Anda di halaman 1dari 15

SPEKTRUM SERAPAN DAN SPEKTRUM PANCARAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Biofisika
Yang dibimbing oleh Bapak Sugiyanto, S.Pd.,M.Si dan Ibu Siti Imroatul Maslikah, S.Si,
M.Si

Oleh
Kelompok 2:
1. Ana Fatkhu Rokhmah
2. Ardiansyah F F
3. Diana Cahya Ningrum
4. Eni Setyowati
Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Oktober 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Absorpsi atom dan spektra emisi memiliki pita yang sangat sempit di bandingkan
spektrometri molekuler. Emisi atom adalah proses di mana atom yang tereksitasi
kehilangan energi yang disebabkan oleh radiasi cahaya. Misalnya, garam-garam logam
akan memberikan warna di dalam nyala ketika energi dari nyala tersebut mengeksitasi
atom yang kemudian memancarkan spektrum yang spesifik. Sedangkan absorpsi atom
merupakan proses di mana atom dalam keadaan energi rendah menyerap radiasi dan
kemudian tereksitasi.
Energi yang diabsorpsi oleh atom disebabkan oleh adanya interaksi antara satu
elektron dalam atom dan vektor listrik dari radiasi elektromagnetik. Ketika menyerap
radiasi, elektron mengalami transisi dari suatu keadaan energi tertentu ke keadaan energi
lainnya. Misalnya dari orbital 2s ke orbital 2p. Pada kondisi ini, atom-atom di katakan
berada dalam keadaan tereksitasi (pada tingkat energi tinggi) dan dapat kembali pada
keadaan dasar (energi terendah) dengan melepaskan foton pada energi yang sama.
Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk
mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang diserap.
Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Spektroskopi juga digunakan secara
intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh. Kebanyakan teleskop-teleskop
besar mempunyai spektrograf yang digunakan untuk mengukur komposisi kimia dan
atribut fisik lainnya dari suatu objek astronomi atau untuk mengukur kecepatan objek
astronomi berdasarkan pergeseran Doppler garis-garis spektral.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana interaksi radiasi dengan materi (absorpsi dan emisi)?
b. Bagaimana prinsip Spektroskopi Serapan Atom (Atomic Absorption Spectroscopy/
AAS)?
c. Bagaimana prinsip Spektroskopi Emisi Atom (Atomic Emission Spectroscopy/ AES)?
d. Bagaimana prinsip Spektroskopi Fluoresensi?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui interaksi radiasi dengan materi (absorpsi dan emisi)?

b. Untuk mengetahui prinsip Spektroskopi Serapan Atom (Atomic Absorption


Spectroscopy/ AAS)?
c. Untuk mengetahui prinsip Spektroskopi Emisi Atom (Atomic Emission Spectroscopy/
AES)?
d. Untuk mengetahui prinsip Spektroskopi Fluoresensi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI
Interaksi radiasi dengan materi dapat dilakukan dengan dua cara antara lain :
a. Absorpsi (Serapan)
Zat kimia dapat mengabsorpsi cahaya melalui berbagai cara. Bila zat kimia
mengabsorpsi cahaya, maka energi cahaya tersebut diubah menjadi bentuk energi lain.
Elektron valensi pada atom atau ion dapat mengabsorpsi energi cahaya uv atau visible
sehingga menyebabkan elektron pindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Atom dapat
mengadsorpsi atau melepas energi sebagai foton hanya jika energi foton (h) tepat sama
dengan perbedaan energi antara keadaan tereksitasi (E) dan keadaan dasar (G). Kalau
energi cahaya tidak cukup memadai dengan tingkat energi atom, maka cahaya hanya akan
melewatinya tanpa diabsorpsi. Energi berhubungan dengan panjang gelombang. Panjang
gelombang yang diserap oleh atom dalam keadaan dasar akan sama dengan panjang
gelombang yang diemisikan oleh atom dalam keadaan tereksitasi, apabila energi transisi
kedua keadaan tersebut adalah sama tetapi dalam arah yang berlawanan. Oleh karena itu
juga berkaitan dengan warna cahaya.
b. Emisi (Pancaran)
Jika elektron pada keadaan tereksitasi kembali ke tingkat energi yang lebih rendah
kembali, maka akan diemisikan energi dalam bentuk cahaya. Cahaya yang diemisikan
memiliki panjang gelombang tertentu sesuai dengan perbedaan tingkat energi yang
terlibat dalam proses emisi. Karena panjang gelombang emisi tertentu, maka berarti
bahwa cahaya yang diemisikan akan memiliki warna tertentu.
Absorpsi dan emisi dapat terjadi secara bertahap maupun secara langsung melalui
lompatan tingkatan energi yang besar. Misalnya, absorpsi dapat terjadi secara bertahap
dari G E1 E2 , tetapi dapat terjadi juga tanpa melalui tahapan tersebut G E2.

