimal, belum ada
sertifikat dan ada permasalahan dengan asyarakat
Laboratorium sedang dalam proses akreditasi

SDM :
Kenaikan jabatan fungsional SK. Jabatan fungsional penyuluhan lama turun
Kriteria penilaian penyuluh idak sesuai dengan tugas fungsi BPTP
Pengumpulan angka kredit penyuluh untuk pangkat Penyuluh Pertanian
Madya (Gol. IV/a) mulai terasa sulit
Proses pembebasan sementara fungsional, aktif bekerja kembali, aktif
jabatan fungsional terlalu lama

3. BPTP SUMATERA BARAT


SAFAS :
Kekurangan dana pemeliharaan bangunan dan lahan kantor,pagar rusak
dan tekanan pihak luar sangat tinggi untuk memanfaatkan lahan
Lab. Tanah, Tanaman, Mikro biologi tanah, HPT, Benih, Pasca panen
belum maksimal perlu tambahan biaya pemeliharaan dan perbaikan
peralatan
KP Sitiung, Rambutan, Bandar Buat : kekurangan biaya pemeliharaan;
Pemanfaatan belum intent; tekanan pihak luar untuk pemanfaatan
Lab Bukit tinggi : Bangunan dan lahan tidak tennanfaatkan
Lab Diseminasi Padang: Lahan kosong dipinggir jalan diincar pemda

87
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
SDM :
Kenaikan jabatan fungsional peneliti tidak baku seperti adanya
rekomendasi kepala Balai, DP4 hasil pemeriksaan log book dan ijazah
Proses tugas belajar biaya sendiri lama
TGR terjadi karena lamanya proses penilaian dan keluarnya PAK LIPI,
serta sulitnya menambah angka kredit karena kurangnya unit penelitian
Perlu penjelasan mengenai TMT fungsional setelah tugas belajar untuk
fungsional yang sama sebelum tugas belajar

4. BPTP RIAU
SAFAS :
Bangunan kantor milik Deptan, tanah milik Pemda, sertifikat bersatu dg
BLPP Riau
Lab. Diseminasi Tanjung Pinang, lebih senang nama IP2TP, sebagian
SDM bidang perikanan, masuk wilayah Propinsi Kepulauan Riau, jarak
dengan BPTP 350 Km.
Lab. Petemakan, Lab. Tanah, Lab. Perikanan : peralatan belum ada BPTP

SDM :
Adanya petugas belajar S2 IPB , mulai tahun 1999 sampai sekarang belum
selesai
Sedang diusulkan SK. Pembebasan Sementara dan aktif bekerja kembali

5. BPTP JAMBI
SAFAS :
Kantor BPTP status tanah milik Pemda, biaya pemeliharaan kurang
Lab. Diseminasi Kota Baru : Jarak dari BPTP 12 Km, kurang intensif, perlu
renovasi
Lab. Tanah : belum dimanfaatkan; SDM dan peralatan kurang

SDM :
Ujian dinas di daerah tidak tetap
Proses kenaikan jabatan fungsional peneliti lama
Mutasi bidang perikanan sedang dalam taraf penjajakan
Beasiswa yang dibiaya sponsor, dananya sulit keluar
Ijin belajar biaya sendiri sulit
Proses SK. Pembebasan Sementara lama

6. BPTP BENGKULU
SAFAS :
Lahan kantor : belum sertifikasi
Rumah kaca : air belum mengalir optimal
Lab Tanah : kurang SDM tenaga analis dan peralatan

SDM :
Kenaikan jabatan fungsional peneliti terlambat karena kurang pemenuhan
angka kredit

88
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
Kurangnya pembinaan fungsional peneliti
Mutasi dari dan ke Pemda, sulit mendapatkan persetujuan Pemda
Sulit mendapat ijin belajar biaya sendiri
Adanya SK. Pembebasan Sementara yang belum turun, sehingga sulit
untuk mengajukan kenaikan pangkat

7. BPTP BANGKA BELITUNG


SAFAS :
Beberapa unit bangunan berumur lama, perlu di rehab
Halaman kantor terlalu luas perlu biaya perawatan besar
KP terlalu luas kurang dana pemeliharaan dan kurang SDM
Peralatan Lab sudah lama dan banyak yang rusak

