Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada


makin meningkatnya pengetahuan serta kemampuan dari manusia. Betapa tidak
setiap manusia lebih dituntut dan diarahkan kearah ilmu pengetahuan dan teknologi di
segala bidang. Tidak ketinggalan pula ilmu kimia yang identik dengan ilmu mikropun
tidak luput dari sorotan perkebangan IPTEK ini. Belakangan ini telah lahir IPTEK-
IPTEK yang berpeluang mempermudah dalam keperluan analisis kimia. Salah satu
bentuk kemajuan IPTEK ini yang biasa dikenal sekarang diantaranya alat serapan
atom yang kemudian sangat mendukung dalam analisis kimia dengan metode Atomic
Absorption Spectrofotometry (AAS) atau Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Para ahli kimia sudah lama menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam
mengidentifikasi zat kimia. Dimana, serapan atom telah dikenal bertahun-tahun yang
lalu. Dewasa ini penggunaan istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran
jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistim kimia itu sebagai fungsi dari
panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri
pada suatu gelombang tertentu. Perpanjangan spektrofotometri serapan atom ke
unsur-unsur lain semula merupakan akibat perkembangan spektroskopi pancaran
nyala. Bila disinari dengan benar, kadang-kadang dapatterlihat tetes-tetes sampel
yang belum menguap keluar dari puncak nyala, dan gas-gas nyala ituterencerkan oleh
udara yang menyerobot masuk sebagai akibat tekanan rendah yang diciptakanoleh
kecepatan tinggi itu, lagi pula sistim optis itu tidak memerikasa seluruh nayala
melainkanhanya mengurusi suatu daerah dengan jarak tertentu diatas titik puncak
pembakar.

Selain dengan metode serapan atom unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah
dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energi
eksitasi tinggi hanyadapat dilakukan dengan fotometri nyala. Untuk analisisi dengan
garis spektrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna,
sedangkan antara 200-300 nm, metode AAS lebih baik dari fotometri nyala. Untuk
analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS
memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam AAS
merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperatur nyala akan mengganggu proses
eksitasi sehingga analisis dalam fotometri nyala dapat berfarisasi hasilnya. Dari segi
biayaoperasi, AAS lebih mahal dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa
metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.

1
B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang di atas, dapat diangkat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)?
2. Apa Hukum Dasar pada Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)?
3. Apa Metode Analisis dari Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)?
4. Bagaimana Prinsip Kerja dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)?
5. Apa Bagian-bagian dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)?
6. Bagaimana Cara Kerja dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)?
7.Apa Kelebihan dan Kekurangan Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)?
8. Apa Gangguan-gangguan pada Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)?
9.Bagaimana Cara Kalibrasi Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)?
10.Bagaimana Cara Perawatan Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)?

C. Tujuan
Tujuan dari Penulisan Makalah ini, yaitu:
1.Untuk mengetahui Pengertian dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA);
2.Untuk mengetahui Hukum Dasar pada Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA);
3.Untuk mengetahui Metode Analisis Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS);
4.Untuk mengetahui Prinsip Kerja dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA);
5.Untuk mengetahui Bagian-bagian dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA);
6.Untuk mengetahui Cara Kerja dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA);
7.Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Atomic Absorption Spectrofotometry
(AAS) atau Spektrofotometri Serapan Atom (SSA);
8.Untuk mengetahui Gangguan-gangguan pada Atomic Absorption Spectrofotometry
(AAS) atau Spektrofotometri Serapan Atom (SSA);
9.Untuk mengetahui Cara Kalibrasi Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA);
10.Untuk mengetahui Cara Perawatan Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Serapan atom pertama kali diamati oleh Frounhofer, yang pada saat itu menelaah
garis-garis hitam pada spetrum matahari. Sedangkan yang mememfaatkan prinsip
serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh
ditahun 1995. Sebelum ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara
spektrofotometrik atau metode analis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan
memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan Spektrofotometri Serapan
Atom atau Atomic Absorption Spectrofotometry (ASS).

Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau Spektrofotometri Serapan


Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis unsur secara
kuantitatif untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam
dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000).

Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini
mempunyai beberapa kelebihan di bandingkan metode spektroskopi emisi
konvensional. Memang selain dengan metode serapan atom, unsur-unsur dengan
energi eksitasi dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur
dengan energi eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala. Untuk
analisis dengan garis spectrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat
berguna sedangkan antara 200-300 nm metode ASS lebih baik daripada fotometri
nyala. Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari ASS,
karena ASS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan
dalam ASS merupakan sarat utama. Dari segi biaya AAS lebih mahal dari fotometri
nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan
komplomenter satu sama lainnya.

Absorpsi atom dan spektra emisi memiliki pita yang sangat sempit di bandingkan
spektrofotometri molekuler. Emisi atom adalah proses di mana atom yang tereksitasi
kehilangan energi yang disebabkan oleh radiasi cahaya. Misalnya, garam-garam
logam akan memberikan warna di dalam nyala ketika energi dari nyala tersebut
mengeksitasi atom yang kemudian memancarkan spektrum yang spesifik. Sedangkan
absorpsi atom merupakan proses di mana atom dalam keadaan energy rendah
menyerap radiasi dan kemudian tereksitasi. Energi yang diabsorpsi oleh atom
disebabkan oleh adanya interaksi antara satu elektron dalam atom dan vektor listrik
dari radiasi elektromagnetik.

3
Ketika menyerap radiasi, elektron mengalami transisi dari suatu keadaan energi
tertentu ke keadaan energi lainnya. Misalnya dari orbital 2s ke orbital 2p. Pada
kondisi ini, atom-atom di katakan berada dalam keadaan tereksitasi (pada tingkat
energi tinggi) dan dapat kembali pada keadaan dasar (energi terendah) dengan
melepaskan foton pada energy yang sama.

B. Hukum Dasar Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Hukum Dasar pada Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) ialah “Hukum


Lambert-Beer”.

1. Hukum Lambert :

“Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka


intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium
yang mengabsorpsi.”Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik
melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya
ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan
bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan bahwa
lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap cahaya masuk
kepadanya dengan fraksi yang sama.”

2. Hukum Beer :

“Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan


bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut“. Sejauh ini telah
dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya monokromatik sebagai
fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam analisis kuantitatif orang
terutama berurusan dengan larutan. Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang
berwarna dalam larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi cahaya. Dijumpainya
hubungan yang sama antara transmisi dan konsentrasi seperti yang ditemukan
Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas cahaya
monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat
penyerap secara linier.”

Dari kedua hukum tersebut terbentuklah “Hukum Lambert-Beer”.


Dimana : A = Absorbs
Io = Intensitas sinar mula-mula
It = Intensitas sinar yang diteruskan

4
a = Absortivitas
b = Panjang jalan sinar
c = Konsentrasi atom yang mengabsorpsi sinar
Baik hukum Lambert maupun hukum Beer harus dilakukan pada sinar monokromatis.

C. Metode Analisis Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Ada tiga metode yang biasa dipakai dalam analisis Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS). Ketiga teknik tersebut, yaitu:

1. Metode Standar Tunggal

Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan
absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrometri. Dari hukum Beer
diperoleh: Sehingga, Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd.

Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan


sampel dapat dihitung.

2. Metode Kurva Kalibrasi

Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi
dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah selanjutnya adalah
membuat grafik antara konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis
lurus yang melewati titik nol dengan slobe = atau = a.b. konsentrasi larutan sampel
dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam
kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh
dengan menggunakan program regresi linewar pada kurva kalibrasi.

3. Metode Adisi Standar

Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam
metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke
dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudiaan larutan
yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah
larutan standar tertentu dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut
hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)

Dimana :

5
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = absorbansi zat sampel + zat standar

Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}


Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT
dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat
grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0,
sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs

Salah satu penggunaan dari alat spektrofotometri serapan atom adalah untuk
metode pengambilan sampel dan analisis kandungan logam Pb di udara. Secara
umum pertikulat yang terdapat diudara adalah sebuah sistem fase multi kompleks
padatan dan partikel-partikel cair dengan tekanan uap rendah dengan ukuran partikel
antara 0,01 – 100 μm.