2.2 TEKNIK SPEKTRUM SERAPAN DAN SPEKTRUM PANCARAN


a. Spektroskopi Serapan Atom (Atomic Absorption Spectroscopy/ AAS)
Absorbsi (serapan) atom adalah suatu proses penyerapan bagian sinar oleh atom-atom
bebas pada panjang gelombang tertentu dari atom itu sendiri sehingga konsentrasi suatu
logam dapat ditentukan (Dyah Kumala Sari, 2009). Untuk dapat mengetahui hal tersebut,
maka digunakan suatu metode yakni Spektrometri. Spektrometri merupakan suatu metode

analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau
yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah
Spektrometri Serapan Atom (SSA) yang merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif
yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al. dalam Jamaludin, 2005). Spektroskopi
Serapan Atom juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik spektroskopi yang
memanfaatkan besarnya gelombang elektromagnetik yang diserap pada frekuensi tertentu
oleh zat tertentu untuk bereksitasi. AAS dapat menentukan lebih dari 67 jenis logam yang
berbeda yang terkandung dalam suatu larutan.
Pada tahun 1802 Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari
yang kemudian diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster
mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer ini diakibatkan oleh proses absorpsi pada
atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk
melakukan penelitian yang sistematis mengenai spektrum dari logam alkali dan alkali tanah.
Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum dari absorpsi dan emisi suatu cahaya.
Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu
(frekuensi), atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlah energi
tertentu, ( = hv = hc/).
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang
mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan
diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas
logam yang berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan
dari:
a. Hukum Lambert : Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorpsi.
b. Hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.

Pada alat SSA terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang menghasilkan
atom-atom gas bebas dalam keadaaan dasarnya dan suatu sistem optik untuk pengukuran
sinyal. Suatu skema umum dari alat SSA adalah sebagai berikut:

Gambar Skema Umum Komponen pada alat SSA


(sumber: Haswel dalam Jamaludin, 2005)

Monokromator
Fungsi monokromator adalah mengisolasi salah satu garis resonansi/radiasi resonansi
dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan oleh lampu pijar katoda.
Detektor
Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi
listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor SSA tergantung pada
jenis monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk analisa
alkali, detektor yang digunakan adalah barier layer cell. Tetapi pada umumnya yang
digunakan adalah detektor photomultiplier tube.
Metode SSA sangat tepat untuk analisa zat pada konsentrasi rendah. Logam-logam
yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisa dan selain itu tidak selalu diperlukan
sumber energi yang besar. Sensitivitas dan batas deteksi merupakan parameter yang sering
digunakan dalam SSA. Keduanya dapat bervariasi dengan perubahan temperatur nyala, dan
lebar pita spektra.
Dalam metode SSA, sebagaimana dalam metode spektrometri atomik yang lain, contoh
harus diubah ke dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini dikenal dengan istilah
atomisasi, pada proses ini contoh diuapkan dan didekomposisi untuk membentuk atom dalam
bentuk uap. Secara umum pembentukan atom bebas dalam keadaan gas melalui tahapantahapan sebagai berikut :
a. Pengisatan pelarut, pada tahap ini pelarut akan teruapkan dan meninggalkan residu
padat.
b. Penguapan zat padat, zat padat ini terdisosiasi menjadi atom-atom penyusunnya yang
mula-mula akan berada dalam keadaan dasar.

c. Beberapa atom akan mengalami eksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi dan
akan mencapai kondisi dimana atom-atom tersebut mampu memancarkan energi.

