Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunan penyertaan sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kimia Analitik 3 yang berjudul
“spektroskopi serapan atom (AAS)” tepat pada waktu yang di tentukan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu kelompok kami sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
PENGANTAR
Spektroskopi serapan atom (AAS) adalah prosedur analisis Spektro untuk penentuan
kuantitatif unsur kimia menggunakan penyerapan radiasi optik (cahaya) oleh atom bebas dalam
keadaan gas.
Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya
berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul
analit. Salah satu agian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan
metode analisis unsure secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000).
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun 1802 Wollaston
enemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang kemudian diselidiki lebih lanjut oleh
Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer ini
iakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian mendasari
Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai spektrum dari
logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum dari absorpsi
dan emisi suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya dengan panjang
gelombang tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia hanya akan mengambil dan melepas
suatu jumlah energi tertentu, (ε = hv = hc/λ ). Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955, ketika
publikasi yang ditulis oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini SSA
direkomendasikan sebagaimetode analisis yang dapat diaplikasikan secara umum (Weltz, 1976).
Pengembangan metode spektrometri serapan atom (AAS) baru dimulai sejak tahun 1955,
yaitu ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh (1955) melaporkan hasil penelitiannya tentang
penggunaan “hollow cathode lamp” sebagai sumber radiasi yang dapat menghasilkan radiasi
panjang gelombang karakteristik yang sangat sesuai dengan AAS. Pada tahun yang sama
Alkemade dan Milatz (1955) melaporkan bahwa beberapa jenis nyala dapat digunakan sebagai
sarana untuk atomisasi sejumlah unsur. Oleh karena itu, para ilmuwan tersebut dapat dianggap
sebagai “Bapak AAS “. Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) pertama kali
dikembangkan oleh Walsh Alkamede, dan Metals (1995).
AAS ditujukan untuk mengetahui unsur logam renik di dalam sampel yang dianalisis.
Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral
dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan kalor / panas. Alat ini umumnya digunakan untuk
analisis logam sedangkan untuk non logam jarang sekali, Page 2 mengingat unsure non logam
dapat terionisasi dengan adanya kalor, sehingga setelah dipanaskan akan sukar didapat unsur
yang terionisasi. Metode ini larutan sampel diubah menjadi bentuk aerosol didalam bagian
pengkabutan (nebulizer) pada alat AAS selanjutnya diubah ke dalam bentuk atom-atomnya
berupa garis didalam nyala. Spektrofotometer serapan atom (AAS) sebetulnya adalah metode
umum untuk menentukan kadar unsur logam konsentrasi renik. Keadaan bentuk contoh aslinya
tidak penting asalkan contoh larut dalam air atau dalam larutan bukan air.
Metode AAS spesifikasinya tinggi yaitu unsure-unsur dapat ditentukan meskipun dalam
campuran.Pemisahan, yang penting untuk hampir-hampir semua analisis basah, boleh dikatakan
tidak diperlukan, menjadikan AAS sederhana dan menarik. Kenyataan ini, ditambah dengan
kemudahan menangani AAS modern, menjadikan analisis rutin dapat dilakukan cepat dan
ekonomis oleh tenaga laboratorium yang belum terampil.
Bagian-bagian AAS
3. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai
atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji
berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa
digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus,
hanya saja harganya lebih mahal.
4. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen.
Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga tabung gas yang
berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K.
5. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada
AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar
asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang
dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi
yang dihasilkan tidak berbahaya
6. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi
untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran
atom.
7. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi
sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat
terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
9. Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak spectrum
yang dahasilkan oleh lampu piar hollow cathode atau untuk merubah sinar polikromatis
menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.
10. Detector
Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector panas
biasa dipakai untuk mengukur radiasi inframerah termasuk thermocouple dan bolometer.
Detector berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah
menjadi energy listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan penguatan
dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka. Ada dua macam
deterktor sebagai berikut:
Detector Cahaya atau Detector Foton Detector foton bekerja berdasarkan efek
fotolistrik, dalam halini setiap foton akan membebaskan elektron (satu foton satu
electron) dari bahan yang sensitif terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga,
Ga/As, Cs/Na.
