Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
- Menggunakan alat spektrofotometri serapan atom
- Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri serapan atom
a. Sumber Radiasi
b. Burner
c. Monokromator
d. Detektor
e. Amplifier
f. Display (Readout)
Sumber Cahaya
Karena lebar pita pada absorpsi atom sekitar 0.001 nm, maka tidak mungkin untuk
menggunakan sumber cahaya kontinyu seperti pada spektrometri molekuler dengan dua
alasan utama sebagai berikut:
Pita-pita absorpsi yang dihasilkan oleh atom-atom jauh lebih sempit dari pita-pita yang
dihasilkan oleh spektrometri molekul. Jika sumber cahaya kontinyu digunakan, maka pita
radiasi yang diberikan oleh monokromator jauh lebih lebar daripada pita absorpsi, sehingga
banyak radiasi yang tidak mempunyai kesempatan untuk diabsorpsi yang mengakibatkan
sensitifitas atau kepekaan SSA menjadi jelek.
Karena banyak radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh atom, maka sumber
cahaya kontinyu yang sangat kuat diperlukan untuk menghasilkan energi yang besar di dalam
daerah panjang gelombang yang sangat sempit atau perlu menggunakan detektor yang jauh
lebih sensitif dibandingkan detektor fotomultiplier biasa, akan tetapi di dalam prakteknya hal
ini tidak efektif sehingga tidak dilakukan.
Secara umum, hukum Beer tidak akan dipenuhi kecuali jika pita emisi lebih sempit
dari pita absorpsi. Hal ini berarti bahwa semua panjang gelombang yang dipakai untuk
mendeteksi sampel harus mampu diserap oleh sampel tersebut
Jenis-jenis nyala
Ada 3 jenis nyala dalam spektrometri serapan atom yaitu:
- Udara-Propana
Jenis nyala ini relatif lebih dingin (1800C) dibandingkan jenis nyala lainnya. Nyala ini akan
menghasilkan sensitifitas yang baik jika elemen yang akan diukur mudah terionisasi seperti
Na, K, Cu.
- Udara-Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS. Nyala ini menghasilkan
temperatur sekitar 2300C yang dapat mengatomisasi hampir semua elemen. Oksida-oksida
yang stabil seperti Ca, Mo juga dapat analisa menggunakan jenis nyala ini dengan memvariasi
rasio jumlah bahan bakar terhadap gas pengoksidasi.
- Nitrous oksida-Asetilen
Jenis nyala ini paling panas (3000C), dan sangat baik digunakan untuk menganalisa sampel
yang banyak mengandung logam-logam oksida seperti Al, Si. Ti, W.
Proses Emisi
Proses yang terjadi karena atom menerima energi pengeksitasi dalam bentuk energi
panas dinyala, sebagaian dari energi tersebut digunakan untuk mengeksitasi atom. Dalam
eksitasi, atom mengalami perpindahan ke tingkat yang lebih tinggi lalu pada saat atom
tersebut kembali ke keadaan dasar terjadi pelepasan energi yang berbentuk gelombang
elektromagnetik berupa sinar emisi yang akan dipancarkan ke segala arah sehingga intensitas
sinar yang sampai ke detektor hanya sebagian kecil saja.
Proses Absorpsi
Proses absorpsi terjadi karena seberkas sinar dengan panjang gelombang tertentu
melewati media pengabsorpsi yang terdiri dari atom. Atom yang mengabsorpsi energi cahaya
tersebut akan mengubah atom menjadi atom yang tereksitasi, sedangkan energi yang tidak
diserap akan ditransmisikan.
Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :
a. Sistem Atomisasi dengan nyala
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu
1700 C atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara
memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang
diperlukan untuk atomisasi setiap unsur berbeda.
Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi
penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan memberikan sensitivitas yang
berbeda pula. Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:
- Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan
dianalisa
- Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan
- Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
- Gas cukup murni dan bersih (UHP)
Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu nyala 1900
2000 C), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 3000 C), Udara : propana (suhu nyala 1700 1900
C).
Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala. Suhu nyala tergantung
perbandingan gas bahan bakar dan oksidan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi
dengan nyala :
1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil.
Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah korosi.
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur yang
dianalisa.
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
o Tidak mudah meledak bila kena panas
o Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
o Mempunyai titik didih > 100 C
o Mempunyai titik nyala yang tinggi
o Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon
Pemilihan Nyala :
Dalam analisis aas biasanya ada empat jenis nyala yang didasarkan pada sifat-sifat
unsur karena dari keempat jenis nyala tersebut sealin berbeda dalam suhu nyala juga berbeda
dalam daya perduksi, transmitans, dsb. Keempat nyala terebut yaitu :
a. Nyala Udara-Asetilen
Untuk analisis aas yang paling sesuai dan paling umum digunakan adalah nyala udara
asitilen. Akan tetapi unsur-unsur yang oksidanya mempunyai energi disosiasi tinggi tidak
mungkin dianalisis dengan nyala ini karena pada suhu rendah akan menghasilkan sensitivitas
yang rendah. Nyala udaraa-asitilen mempunyai transmitan rendah pada daerah panjang
gelombang yang pendek ( ultraviolet).
b. Nyala N2O-Asetilen
Suhu nyala ini sangat tinggi akrena dinitrogen oksida mempunyai daya pereduksi yang
kuat sehingga N2O asitilen dapat digunakan untuk analisis yang unsur-unsurnya sulit
diuraikan atau sulit dianalisis dengan nyala lain. Jika unsur-unsur yang seuai dengan nyala
udara-sitilen dilakukan analisis dengan nyala ini maka asensitivitasnya akan menurun, hal ini
disebabkan oleh jumlah atom dalam keadaan terekitasi bertambah sedangkan atom-atom
dalam keadaan dasar menurun dan jumlah atom-atom yang terurai akan terionisasi lebih
lanjut oleh kenaikan suhu.
c. Nyala Udara-Hidrogen
Dibandingkan dengan nyala udara asitilen nyala ini mempunyai transmitan yang baik
pada daerah panjang gelombang pendek yaitu unuk analisis spektrum pada daerah 230 nm.
