OLEH:
SARTIANA UDIN
G2L122002
JURUSAN S2-KIMIA
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis modern/ analisis instrumental adalah analisis yang dilakukan berdasarkan sifat
fisiko-kimia zat untuk keperluan analisisnya. Sifat fisiko-kimia zat sangat spesifik dan dapat
dideteksi dengan menggunakan peralatan khusus. Misalnya interaksi radiasi elektromagnetik
dengan sifat fisiko-kimia zat sehingga menimbulkan fenomena absorpsi, emisi, hamburan
yang kemudian dimanfaatkan untuk teknik analisis spektroskopi. Sifat fisiko–kimia lain seperti
pemutaran rotasi optik, hantaran listrik hantaran panas, beda partisi isi dan absorpsi diantara
dua fase dan resonansi magnet inti melahirkan teknik analisis modern yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis mineral dengan metode modern ?
2.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh Frounhofer, yang
pada saat itu menelaah garis-garis hitam pada spetrum matahari. Sedangkan yang
mememfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia
bernama Alan Walsh di tahun 1995. Sebelum ahli kimia banyak tergantung pada cara-
cara spektrofotometrik atau metode analis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan
memakan waktu, kemudian segera di gantikan dengan Spektroskopi Serapan Atom
atau Atomic Absorption Spectroscopy (ASS). Metode ini sangat tepat untuk analisis Zat
pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan di bandingkan
metode spektroskopi emisi konvensional. Memang selain dengan metode serapan
atom,unsur-unsur dengan energi eksitasi dapat juga dianalisis dengan fotometri
nyala,tetapi untuk unsure-unsur dengan energi eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan
dengan fotometri nyala Untuk analisis dengan garis spectrum resonansi antara 400-800
nm,fotometri nyala sangat berguna sedangkan antara 200-300 nm metode ASS lebih baik
daripada fotometri nyala.Untuk analisis kualitatif,metode fotometri nyala lebih disukai
dari ASS, karena ASS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode).
kemonokromatisan dalam ASS merupakan sarat utama. Dari segi biaya AAS lebih mahal
dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS
merupakan komplomenter satu sama lainnya.
2
Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelaombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
Misalkan Natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium
pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah
tingkat elektronik suatu atom. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak
energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi.
Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam-macam. Misalnya unsur Na dengan nomor
atom 11 mempunyai konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar untuk elektron
valensi 3S, artinya tidak memiliki kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi
ketingkat 3p dengan energi 2,2 eV ataupun ketingkat 4p dengan energi 3,6 eV, masing-
masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589nm dan 330 nm. Kita dapat
memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spektrum yang tajam
dan dengan intensitas maksimum, yang dikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain
yang bukan garis resonansi dapat berupa spektrum yang berasosiasi dengan tingkat energi
molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat
dasar yang disebabkan proses atomisasinya.
Prinsip pengukuran dengan metode AAS adalah adanya absorpsi sinar UV atau
Vis oleh atom-atom logam dalam keadaan dasar yang terdapat dalam “bagian pembentuk
atom”. Sinar UV atau Vis yang diabsorpsi berasal dari emeisi cahaya logam yang
terdapat pada sumber energi “HOLLOW CATHODE”. Sinar yang berasal dari
“HOLLOW CATHODE” diserap oleh atom-atom logam yang terdapat dalam nyala api,
sehingga konfigurasi atom tersebut menjadi keadaan tereksitasi. Apabila electron kembali
ke keadaan dasar “GROUND STATE” maka akan mengemisikan cahayanya. Besarnya
3
intensitas cahaya yang diemisikan sebanding dengan konsentrasi sampel (berupa atom)
yang terdapat pada nyala api.
2. Nyala Api, merupakan sel absorpsi yang menghasilkan sampel berupa atom-atom
A=εbC
Keterangan: A = absorbansi
ε = absorptivitas molar
C = Konsentrasi zat
Rumusan hokum Lambert Beer menunjukan bahwa besarnya nilai absorbansi berbanding
lurus (linear) dengan konsentrasi. Berdasarkan penelitian, kelinieran hokum Lamber-Beer
umumnya hanya terbatas pada nilai absorban 0,2 sampai dengan 0,8.
