Anda di halaman 1dari 7

Konsep Ipteks Dalam Islam

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tanggapan panca
indera dan instuisi, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diinterpretasi ,
diorganisasi dan disistematisasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif , sudah diuji
kebenarannya dan dapat diuji ulang secara alamiah. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan
, karena segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai cirri kejelasan (M. Daud Ali,
1998:69)
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya ,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral.
Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan
potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negative berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan
manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri. Oleh sebab itu kebenaran
ipteks sangat relatif. Sumber ipteks dalam islam adalah wahyu allah. Ipteks yang islami selalu
mengutamakan kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Untuk itu
ipteks dalam pandangan islam tidak bebas nilai. Integrasi ipteks dengan agama merupakan suatu
keniscayaan untuk menghindari terjadinya proses sekularisasi yaitu pemisah antaradoktrin-
doktrin agama dengan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Hamda
Mansoer,2004:93)
Tujuh factor yang menjadi pendorong bagi kemajuan IPTEK di dunia islam pada abad
yang lalu, antara lain:
1. kesatuan agama dan budaya agama islam
2. arabisasi dan peranan bahasa arab
3. akademi, sekolah, observasi, dan perpustakaa
4. kebijakan Negara tentang pengembangan IPTEK
5. Perlindungan Negara sangat jelas terhadap para ilmuan dan para insinyur
6. Penelitian, eksperimen dan penemuan baru
7. Perdagangan internasional
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian
dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari ketuhanan
tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai
daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.
Menurut Ernst Diez dalam Muhammad abdul jabbar (1998:2) cirri ciri seni islam atau
seni islamisadalah seni yang mengungkapkan sikap pengabdian kepada allah.

Sudah menjadi pemikiran yang umum bahwasanya agama yang identik dengan
kesakralan dan stagnasi tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan ipteks yang notabene
selalu berkembang dengan pesat. Namun pemikiran ini tidak berlaku lagi ketika agama tidak
hanya dilihat dari ritualitas-ritualitas belaka namun juga melihat nilai-nilai spiritualitas yang
hakiki.
Menurut Harun Nasution, tidak tepat anggapan yang mengatakan bahwa semua ajaran
agama bersifat mutlak benar dan kekal. disamping ajaran-ajaran yang bersifat absolut benar dan
kekal itu terdapat ajaran-ajaran yang bersifat relatif dan nisbi, yaitu yang dapat berubah dan
boleh diubah. Dalam konteks Islam, agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, memang
terdapat dua kelompok ajaran tersebut, yaitu ajaran dasar dan ajaran dalam bentuk penafsiran dan
penjelasan tentang perincian dan pelaksanaan ajaran-ajaran dasar itu.[11]
Allah SWT. menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus untu tiap ciptaan itu
sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh Allah dalam bentuk cair mendidih bila dipanaskan
100 C pada tekanan udara normal dan menjadi es bila didinginkan sampai 0 C. Ciri-ciri seperti
itu sudah lekat pada air sejak air itu diciptakan dan manusia secara bertahap memahami ciri-ciri
tersebut. Karakteristik yang melekat pada suatu ciptaan itulah yang dinamakan “sunnatullah”.
Dari Al Qur’an dapat diketahui banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk
memperhatikan alam semesta, mengkaji dan meneliti ciptaan Allah.[12] Disinilah sesungguhnya
hakikat Iptek dari sudut pandang Islam yaitu pengkajian terhadap sunnatullah secara obyektif,
memberi kemaslahatan kepada umat manusia, dan yang terpenting adalah harus sejalan dengan
nilai-nilai keislaman.
Allah SWT. secara bijaksana telah memberikan isyarat tentang ilmu, baik dalam bentuk uraian
maupun dalam bentuk kejadian, seperti kasus mu’jizat para Rasul. Manusia yang berusaha
meningkatkan daya keilmuannya mampu menangkap dan mengembangkan potensi itu, sehingga
teknologi Ilahiyah yang transenden ditransformasikan menjadi teknologi manusia yang
imanen.[13]
Studi Al Qur’an dan Sunnah menunjukkan bahwa karena dua alasan fundamental, Islam
mengakui signifikansi sains:

1. Peranan sains dalam mengenal Tuhan


2. Peranan sains dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat Islam[14]

Dari sini dapat dilihat bahwa dalam Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan
sebagai sarana untuk mengenal Allah dan juga untuk melaksanakan perintah Allah sebagai
khalifatullah fil Ard sehingga sains tersebut harus membawa kemaslahatan kepada umat manusia
umumnya dan umat Islam khususnya.
Melihat banyaknya jenis bentuk seni yang ada, maka ulama berbeda pendapat dalam
memberi penilaian. Dalam hal menyanyi adan alat musik[15] saja jumhur mengatakan haram
namun Abu Mansyur al Baghdadi menyatakan:"Abdullah bin Ja'far berpendapat bahwa
menyanyi dan alat musik itu tidak masalah. Dia sendiri pernah menciptakan sebuah lagu untuk
dinyanyikan para pelayan."[16]
Namun menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati menyatakan bahwa
seniman dan budayawan bebas melukiskan apa saja selama karyanya tersebut dinilai sebagai
bernafaskan Islam.[17]
Melihat berkembangnya seni yang ada penulis memandang pendapat Quraish Shihab
lebih araif dalam menyikapi perkembangan zaman yang mana kebutuhan masa kini tentu saja
lebih komplek sifatnya dibandingkan dengan kebutuhan pada masa awal Islam
Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal

Integrasi artinya satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah belah dan cerai berai. Integrasi meliputi
keutuhlengkapan anggota-anggota yang membentuk suatu kesatuan dan jalinan hubungan yang
erat, harmonis dan mesra antara anggota-anggota kesatuan itu.
Kehidupan manusia yang hanya mengutamakan materi dan tergantung pada
intelektualitasnya, sesungguhnya hampa tanpa makna. Kehidupan duniawi tidak dapat
dipisahkan dari spiritualitas, kehidupan lahir tidak dapat diceraikan dari kehidupan batin,
kemajuan pada satu aspek tidak bias mengabaikan aspek yang lain.
Realitas kekinian menunjukkan keresahan akibat terpisahnya iman dari ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sebagian orang barat mulai cemas melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menafikan spiritualitas. Mereka khawatir kalau perkembanganyang sekarang ini
berlangsung terus, akan membawa kehancuran bagi diri mereka sendiri. Beginilah kegoncangan
yang sedang menimpa suatu masyarakat dan kehidupan yang sekuler.
Menanggapi hal tersebut, Islam menawarkan solusi yang tuntas. Islam tidak membedakan
antara spiritualitas dengan kehidupan dunia. Keduanya saling terkait dan membutuhkan.
Dalam ajaran Islam, iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, yang tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Iman diumpamakan akar dari sebuah pohon yang
menompang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang dan dahan pohon itu yang
mengeluarkan cabang-cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Sedangkan amal ibarat buah
dari pohon iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan takwa, yang akan menghasilkan
amal shaleh, bukan kerusakan alam. Satu pepatah arab yang sangat indah mengatakan, “Ilmu
tanpa iman bagaikan pohon yang tiada berbuah.”
Perbuatan baik orang Islam tidak akan bernilai amal shaleh, apabila tidak didasari nilai-
nilai iman dan taqwa. Sama halnya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tidak bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan
lingkungannya bila tidak dikembangkan atas dasar nilai-nilai iman.
Dengan demikian, integrasi antara iman, ilmu pengetahuan dan amal shaleh adalah ajaran
Islam fundamental. Tidak dikenal pertentangan antara iman, ilmu pengetahuan dan amal shaleh.
Iman dan ibadah adalah wahyu dari Allah, sedangkan ilmu pengetahuan bersumber dari Allah
yang diperoleh manusia melalui penelitian dan penyelidikan terhadap alam semesta ciptaan
Allah. Adapun amal shaleh merupakan perpaduan antara iman dan ilmu pengetahuan.
INTEGRASI IMAN ILMU DAN AMAL
Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu sistem
yang disebut dinul islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah,
syari’ah dan akhlak, dengan kata lain Iman, Ilmu dan Amal shaleh. Sebagaimana
digambarkan dalam Al-Quran yang artinya :

“Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg baik(Dinul


Islam) seperti sebatang pohon yg baik,akarnya kokoh(menghujam ke bumi) dan
cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan – perumpamaan itu agar
manusia selalu ingat" ( QS : 14 ;24-25).

Ayat diatas mengindentikkan bahwa Iman adalah akar,Ilmu adalah pohon yg


mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan.SedangkanAmal ibarat
buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni. Ipteks dikembangkan diatas
nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam.

Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan yang paripurna.
Keparipurnaannya terletak pada tiga aspek yaitu : aspek Aqidah, aspek ibadah dan
aspek akhlak. Meskipun diakui aspek pertama sangat menentukan,tanpaintegritas
kedua aspek berikutnya dalam perilaku kehidupan muslim, maka makna realitas
kesempurnaan Islam menjadi kurang utuh, bahkan diduga keras akan mengakibatkan
degradasi keimanan pada diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang
muslim adalah perlambang batinnya.

Keutuhan ketiga aspek tersebut dalam pribadi Muslim sekaligus merealisasikan tujuan
Islam sebagai agama pembawa kedamaian, ketentraman dan keselamatan. Sebaliknya
pengabaian salah satu aspek akan mengakibatkan kerusakan dan kehancuran

Agama (Iman) berfungsi untuk memberikan arah bagi seorang ilmuwan untuk
mengamalkan Ilmunya. Dengan didasari oleh keimanan yang kuat, pengembangan ilmu
dan teknologi akan selalu dapat dikontrol beradapada jalur yang benar. Sebaliknya,
tampa dasar keimanan ilmu dan teknologi dapat disalahgunakan sehingga
mengakibatkan kehancuran orang lain dan lingkungan.
Keutamaan Berilmu Dalam Islam

Manusia diciptakan dengan segala kesempurnaannya, dan Allah telah


memberikan akal yang sehat pada manusia untuk membedakannya dengan makhluk
hidup lainnya. Dan dengan akal tersebut manusia diwajibkan untuk mencari ilmu
pengetahuan dan memiliki ilmu pengetahuan dalam segala hal agar tidak tersesat
dalam menjalani kehidupan. Ilmu pengetahuan ibarat sebuah cahaya yang akan
menuntun manusia hingga mencapai tujuan penciptaan manusia menurut Islam.
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu bekal abadi bagi manusia untuk
mencapaisukses dunia akhirat menurut Islam. Ilmu adalah pengetahuan atau
kepandaian yang dimiliki seseorang, baik mengenai soal duniawi, akhirat, lahir, batin
dan lainnya.
Memillilki ilmu pengetahuan sesungguhnya sangatlah penting bagi manusia, karena
tanpa ilmu pengetahuan hidup seseorang akan seperti tanpa arah dan berada dalam
kegelapan atau kejahiliyahan.
Hukum menuntut ilmu dalam Islam adalah wajib. Seperti yang dikatakan dalam sebuah
hadits:
“Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim (baik muslimin ataupun muslimah).” (HR. Ibnu
Majah)
Bagi seorang muslim ilmu pengetahuan sangatlah penting, karena di dalam Islam,
orang yang berilmu akan diangkat derajatnya dan dihormati. Ada beberapa keutamaan
berilmu dalam Islam yang perlu di ketahui oleh seorang muslim.
Keutamaan Berilmu Menurut Islam dan Dalilnya
Allah SWT. telah menjelaskan keutamaan orang-orang yang berilmu dalam Islam
melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits sebagai sumber pokok ajaran Islam. Dan
diantara keutamaan-keutamaan berilmu tersebut, berikut ada delapan keutamaan
berilmu menurut Islam :

1. Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga


Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda :
“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah
mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)
Maksud dari hadits tersebut adalah, orang-orang muslim yang berilmu akan
dimudahkan oleh Allah dalam menuju surga dikarenakan dengan Ilmu orang muslim
dapat beribadah dengan benar dan sesuai dasar hukum Islam. Dari hadits tersebut
dapat kita lihat, bahwa ilmu sangatlah penting bagi umat muslim dan memiliki manfaat
dalam kehidupan dunia akhirat.

2. Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir


Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda :
“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga hal.
Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak yang sholeh atau
sholehah.” (HR. Muslim)
Maksud dari hadits tersebut adalah, ilmu yang mengandung kebaikan yang diajarkan
oleh seseorang kepada orang lain, kelak ilmu itu akan memberikan pahala yang
mengalir kepada orang yang mengajarkan ketika ia sudah meninggal dunia.
3. Orang yang paling takut kepada Allah SWT. adalah orang yang berilmu
Dalam (QS. Fathir : 28), Allah berfirman :
“Dan demikian pula diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-
hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-
hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha
Perkasa, Maha Pengampun.”

Yang dimaksud ulama dalam ayat tersebut adalah mereka yang mengetahui dan
mengakui kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya. Dengan ilmu seseorang akan lebih
memahami hakikat diciptakannya kehidupan ini dan dari pengetahuan tersebut
seseorang akan melihat kuasa dan kebesaran Allah sebagai zat yang maha pencipta,,
dan orang berilmu akan merasa takut karena dia memiliki pengetahuan akan kuasa dan
kebesaran Allah SWT.

4. Allah SWT. akan mengangkat derajat orang yang berilmu


Di dalam (QS. Al-Mujadilah[11] : 58), Allah SWT. berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan
di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu
kerjakan.”
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Allah telah menjanjikan akan meninggikan
derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu. Dan derajat orang
yang berilmu akan terangkat, baik di hadapan Allah SWT. ataupun dimata manusia.

5. Orang yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh Allah
Dalam (HR. Bukhari dan Muslim) dari Mu’awiyah, Rasulullah SAW. bersabda :
“Barang siapa yang Allah kehendaki mendapatkan semua kebaikan, niscaya Allah akan
memahamkan dia tentang ilmu agama.”
Dan dalam (QS. Al-Baqarah[2] : 269), Allah SWT. berfirman :
“Allah berikan Al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa
saja yang dia kehendaki. Dan barang siapa yang di anugerahi Al-Hikmah itu, sungguh
ia telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran(berdzikir) dari firman-firman Allah.”

6. Orang berilmu mewarisi kekayaan Nabi


Dalam Shahihul Jam Al Albani dikatakan : “Ilmu adalah warisan para Nabi, dan para
Nabi tidaklah mewariskan dirham ataupun emas, akan tetapi mereka mewariskan ilmu.
Barang siapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”

Maksudnya adalah, ilmu merupakan warisan Nabi dan barangsiapa yang mecari ilmu
dan menjadi orang yang berilmu maka kita telah mewarisi apa yang para Nabi berikan.

7. Orang yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat


Dalam (QS. Ali Imran : 18), Allah berfirman :
“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yangberhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu).”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan orang yang berilmu setara dengan
para Malaikat yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layakk disembah selain Allah
SWT.

8. Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu


Dalam (QS. Az-Zumar : 9), Allah berfirman :
“Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah pada
waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada azab akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sebenarnya hanya orang
yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai