SPEKTROMETRI
ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY (AAS)
Oleh:
Nama : Sofiatul Hasanah
NIM : 191810301049
Kelas/Kelompok : B/2
Nama Asisten : Ulva Widyawati
Hasil
1. 1 ppm 0,012
2. 2 ppm 0,015
3. 3 ppm 0,017
4. 4 ppm 0,019
5. 5 ppm 0,021
6. Sampel 0,02
4.1.2 Tabel Hasil Penentuan Konsentrasi Sampel
No. Absorbansi Konsentrasi (ppm)
1. 0,02 4,45 ppm
4.2 Pembahasan
Spektroskopi Serapan Atom adalah metode untuk menentukan konsentrasi
suatu sampel unsur logam dengan ketelitian, ketepatan dan selektivitas tinggi.
Spektrofotometer serapan atom merupakan teknik analisis kuantitafif dari unsur-
unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya
selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi, dapat
dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis
sangat cepat dan mudah dilakukan. Spektrofotometri serapan atom merupakan
metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah (Khopkar,
1990). Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur
yang dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Lampu yang
digunakan adalah lampu katoda cekung karena penggunaanya hanya untuk
analisis satu unsur saja. Metode serapan atom hanya tergantung pada
perbandingan dan tidak bergantung pada temperature (Higuchi, 1961).
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah menentukan konsentrasi logam Cu
dalam sampel dengan menggunakan metode atomic absorbption spectroscopy.
AAS berprinsip pada absorpsi atau penyerapan energi radiasi oleh atom. Setiap
unsur atom-atom akan menyerap energi pada panjang gelombang tertentu dan
pada kondisi analisis yang berbeda-beda untuk masing-masing logam. AAS
digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal
sistem single beam dan double beam layaknya spektrofotometer UV-VIS.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat larutan induk dengan konsentrasi
25 ppm yang dilakukan dengan cara menimbang CuSO4 sebanyak 0,0032 g
kemudian diencerkan menjadi 5 variasi konsentrasi 1; 2; 3; 4; dan 5 ppm.
Kemudian larutan sampel diukur absorbansinya. Sampel yang digunakan adalah
air kran. Air kran dipilih karena mengandung zat Cu didalamnya. Fungsi
pengenceran adalah untuk membuat molekul yang larut terpecah menjadi ion-
ionnya dan konsentrasi yang dihasilkan lebih encer. Dalam pembuatan larutan
standard Cu 25 ppm dalam labu ukur 50 mL memerlukan massa sebesar 0,00125 g
dengan volume 0,05 L. Pembuatan larutan standard CuSO4 25 ppm dari
konsentrasi 1; 2; 3; 4; dan 5 ppm dengan volume yang dibutuhkan berturut-turut 2;
4; 6; 8; dan 10 mL.
Tahapan sebelum proses pengukuran absorbansi yaitu pipa kapiler dibilas
dengan akuades, dibilas dengan HNO3 encer, dibilas kembali dengan akuades.
Fungsi akuades yaitu untuk menghilangkan zat pengotor yang terdapat pada pipa
kapiler sehingga tidak mempengaruhi nilai absorbansi yang dihasilkan. Fungsi
HNO3 encer ada memudahkan proses dekstruksi saat analisis Cu ketika keadaan
atom bebas dan menjegah terjadinya pengendapan pada unsur Cu. Pipa kapiler
selanjutnya dicelupkan dalam larutan standard. Pencelupan ini bertujuan untuk
menangkap cahaya sehingga absorbansi dapat dihasilkan.
Pengoperasian AAS yaitu ditekan tombol read 2x kemudian dienter, hasil
absorbansi akan keluar pada konsentrasi 1 ppm dan diulangi dengan perlakuan
yang sama pada karutan standart CuSO4 2-5 ppm. Absorbansi pada sampel akan
terbaca pada detektor dari monokromator yang diubah menjadi signal elektron
yang selanjutnya diperkuat dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Pengukuran
dilakukan pada konsentrasi terendah bertujuan agar konsentrasi rendah tidak
mempengaruhi nilai absorbansi pada konsentrasi tinggi. Larutan sampel
sebelumnya harus disaring terlebih dahulu agar kotoran pada sampel tidak ikut
pada saat pengujian yang dapat berakibat adanya ketidaksesuaian pengukuran.
Hasil absorbansi dari larutan sampel berbagai konsentrasi secara berturut – turut
dari konsentrasi terendah adalah 0,012 ; 0,015 ; 0,017 ; 0,019 dan 0,021. Dari hasil
konsentrasi dan diabsorbansi dibuat kurva kalibrasi. Berikut merupakan kurva
kalibrasi yang dihasilkan.
Kurva Kalibrasi
0,025
0,02
absorbansi
0,005
0
0 1 2 3 4 5 6
konsentrasi (ppm)
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi
Kurva diatas merupakan kurva kalibrasi yaitu hubungan antara konsentrasi
dengan absorbansi dimana dapat dilihat semakin besar konsentrasi absorbansinya
juga semakin besar. Dengan persamaan yang diperoleh y = 0,0022x + 0,0102
dengan regresi yang dihasilkan sebesar 0,9918. Regresi yang mendekati 1
menandakan bahwa garis tersebut mendekati linear. Nilai absorbansi yang
diperoleh sebesar 0,02 dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam larutan
sampel air keran sebesar 4,45 ppm.
V. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada percobaan Atomic Absorption Spectroscopy
(AAS) adalah penentuan konsentrasi logam Cu pada sampel air kran yang
dideteksi dengan menggunakan alat AAS. Langkah yang dilakukan dengan
membuat larutan standard kemudian diukur absorbansinya dengan AAS kemudian
diperoleh konsentrasi dan absorbansinya yang nantinya dibuat kalibrasi kemudian
dari persamaan diperoleh konsentrasu Cu yang terkandung dalam air kran yaitu
4,45 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
1. 1 ppm 0,012
2. 2 ppm 0,015
3. 3 ppm 0,017
4. 4 ppm 0,019
5. 5 ppm 0,021
6. Sampel 0,02
( ) ( )
Konsentrasi 2 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
25 ppm . V1 = 2 ppm . 50 mL
V1 = 4 mL
Konsentrasi 3 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
25 ppm . V1 = 3 ppm . 50 mL
V1 = 6 mL
Konsentrasi 4 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
25 ppm . V1 = 4 ppm . 50 mL
V1 = 8 mL
Konsentrasi 5 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
25 ppm . V1 = 5 ppm . 50 mL
V1 = 10 mL
Kurva Kalibrasi
0,025
0,02
absorbansi
0,005
0
0 1 2 3 4 5 6
konsentrasi (ppm)