Sistem Pengatoman
Merupakan bagian yang penting karena pada tempat ini senyawa akan dianalisa. Pada sistem
pengatoman, unsur-unsur yang akan dianalisa diubah bentuknya dari bentuk ion menjadi
bentuk atom bebas. Ada beberapa jenis sistem pengatoman yang lazim digunakan pada setiap
alat AAS, antara lain :
a. Sistem pengatoman dengan nyala api
Menggunakan nyala api untuk mengubah larutan berbentuk ion menjadi atom bebas.
Ada 2 bagian penting pada sistem pengatoman dengan nyala api, yaitu sistem pengabut
(nebulizer) dan sistem pembakar (burner), sehingga sistem ini sering disebut sistem
BURNER-NEBULIZER. Sebagai bahan bakar yang menghasilkan api merupakan campuran
dari gas pembakar dengan oksidan dan penggunaannya tergantung dari suhu nyala api yang
dikehendaki.
b. Sistem pengatoman dengan tungku grafit
Keuntungan sistem ini jika dibandingkan dengan sistem pengatoman nyala api adalah
sampel yang dipakai lebih sedikit, tidak memerlukan gas pembakar, suhu yang ada diburner
dapat dimonitor dan lebih peka.
c. Sistem pengatoman dengan pembentukan hidrida
Sistem ini hanya dapat diterapkan pada unsur-unsur yang dapat membentuk hidrida,
dimana senyawa hidrida dalam bentuk uapnya akan menyerap sinar dari HCL. Sistem ini
biasanya dilakukan dengan mereduksi unsur sehingga menjadi valensi yang lebih rendah,
kemudian dibentuk sebagai hidrida. Sistem ini banyak dilakukan untuk analisa unsur-unsur
seperti As, Bi dan Se.
d. Sistem pengatoman dengan uap dingin
Sistem ini hanya dilakukan untuk analisa unsur Hg, karena Hg mempunyai tekanan
uap yang tinggi, sehingga pada suhu kamar Hg akan berada pada kesetimbangan antara fasa
uap dan fasa cair. Cara menganalisis Hg dengan mereduksi merkuri (Hg2+) menjadi merkuro
(Hg22+), kemudian uapnya dialirkan secara kontinu kedalam sel serapan yang ditempatkan
diatas burner (tidak dipanaskan) dan penyerapan terjadi karena Hg berbentuk uap.
e. Sistem pengatoman sampel padat
Sistem ini dilakukan pada sampel dengan potensial eksitasi yang rendah atau dengan
energi yang rendah sudah bisa tereksitasi dan unsur tersebut berada pada sampel yang

sederhana yang ikatannya mudah lepas. Pengatoman biasanya dilakukan dengan menaruh
sampel kedalam suatu wadah sampel, kemudian dipanaskan dengan nyala api dan uap-uap
yang terbentuk dialirkan kedalam sel serapan seperti dilakukan pada Hg.

Gambar Diagram Tingkat Energi Elektronik

Gambar Peristiwa Absorpsi Radiasi

Atom yang tidak tereksitasi, berada dalam keadaan dasar (ground state). Untuk
mengeksitasi atom, satu atau lebih elektron harus berpindah ke tingkat energi yang
lebih tinggi dengan cara penyerapan energi oleh atom itu. Energi dapat disuplai oleh
foton atau dari peristiwa tabrakan yang disebabkan oleh panas. Dengan peristiwa itu,
elektron terluar akan menjauhi inti paling tidak adalah ke tingkat energi pertama E1.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa prinsip kerja analisa menggunakan alat
SSA yakni suatu sampel dibuat dalam bentuk larutan kemudian dikabutkan, lalu
disemburkan ke bagian burner dan mengalami deatomisasi. Kemudian direaksikan
dengan sumber energi (radiasi) maka atom pada keadaan dasar membutuhkan energi
yang besar dan untuk mendapatkannya atom tersebut menyerap energi dari sumber
cahaya (foton) yang ada pada alat SSA.

b. Spektroskopi Emisi Atom (Atomic Emission Spectroscopy/ AES)