D. Prinsip Kerja Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Sampel berupa molekul akan didisosiasikan (terurai) menjadi atom-atom di


dalam nyala api pada alat spektrophotometer serapan atom, atom menyerap energi
sehingga elektron-elektronnya mengalami eksitasi. Energi eksitasi ini berasal dari
pancaran sinar sebuah sumber cahaya lampu, dimana energi yang terserap sama
dengan selisih energi antara dua nivo energi. Peralihan antara dua nivo energi yang
melibatkan posisi dasar biasanya mempunyai intensitas pancaran dan serapan yang
lebih kuat daripada kemungkinan peralihan yang lain. Peralihan dari posisi dasar ke
posisi eksitasi yang pertama disebut garis resonansi. Garis resonansi ini sangat
penting artinya pada atomaborpsi, sebab pada atom absorpsi ini tiap elemen dalam
sampel akan menyerap sinar dengan jumlah jarak gelombang yang terbatas dalam
kawasan spektrum yang sempit. Dari spektrum serapan ini akan dapat diperoleh data-
data Spektrophotometer Serapan Atom mengenai zat sampel. Nyala api gas
pembakar molekul / atom yang ada dalam sebuah proses spektrophotometer
serapan atom seolah-olah berfungsi sebagai kuvet pada spektrophotometer Ultra
Violet – Visibel (UV-Vis).

Dalam prakteknya, kita diharuskan membuat kurva standar antara ekstingsi


(serapan) dengan konsentrasi larutan sampel. Dari grafik standar ini kemudian
dilarutkan sampel yang telah diukur serapannya, kemudian dapat ditentukan

6
konsentrasinya secara interpolasi atau ekstrapolasi. Namun untuk spektrophotometer
serapan atom moderen yang diperlengkapi dengan sistem komputer kalibrasi,
standarisasi dan perhitungan semuanya secara otomatis dilaporkan dalam bentuk print
out oleh alat tersebut.

Prinsip pengukuran spekterophotometer serapan atom analog dengan prinsip


pengukuran pada serapan molekuler spektrofotometri. Garis yang terpenting
dalam spektrophotometer serapan atom adalah garis resonansi. Ukuran lebar alami
garis resonansi ini terletak dalam kisaran 0,005 nm. Pada garis ini tidak akan muncul
pelebaran garis akibat peralihan vibrasi dan rotasi, sebagaimana halnya pada
molekuler spekterofotometer. Garis serapan yang sangat sempit ini merupakan
penyebab langsung mengapa sumber cahaya normal yang kontinyu tidak dapat
dipergunakan dalam absorpsi. Sebuah monokromator hanya dapat mengisolasikan
seberkas sinar sumber cahaya dari suatu kawasan gelombang yang lebarnya
sama dengan himpunan spektrum monokromator itu sendiri. Bagi sebuah
spektrofotometri, lebar itu terletak pada ordo 0,5 nm. Selain itu sumber cahaya yang
kontinyu hanya memancarkan energi yang kecil jumlahnya bagi tiap-tiap kawasan
spektrum yang kecil.

Dengan demikian hampir seluruh sinar dalam batas-batas himpunan gelombang


monokromator akan jatuh pada detektor, seandainya terjadi serapan maksimal oleh
atom-atom dalam nyala api, yang diserapkan hanya sebesar 1% dari seluruh sinar
dalam himpunan spektrum itu (kawasan spektrum selebar 0,005 nm dari himpunan
yang lebarnya 0,5 nm). Pada alat spektrophotometer serapan atom ini, sinar lampu
diarahkan dengan sebuah lensa kepada nyala api dan kemudian Spektrophotometer
Serapan Atom dilewatkan melalui sebuah monokromator. Mengingat bahwa lampu
tersebut memancarkan beberapa garis karakteristik dari pada unsur, maka umumnya
dipergunakan sebuah monokromator yang mengisolasikan garis resonansi yang
terpenting, yaitu garis yang timbul akibat perubahan dari posisi teeksitasi dari garis
dasar.