Nyala udara ini efektif untuk analisis unsur Pb, Cd, Sn, dan Zn selain sesuai nyala ini
mempunyai sensitivitas yang tinggi dengan unsur diatas. Tetapi nyala ini lebih rendah sedikit
daripada nyala udara-asitilen sehingga cendrung lebih banyak mengakibatkan interfernsi.
d. Nyala Argon-Hidrogen
Nyala ini mempunyai transmitan yang lebih baik daripada nyala udara-hidrgen pada
daerah panjang gelombang pendek, nyala ini sesuai untuk analisis unsur As (192,7 nm) dan
Se (196 nm)
Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se, Sb
yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 C sehingga atomisasi
dilakukan dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai menjadi
atom-atomnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg).
b) Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen.
Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi
gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30.000K. Regulator pada
tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan
gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan
pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan
mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila
terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang
keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada
bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka
tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan
minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung
dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang
dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.
c) Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran
pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan,
agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang
dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi
yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal,
agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya
yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang
masuk ke dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena
bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk
menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong
asap yang terhubung dengan ducting
d) Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi
untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran
atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan
disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat
penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan,
merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air yang
dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah,
oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung
dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
e) Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata,
dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada
burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api. Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan,
selang aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama 15 menit, hal ini
merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang
aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan
diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan
burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen.
Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih
dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan,
akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi
f) Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar
sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan
proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang
dihasilkan akan terlihat buruk
g) Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak
spectrum yang dahasilkan oleh lampu piar hollow cathode atau untuk merubah sinar
polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.
Macam-macam monokromator yaitu prisma, kaca untuk daerah sinar tampak, kuarsa
untuk daerah UV, rock salt (kristal garam) untuk daerah IR dan kisi difraksi.
h) Detector
Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector panas
biasa dipakai untuk mengukur radiasi inframerah termasuk thermocouple dan bolometer.
Detector berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah
menjadi energy listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan penguatan
dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka. Ada dua macam
deterktor sebagai berikut:
- Detector Cahaya atau Detector Foton
Detector foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam halini setiap foton akan
membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang sensitif terhadap cahaya.
Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.
- Detector Infra Merah dan Detector Panas
Detector infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul
jika dua logam yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu.
B. Setting Instrumen
1. Menghidupkan computer
2. Memilih icon GBC versi 1.33, mengklik dua kali. Menunggu hingga selesai
3. Mengklik metode, lalu mengatur dengan ketentuan berikut :
- Description (mengatur unsure yang akan diamati, memasukkan nama unsur atau mengklik
pada tabel system perioda)
- Instrumen (memasukkan arus lampu dan panjang gelombang maksimum, sesuai table
didalam kotak lampu)
- Measurement (pilihan integration, memasukkan waktu pembacaan dan jumlah replica yang
akan digunakan)
- Kalibrasi (memilih linier least square trought zero)
- Standard (menambahkan atau mengurangi row sesuai jumlah standar yang digunakan)
- Quality (membiarkan seperti apa adanya)
- Flame (memilih tipe nyala api pembakaran, memilih Air-Acetylen)
4. Meng-klik sampel
Menambahkan atau mengurangi row untuk sampel yang digunakan
5. Meng-klik analisis
Menghubungkan dengan file, membiarkan seperti adanya
6. Meng-klik result
Menampilkan layar untuk pengamatan hasil
C. Persiapan Sampel
Menyiapkan sampel, mengencerkan bila perlu (koordinasi dengan instruktur)
D. Pengukuran Sampel
1. Menekan air acytelence diikuti IGNITION (penyalaan)
2. Meng-klik START pada aplikasi window, menunggu sampai terbaca instrument ready di
bagian bawah layar
3. Meng-klik ZERO pada window, menunggu hingga instrument ready muncul
4. Computer akan meminta cal blank (aspirasikan larutan pengencer), aquadest yang
digunakan, meng-klik OK, program akan mengukur blanko
5. Setelah blanko selesai, program akan meminta standar 1, mengaspirasikan larutan standar 1,
meng-klik OK. Melakukan pengulangan untuk seluruh larutan standar
Setelah semua larutan standar, program akan meminta sampel, mengaspirasikan sampel
secara berurutan. Data akan tampil dilayar, hasil pengukuran sampel juga akan tampil dalam
bentuk konsentrasi langsung.
DAFTAR PUSTAKA
http://hilda-rosalina.blogspot.com/2012/08/spektrofotometer-serapan-atom.html
http://deerakusuma.files.wordpress.com/2012/11/laporan-aas.pdf