SDM :
Tidak ada pejabat fungsional peneliti
Perlu sosialisasi pengusulan jabatan fungsional litkayasa

8. BPTP SUMATERA SELATAN


SAFAS :
KP Kayu Agung, tanah penelitin kurang intensif, mess rusak, perlu biaya
pemeliharaan
KP Karang Agung, bangunan kantor dan rumah dinas rusak berat perlu usul
dihapus, status tanah dan bangunan Hak Pakai dan Pinjam Pakai
(Departemen Transmigrasi)
Lab. Tanah dan Tanaman, SDM belum tersedia dan peralatan belum
lengkap
Lab. Tanaman (KP. Kayu Agung), bangunan rusak, peralatan tidak ada perlu
alih fungsi gedung
Lab. Hama Tanaman (KP. Karang Agung), bangunan rusak, SDM tidak ada,
peralatan tidak lengkap, perlu diusulkan dihapus

SDM :
Perlu adanya kelonggaran untuk kenaikan pangkat pilihan
Perlu sosialisasi usulan DUPAK litkayasa
Sulitnya mutasi dari luar Jawa ke Pulau Jawa
Beasiswa untuk petugas belajar tidk cukup, perlu ditambah
Pengurusan belajar biaya sendiri serta penyesuian ijazah sulit
SK. Pembebasan Sementara, Aktif bekerja kembali dan aktif jabatan
fungsional prosesnya lama

9. BPTP LAMPUNG
SAFAS :
Bangunan kantor : Belum ditunjang biaya pemeliharaan yang
memadai: Status tanah belum ada sertifikat dari Deptan
KP Tigeneneng, Natar, Lab Diseminasi Tigeneneng : belum ditunjang
biaya pemeliharaan yang memadai (rusak berat)
Lab diseminasi dan tanaman : belum ada SDM khusus

89
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
SDM :
Kenaikan pangkat pilihan prosesnya terlalu lama, terutama untuk golongan
IV/c keatas
Kenaikan jabatan fungsional peneliti prosesnya terlalu lama
Kenaikan jabatan fungsional litkayasa tidak lagi melekat dengan kenaikan
pangkatnya, sehingga harus diusulkan terpisah
Mutasi bidang perikanan prosesnya terlalu lama
SK. Pembebasan Sementara tugas belajar prosesnya lama, untuk
terhindar dari TGR diajukan sendiri ke KPKN untuk penghentian
tunjangannya
Sulitnya pengurusan tugas belajar biaya sendiri
Kesulitan pendanaan untuk pelatihan jangka pendek (LAKIP & Sosialisasi
PP 80 Th 2003) dengan biaya 2,5 juta dan 2 juta
Sk. Pembebasan Sementara, Aktif bekerja kembali dan aktif jabatan
fungsional prosesnya lama

10. BPTP JAKARTA


SAFAS :
Status bangunan dan tanah kantor masih dalam proses sertifikasi
diusulkan sejak tahun 1999
Green House dan Lab. Pasca Panen belum dimanfaatkan secara optimal
(alat masih disimpan)

SDM :
Terlambatnya PSE menyampaikan persyaratan kelengkapan berkas
kenaikan pangkat
Usul mutasi dari Pemda ke BPTP masih tertahan di Badan Litbang
Pertanian
Adanya pejabat fungsioal peneliti yang kurang angka kredit sehingga TMT
jabatannya terlewat, belum dapat diberhentikan tunjangannya karena
belum ada SK. Pembebasan Sementara

11. BPTP BANTEN


SAFAS :
KP.Karangantu (1.930 m2), KP.Pulau Panjang (9.580 m2), dan KP. Linduk
(21.873 m2) belum dimanfaatkan secara mandiri (kerjasama dengan
Pemda),
KP. Singamerta telah dimanfaatkan secara intensif

SDM :
Proses usulan jabatan fungsional peneliti, litkayasa tidak keluar tepat
waktu/lama
Pejabat peneliti ex bidang perikanan akan menyesuaikan dengan bidang
pertanian
SK. Pembebasan Sementara, aktif bekerja kembali dan aktif jabatan
fungsional prosesnya lama

90
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
12. BPTP JAWA BARAT
SAFAS :
Belum mempunyai gedung pertemuan/ekspose yang memadai
KP. Cipaku : kondisi bangunan dan pagar pembatas rusak
Lab. : peralatan yang di drop kurang lengkap, pengadaan bahan tahun
2004 belum dialokasikan
Green House dan Workshop: Fasilitas dan sarana perlu dilengkapi.