4
Hukum Lambert Beer dapat diterapkan pada metode standar biasa dan metode standar adisiad
2. 1. Pengukuran sampel dan standar dilakukan 1.Pengukuran sampel dan standar dilakukan
secara terpisah secara bersamaan
Prinsip Dasar
Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian molekul menjadi
atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang berada dalam keadaan dasar ini bisa
menyerap sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar, pada tahap ini atom akan berada pada
keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan pada
detektor, kemudian diubah menjadi sinyal yang terukur. Panjang gelombang sinar bergantung
pada konfigurasi elektron dari atom sedangkan intensitasnya bergantung pada jumlah atom dalam
keadaan dasar, dengan demikian AAS dapat digunakan baik untuk analisa kuantitatif maupun
kualitatif.
Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung sifat atau karakteristik
unsurnya. Misalkan Natrium menyerap pada 589 nm, Uranium pada 358 nm, sedangkan
Kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang tersebut memiliki cukup energi untuk
mengubah tingkat elektronik suatu atom. Dengan mengadsorpsi energi maka energi yang
diperoleh juga lebih banyak, sehingga suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat
energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasi tersebut juga bermacam-macam.
Langkah-langkah analisis dengan AAS :
1) Menyiapkan larutan standar
2) Preparasi sampel
3) Memilih garis resonansi
4) Optimasi kondisi alat
5
5) Membaca absorbansi larutan standar
6) Membaca absoransi larutan sampel
7) Mengintrapolasi absorbansi larutan sampel pada kurva linier.
3. Analisis Perhitungan AAS
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel
yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut
akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom
bebas logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi
diturunkan dari :
Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium
yang mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Dimana:
ε = absortivitas molar
b = panjang medium
Dengan
T = transmitan
6
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi atom.
Contoh:
Jika Absorbtivitas molar suatu kompleks berwarna pada 240 nm adalah 3,2 x 10 3 , hitung
absorbansi suatu larutan dengan konsentrasi 5,0 x 10-5 M bila lebar selnya 5 cm dan ukur
pada 240 nm !
Diketahui :
a = 3,2x103 cm-1 M-1
c = 3,2x10-5 M
b = 5 cm
Ditanya : A….?
A = abc
= 3,2x103 cm-1 M-1 x 3,2x10-5 M
= 80 x 10-2
Perhitungan AAS :
Di laboratorium, kelompok anda melakukan percobaan menggunakan alat AAS.
Untuk mengetahui konsentrasi cuplikan/sampel anda menggunakan suatu metode yang
dikenal sebagai metoda adisi standar. Anda memipet 10 mL larutan limbah yang
mengandung ion Pb ke dalam lima buah labu ukur 50 mL. Larutan standar Pb yang memiliki
konsentrasi 12,2 ppm ditambahkan masing – masing ke dalam labu ukur tersebut dalam
berbagai variasi volum. Campuran tersebut kemudian diencerkan sesuai volum labu ukur.
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
7
standar dan larutan sampel disebut sebagai Cs dan Cx. Volume larutan total dibuat tetap
yaitu VT.
𝑨𝑻 = 𝒌. 𝑪𝒂𝒏𝒂𝒍𝒊𝒕
dimana k adalah suatu tetapan yang bernilai konstan dan C(analit) merupakan
konsentrasi campuran dari larutan sampel dan larutan standar Pb. Apabila dihubungkan
dengan besaran Vs, Vx, Cs, Cx serta VT untuk soal ini, persamaan hukum Lambert-Beer
dapat diturunkan menjadi :
𝐴 𝑇 = 𝑘. 𝐶𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
𝑛𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑡
𝐴 𝑇 = 𝑘. ( )
𝑉𝑇
𝐶𝑠 . 𝑉𝑠 + 𝐶𝑥 . 𝑉𝑥
𝐴 𝑇 = 𝑘. ( )
𝑉𝑇
𝐶𝑠 . 𝑉𝑠 𝐶𝑥 . 𝑉𝑥
𝐴 𝑇 = 𝑘. ൬ ൰ + 𝑘. ൬ ൰
𝑉𝑇 𝑉𝑇
2. Bila intersep pada plot di atas bernilai a sedangkan kemiringan kurva pada no.1 di atas
bernilai b, bagaimana anda mendapatkan persamaan untuk menentukan konsentrasi
sampel:
Jawab :
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, besar absorbansi berbanding lurus dengan
besar konsentrasi yang berarti bahwa semakin tinggi konsentrasi maka absorbansi yang
dihasilkan semakin tinggi begitupun sebaliknya, semakin rendah konsentrasi maka
8
absorbansi yang dihasilkan semakin rendah juga. Pernyataan ini menandakan bahwa
hubungan antara konsentrasi terhadap absorbansi akan menghasilkan garis linear apabila
diplotkan ke dalam grafik.