Detector Infra Merah dan Detector Panas. Detector infra merah yang lazim adalah
termokopel. Efek termolistrik akan timbul jika dua logam yang memiliki temperatur
berbeda disambung jadi satu.
11. Rekorder
Sinyal yang keluar dari detector diterima oleh piranti yang dapat menggambarkan secara
otomatis kurva absorpsi.
Prinsip Kerja
Atomic Absorption spectrophotometry adalah metode analisis dengan prinsip dimana
sampel yang berbentuk liquid diubah menjadi bentuk aerosolataunebulae lalu bersama
campuran gas bahan bakar masuk kedalam nyala,disini unsur yang dianalisa tadi menjadi
atom – atom dalam keadaan dasar (ground state). Lalu sinar yang berasal dari lampu katoda
dengan panjang gelombang yang sesuai dengan unsur yang uji, akan dilewatkan kepada atom
dalam nyala api sehingga elektron pada kulit terluar dari atom naik ke tingkat energi yang
lebih tinggi atau tereksitasi. Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya
atom ground state yang berada dalam nyala. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan
diteruskan dan dipancarkan pada detektor,kemudian diubah menjadi sinyal yang terukur.
Sinar yang diserap disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan disebut emisi. Adapun
hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari hukumLambert-Beer yang
menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara AAS. Hubungan tersebut dirumuskan dalam
persamaan sebagai berikut:
a. Sumber Radiasi
Garis serapan atom dalam nyala ditemukan jauh lebih sempit dari pada pita yang
dibentuk oleh kombinasi sumber monokromator berturut-turut dalam spektroskopi
serapan atom.
Garis-garis yang disebutkan dalam spektroskopi bukanlah garis dalam definisi
matematika (tidak memiliki lebar), tetapi lebarnya 10-3 dan 10-2 nm, sehingga sebagian
besar radiasi yang keluar dari monokromator berada di luar garis serapan atom, Dan di
sana tidak ada peluang untuk teradsorpsi, yang akan sangat mempengaruhi nilai P/Po.
Dalam Hukum Lambert-Beer mensyaratkan bahwa hubungan linier antara
absorbansi dengan konsentrasi hanya akan dicapai jika sumber radiasi yang digunakan
adalah benar-benar monokromatis.
Hukum ini berlaku untuk spektroskopi serapan atom jika lebar pita cahaya yang
dihasilkan oleh sumber radiasi yang digunakan sesempit lebar garis spektrum atom unsur
yang akan dianalisis. Sumber radiasi yang digunakan dalam AAS ini adalah sumber
radiasi yang memancarkan garis spektrum pada panjang gelombang yang sama persis
dengan yang diserap oleh atom unsur yang dianalisis.
Contohnya, jika analisis Natrium akan dilakukan pada garis spektra serapan atom
natrium 589,6 nm, maka lampu natrium akan sangat cocok digunakan sebagai sumber
radiasi. Lucutan listrik yang digunakan dalam lampu natrium akan menyebabkan uap
atom natrium dalam lampu itu mengalami eksitasi. Pada saat atom Natrium yang
tereksitasi ini kembali ke keadaan dasar maka akan terjadi emisi radiasi karakteristik
berupa garis-garis spektra. Salah satu garis spektra ini akan memiliki panjang gelombang
serapan atom natrium yaitu 589,6 nm.
solusi melewati nebulizer ke manik-manik kaca. tetesan besar dibuang ke saluran pembuangan
Ada empat tahap utama yang dilalui larutan analit aerosol dalam nyala api AAS
burner:
Tungku ini didesain khusus dengan celah tipis, panjangnya 5-10 cm, tergantung jenis
pembakar yang digunakan. Celah mendefinisikan panjang nyala dalam spektrometer di
mana populasi atom keadaan dasar bebas ada. Panjang nyala api menentukan jalur cahaya
yang melewati atom, yang menentukan sensitivitas, menurut Hukum Beer-Lambert.
Ketinggian burner juga bisa dinaikkan atau diturunkan. Ini memungkinkan sumber
cahaya dilewatkan melalui area nyala api yang memberikan sensitivitas terbaik untuk
analit yang dipilih.
Cahaya dari sumber cahaya lampu katoda berongga dilewatkan sepanjang burner dan melalui
nyala api yang diciptakan oleh celah burner. Ini menciptakan panjang jalur yang panjang untuk
diamati.
Perlu dicatat sementara pembakar api adalah sumber atomisasi paling populer, ada
alternatif lain yang memberikan keuntungan khusus. Sumber atomisasi yang paling
umum adalah:
2. Pembangkit hidrida . Elemen pembentuk hidrida; As, Se, Sb, Bi, dan Pb, direaksikan
membentuk hidrida gas. Larutan sampel yang diasamkan ditambahkan ke larutan
natrium borohidrida dalam sel reaksi yang dirancang khusus. Gas hidrida volatil yang
dihasilkan dilewatkan ke dalam sel optik (tabung kaca silika yang menyatu), di mana
ia dapat dipanaskan secara elektrotermal atau api. Pada suhu tinggi, hidrida yang
mudah menguap terurai menjadi atom logam netral yang dapat menyerap cahaya dari
lampu katoda berongga.
Sumber cahaya-lampu katoda berongga (HCL)
Lampu katoda berongga (HCL) adalah sumber cahaya yang paling umum
digunakan dengan spektrometer AA. Sumber cahaya adalah komponen penting. Ini
adalah absorbansi cahaya dari lampu saat melewati sampel yang dikabutkan, yang diukur.
Lampu katoda berongga diisi dengan gas 'pengisi' inert pada tekanan rendah,
biasanya argon atau neon. Sebuah katoda logam, dilapisi elemen yang diinginkan,
diposisikan berlawanan dengan anoda. Sebuah tegangan tinggi diterapkan, di dua
elektroda, yang mengionisasi ion mempercepat gas pengisi menuju katoda. Katoda
dibombardir oleh ion-ion ini dengan energi yang cukup sehingga atom logam dari bahan
katoda dikeluarkan atau "tergagap" menciptakan gumpalan atom. Di dalam gumpalan
atom, tumbukan lebih lanjut antara atom logam terjadi meningkatkannya ke keadaan
eksitasi. Ketika atom kembali ke keadaan dasar yang diinginkan, radiasi dipancarkan,
sebagai cahaya, pada panjang gelombang karakteristik dari elemen tertentu.
Lampu yang mengandung satu elemen paling sering digunakan. Lampu multi-
elemen dapat diproduksi, tetapi biasanya kurang sensitif dibandingkan lampu elemen
tunggal. Kombinasi elemen dalam lampu multi-elemen dibatasi untuk menghindari
gangguan spektral dan ketidakcocokan kimia.
Monokromator
Lampu katoda berongga memancarkan banyak garis emisi sempit. Monokromator
digunakan untuk mengisolasi garis emisi resonansi tunggal. Ini terjadi setelah cahaya
melewati sampel di dalam sumber atomisasi, misalnya nyala api. Monokromator adalah
perangkat optik dengan tujuan tunggal mengumpulkan cahaya yang mengandung banyak
panjang gelombang dan mengisolasi (memilih) pita panjang gelombang yang sempit.
Monokromator sederhana terdiri dari:
1. Celah masuk: Ini adalah pada masuknya monokromator segera setelah berkas
cahaya melewati api. Celah pintu masuk secara efektif membatasi radiasi sumber
ke berkas sempit.
2. Cermin internal: Ini mengarahkan cahaya melalui monokromator.
3. Elemen pendispersi: Di jantung monokromator, elemen pendispersi mengambil
cahaya dan menyebarkan radiasi ke dalam panjang gelombang komponennya
(Anda mungkin akrab dengan prisma yang memisahkan cahaya putih menjadi
pelangi). Elemen pendispersi biasanya berupa kisi optik. Garis-garis yang diatur
dengan tepat terukir pada kisi optik. Sudut cahaya mengenai kisi menentukan
panjang gelombang cahaya yang difokuskan ke celah keluar melalui cermin
internal lainnya.
4. Celah keluar: Ini adalah jalan keluar dari monokromator. Panjang gelombang
yang dipilih untuk pengukuran analitik difokuskan ke celah keluar yang kemudian
akan diteruskan ke detektor optik untuk pengukuran. Semua panjang gelombang
lainnya akan tetap berada di dalam monokromator.
Detektor
Detektor yang paling banyak digunakan dalam spektrometer serapan atom adalah
tabung photomultiplier (PMT). Tidak ada perangkat lain yang menawarkan sensitivitas
yang sama pada rentang panjang gelombang yang diperlukan untuk analisis serapan
atom. PMT mengubah cahaya datang menjadi sinyal listrik yang memungkinkan
pengukuran intensitas cahaya. Cahaya dari celah keluar monokromator memasuki PMT
dan mengenai fotodioda, menciptakan sinyal listrik. Serangkaian dinoda memperkuat
sinyal dan kemudian dikumpulkan (diukur) pada anoda dan digunakan untuk memberikan
pengukuran penyerapan kuantitatif.
V. INTREPERTASI DATA
Spektroskopi serapan atom (AAS) dikembangkan oleh ilmuan CSIRO Dr. Alan Walsh
pada tahun 1950-an. Langkah-langkah yang terlibat dalam menggunakan data spektroskopi
serapan atom (AAS) untuk menentukan konsentrasi suatu spesies dalam larutan adalah:
- Langkah 1: Gambarkan kurva kalibrasi menggunakan data konsentrasi dan absorbansi
untuk sekumpulan standar.
- Langkah 2: Gunakan kurva kalibrasi dan absorbansi sampel untuk "membaca"
konsentrasi spesies dalam sampel.
- Langkah 3: Jika sampel asli diencerkan sebelum dianalisis, gunakan konsentrasi
sampel yang diencerkan yang diperoleh dari kurva kalibrasi untuk menghitung
konsentrasi spesies dalam sampel asli yang tidak diencerkan.
Spektroskopi Serapan Atom dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi logam dalam :
- Operasi penambangan dan dalam produksi paduan sebagai uji kemurnian
- Air yang tercemar, terutama pencemaran logam berat pada air limbah industry
- Organisme, seperti merkuri pada ikan
- Udara, seperti timbal di udara
- Makanan
Pengujian sampel untuk mengetahui atau pencarian keberadaan logam besi dalam air.
Logam Fe2+ diuji menggunakan spektroskopi yang memakai grafit pada panjang gelombang
248,3 nm. Logam ini diperoleh dari fraksi air-metanol. Dari hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan larutan organik dapat menurunkan keakuratan analisis logam.
Analisis kuantitatif metalloenzim terimobilisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kadar enzim hidrogen peroksidase dengan
mengintepretasi jumlah logam besi yang dikandung dari enzim tersebut. Imobilisasi enzim
menggunakan kain karena teknik yang dilakukan yaitu adsorpsi, kovalen dan kovalen dengan
tambahan ikatan seberang silang. Kain tersebut direndam dalam larutan asam sulfat, lalu cairan
tersebut dioksidasi dengan tambahan enzim hidrogen peroksidase. Cairan tersebut lalu diukur
menggunakan spektroskopi yang menggunakan pijaran api pada panjang gelombang 248,3 nm.
Menguji logam vanadium di dalam tanah
Penelitian ini menggunakan spektroskopi yang memakai grafit. Tanah yang ingin diuji
direaksikan dengan berbagai asam anorganik yang merupakan proses digesti. Ketika
didapatkan konsentratnya dalam asam klorida baru diencerkan dengan air dan dideteksi dengan
spektroskopi
Menganalisis elemen kelumit (trace element) pada jaringan kelinci.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa elemen kelumit (besi, tembaga, dan seng)
pada jaringan kelinci yang memiliki pola makan tinggi kadar lemak. Hasil dari penelitian ini
adalah logam besi ternyata mampu mempercepat proses aterosklerosis.