SDM :
Belum ada ketentuan mutasi bidang perikanan dari Badan Litbang
Pertanian
Proses usulan SK. Pembebasan Sementara jabatan fungsional litkayasa
lama

13. BPTP JAWA TENGAH


SAFAS :
KP Batang : Status tanah pinjam pakai dari Pemda Kab. Batang
Lab Diseminasi Semarang : Status tanah milik Pemda Jateng

SDM :
Proses usulan kenaikan pangkat pilihan lama, terlebih bila kurang
kelengkapan administrasi lambat diinformasikan
Terlambatnya pemrosesan SK. Fungsional peneliti, TMT habis, harus
diusulkan SK. Pembebasan Sementara
Sulitnya tenaga litkayasa mengikuti training, lokakarya
Proses usulan DUPAK litkayasa lambat, sehingga kenaikan pangkatnya
tertunda
Sering berubahnya aturan jabatan fungsional penyuluh, perlu training
jangka pendek tentang pelaksanaan proses usul jabatan fungsional
penyuluh
Perlu diberikan buku peraturan untuk pelaksana administrasi kepegawaian
tentang usulan semua jabatan fungsional
Terlambatnya proses mutasi dari luar ke BPTP Jawa Tengah, serta adanya
mutasi ke BPTP Jawa Tengah yang belum melalui koordinasi BPTP, PSE
dan Badan Litbang Pertanian
Sulitnya memperoleh ijin belajar biaya sendiri
Untuk kaderisasi tenaga muda yang potencial diharapkan adanya training
jangka pendek, sesuai bidang keahlian
SK. Pembebasan Sementara, aktif bekerja kembali serta aktif jabatan
fungsional prosesnya lama
Data pada SK. Regrouping masih banyak yang salah
Banyaknya tenaga honorer potensial > 10 tahun belum diangkat

14. BPTP YOGYAKARTA


SAFAS :
Kantor BPTP sebagian sertifikat tanah masih atas nama SPP-SPMA.
Lab. Tanah dan Lab Pasca Panen perlu peralatan dan tenaga analis.

91
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
Lab. Perikanan alih fungsi untuk usaha koperasi.
Lab. Tanaman dan Lab. Peternakan perlu peralatan dan tenaga analis.

SDM :
Apakah logbook masih diperlukan untuk usulan kenaikan pangkat ?
Penyesuaian ijazah petugas belajar masih sulit, serta masih ada yang
belum tahu kalau ijazahnya harus dilegalisir di DIKTI
Masih banyak yang enggan calon tenaga fungional untuk mengajukan
angka kredit untuk dapat memangku jabatan fungsional
Bagaimana dengan status tenaga titipan dari BPTP Ambon
Adanya petugas belajar biaya sendiri yang belum mengetahui
persyaratan/status perguruan tinggi, sehingga sulit dalam pengurusan ijin
belajar biaya sendiri
Bagaimana pejabat fungsional peneliti yang sedang dibebaskan sementara
dan mencapai BUP
Petugas belajar fungsional maupun non fungsional selesai tugas
belajarnya, lama mengurus aktif bekerja kembali dan aktif jabatan
fungsional
Hendaknya diadakan Workshop untuk SIM, terutama SIMPEG

15. BPTP JAWA TIMUR


SAFAS :
KP. Malang (6 Ha) : tidak tercatat dalam Kepmen 350/Kpts/OT.210/6/2001.
Lab. Diseminasi Wonocolo : status tanah sebagian milik Pemda Jatim;
pemanfaatan belum optimal.
KP.Mojosari (30 Ha) pendayagunaan aset tidak optimal karena
kemampuan pengadaan air tanah terbatas.
Lab. Agronomi, Lab. Hama/Penyakit, Lab. Pasca Panen, Lab. Benih, Lab.
Pengembangan SDA : peralatan kurang.
Lab. Tanah, Lab. Kultur Jaringan : SDM kurang.

