Anda di halaman 1dari 17

Makalah Karakterisasi Kimia Material

Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Disusun Oleh :
Aldi Alfarizi ( 1606826703 )
Dias Ade Nugraha ( 1606825865 )
Farid Miftahul Rozaq ( 1606892384 )

Universitas Indonesia
Depok
2017
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih dan rahmat-Nya, makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
serta memahami dan mengerti tentang Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS).
Namun, dalam penulisan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu,
kami mohon kritik dan saran dari pembaca.

Demikian makalah ini penulis buat, atas perhatian serta kritik dan sarannya, kami
ucapkan terima kasih.

Depok, 28 November 2017

Penulis

2
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) merupakan salah satu jenis analisa dengan
prinsip spektrofometri yang dasar pengukurannya adalah pengukuran serapan suatu sinar
oleh suatu atom, sedangkan pada sinar-sinar yang tidak diserap, diteruskan dan diubah
menjadi sinyal listrik yang terukur. AAS banyak digunakan untuk analisa logam, karena
disamping sederhana, AAS mempunyai sifat sensitif dan selektif.
AAS sendiri muncul karena berkembangnya teknologi yang memungkinkan analisa
berdasarkan gelombang dapat dilakukan. Hal ini jelas mempermudah orang-orang yang
hendak melakukan analisa kimia khususnya secara kuantitatif. Oleh karena itu, munculnya
teknologi untuk menunjang AAS merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi dunia IPTEK.
AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga
dikenal sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS.
Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat
memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan
adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan
atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat
AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur
fotometerik.
Selain dengan metode absorbsi atom unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga
dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi
hanya dapat dilakukan dengan fotomeetri nyala. Untuk analisisi dengan garis spektrum
resonansi antara 200-300 nm, metode AAS lebih baik dari fotometri nyala.
Kemonokromatisan dalam AAS merupakan syarat utama.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah prinsip dasar dan prinsip kerja AAS?

2. Bagaimanakah penerapan AAS dalam proses analisa kimia?

3. Apa saja keuntungan dan kerugian dengan menggunakan metode AAS?

4. Apakah saja gangguan yang biasa muncul pada metode AAS?

3
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini merupakan sebagai pertanggungjawaban kami atas tugas
yang telah diberikan, dan juga merupakan suatu alat dan cara kami agar dapat mendalami
mengenai Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau Spektrofotometri Serapan
Atom.

Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Atomic Absorption Spectrophotometry ( AAS )
Atomic Absorbtion Spectroscopi (AAS) adalah spektroskopi yang berprinsip pada
serapan cahaya oleh atom. Atomatom menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang tersebut
mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi
elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorbsi energi, terdapat lebih banyak
energi yang akan dinaikkan dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi dengan tingkat
eksitasi yang bermacam-macam.
B. Prinsip Dasar mengenai Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan
garis spectrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum, yangdikenal
dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa pita-
pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan
proses atomisasinya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang
mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut
akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya
atom bebas logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi diturunkan dari:
Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan intensitas cahaya:
It = I0e -abc
A= -log [It / I0] = Ebc

4
Dimana:
I0 = intensitas sumber sinar
It= intensitas sinar yang diteruskan
E= absortivitas molar
b = panjang medium
c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = absorbans

Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).
Teknik analisis AAS berdasarkan pada penguraian molekul menjadi atom (atomisasi)
dengan energi dari api atau arus listrik. Sebagian besar atom akan berada pada ground
state, dan sebagian kecil (tergantung suhu) yang tereksitasi akan memancarkan cahaya
dengan panjang gelombang yang khas untuk atom tersebut ketika kembali ke ground
state. Sumber cahaya yang digunakan pada AAS adalah sumber cahaya nyala zat yang
akan diukur konsentrasiya. Hollow-Cathode Lamp menggunakan katoda logam murni
zat yang akan diuji, sehingga ketika katoda terekspos energi atom logam tervaporasi
dan menghasilkan cahaya dengan frekuensi yang sama dengan dengan frekuensi
terserap oleh analit pada nyala api.

C. Bagian-Bagian pada AAS


Pada alat SSA terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang menghasilkan
atom-atom gas bebas dalam keadaaan dasarnya dan suatu sistem optik untuk
pengukuran sinyal. Suatu skema umum dari alat SSA adalah sebagai berikut:

5
Berikut adalah bagian-bagian dari AAS:
1. Lampu Katoda
Sumber cahaya yang digunakan dalam alat AAS ialah lampu katoda berongga (hollow
cathode lamp). Lampu ini terdiri dari suatu katoda dan anoda yang terletak dalam
suatu silinder gelas berongga yang terbuat dari kwarsa. Katoda terbuat dari logam
yang akan dianalisis. Silinder gelas berisi suatu gas lembam pada tekanan rendah.
Ketika diberikan potensial listrik maka muatan positif ion gas akan menumbuk katoda
sehingga tejadi pemancaran spektrum garis logam yang bersangkutan.

6
Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu
katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan
diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu.
Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus,
hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk
memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket
pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-
empat besi lainnya. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk
memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi.
Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat
menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar. Cara pemeliharaan lampu katoda
ialah bila setelah selesai digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit
AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus
penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu
pemakaian dicatat.
2. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20000K, dan ada juga
tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran
suhu 30000K. regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan
banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator. Merupakan pengatur tekanan yang berada
di dalam tabung. Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas
tersebut, yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit
air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa
tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu
dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat apakah
ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif
bocor.
Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak

7
akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar
karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat
membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.
3. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran
pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap
bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan
sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di
dalam ducting, agar ppolusi yang dihasilkan tidak berbahaya. Cara pemeliharaan
ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal, agar bagian atas
dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya yang
dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang
masuk ke dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena
bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk
menghisap hasil pembakara yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui
cerobong asap yang terhubung dengan ducting
4. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat iniberfungsi
untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu
pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada
bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah
merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai
pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada
belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai
penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar
bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri meerupakan
posisi tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat
mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat
menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak
menjadi basah., dan uap air akan terserap ke lap.

8
5. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang
berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal
dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator
dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama 15 menit, hal ini
merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian.
Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan
standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna
oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa
larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat
pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi
rendah ke energi tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-
beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi
logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu
banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik,
dan paling panas, dengan konsentrasi.

9
6. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian
rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi
dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel,
sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi
dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS
atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses
pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau
wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila buan
gan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit,
agar tidak kering.
7. Detektor dan Sistem Elektronik
Energi yang diteruskan dari sel atom harus diubah ke dalam bentuk sinyal listrik
untuk kemudian diperkuat dan diukur oleh suatu sistem pemproses data. Proses
pengubahan ini dalam alat SSA dilakukan oleh detektor. Detektor yang biasa
digunakan ialah tabung pengganda foton (photomultiplier tube), terdiri dari katoda
yang dilapisi senyawa yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu
mengumpulkan elektron. Ketika foton menumbuk katoda maka elektron akan
dipancarkan, dan bergerak menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-
dinoda yang mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang
sampai menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk
menambah kinerja alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada instrumen
utama maupun pada alat bantu lain seperti autosampler.

10
D. Prinsip Kerja

Atom bebas (gas) yang dihasilkan pada atomizer dapat menyerap radiasi pada
frekuensi yang spesifik. Jika sinar radiasi monokromatik dilewatkan melalui atom
elemen, tingkat penurunan intensitas akan sebanding dengan konsentrasi. Konsentrasi
analit dapat dihitung dari jumlah absorban.
Spektrometer api umumnya menggunakan pembakar premix. Bahan bakar, oksidan,
dan sampel akan dicampur sebelum dimasukkan ke dalam api pada spektrometer jenis
ini. Larutan sampel ditarik ke nebulizer pneumatik dengan aliran cepat oksidan
(biasanya berbentuk udara) melewati ujung kapiler sampel. Cairan akan berubah
menjadi kabut halus saat meninggalkan kapiler. Semprotan diarahkan ke kaca, di
mana tetesannya masuk ke partikel yang lebih kecil. Pembentukan tetesan kecil
disebut nebulisasi. Campuran halus partikel cair (atau padat) dalam gas disebut
aerosol.