Untuk melakukan pengamatan dengan menggunakan alat spektrophotometer


serapan atom terhadap unsur-unsur yang dalam nyala api sudah dapat mengemisikan
sinar, maka dalam alat spektrophotometer serapan atom tersebut sering diperlengkapi
dengan sebuah alat interuptor sinar cahaya (chopper). Alat ini dipasangkan antara
lampu dengan nyala api sehingga kepada nyala api tersebut akan jatuh sinar lampu
yang terputus-putus secara periodik. Sinar cahaya yang berperiodik ini bertepatan
dengan sinar emisi dari nyala api ke detektor. Apabila detektor dihubungkan dengan
aplifator arus bolak-balik yang frekuensinya sama dengan frekuensi interuptor, maka
yang diregistrasikan hanya sinar yang berasal lampu bukan cahaya yang berasal dari
nyala api.

7
Unsur atau atom yang diselidiki dengan spektrophotometer serapan atom ialah
terutama unsur-unsur yang garis resonansinya berada di bawah 500 nm. Untuk unsur-
unsur natrium, kalium dan kalsium dapat diukur dangan alat spektrophotometer
serapan atom tanpa saling mengganggu terhadap garis-garis spektrumnya. Sedangkan
unsur-unsur lain harus diselidiki secara sendiri bila menggunakan alat
spektrophotometer serapan atom. Kegunaan spektrophotometer serapan atom lebih
berfokus pada analisis kuantitatif atom-atom logam, hingga saat ini sudah ada sekitar
70 jenis atom yang dapat dianalisis.

Konsentrasi larutan sampel sekecil mungkin, tidak lebih 5% dalam pelarut yang
sesuai (biasanya dalam skala ppm bahkan ppb). Larutan sampel dikehendaki dalam
kondisi asam, sehingga jika sampel logam harus dilebur dalam alkali maka kemudian
harus diasamkan lagi. Hindari pemakaian pelarut aromatik atau halogenida, pelarut
organik yang lazim dipakai adalah keton, ester, dan etil asetat dengan tingkat
kemurnian yang tinggi atau pro analitis (p.a).

Jadi, prinsip kerja AAS ialah ketika atom diberi energy yaitu energy termal
(2300 0C) atau nyala, electron terluar dari atom tersebut akan tereksitasi (terjadi
perpindahan energy rendah menuju energy tinggi) dan selanjutnya teremisi
(perpindahan dari energy tinggi menuju rendah). Pada saat electron tereksitasi secara
bersamaan, sumber cahaya dipancarkan dari lampu katoda. Elektron yang tereksitasi
tersebut akan mengabsorpsi energy yang berasal dari sumber cahaya (lampu katoda).
Besarnya energy yang diabsorpsi sebanding dengan jumlah atom tersebut.

E. Bagian-bagian Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

1. Lampu Katoda

Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki
masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur
yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda

8
Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi
menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.

Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan
untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam
soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari
ke-empat besi lainnya. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk
memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi.
Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat
menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.

Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka lampu
dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di
dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah
selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian dicatat.

2. Sistem Pengatoman

Merupakan bagian yang penting karena pada tempat ini senyawa akan dianalisa.
Pada sistem pengatoman, unsur-unsur yang akan dianalisa diubah bentuknya dari
bentuk ion menjadi bentuk atom bebas. Ada beberapa jenis sistem pengatoman yang
lazim digunakan pada setiap alat AAS, antara lain :

a. Sistem Pengatoman dengan Nyala Api

Menggunakan nyala api untuk mengubah larutan berbentuk ion menjadi atom
bebas. Ada 2 bagian penting pada sistem pengatoman dengan nyala api, yaitu sistem
pengabut (nebulizer) dan sistem pembakar (burner), sehingga sistem ini sering
disebut sistem Burner-Nebulizer. Sebagai bahan bakar yang menghasilkan api
merupakan campuran dari gas pembakar dengan oksidan dan penggunaannya
tergantung dari suhu nyala api yang dikehendaki.

b. Sistem Pengatoman dengan Tungku Grafit Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

Keuntungan sistem ini jika dibandingkan dengan sistem pengatoman nyala api
adalah sampel yang dipakai lebih sedikit, tidak memerlukan gas pembakar, suhu yang
ada diburner dapat dimonitor dan lebih peka.