SDM :
Apa bisa DP3 prosesnya selesai di tingkat Eselon II
Ujian penyesuaian ijazah di Jakarta banyak memakan biaya
Proses terbitnya PAK LIPI tidak menganut “FIFO”, berkas ada yang hilang
dan proses SK nya lama
Proses usulan SK. Litkayasa sulit, sehingga enggan untuk mengajukan
usul
Peraturan angka kredit penyuluh dianggap kurang sesuai, serta
pengusulan angka kredit gol. IV/a keatas semangkin sulit
Terhambatnya proses ijin belajar biaya sendiri
Lamanya proses pengusulan aktif bekerja kembali serta aktif jabatan
fungsional

16. BPTP KALIMANTAN BARAT


SAFAS :
KP. Selakau (49,3 Ha) : jarak dengan BPTP 175 Km; telah terjadi
penyerobotan oleh penduduk setempat.

92
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
KP. Simpang Monterado (159,91 Ha) : jarak dengan BPTP 207 Km; telah
terjadi tempat penambangan emas liar.
KP. Sei Kakap (12,544 Ha) : jarak dengan BPTP 9 Km; status tanah milik
Pemda.
Lab. Tanah : peralatan kurang.

SDM :
Ada beberapa tenaga fungsional litkayasa yang akan mengundurkan diri
karena tidak dapat menambah angka kredit
Tenaga penyuluh pertanian untuk golongan IV/a keatas, sulit untuk
menambah angka kredit
Sulitnya mutasi ke pulau Jawa
Pencantuman gelar selesai tugas belajar tidak segera diproses
Ijin belajar biaya sendiri terlalu lama
Proses SK. Pembebesan Sementara serta aktif jabatan fungsional peneliti
lama
Perlu ditingkatkan untuk pelatihan petugas kepegawaian

17. BPTP KALIMANTAN TENGAH


SAFAS :
Kantor BPTP status tanah (50.000 m2) milik Pemda; biaya pemeliharaan
kurang.
Lab. Diseminasi Palangkaraya: kurang intensif; status tanah 1.370 m2 hak
pakai.
KP. Unit Tatas: status tanah (25.000 m2) belum bersertifikat; rawan
terhadap penyerobotan.
Rumah Kaca pemanfataan kurang intensif.

SDM :
Masih banyak kendala penyesuaian ijazah dengan status akreditasi
perguruan tinggi
Kenaikan jabatan fungsional peneliti dan fungsional penyuluh prosesnya
lama
Perlu sosialisasi jabatan fungsional Pustakawan
SK. Pembebasan Sementara serta aktif jabatan fungsional, prosesnya
lama

18. BPTP KALIMANTAN SELATAN


SAFAS :
KP. Plehari, KP.Barabai, KP. Alabio: Keterampilan SDM kurang, alat
terbatas.
Lab. Diseminasi (menyatu dengan kantor) ? belum tercatat.
Lab. Loktabat: belum tercatat?; peralatan veteriner; akan difungsikan
sebagai Lab.tanah, Tanaman, Pasca panen, dan peternakan; SDM kurang.

SDM :
Terdapat usulan SK. Jabatan fungsional peneliti yang belum turun, usulan
dari bulan September 2003

93
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
Usulan SK. Pembebasan Sementara serta pemberhentian fungsional
litkayasa belum turun

19. BPTP KALIMANTAN TIMUR


SAFAS :
Biaya pemeliharaan kantor BPTP sangat terbatas
Green House (2 buah), Lab. Perikanan, Peternakan, Tanah, Biologi dan
Pengolahan Hasil belum berfungsi secara optimal
Status tanah kantor BPTP (5.400 m2) hak pakai Pemda
KP Semboja (10 Ha) Status tanah - Hibah dari Balitka Manado, belum
sertifikat; SDM dan kondisi lahan tidak mendukung; Bangunan gedung
rusak 60%
KP. Lempake (10 Ha) lokasi banjir, 75 % lahan rawa, SDM kurang