11
Cairan yang menetes dan masuk ke api akan menguap; Kemudian uap padat yang
tersisa menguap dan terurai menjadi atom. Banyak unsur membentuk oksida dan
hidroksida di kerucut luar. Molekul tidak memiliki spektrum yang sama dengan atom,
jadi sinyal pendeteksian atom rendah. Molekul juga memancarkan radiasi luas yang
harus dikurangkan dari sinyal atom yang tajam. Jika nyala api relatif kaya akan bahan
bakar, kelebihan karbon cenderung mengurangi oksida logam dan hidroksida
sehingga meningkatkan sensitivitasnya. Nyala tipis, dengan oksidan berlebih, lebih
panas. Unsur-unsur yang berbeda membutuhkan api kaya atau ramping untuk analisis
terbaik. Tinggi pada nyala api dimana penyerapan atom maksimum atau emisi diamati
bergantung pada elemen yang diukur dan laju alir sampel, bahan bakar, dan
oksidator.

Rumusan hukum Lambert Beer menunjukan bahwa besarnya nilai absorbansi


berbanding lurus dengan konsentrasi. Berdasarkan penelitian, kelinieran hokum
Lamber-Beer umumnya hanya terbatas pada nilai absorban 0,2 sampai dengan 0,8.

Seperti umumnya pada peralatan spektrometer, analisa kuantitatif suatu sampel


berdasarkan Hukum Lambert-Beer, yaitu :
=

12
Keterangan:

= absorbansi

= absorptivitas molar

b = lebar sampel yang dilalui sinar

C = Konsentrasi zat

Salah satu contoh atomisasi adalah dengan nyala :

Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu
1700 C atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan
cara memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu
nyala yang diperlukan untuk atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat
ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan
bakar dan oksidan yang berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.

Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:

Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang
akan dianalisa

Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.

Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan

Gas cukup murni dan bersih (UHP)

Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu nyala 1900
2000 C), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 3000 C), Udara : propana (suhu nyala 1700
1900 C). Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala. Suhu nyala
tergantung perbandingan gas bahan bakar dan oksidan.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :

Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil.
Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah korosi.

Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur
yang dianalisa.

13
Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :

Tidak mudah meledak bila kena panas

Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL

Mempunyai titik didih > 100 C

Mempunyai titik nyala yang tinggi

Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon

Pembuatan atom bebas dengan menggunakan nyala (Flame AAS)

Misal : Suatu larutan MX, setelah dinebulisasi ke dalam spray chamber sehingga
terbentuk aerosol kemudian dibawa ke dalam nyala oleh campuran gas oksidan dan
bahan bakar akan mengalami proses atomisasi

E. Keunggulan/ Kelebihan AAS


Keuntungan metoda AAS adalah:
Spesifik
Batas (limit) deteksi rendah
Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh
sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)
Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)

F. Kelemahan Metode AAS


Analisis menggunakan AAS ini terdapat kelemahan, karena terdapat beberapa sumber
kesalahan, diantaranya: Sumber kesalahan pengukuran yang dapat terjadi pada pengukuran
menggunakan AAS dapat diprediksikan sebagai berikut :

1. Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti :


Proses destruksi yang kurang sempurna
Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama
Kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks sampel dan matriks
standar
Aliran sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada penyumbatan pada
jalannya aliran sampel.