c. Sistem Pengatoman dengan Pembentukan Hidrida

9
Sistem ini hanya dapat diterapkan pada unsur-unsur yang dapat membentuk
hidrida, dimana senyawa hidrida dalam bentuk uapnya akan menyerap sinar dari
HCL. Sistem ini biasanya dilakukan dengan mereduksi unsur sehingga menjadi
valensi yang lebih rendah, kemudian dibentuk sebagai hidrida. Sistem ini banyak
dilakukan untuk analisa unsur-unsur seperti As, Bi dan Se.

d. Sistem Pengatoman dengan Uap Dingin


Sistem ini hanya dilakukan untuk analisa unsur Hg, karena Hg mempunyai
tekanan uap yang tinggi, sehingga pada suhu kamar Hg akan berada pada
kesetimbangan antara fasa uap dan fasa cair. Cara menganalisis Hg dengan mereduksi
merkuri (Hg2+) menjadi merkuro (Hg22+), kemudian uapnya dialirkan secara kontinu
kedalam sel serapan yang ditempatkan diatas burner (tidak dipanaskan) dan
penyerapan terjadi karena Hg berbentuk uap.

e. Sistem Pengatoman Sampel Padat


Sistem ini dilakukan pada sampel dengan potensial eksitasi yang rendah atau
dengan energi yang rendah sudah bisa tereksitasi dan unsur tersebut berada pada
sampel yang sederhana yang ikatannya mudah lepas. Pengatoman biasanya dilakukan
dengan menaruh sampel kedalam suatu wadah sampel, kemudian dipanaskan dengan
nyala api dan uap-uap yang terbentuk dialirkan kedalam sel serapan seperti dilakukan
pada Hg.

3. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga
tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran
suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan
banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di
dalam tabung.

Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu
dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk
pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas
bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan
memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada
gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor.
Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak
akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar
karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat
membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.

10
4. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar
pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah
sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.

Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara


horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga
atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga
atau binatang lainnya yang masuk ke dalam ducting , maka dapat menyebabkan
ducting tersumbat.

Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring,
karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi
untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya
melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting.

5. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada
waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana
pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah
merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai
pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada
belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai
penggunaan AAS.

Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan,
merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air yang
dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi
basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya
ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke
lap.

6. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang

11
berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal
dari proses pengatomisasian nyala api.

Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator


dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini
merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian.
Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan
standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna
oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa
larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat
pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi
rendah ke energi tinggi.

Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang
dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila
warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api
paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling panas.

7. Buangan pada AAS


Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian
rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi
dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel,
sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen)
ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu
indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses
pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala
api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak
tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong,
tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.

8. Monokromator
Fungsi monokromator adalah mengisolasi salah satu garis resonansi/radiasi
resonansi dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan oleh lampu pijar hollow
cathode atau untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai
yang dibutuhkan oleh pengukuran. Macam-macam monokromator yaitu prisma, kaca
untuk daerah sinar tampak, kuarsa untuk daerah UV, rock salt (kristal garam) untuk
daerah IR dan kisi difraksi.

9. Detector
Fungsi Detector adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana
energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detector AAS

12
tergantung pada jenis monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang
biasa dipakai untuk analisa alkali, Detector yang digunakan adalah barier layer cell.
Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah Detector photomultiplier tube.

Ada dua macam deterktor yaitu:

a. Detector Cahaya atau Detector Foton


Detector foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam halini setiap foton akan
membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang sensitif terhadap
cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.

b. Detector Infra Merah dan Detector Panas


Detector infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul
jika dua logam yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu.

F. Cara kerja Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Cara kerja dari Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), yaitu:


1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main
unit, dan komputer secara berurutan;
2. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah
”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak
No;
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu
katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket
lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru
dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah;
4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru;
5. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode. Dipilih
unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang
diinginkan;
6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur
parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow : 1,2, measurement,
concentration, number of sample : 2, unit concentration : ppm, number of standard :
3, standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm;
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up;
8. Diklik icon bergambar burner/pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat
siap digunakan untuk mengukur logam;
9. Pada menu measurements pilih measure sample;
10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan
ke standar 1 ppm hingga data keluar;

13
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama
untuk standar 3 ppm dan 9 ppm;
12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan
pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus;
13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran;
14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2;
15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklikicon print atau
pada baris menu dengan mengklik file lalu print;
16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner
selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan,
lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.