SDM :
Proses pengusulan SK. Jabatan fungsional peneliti lama, dan masih
banyak yang belum megajukan jabatan fungsional
Perlu sosialisasi serta bimbingan tata cara pengusulan jabatan fungsional
litkayasa
Mutasi bidang perikanan masih memerlukan kejelasan dan pengantar dari
Badan Litbang Pertanian
Perlu adanya sanksi khusus agar petugas belajar mau bekerja kembali di
tempat asal
Belum ada ketentuan yang baku bagi petugas belajar biaya sendiri
Belum ada pelatihan jangka pendek untuk pengelola lab, maupun
fungsional peneliti/penyuluh
Proses SK. Pembebasan Sementara jabatan fungsional peneliti lama,
sehingga petugas belajar harus menunggu lama untuk dibayarkan
tunjangannya, serta kenaikan pangkatnya terhambat

20. BPTP SULAWESI UTARA


SAFAS :
KP. Pandu pada musim kemarau sulit untuk mendapatkan air
Lahan tanah di KP. Kalasey ada yang sudah dikuasai penduduk sekitar
Peralatan lab belum dimanfaatkan secara optimal
Status tanah bangunan kantor, KP dan perumahan masih dimiliki Pemda
Masih kurang tenaga analis untuk laboratorium

SDM :
Masih banyak terdapat tenaga honorer
Masih banyak tenaga peneliti/penyuluh non klas
Proses pemberhentian sementara dan aktif jabatan fungsional lama

21. BPTP SULAWESI TENGAH


SAFAS :
KP Sidondo: status hak pakai tanah belum jelas, belum memiliki sertifikat,
tenaga analis belum trampil.
Lab tanah : peralatan belum lengkap tenaga analis terbatas.

94
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
SDM :
Lambat proses kenaikan pangkat Golongan III/c keatas
Pengusulan angka kredit sampai PAK LIPI, memakan waktu + 1 tahun,
akibatnya usulan kenaikan pangkat terlambat
Usulan mutasi dari Pemda ke BPTP Sulteng terkesan lambat
Usulan bidang perikanan ke Bali dan Ujung Pandang belum terealisasi
Proses usulan aktif bekerja kembali dan aktif jabatan fungsional terlalu
lama

22. BPTP SULAWESI SELATAN


SAFAS :
Kantor belum sertifikat
KP Gowa: Fisik bangunan rusak, penyerahan ex Balitas dan KP
Bulukumba ke Balitserial belum jelas. Fasilitas kandang sapi kurang,
gudang pakan dan penyimpanan pupuk belum ada
KP Jeneponto : 2 Unit green house rusak berat
KP Luwu: 8 Ha tanah diserobot masyarakat diusulkan dana untuk
pemugaran, rencana pemanfaatan lahan untuk penagkaran benih
KP Bone: Belum sertifikat 1.000 Ha tanah disrobot masyarakat rencana
pemanfaatan lahan untuk pengembangan SUT kakao dan kelapa

SDM :
Masih sulit untuk dapat segera melengkapi persyaratan administrasi
kenaikan pangkat. Reguler
Persyaratan administrasi kenaikan pangkat. Pilihan sering terlambat
disampaikan, sehingga menghambat usulan kenaikan pangkat.
Banyaknya aturan tambahan dari Badan Litbang Pertanian pada kenaikan
jabatan fungsional peneliti, sehingga menghambat percepatan kenaikan
pangkat, karena terlambat SK. jabatan fungsional peneliti
Kenaikan jabatan fungsional litkayasa tidak otomatis keluar kenaikan
pangkatnya, padahal pada saat usulan DUPAK, dilampirkan administrasi
penunjang
Penyesuaian ijazah (Gol. II ke Gol III) belum mengacu kepada PP. 99/2000
Jo. PP 12/2002
Agar jelas usul penyuluh dari BPTP ke Badan Litbang Pertanian, sebaiknya
ada P2JP penyuluh pertanian
Proses mutasi memerlukan waktu yang lama, tidak ada niat mutasi bidang
perikanan dari BPTP SulSel keluar
Pemrosesan SK. Pembebasan Sementara petugas belajar lama
Ijin belajar biaya sendiri prosesnya lama

23. BPTP SULAWESI TENGGARA


SAFAS :
Perlu dibuat pagar untuk pemisah bangunan kantor dengan perumahan,
serta dibuat sertifikat terpisah antara bangunan kantor dengan karantina
hewan