Spektroskopi Emisi Atom adalah teknik spektroskopi yang memanfaatkan panjang
gelombang foton yang dipancarkan oleh atom selama masa transisinya dari fase eksitasi
menuju fase istirahat. Sumber dari pengeksitasi dari Atomic Emission Spectroscopy bisa
didapat dari nyala api gas atau Busur listrik. Sumber eksitasi dari nyala gas biasanya
disebut ICP (Inductively Couple Plasma) sedangkan sumber eksitasi dari busur listrik
biasa disebut ARC atau SPARK, sedangkan alat detector sinarnya adalah Tabung
Penggandaan Foton atau Photo Multiplier Tube (PMT)
Prinsip dasar dari analisa Atomic Emission Spectrometer (AES) ini yaitu : Apabila
atom suatu unsur ditempatkan dalam suatu sumber energi kalor (sumber pengeksitasi),
maka elektron di orbital paling luar atom tersebut yang tadinya dalam keadaan dasar atau
groud state akan tereksitasi ke tingkat-tingkat energi elektron yang lebih tinggi. Karena
keadaan tereksitasi itu merupakan keadaan yang sangat tidak stabil maka elektron yang
tereksitasi itu secepatnya akan kembali ke tingkat energi semula yaitu kekeadaan dasarnya
(ground state). Pada waktu atom yang tereksitasi itu kembali ketingkat energi lebih
rendah yang semula, maka kelebihan energi yang dimilikinya sewaktu masih dalam
keadaan tereksitasi akan dibuang keluar berupa emisi sinar dengan panjang gelombang
yang karakteristik bagi unsur yang bersangkutan.
Spektroskopi Emisi Atom dikenal sebagai fotometri nyala api gas, yang sering terlihat
sebagai pancaran kuning dari natrium klorida yang dimasukkan ke dalam nyala. Nyala api
unggun yang kayu bakarnya terbasahi oleh larutan garam dan pancaran kembang api yang
berwarna- warni. Dalam spektroskopi pancaran, nyala api gas merupakan sumber yang
memiliki energi paling rendah dan mengeksitasi paling sedikit unsur ( 50 unsur logam).
Misalnya campuran gas Acetilen dan O2 murni hanya akan menghasilkan suhu
sekitar 3000oC. Dengan kombinasi gas ini maka unsur-unsur yang dapat dieksitasikan
dengan menghasilkan intensitas sinar emisi yang baik biasanya adalah logam-logam alkali
(Na, K, Li, Ca dll). Sedangkan untuk mengeksitasikan atom logam-logam yang lebih
berat maka diperlukan nyala api dengan kombinasi gas lain yang dapat memberikan suhu
lebih tinggi dan juga memberikan energi kalor yang lebih tinggi.
Oleh karena itu telah diusahakan adanya sumber-sumber pengeksitasi atom yang
dapat menghasilkan energi kalor yang lebih tinggi. Ada dua jenis sumber pengeksitasi
yang mampu memberikan energi kalor dan suhu yang lebih tinggi, yaitu bunga api
listrik yang disebut Arc atau Spark dan Plasma yang ditimbulkan secara induksi

(Inductively Couple plasma atau ICP). Dengan kedua jenis sumber eksitasi ini maka
hampir semua unsur logam dapat dieksitasikan.
Bunga api listrik atau awan muatan listrik (electrical discharge) adalah loncatan
muatan listrik antara ujung batang elektroda dan sampel dimana ujung elektroda dan
sampel tidak saling bersentuhan dan apabila antara keduanya diberikan tegangan listrik
yang tinggi, maka akan terjadi loncatan muatan elektron dan akan menimbulkan tahanan
sehingga hal ini akan menimbulkan kalor yang sangat tinggi, Suhu yang dihasilkan oleh
muatan listrik tersebut berkisar antara 4000oC sampai dengan 7000oC. Jadi jauh lebih
tinggi dari pada yang dihasilkan oleh nyala api gas acetilen dan O2.

Prinsip Instrumen Spektroskopi Emisi Atom


c. Spektroskopi Fluoresensi
Fluoresensi adalah emisi cahaya setelah penyerapan sinar ultraviolet (UV) atau
cahaya tampak oleh molekul fluoresensi atau substruktur disebut fluorophore. Dengan
demikian, fluorophore menyerap energi dalam bentuk cahaya pada panjang gelombang
spesifik dan membebaskan energi dalam bentuk cahaya yang dipancarkan pada panjang
gelombang yang lebih tinggi.
Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi setelah
tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Emisi cahaya terjadi karena proses
absorbsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom tereksitasi. Keadaan
atom yang tereksitasi akan kembali keadaan semula dengan melepaskan energi yang
berupa cahaya (deeksitasi). Fluoresensi merupakan proses perpindahan tingkat energi dari
keadaan atom tereksitasi menuju ke keadaan stabil (ground states). Proses fluoresensi
berlangsung kurang lebih 1 nano detik sedangkan proses fosforesensi berlangung lebih
lama, sekitar 1 sampai dengan 1000 mili detik.
Pengukuran intensitas fluoresensi dapat dilakukan dengan suatu fluorometer filter
sederhana. Instrument yang dipergunakan bermacam-macam mulai dari yang paling
sederhana (filter fluorometer) sampai ke yang sangat kompleks yaitu spektrofotometer.
Komponen-komponen utama dari masing-masing instrument ini yaitu :