G. Kelebihan dan Kekurangan Atomic Absorption Spectrophotometry(AAS)

1. Kelebihan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)


Kelebihan metode AAS, yaitu:
a. Spesifik;
b. Batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-
unsur yang berlainan;
c. Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi
contoh sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat
pengganggu);
d. Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur;
e. Output dapat langsung dibaca;
f. Cukup ekonomis;
g. Batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %);
h. Kepekaan lebih tinggi;
i. Sistemnya relatif mudah;
j. Dapat memilih temperatur yang dikehendaki.

2. Kekurangan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)


Kekurangan metode AAS, yaitu:
a. Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti :
1) Proses destruksi yang kurang sempurna;
2) Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama.

b. Kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks sampel dan
matriks standar;
c. Aliran sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada penyumbatan
pada jalannya aliran sampel;
d. Pengaruh kimia, dimana AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom
misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, Disosiasi tidak sempurna;

14
e. Pengaruh Ionisasi, yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga
menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh
matriks misalnya pelarut;
f. Hanya dapat digunakan untuk larutan dengan konsentrasi rendah;
g. Memerlukan jumlah larutan yang cukup relatif besar (10-15 ml);
h. Efisiensi nebulizer untuk membentuk aerosol rendah;
i. Sistem atomisasi tidak mampu mengatomkan secara langsung sampel padat.

H. Gangguan-gangguan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

1. Ganguan Kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksi kimia
dengan anion atau kation tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak
semua analitik dapat teratomisasi. Gangguan kimia juga terjadi jika suatu bahan
terdapat dalam sampel dan bereaksi dengan analit membentuk senyawa yang stabil
(yang sulit didekomposisi oleh nyala) maka akan menyebabkan gangguan negatif.
Contoh yang sederhana adalah pengaruh sulfat atau fosfat pada penentuan kalsium.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah gangguan kimia,
yaitu:
a. Menambahkan reagent yang dapat bereaksi lebih kuat terhadap ion pengganggu.
Misalnya penambahan lantanum dapat mengatasi gangguan fosfat melalui
pembentukan lantanum fosfat ( Lantanum harus juga ditambahkan pada larutan
standar);
b. Menambahkan reagent yang dapat bereaksi lebih kuat terhadap analit yang dapat
mengasilkan produk yang dapat didekomposisi didalam nyala. Misalnya penambahan
EDTA akan dapat mengatasi gangguan fosfat karena EDTA akan bereaksi dengan
kalsium (EDTA harus juga ditambahkan pada larutan standar);
c. Menambahkan ion pengganggu dalam jumlah berlebih baik pada sampel maupun
larutan standar. Akan tetapi cara ini akan menurunkan sensitivitas;
d. Menggunakan nyala yang lebih panas, misalnya N2O/C2H2;
e. Diberikan suatu perlakuan terhadap sampel untuk memisahkan pengganggu.Standar
juga harus diberikan perlakuan yang sama.

2. Gangguan Fisika
Perbedaan-perbedaan yang signifikan antara sifar-sifat sampel dan larutan standar
seperti viskosit (kekentalan), tegangan permukaan, berat jenis, dan sifat-sifat fisik
lainnya dapat menyebabkan perbedaan didalam nebuliser. Hal ini karena hanya
aerosol yang sangat kecil (finest mist) yang akan mencapai nyala dan proporsi sampel
yang dapat dikonversi menjadi ”fine mist” tergantung pada sifat-sifat fisiknya. Perlu
dicatat bahwa sifat fisik ini dapat juga tergantung pada pH.

Jika proporsi sampel yang mencapai nyala lebih besar daripada larutan standar
(misal jika senyawa-senyawa organik terlarut berada pada tegangan permukaan yang

15
lebih rendah) maka akan memberikan gangguan positif. Hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan metode adisi standar (yang akan dijelaskan kemudian).