95
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
KP. Wawotobi belum dibuat sertifikat, terdapat lahan yang dibuat pasar
serta pihak Pemda meminta lahan untuk dibuat kantor kecamatan
KP. Onembute belum dibuat pagar pembatas dan sertifikat

SDM :
Pembuatan surat ijin belajar biaya sendiri sulit
Perlu sosialisasi petunjuk/peraturan litkayasa yang baru
Pemerosesan SK. Fungsional peneliti, SK. Pembebasan Sementara serta
pengaktifan kembali jabatan fungsional lama
Sulit mengikuti ujian dinas TK. I dan II
Ada yang cuti diluar tanggungan negara sudah tahun ke tiga belum
kembali
Untuk menjadi penyuluh harus memiliki sertifikat PPS dasar, staf BPTP
tidak memperoleh jatah
Perlu merekrut tenaga untuk penyuluh agar seimbang dengan tenaga
peneliti

24. BPTP BALI


SAFAS :
Kantor BPTP (13.832 m2) milik Badan Litbang Pertanian.
Lab.Diseminasi Petemakan; status tanah (1,6 Ha) hak guna pakai; belum
tercantum dalam Kepmen 350/Kpts/OT.210/6/2001.

SDM :
Tidak terdapat tenaga fungsional litkayasa
SK. Pembebasan Sementara, aktif bekerja kembali dan aktif jabatan
fungsional peneliti terlalu lama terbit

25. BPTP NUSA TENGGARA BARAT


SAFAS :
Status tanah Kantor BPTP seluas 2,5 Ha milik Pemda
Pemanfaatan KP Sandubaya (7,1 Ha lahan kering) kurang insentif
Lab. Tanah : SDM dan peralatan masih kurang
Lab. Hama : SDM dan peralatan masih kurang

SDM :
Kenaikan pangkat. Pilihan jalurnya terlalu panjang
Penilaian angka kredit di P2JP Puslitbang maupun P2JP Deptan, memakan
waktu 1 – 2 tahun, untuk PAK LIPI belum SK
Penilaian DUPAK litkayasa di Badan Litbang Pertanian lama, demikian pula
penilaian DUPAK penyuluh pertanian dan pustakawan
Mutasi dari Badan Litbang Pertanian/BPTP ke Pemda, sulit
Perlu ditambah beasiswa, karena SDM nya kebanyakan masih S1
Cukup sulit untuk memperoleh ijin belajar biaya sendiri
Pejabat fungsional peneliti yang 1 tahun akan mencapai BUP dan sedang
mengajukan usulan fungsionalnya, kiranya tidak diberhentikan sementara
dari jabatannya
Proses aktif jabatan fungsional cukup lama, sekitar 1 – 2 tahun

96
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
26. BPTP NUSA TENGGARA TIMUR
SAFAS :
Lab. Diseminasi Kupang dan KP Lili
Status tanah belum ada pemisahan dengan Badan SDM Lab. tanah
Fasilitas peralatan tersedia, SDM masih kurang, kerusakan peralatan karena
aliran listrik tidak stabil
Lab. Kultur Jaringan
SDM, peralatan dan daya listrik kurang rumah kaca
SDM dan peralatan dan daya listrik kurang

SDM :
Proses SK. Jabatan fungsional peneliti cukup lama
Mutasi di bidang perikanan menunggu kebijakan dari Badan Litbang
Pertanian
Kurang sponsor untuk petugas belajar S3
Proses ijin belajar baiaya sendiri cukup lama
Proses SK. Pembebasan Sementara, aktif bekerja kembali dan aktif kembali
jabatan fungsional cukup lama

27. BPTP MALUKU


SAFAS :
KP. Makariki (37 Ha): Status bangunan dan tanah milik Badan Litbang
Pertarangantu (1.930 m2), KP.Pulau Panjangnian. Pengelolaan kurang
intensif
Lab. Diseminasi Waiheru (2 Ha), Status bangunan milik Badan Litbang
Pertanian, tanah milik Pemda
Lab. Tanah, Petemakan, Tanaman dan Pasca panen akan dibangun pada
2005