Dalam soal, untuk menganalisa kandungan Pb dalam sampel digunakan metoda
adisi standar yang merupakan metoda dimana sampel yang akan dianalisis ditambahkan
dengan larutan standar yang diketahui konsentrasinya untuk meminimalkan kesalahan
yang disebabkan oleh berbagai matriks. Kurva adisi standar menerangkan hubungan
antara variasi volum standar yang ditambahkan dengan respons instrumen (pada soal
merupakan nilai absorbansi). Diasumsikan : intersep bernilai a dan kemiringan kurva
bernilai b, sehingga persamaan garis linearnya yaitu:
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎
Persamaan linear ini jika dikaitkan dengan persamaan yang dihasilkan pada soal nomor 1
akan menjadi :
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎
𝐶𝑠 . 𝑉𝑠 𝐶𝑥 . 𝑉𝑥
𝐴𝑇 = 𝑘. ൬ ൰ + 𝑘. ൬ ൰
𝑉𝑇 𝑉𝑇
Cs C x.Vx
Dimana b=k . dan a=k .
VT VT
Untuk menentukan konsentrasi sampel, dari persamaan di atas dapat dibentuk persamaan
baru :
𝐶𝑥 . 𝑉𝑥
𝑎 𝑘. 𝑉𝑇
=
𝑏 𝑘. 𝐶𝑠
𝑉𝑇
𝑎 𝐶𝑥 𝑉𝑥
=
𝑏 𝐶𝑠
𝑎. 𝐶𝑠
𝐶𝑥 =
𝑏. 𝑉𝑥
3. Bagaimana anda menentukan konsentrasi larutan sampel berdasarkan data yang anda
peroleh di atas.
Jawab:
9
Untuk menentukan konsentrasi larutan sampel dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. Rumus perhitungan Cx (pada nomor 2)
1) Membuat kurva hubungan antara variasi volume standar dengan nilai absorbansi
dan melakukan regresi linear.
0.300
0.200
0.100
0.000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Volume Larutan Standar Pb (mL)
b. Ekstrapolasi
1) Menghitung konsentrasi larutan standar Pb 12.2 ppm dengan volume setelah
pengenceran sebesar 50 mL.
Larutan Standar Pb 0 mL
V 1 . N 1 =V 2 . N 2
0 mL . 12.2 ppm=50 mL . N 2
N 2=0 ppm
Larutan Standar Pb 10 mL
V 1 . N 1 =V 2 . N 2
10 mL . 12.2 ppm=50 mL . N 2
10
N 2=2.44 ppm
Larutan Standar Pb 20 mL
V 1 . N 1 =V 2 . N 2
20 mL . 12.2 ppm=50 mL . N 2
N 2=4.88 ppm
Larutan Standar Pb 30 mL
V 1 . N 1 =V 2 . N 2
30 mL . 12.2 ppm=50 mL. N 2
N 2=7.32 ppm
Larutan Standar Pb 40 mL
V 1 . N 1 =V 2 . N 2
40 mL .12.2 ppm=50 mL . N 2
N 2=9.76 ppm
0.300
0.200
0.100
0.000
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi Larutan Standar Pb (ppm)
11
Diperoleh konsentrasi C s=5.86441 ppm yang merupakan konsentrasi hasil
ekstrapolasi persamaan garis linear ke y = 0. Konsentrasi Pb dalam sampel
C s=5.86441 ppm adalah konsentrasi hasil ekstrapolasi dikalikan dengan faktor
pengenceran. Maka :
Kadar Pb dalam sampel ¿ C s x faktor pengenceran
50 mL
¿ 5.86441 ppm x
10 mL
¿ 29.322 ppm
4. Jenis jenis Analisis AAS
Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ±
1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara
memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang
diperlukan untuk atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan
nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang
berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
• Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan
dianalisa
Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu nyala 1900 – 2000
ºC), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 – 3000 ºC), Udara : propana (suhu nyala 1700 – 1900 ºC).
Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala. Suhu nyala tergantung
perbandingan gas bahan bakar dan oksidan.
12
Contoh: Suatu larutan MX, setelah dinebulisasi ke dalam spray chamber sehingga terbentuk
aerosol kemudian dibawa ke dalam nyala oleh campuran gas oksidan dan bahan bakar akan
mengalami proses atomisasi
Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada batang karbon
(CRA – Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA – Graphite Tube Atomizer) yang
mempunyai 2 elektroda. Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan
sehingga batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan unsur yang dianalisa
akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000 ºC. pemanasan larutan sampel melalui tiga
tahapan yaitu :
• Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi dekomposisi dan
penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga diperoleh garam atau oksida
logam
13
• Pengatoman (atomization)
Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se, Sb yang
mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 ºC sehingga atomisasi dilakukan
dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai menjadi atom-
atomnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg).
B. Analisis UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopik yang menggunakan
sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm)
dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi
elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis
lebih banyak digunakan untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif yang biasanya
digunakan dalam penentuan larutan dari logam transisi ion. Alat yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut dengan spektrofotometer. Spektrofotometer dibagi menjadi 2, yaitu
single beam dan double beam. Spektrofotometer single beam adalah spektrometer yang
mengukur panjang gelombang tunggal dan semua berkas cahaya melewati seluruh sel sampel,
sedangkan spektrofotometer double beam adalah spektrofotometer yang menggunakan dua sinar
yang dimana satu sinar untuk mengukur blanko dan yang lain untuk sampel yang kemudian
berkas cahaya bergabung kembali dan masuk ke detektor, kemudian detektor merespon cahaya
dari kedua arah.
Ultraviolet Visible (UV-Vis) merupakan salah satu alat instrumen yang bermanfaat dalam
menentukan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet
(200-400 nm) atau pada daerah sinar tampak (400-800 nm) . Analisis dengan instrumen ini dapat
digunakan dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur.
14
Gambar 2. Alat Uv-Vis
gelombang untuk daerah ultraviolet yakni 190-380nm, untuk daerah cahaya tampak
380-780 nm, daerah infra merah dekat 780-3000 nm dan untuk daerah infra merah 2,5-
berikut:
Pada spektrofotometer jenis ini menggunakan satu berkas sinar yang digunakan secara
bergantian untuk mengukur larutan standar (termasuk larutan blanko) dan larutan sampel. Jadi
sinar tidak secara langsung menuju larutan standar dan larutan sampel secara bersamaan,
namun satu-satu secara bergantian, larutan standar terlebih dahulu kemudian baru larutan
sampel.
Dapat dilihat pada gambar diatas, yang membedakan antara spektrofotometer berkas tunggal
dengan spektrofotometer berkas ganda adalah pada sinar hanya satu arah saja yang nantinya
menyinari sampel dan blanko secara bergantian.
Spektrofotometer jenis ini menggunakan dua berkas sinar yang nanti masing-masing
akan mengukur larutan sampel dan juga larutan standar.
Gambar diatas merupakan skema instrumen spektrofotometer berkas ganda (Double beam).
16
Dimana dapat dilihat sumber sinar setelah melalui monokromator akan dipecah oleh chopper
sehingga nanti sinar yang terpecah ini yang satu akan masuk ke sampel dan yang satunya akan ke
blanko atau bisa diilustrasikan ada dua jalur sinar.
Secara bagian-bagian / skemanya yang membedakan antara single beam dan double beam adalah
karena adanya choper.
monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan
Dimana :
T = Transmitansi
17
I0 = Intensitas sinar masuk
e = Koefisien ekstingsi
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron dari
keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi
elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada
dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi).
Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada
gelombang radio. Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi
suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian
akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai
permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah It
/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel)).
Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai berikut:
18
Gambar 6. Proses penyerapan cahaya oleh zat
dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di
banding cahaya setelah melewati sel sampel.
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur
sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum Lambert-beer atau Hukum Beer.
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya
yang hamburkan:
It It
T= atau %T = x 100 %
Io Io
It
A=− log T =− log
Io
dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas cahaya setelah
melewati sampel. Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:
A= a . b . c atau A = ε . b . c
19
dimana:
A = absorbansi
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar)
20
Percobaan analisis spektroskopi UV-Vis “Penentuan Konsentrasi Permanganat
(KMnO4)” ini dilakukan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis serta larutan KMnO4
berbagai konsentrasi. Pembuatan larutan KMnO4 dengan bermacam-macam konsentrasi dapat
dilakukan dengan pengenceran menggunakan aquades dengan persamaan:
V1.M1 = V2.M2
Dari larutan KMnO4 dengan konsentrasi 2.10-5 M akan dibuat menjadi larutan KMnO4 dengan
konsentrasi 1.10-5 M, 0.5.10-5 M, 0.25.10-5 M, 5 0.1.10-5 M, 0.05.10-5 M. Jika larutan KMnO4
2.10-5 M sebanyak 100 ml akan dibuat menjadi konsentrasi 1.10-5 M maka,
V2 = 200 ml
Berarti harus ditambahkan aquades sebanyak 100 ml untuk mengencerkan larutan KMnO4
menjadi 1.10-5 M, dan begitu pula untuk yang lainnya.
Prinsip dari analisis spektroskopi sendiri yaitu cahaya dari spektrometer yang terdifraksi
menggunakan difraktometer (cermin / prisma), sehingga cahaya terbagi menjadi dua dengan
itensitas yang sama. Sebagian cahaya melalui pelarut dengan intensitas sebesar Io, dan sebagian
lagi melalui sampel dengan intesnsitas I. Kemudian hubungan antara Io dengan I. Atau dapat
dikatakan bagian cahaya yang diteruskan disebut transmisi (T) dan bagian yang diserap oleh
sampel disebut (A). Hubungan antara A dan T dapat dirumuskan:
A = - log T
21
Dari percobaan data berupa absorban (A) vs panjang gelombang (λ) dapat dilihat pada grafik
di bawah ini,
macam konsentrasi
Dari grafik diatas dapat dilihat panjang gelombang maksimum yaitu sebesar 600 nm. Selanjutnya dapat
ditentukan nilai absorban (A) untuk tiap konsetrasi dari panjang gelombang maksimum (600 nm).
Dari data tersebuat dibuat grafik hubungan antara absorban (A) vs konsentrasi (c), sehingga
22
dikali tebal kuvet 10 mm ) dan x = c (konsentrasi).
vs konsentrasi (c)
Persamaan garis lurus yang diperoleh yaitu y = 591.573x + 0.125, maka diperoleh nilai
23
BAB III
KESIMPULAN
1. Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk penentuan unsur-
unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-
atom bebas unsur tersebut. Sekitar 67 unsur telah dapat ditentukan dengan cara AAS. Banyak
penentuan unsur-unsur logam yang sebelumnya dilakukan dengan metoda polarografi,
kemudian dengan metoda spektrofotometri UV-VIS, sekarang banyak diganti dengan metoda
AAS.
2. Ultraviolet Visible (UV-Vis) merupakan salah satu alat instrumen yang bermanfaat dalam
menentukan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah
ultraviolet (200-400 nm) atau pada daerah sinar tampak (400-800 nm) . Analisis dengan
instrumen ini dapat digunakan dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur.
Teknik yang sering digunakan dalam suatu analisis meliputi spektrofotometri ultraviolet,
24
cahaya tampak, inframerah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang untuk daerah
ultraviolet yakni 190-380nm, untuk daerah cahaya tampak 380-780 nm, daerah infra merah
dekat 780-3000 nm dan untuk daerah infra merah 2,5- 40 µm atau 4000-250 cm-1.
25
DAFTAR PUSTAKA
Seran, Emel. 2011. Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis, UV, UV-Vis. Belu.
Tim Ekfis II. 2012. Eksperimen Fisika II. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
26