3. Gangguang Matrik
Gangguan ini terjadi apabila sampel mengandung banyak garam atau asam, atau
bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu
nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda. Gangguan ini dalam analisis
kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat mengganggu dalam analisis
kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam analisis kuantitatif dapat digunakan
cara analisis penambahan standar (Standar Adisi).

4. Gangguan Ionisasi
Jika analit yang akan diukur terionisasi didalam nyala karena eksitasi termal, maka
sensitivitas pengukuran terhadap analit menurun karena jumlah radiasi yang diserap
sangatlah kecil. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan logam lain yang lebih
mudah terionisasi dengan konsentrasi yang tinggi, misalnya K, Rb, atau Cs. Kalium
lebih sering dipakai karena Rb dan Cs sangat mahal. Ketika logam yang lebih mudah
terionisasi ditambahkan (misalnya K), maka :
K → K+ + e-
Keseimbangan atom dalam analit yang ditentukan:
M → M+ + e-

Keseimbangan reaksi pada analit akan bergeser ke kiri, karena ada penambahan
elektron dari reaksi kesetimbangan Kalium, sehingga atom-atom M dalam keadaan
dasar akan lebih banyak.

5. Absorpsi Latar Belakang (Back Ground)


Absorbsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi oleh nyala api, absorpsi
molecular, dan penghamburan cahaya.

I. Kalibrasi Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)


Kalibrasi Metode AAS termasuk dalam kategori metode komparatif maksudnya
skala absorbans dari AAS tersebut harus dikalibrasi dengan suatu deret standar yang
diketahui konsentrasinya dengan akurat (atau menggunakan CRM – Certified
Reference Materials).
Cara Kalibrasi AAS, yaitu:
1.Buat blanko kemudian ukur nilai absorbansinya (menunjukkan angka 0);
2.Masukkan larutan standar, ukur absorbansinya minimal 3 kali;
3.Bandingkan nilai yang terukur pada spektrofotometri dengan yang tercantum pada
standar larutan (Lihat apakah ada penyimpangan atau tidak).

16
J. Perawatan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)
Cara Perawatan dan pemeliharaan AAS, yaitu:
Sumber arus yang digunakan dalam pemakaian AAS ialah 220 volt;
1. Meja yang digunakan untuk meletakkan AAS harus datar, kuat dan permanen
2. Lampu katoda dijaga jangan sampai pecah;
3. Intensitas pemakaian alat jangan melebihi aturan yang telah ditentukan;
4. Setelah alat digunakan, cuci dengan airdeionisasi selama 10 menit;
5. Setelah digunakan, burner dibersihkan dan dikeringkan dengan lap bersih
untuk menghilangkan karbonnya;
6. Alat harus disimpan dalam ruangan yang kelembaban dan suhunya terjaga
seperti pada ruanga berAC;
7. Stabilizer digunakan untuk menstabilkan apabila terjadi fluktuasi;
8. Simpan dalam ruangan yang khusus.

Setiap bagian-bagian dalam Spektrofotometri Serapan Atom juga


memiliki cara pemeliharaan atau perawatan yang berbeda, cara pemeliharaan
atau perawatan setiap bagian tersebut, yaitu:

1. Lampu katoda, cara perawatannya, yait]\: bila setelah selesai digunakan, maka
lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, diletakkan pada tempat
busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali.
Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian dicatat.
2. Ducting, cara perawatannya, yaitu: dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada
serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting.
3. Burner, cara perawatannya, yaitu: setelah selesai pengukuran, selang aspirator
dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit.
4. tabung gas, cara perawatannya, yaitu: sebaiknya pengecekkan kebocoran,
jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan
saluran gas tersumbat.
5. Buangan pada Spektrofotometri Serapan Atom, cara perawatannya, yaitu:
tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi
dengan lampu indicator.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau Spektrofotometri Serapan


Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis unsur secara
kuantitatif untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam
dalam keadaan bebas. Hukum Dasar pada Atomic Absorption Spectrophotometry
(AAS) ialah “Hukum Lambert-Beer”.