SDM :
peneliti prosesnya terlambat karena aktif bekerja kembali dan aktif
fungsional belum keluar
Sedang diproses mutasi dari dan ke Pemda Maluku
Ijin belajar 2 orang di PT Negeri dari Badan Litbang Pertanian belum keluar
Undangan untuk pelatihan jangka pendek sering terlambat, pelatihan
diutamakan tenaga teknisi untuk magang di KP Balit

28. BPTP PAPUA


SAFAS :
Status lahan kantor (18.800 m2) hibah belum bersertifikat.
KP. Koya Barat (50 Ha); status tanah hibah.
KP. Jaya Wijaya (4 Ha); status tanah milik Pemda; Jarak dari BPTP 290
Km.
KP. Sorong (1 Ha); status tanah milik Pemda; jarak dart BPTP 1.000 Km.
KP. MANOKWARI (2 Ha); belum tercatat dim Kepmen 350/Kpts/OT.210/
6/2001, status tanah milik Pemda; jarak dengan BPTP 910 Km, masuk
wilayah Propinsi Irian Jaya Barat.
KP. MERAUKE (2 Ha); belum tercatat dim Kepmen 350/Kpts/OT.210/
6/2001; dibangun biaya PAATP; Diresmikan Desember 2003 oleh Bupati
Merauke; status tanah milik Pemda; jarak dengan BPTP 620 Km.
Lab. Hama Penyakit, Lab. Tanah : SDM tidak ada, alat tidak lengkap
97
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)
SDM :
Pengurusan kenaikan pangkat kembali ke Pusat, memperlambat proses
Pelaksanaan ujian penyesuaian ijazah di pusat, sangat memberatkan,
karena keterbatasan dana
Jabatan fungsional penyuluh kurang diminati, dan perlu ada tim penilai di
pusat/Badan Litbang Pertanian
Lambatnya proses mutasi antar instansi
Biaya beasiswa terlalu rendah, sehingga menyulitkan petugas belajar yang
kekurangan dana
Sulit mendapat ijin belajar biaya sendiri dengan status/keadaan universitas
di Papua, dengan dibatasi kepada golongan dan usia
Penyelenggaraan training jangka pendek diharapkan ditanggung pula
transportasi dan akomodasinya, mengingat lokasi jauh dan minimnya dana
Penerbitan SK. Pembebasan Sementara, aktif bekerja kembali serta aktif
jabatan fungsional terlalu lama

29. P2TP GORONTALO


SAFAS :
Belum ada kendaraan roda-4 untuk operasional serta ke lapangan

SDM :
Terdapat dua tenaga titipan dari BPTP Lampung dan BPTP Sulut, dimana
SK. Regroupingnya belum keluar

30. P2TP MALUKU UTARA


SAFAS :
Green house dalam keadaan rusak berat (pasca kerusuhan), perlu
perbaikan agar dapat digunakan kembali
Belum ada pagar emplasemen perumahan dan kantor, sehingga beberapa
plot plasma nutfah
Perlu biaya untuk pengaspalan jalan ke lokasi KP. yang jaraknya 4 Km dari
jalan utama dan baru 1,5 Km yang diaspal dengan bantuan dari Pemda
Kendaraan dinas roda 4 yang ada tidak dapat digunakan lagi, perlu
dianggarkan untuk perbaikan dalam tahun 2005, disamping untuk
operasional lapangan juga untuk mengangkut karyawan ke KP.
Dari luas KP 279 Ha, baru 25 Ha yang digarap tapi belum intensif, untuk
kerjasama dengan swasta belum ada yang berminat
Perlu dianggarkan untuk pemasangan kembali jaringan listrik dan
pembuatan sumur pompa, dimana pengelolaan anggaran rutin yang ada di
BPTP Maluku, masih ada kendala dalam komunikasi dan transportasi,
anggaran rutin perlu dialihkan ke BP2TP Bogor dengan membuat PUMK di
KP. Bacan
Diperlukan waktu untuk menginventarisir/mengumpulkan kembali peralatan
KP. Bacan yang tersebar di beberapa tempat setelah ada kerusuhan

SDM :
Adanya tenaga KP. Bacan yang sudah pindah bekerja di BPTP Maluku,
tapi SK. regroupingnya belum ada

98
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP)

Anda mungkin juga menyukai