Gambar komponen-komponen utama masing-masing instrumen


a. Sumber energi eksitasi
Banyak terdapat sumber radiasi. Lampu merkuri relatif stabil dan memancarkan energi
terutama pada panjang gelombang diskret. Lampu tungsten memberikan energi kontinyu
di daerah tampak. Lampu pancar xenon bertekanan tinggi seringkali digunakan pada
spektrofluorometer karena alat tersebut merupakan sebuah sumber

dengan intensitas

tinggi yang menghasilkan energi kontinyu dengan intensitas tinggi dari ultraviolet sampai
inframerah. Pada filter fluorometer ( fluorimeter ) digunakan lampu uap raksa sebagai
sumber cahaya dan energi eksitasi diseleksi dengan filter. Pada spektrofluorimeter
biasanya digunakan lampu Xenon ( 150 W ) yang memancarkan spectrum kontinu dengan
panjang gelombang 200-800nm. Energi eksitasi diseleksi dengan monokromator eksitasi (
grating ).
b. Kuvet untuk sample
Sel spesimen yang digunakan dalam pengukuran fluoresensi dapat berupa sel empat
persegi panjang (kuvet). Ukuran spesimen uji yang sesuai adalah 2 ml sampai 3 ml, tetapi
beberapa instrumen dapat disesuaikan dengan sel-sel kecil yang memuat 100 l hingga
300 l atau dengan pipa kapiler yang hanya memerlukan jumlah spesimen yang kecil.
Bila panjang gelombang untuk eksitasi di atas 320nm dapat digunakan kuvet dari gelas,
akan tetapi untuk eksitasi pada panjang gelombang yang lebih pendek digunakan kuvet
dari silika. Kuvet tidak boleh berfluoresensi dan tidak boleh tergores karena dapat
menghamburkan.
c. Detektor
Pada umumnya fluorometer menggunakan tabung-tabung fotomultiplier sebagai
detektor, banyak tipe dari jenis tersebut yang tersedia dan masing-masing mempunyai ciri

khusus yang berkenaan dengan daerah spektral dengan kepekaan maksimum. Arus foto
diperbesar dan dibaca pada sebuah meter atau perekam. Seperti pada spektrofotometri,
detektor yang biasa digunakan adalah fotomultiplier tube atau thermocouple. Pada
0

umumnya, detektor ditempatkan di atas sebuah poros yang membuat sudut 90 dengan
berkas eksitasi. Geometri sudut siku ini memungkinkan radiasi eksitasi menembus
spesimen uji tanpa mengkontaminasi sinyal luaran yang diterima oleh detektor fluoresensi.
Akan tetapi tidak dapat dihindarkan detektor menerima sejumlah radiasi eksitasi sebagai
akibat sifat menghamburkan yang ada pada larutan itu sendiri atau jika adanya debu atau
padatan lainnya. Untuk menghindari hamburan ini maka digunakan instrument yang
bernama filter.
d. Sepasang filter atau monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang eksitasi
dan emisi.
Fluorometer
Filter pertama hanya meneruskan cahaya ultraviolet dari sumber cahaya yaitu radiasi
dengan panjang gelombang yang cocok untuk eksitasi specimen uji. Filter kedua
meloloskan hanya panjang gelombang yang sesuai dengan fluoresensi maksimum dari zat
yang diperiksa dan menahan setiap cahaya eksitasi yang terhambur. Jenis filter kedua ini
biasanya yang menahan panjang gelombang pendek.

Persoalan yang dihadapi pada

pemilihan filter yaitu panjang gelombang yang lebih panjang yang diteruskan oleh filter
pertama juga lolos pada daerah panjang gelombang yang lebih pendek dari filter kedua,
sehingga menghasilkan blangko yang tinggi. Disamping itu sukar untuk mendapatkan
filter dengan panjang gelombang yang cocok dengan radiasi eksitasi karakteristik untuk
sample.
Spektrofluorimeter
Ini menggunakan sepasang monokromator (grating) untuk menyeleksi radiasi eksitasi
dan emisi yang lebih akurat (memberikan kepekaan yang tinggi) sehingga kesulitankesulitan tersebut diatas dapat diatasi. Monokromator pertama mendispersikan cahaya dari
sumber cahaya sehingga menghasilkan radiasi eksitasi yang monokromatis. Sample yang
tereksitasi