Prinsip kerja AAS ialah ketika atom diberi energy yaitu energy termal (2300 0C)
atau nyala, electron terluar dari atom tersebut akan tereksitasi (terjadi perpindahan
energy rendah menuju energy tinggi) dan selanjutnya teremisi (perpindahan dari
energy tinggi menuju rendah). Pada saat electron tereksitasi secara bersamaan,
sumber cahaya dipancarkan dari lampu katoda. Elektron yang tereksitasi tersebut
akan mengabsorpsi energy yang berasal dari sumber cahaya (lampu katoda).
Besarnya energy yang diabsorpsi sebanding dengan jumlah atom tersebut.

Bagian-bagian dari Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau


Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah Lampu katoda, sistem pengatoman,
tabung gas, ducting, kompresor, burner, buangan pada AAS, monokromator, dan
detector. Ada beberapa gangguan pada Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)
atau Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), yaitu Gangguan Kimia, Gangguan
Fisika, Gangguan Matrik, Gangguan Ionisasi, Gangguan Absorpsi, dan Gangguan
Latar Belakang.

Kelebihan dari Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau


Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), yaitu Kepekaan lebih tinggi, sistemnya relatif
mudah, dan dapat memilih temperatur yang dikehendaki. Sedangkan kekurangan
dari Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA), yaitu hanya dapat digunakan untuk larutan dengan konsentrasi rendah,
memerlukan jumlah larutan yang cukup relatif besar (10-15 ml), efisiensi nebulizer
untuk membentuk aerosol rendah, sistem atomisasi tidak mampu mengatomkan
secara langsung sampel padat.

Cara Kalibrasi dari Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau


Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), yaitu:
1. Buat blanko kemudian ukur nilai absorbansinya (menunjukkan angka 0);
2. Masukkan larutan standar, ukur absorbansinya minimal 3 kali;
3. Bandingkan nilai yang terukur pada spektrofotometri dengan yang tercantum pada
standar larutan (Lihat apakah ada penyimpangan atau tidak).

18
Cara Perawatan dari Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), yaitu:
1. Sumber arus yang digunakan dalam pemakaian AAS ialah 220 volt;
2. Meja yang digunakan untuk meletakkan AAS harus datar, kuat dan permanen;
3. Lampu katoda dijaga jangan sampai pecah;
4. Intensitas pemakaian alat jangan melebihi aturan yang telah ditentukan;
5. Setelah alat digunakan, cuci dengan airdeionisasi selama 10 menit;
6.Setelah digunakan, burner dibersihkan dan dikeringkan dengan lap bersih untuk
menghilangkan karbonnya;
7.Alat harus disimpan dalam ruangan yang kelembaban dan suhunya terjaga seperti pada
ruanga berAC;
8.Stabilizer digunakan untuk menstabilkan apabila terjadi fluktuasi;
9.Simpan dalam ruangan yang khusus.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini kami berharap agar pembaca dapat memahami dan
mengaplikasikan penggunaan Absorption Spectrophotometry (AAS) atau
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan baik dan benar.

19
Daftar Pustaka

Adam Wiryawan., dkk. 2007. Kimia Analitik . Departemen Pendidikan


Nasional. Jakarta
Ismail, Krisnandi. 2004. Pengantar Analisis Instrumental. Bogor:Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Sekolah Menengah
Analis Kimia Bogor.
Sumar,hendayana, dkk. 1994.Kimia AnalitikInstrumen.Semarang: Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

20
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................


DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................
A. Pengertian dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) ............... 3
B. Hukum Dasar pada Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) ......... 4
C. Metode Analisis Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)........... 5
D. Prinsip Kerja dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) ........... 6
E. Bagian-bagian dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) ......... 8
F. Cara Kerja dari Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) ............... 13
G. Kelebihan dan Kekurangan Atomic Absorption Spectrofotometry(AAS)14
H. Gangguan-gangguan pada Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) 15
I. Cara Kalibrasi Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS .................. 16
J. Cara Perawatan Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) ............ 17
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 20

ii21
Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 12

Nurul Annisa (PO714203181024)


Nurmely Lii (PO714203181023)

DIV. Analis Kesehatan


Poltekkes Kemenkes Makassar
Tahum 2019

22

Anda mungkin juga menyukai