14
2. Gangguan kimia berupa :
Disosiasi tidak sempurna
Ionisasi
Terbentuknya senyawa refraktori

G. Penerapan Spektroskopi Serapan Atom (AAS) Dalam Analisis Kimia


Keunggulan serapan atom tentu saja adalah kepekaan. Dalam satu segi, serapan atom
menyolok sekali bebasnya dari gangguan. Perangkat tingkat-tingkat energi elektronik untuk
sebuah atom adalah unit untuk unsur itu. Ini berarti bahwa tidak ada dua unsur yang
memperagakan garis-garis spektral yang eksak sama panjang gelombangnya. Sering kali
terdapat garis-garis untuk satu unsur yang sangat dekat pada beberapa garis unsur yang lain,
namun biasanya untuk menemukan suatu garis resonansi untuk suatu unsur tertentu, jika tak
terdapat gangguan spektral oleh unsur lain dalam sampel.
Gangguan utama dalam serapan atom adalah efek matriks yang mempengaruhi proses
pengatoman. Baik jauhnya disosiasi menjadi atom-atom pada suatu temperatur tertentu
maupun laju proses bergantung sekali pada komposisi keseluruhan dari sampel. Misalnya jika
suatu larutan kalsium klorida dikabutkan dan dilarutkan partikel-partikel halus CaCl2 padat
akan berdisosiasi menghasilkan atom Ca dengan jauh lebih mudah daripada paertikel kalsium
fosfat, Ca3(PO4)2.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang dieksistensikan dengan makin banyaknya publikasi
penelitian dalam bidang spektroskopi serapan atom, tampak bahwa tekhnik spektroskopi
serapan atom masih dalam taraf penyempurnaan

H. Gangguan-Gangguan Dalam Metode AAS


Gangguan kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksi kimia dengan anion
atau ketion tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak semua analit dapat
teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1)
penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi, 2) penambahan zat kimia lain yang dapat
melepaskan kation atau anion pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang
ditambahkan disebut zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent).

Gangguan Matrik
Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam atau asam, atau bila pelarut
yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu nyala untuk larutan
sampel dan standar berbeda. Gangguan ini dalam analisis kualitatif tidak terlalu bermasalah,
tetapi sangat mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam
analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis penambahan satandar (Standar Adisi).

15
Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu melepaskan
elektron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini mengurangi
jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang juga. Untuk mengatasi masalah
ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang
lebih elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. Penambahan ini
dapat mencapai 100-2000 ppm.
Absorpsi Latar Belakang (Back Ground)
Absorpsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi oleh nyala api, absorpsi
molekular, dan penghamburan cahaya.

Bab III
Kesimpulan
Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) adalah salah satu jenis analisa dengan
prinsip spektrofometri yang dasar pengukurannya adalah pengukuran serapan suatu sinar
oleh suatu atom, sedangkan pada sinar-sinar yang tidak diserap, diteruskan dan diubah
menjadi sinyal listrik yang terukur. Suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi
radiasi oleh atom bebas.
Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Hal ini disebabkan sebelum
pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur ( sampel ) karena kemungkinan
penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan jika katoda berongga yang
diperlukan tersedia.
Pada percobaan AAS memiliki keunggulan, yaitu Spesifik, Batas deteksi rendah, dapat
diaplikasikan pada unsur unsur yang berbeda. Sedangkan kekurangannya ialah kurang
preparasi sampel dan mudah terkait dengan gangguan kimia. Dan juga terdapat gangguan
secara umum; yaitu Gangguan Matrik, Gangguan Kimia, Gangguan Ionisasi, dan Absorpsi
latar belakang.

16
Referensi :

https://www.academia.edu/6926100/DASAR_TEORI_AAS_Spektrofotometri_Se
rapan_Atom
http://chemistry.tutorvista.com/inorganic-chemistry/atomic-absorption-
spectroscopy.html
https://www.slideshare.net/sharmasuriti/atomic-absorption-spectroscopy-
15185397
http://chemicalinstrumentation.weebly.com/flame-aas.html
https://www.lpdlabservices.co.uk/analytical_techniques/chemical_analysis/atomi
c_absorbance.php
e-book Quntitative Chemical Analysis

17

Anda mungkin juga menyukai