kemudian

berfluoresensi

sehingga

merupakan

sumber

cahaya

bagi

monokromator kedua. Dengan alat ini dapat dibuat spekrum eksitasi maupun emisi.
Prinsip Spektroskopi Fluoresensi
Pada fluorometri larutan zat disinari dengan sinar yang panjang gelombangnya di sekitar
panjang gelombang penyerapan maksimum yang berasal dari lampu raksa atau lampu pijar

yang telah disekat dengan filter. Sinar fluoresensi dibebaskan dari sinar hamburan dengan
melewatkan sinar melalui filter atau monokromator.
Fluorimetri
Fluorimetri adalah metode analisa yang erat hubungannya dengan spektrofotometri.
Energi yang diserap oleh molekul untuk transisi elektronik ke level energi yang lebih
tinggi (first excited singlet) harus dilepaskan kembali pada waktu kembali ke level energi
terendah (ground singlet). Energi yang dilepaskan ini dapat berupa panas dan untuk
beberapa molekul tertentu sebagian dari energi yang diserap dipancarkan kembali berupa
cahaya (fluoresensi). Apabila terjadi transisi dari first excited singlet ke lowest triplet
state (intersystem crossing), maka elektronik state disebut fosforesensi. Umur dari
-4

fosforesensi (triplet state) lebih lama (10 detik sampai beberapa hari). Jika dibandingkan
-8

dengan fluoresensi (singlet excited state) yaitu sekitar 10 detik. Transisi energi yang
terjadi pada waktu eksitasi (absorbsi), fluoresensi dan fosforesensi dapat dilihat pada
diagram berikut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Absorpsi merupakan suatu berkas radiasi elektromagnetik, bila dilewatkan melalui
sampel kimia, sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnetik ditransfer ke atom atau
molekul dalam sampel, berarti pertikel terpromosikan dari tingkat energi yang lebih
rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi yaitu tingkat tereksitasi, sedangan emisi
radiasi merupakan radiasi elektromagnetik di hasilkan bila ion, atom atau molekul
tereksitasi kembali ketingkat energi lebih rendah atau energi dasar. Eksitasi dapat
dilakukan dengan nyala, bunga api atau loncatan listrik. Partikel teradiasi menghasilkan
radiasi dengan panjang gelombang tertentu, suatu spektrum garis.
Prinsip analisis dengan SSA (Spektroskopi Serapan Atom) adalah interaksi antara
energi radiasi dengan atom unsur yang dianalisis. AAS banyak digunakan untuk analisis
unsur. Atom suatu unsur akan menyerap energi dan terjadi eksitasi atom ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan
melepaskan sebagian atau seluruh tenaga eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekuansi radiasi
yang dipancarkan karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya sebanding dengan
jumlah atom yang tereksitasi yang kemudian mengalami deeksitasi. Teknik ini dikenal
dengan SEA (spektroskopi emisi atom).

Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi setelah
tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Emisi cahaya terjadi karena proses
absorbsi cahaya oleh atom

yang

mengakibatkan

keadaan

atom

tereksitasi.

Komponen-komponen utama dari fluorometer filter sederhana Sumber energi, Kuvet,


Detektor, dan monokromator. Prinsip dari spektroskopi yaitu pada fluorometri larutan zat
disinari dengan sinar yang panjang gelombangnya di sekitar panjang gelombang
penyerapan maksimum yang berasal dari lampu raksa atau lampu pijar yang telah disekat
dengan filter. Sinar fluoresensi dibebaskan dari sinar hamburan dengan melewatkan sinar
melalui filter atau monokromator.

DAFTAR PUSTAKA
Ackerman, Eugene. Dkk. 1988. Ilmu Biofisika. Surabaya : Airlangga University Press
Anshori, Jamaludin. 2005. Spektometri Serapan Atom. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Khopkar, S.M., 2008. Konsep Dasar Kmia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Kusumawati, Dewi Ramandhani. 2010. Spektometri Serapan Atom. Yogyakarta.
Sari, Dyah Kumala. 2009. Spektometri Serapan Atom. Yogyakarta.
Underwood, A.L., dan R.A. Day, JR., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam,
diterjemahkan oleh DR. Ir. Lis Sopyan, M.Eng. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai