Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRATIKUM METODE ANALISIS FISIKOKIMIA

PERCOBAAN 1
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAHAN BAKU
ASAM MEFENAMAT DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-SINAR TAMPAK

Disusun Oleh:

Nama : Indah Prayesti


NPM 10060321169
Kelompok/Shift : 2/F
Tanggal Pratikum : 22 Desember 2022
Tanggal Laporan : 29 Desember 2022
Asisten Penanggung Jawab : Kamilia Ayu, S.Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M / 1444 H
PERCOBAAN 1
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAHAN BAKU
ASAM MEFENAMAT DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-SINAR TAMPAK

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Dapat melakukan analisis kualitatif bahan baku dengan metode
spektrofotometri UV-sinar tampak

1.2 Dapat melakukan analisis kuantitatif bahan baku dengan metode


spektrofotometri UV-sinar tampak

II. PRINSIP PERCOBAAN


Prinsipnya yaitu dengan menggunakan teknik yang memakai sumber
radiasi elektromagnetik ultraviolet dengan instrument spektrofotometer
melalui suatu media, dimana sebagian cahaya tersebut dapat diserap dan
dipantulkan

III. TEORI DASAR


3.1 Analisis kualitatif dan kuantitatif
Analisis Kualitatif dan Analisis Kuantitatif Analisis kualitatif
merupakan proses pengidentifikasian suatu zat, untuk menentukan
kandungan unsur kimia di dalam sampel, keberadaan ion, gugus fungsi, atau
molekul apapun yang terdapat dalam komposisi sampel. Karakteristik reaksi
analisis kualitatif dicirikan dengan adanya reaksi eksternal tertentu, seperti
timbulnya endapan, terbentuknya warna tertentu dalam larutan, perubahan
atau paduan warna dalam larutan, timbul bau atau hilangnya bau tertentu,
dll. Dalam analisis kualitatif, suatu zat yang digunakan sebagai pereaksi
disebut reagen. Dalam kasus di mana sensitivitas yang lebih tinggi
diperlukan, dapat dilakukan analisis kualitatif dengan metode analisis fisik
atau fisiko-kimia menggunakan instrument (Aspers, P. & Corte, U. 2014).
Analisis kimia kuantitatif, merupakan salah satu cabang kimia yang
berhubungan dengan penentuan jumlah atau persentase dari satu atau lebih
konstituen pada suatu sampel. Berbagai metode dapat digunakan untuk
analisis kuantitatif, yang mana diklasifikasikan sebagai metode kimia dan
fisika, tergantung pada sifat mana yang digunakan dari analit yang hendak
dianalisis. Metode kimia bergantung pada reaksi seperti pengendapan,
netralisasi, oksidasi, atau, secara umum, pembentukan senyawa baru.
Sedangkan, metode fisika melibatkan pengukuran beberapa properti fisik
seperti kerapatan, indeks bias, penyerapan atau polarisasi cahaya, gaya gerak
listrik, kerentanan magnetik, dan banyak lainnya. Suatu analisis seringkali
membutuhkan kombinasi metode : kualitatif untuk memisahkan konstituen
yang diinginkan dari sampel dan kuantitatif untuk mengukur jumlah yang
ada (Britannica, T. 2020).

3.2 Asam mefenamat

Gambar 3.2. Struktur Asam mefenamat


Asam Mefenamat memiliki efek sebagai antiradang, antipiretik,
dan analgesik, asam mefenamat juga termasuk obat dengan golongan
NSAID dimana mekanisme kerja dari obat golongan NSAID adalah
menghambat prostaglandin melalui penghambatan enzim
siklooksigenase (COX) yang akan menyebabkan terhambatnya sintesis
prostaglandin. Prostaglandin merupakan salah satu faktor kimia yang
dihasilkan dari adanya proses inflamasi yang berperan sebagai mediator
peradangan dan nyeri. Prostaglandin adalah senyawa yang dilepas tubuh
dan menyebabkan rasa sakit serta inflamasi. Akibat dari penghambatan
produksi prostaglandin oleh Asam Mefenamat maka akan terjadi
pengurangan rasa sakit dan inflamasi (Asif, 2014).
Asam Mefenamat ini merupakan asam fenilantranilat yang
mengalami N-substitusi (Goodman dan Gilman, 2008), (Katzung, 2004).
Apabila diberikan secara oral, Asam mefenamat diabsorbsi dengan cepat
dari saluran gastrointestinal. Kadar plasma puncak dapat dicapai 1-2 jam
setelah pemberian 2x250 mg. (Lukman, 2014).
Efek samping yang bisa disebabkan oleh asam mefenamat yaitu
terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispensia, diare sampai diare
berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada usia lanjut
efek samping hebat sering dilaporkan. Efek samping lain berdasarkan
hipersensitivitas ialah eritema kulit dan bronkokonstriksi. Anemia hemolitik
juga pernah dilaporkan (Karl, 2011).

3.3 Gugus kromofor dan ausokrom


Bagian molekul yang mengabsorpsi dalam daerah UV dan daerah
sinar tampak dinyatakan sebagai kromofor (Roth dan Blaschke, 1985).
Menurut Adam Wiryawan, kromofor adalah suatu gugus fungsi, tidak
terhubung dengan gugus lain, yang menampakkan spektrum absorpsi
karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak (l>200 nm). Ada 3 jenis
kromofor sederhana, yaitu : ·
• Ikatan ganda antara 2 atom yang tidak memiliki pasangan elektron bebas.
Contoh : C=C·
• Ikatan ganda antara 2 atom yang memiliki pasangan elektron bebas
Contoh : C=O·
Cincin Benzena Jika beberapa kromofor berhubungan maka absorpsi
menjadi lebih kuat dan berpindah ke panjang gelombang yang lebih panjang
(Wiryawan dkk., 2008).
Contoh kromofor tunggal, antara lain : asetilen, aldehid, azo,
karbonil, sulfoksida, benzena, etilen, dan lain-lain (Harmita, tt). Dalam
suatu molekul dapat dikandung beberapa kromofor. Jika kromofor
dipisahkan satu sama lain paling sedikit oleh 2 atom karbon jenuh, maka
tidak ada kemungkinan adanya konjugasi antara gugus kromofor (Roth dan
Blaschke, 1985).
Kromofor merupakan senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap yang terkonjugasi. Suatu ikatan rangkap yang terisolasi seperti
dalam etilen mengabsorpsi pada 165 nm, yaitu di luar daerah ukur yang
lazim dari spektroskopi elektron. Dua ikatan rangkap terkonjugasi
memberikan suatu kromofor seperti dalam butadien akan mengabsorpsi
pada 217 nm. Panjang gelombang maksimum absorpsi dan koefisien
ekstingsi molar akan bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan
rangkap terkonjugasi lainnya. Juga pada vitamin A-alkohol (retinol) dan β-
karoten merupakan polien dengan 1 kromofor yang terdiri dari 5 atau 11
ikatan rangkap terkonjugasi (Roth dan Blaschke, 1988).
Gugus auksokrom mengandung pasangan elektron bebas yang
disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk dalam
gugus auksokrom ini adalah substituen seperti –OH, -NH2, -NHR dan –
NR2. Gugus ini akan memperlebar sistem kromofor dan menggeser
maksimum absorpsi kearah panjang gelombang yang lebih panjang (Roth
dan Blaschke, 1985). Gugus auksokrom tidak menyerap pada panjang
gelombang 200-800 nm, namun mempengaruhi spektrum kromofor dimana
auksokrom tersebut terikat (Wiryawan dkk., 2008).

3.4 Spektrofotometri
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode analisis yang
didasarkan pada pengukuran penyerapan sinar monokromatik oleh senyawa
tak berwarna di jalur spektrum ultraviolet (200-380nm). Metode ini
menggunakan sumber radiasi elektromagnertik dan sinar tampak dengan
menggunakan instrumen yang didasarkan hukum Bounger-Lambert-Beer,
yang menetapkan bahwa absorbansi larutan berbanding lurus dengan
konsentrasi analit. Adapun prinsip dasar kerja dari spektrofotometer yang
meliputi daerah UV yang terdiri dari cahaya interval panjang gelombang yang
melewati dengan pelarut dan jatuh ke fotolistrik yang mengubah energi
radiasi menjadi energi listrik. (Gandimathi, 2012).
Spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk melihat absorbansi molekul
yang kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. (Douglas A.Skoog
et al., 2014). Pengukuran kuantitatif dilaksanakan dengan cara komparatif
menggunakan kurva kalibrasi dan hubungan konsentrasi deret larutan alat
untuk analisa suatu unsur yang berkadar rendah baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Aplikasi pada penentuan secara kualitatif berdasarkan
puncak-puncak yang dihasilkan spektrum dari suatu unsur tetentu pada
panjang gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara kuantitatif
berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari spektrum dengan adanya
senyawa pengompleks sesuai unsur yang dianalisisnya. (Yanlinastuti &
Fatimah S., 2016).

Analisis kualitatif metode UV-Vis berguna untuk mendeteksi gugus


kromoforik. Gugus kromoforik (gugus pengabsorbsi) merupakan suatu gugus
atom yang dapat menyebabkan terjadinya absorbsi cahaya. Indikasi yang jelas
dari keberadaan gugus kromofor adalah munculnya satu atau lebih pita
serapan di wilayah 200-400 nm. (Khaldun.,2018).

Spektrofotometri UV-Vis menggunakan metode penyerapan radiasi


ultraviolet, sinar tampak, dan infra merah banyak digunakan untuk
mengidentifikasi dan menentukan banyak spesies anorganik, organik, dan
biokimia. (Douglas A.Skoog et al., 2014). Spektrofotometri UV-Vis
merupakan salah satu teknik yang paling sering digunakan dalam analisis
farmasi. Teknik spektrofotometri merupakan teknik yang sederhana, cepat,
cukup spesifik dan berlaku untuk jumlah kecil dari senyawa. (Behera et al.,
2012)

IV. MSDS
4.1 Asam mefenamat
• Pemerian : Serbuk hablur putih atau hampir putih; melebur pada suhu
lebih kurang 230° disertai peruraian (Kemenkes RI, 2020)
• Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam
kloroform; sukar larut dalam etanol dan dalam metanol; praktis tidak larut
dalam air (Kemenkes RI, 2020).
• Terhirup : Jika sulit bernafas, pindahkan ke udara yang segar dan posisikan
yang nyaman untuk bernafas. Hubungi dokter jika gejala berkembang atau
menetap.
• Terkena Kulit : Bilas kulit dengan air. Dapatkan pertolongan medis jika iritasi
berkelanjutan.
• Terkena mata : Bilas dengan air. Dapatkan pertolongan medis jika iritasi
berkelanjutan.
• Tertelan : Bilas mulut. Jika terkonsumsi dalam jumlah besar, maka segera
hubingi pusat kendali racun.

4.2 NaOH
• Pemerian : Bentuk batang butiran, massa hablur atau keping,kering, keras,
rapuh.
• Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
• Rumus Molekul : NaOH
• Berat Molekul : 40,00 g/mol
• Jika terhirup : pindahkan ke udara yang segar
• Jika terkena mata : Bilas mata dengan air bersih
• Jika terkena kulit : Bilas dengan air
• Jika tertelan : Bilas mulut menggunakan air bersih

4.3 Metanol
• Rumus Molekul : CH3OH
• Berat Molekul : 32,04 g/mol
• Pemerian : cairan berwarna bening, mudah terbakar
• Kegunaan : zat pelarut
• Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
• Jika terhirup : hirup udara bersih, segera hubungi dokter
• Jika terkena kulit : tinggalkan semua pakaian yang terkontaminasi
4.4 Aquadest
• Rumus Molekul : H2O
• Berat Molekul : 18,02 g/mol
• Pemerian : cair bening, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau
• pH : pada 20°C
• Titik lebur : 0°C
• Titik didih : 100°C

V. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah Corong
erlenmeyer, filler, gelas kimia, gelas ukur, labu takar 10 ml dan 100 ml, pipet
tetes, spektrofotometer uv mini 1240, dan timbangan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air destilasi, bahan
baku asam mefenamat,baku pembanding asam mefenamat , NaOH, dan
metanol.

VI. PROSEDUR PERCOBAAN


6.1 ANALISIS KUALITATIF
6.1.1 Larutan standar
Bahan baku pembanding asam mefenamat di timbang dengan seksama
sebanyak 0,05 gram lalu dimasukkan di dalam labu takar 100 mL. Kemudian
di larutkan di dalam NaOH 2ml dan aquadest ditambahkan hingga tanda
batas. Lalu di kocok hingga homogen. Di masukkan larutan yang
sudah homogen kedalam labu takar dan di encerkan dengan metanol 10ml.
Setelah itu di pipet larutan tersebut lalu di encerkan hingga 10 mL di dalam
labu takar 10 ml sampai tanda batas.

6.1.2 Larutan uji


Bahan baku asam mefenamat di timbang dengan seksama 0,05 gram
di dalam labu takar 100 ml. kemudian dilarutkan di dalam NaOH 2ml dan
aquadest ditambahkan hingga tanda batas. Setelah itu larutan di kocok hingga
homogen. Di masukkan larutan yang sudah homogen kedalam labu takar dan
di encerkan dengan metanol 10ml. Setelah itu di pipet larutan tersebut lalu di
encerkan hingga 10 mL di dalam labu takar 10 mL.

6.2 ANALISIS KUANTITATIF


6.1 Larutan Standar

Baku pembanding asam mefenamat ditimbang dengan seksama


0,03 gram ke dalam labu takar 100 mL. kemudian 2 mL NaOH
ditambahkan di dalam labu takar. Lalu di encerkan dengan air destilasi
hingga sampai tanda batas. Kemudian larutan di kocok hingga homogen.
(larutan stok baku pembanding 300 ppm)

Di pipet masing masing larutan 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, dan 4 mL


larutan stok baku ke pembanding ke dalam labu takar 100 mL. Kemudian
diencerkan dengan metanol hingga tanda batas. Diperoleh satu seri larutan
standar dengan konsentrasi masing masing 3; 4.5; 6; 7.5; 9; 10.5; 12 ppm.

6.2 Larutan uji


Bahan baku asam mefenamat yang akan ditentukan kadarnya
ditimbang dengan seksama sebanyak 75 mg. Dimasukkan kedalam labu
takar 100 ml. Ditambahkan 2 mL NaOH kemudian diencerkan dengan air
destilasi hingga tanda batas. Kemudian larutan dikocok hingga homogen.
Lalu dipipet sebanyak 1.0 mL larutan kemudian diencerkan dengan metanol
hingga 100 mL.

6.3 Penentuan Kadar


6.3.1 Cara Kurva Kalibrasi
Pada panjang gelombang absorban maksimumnya, diukur absorbansi
setiap larutan pembanding dan juga larutan sampel. Lalu dengan
menggunakan kurva kalibrasi atau persamaan garis, dihitunglah kadar
larutan sampel dan faktor pengencerannya.
6.3.1 Cara One Point
Diambil absorban salah satu larutan pembanding kemudian
digunakan untuk menghitung kadar larutan sampel dengan menggunakan
metode one point

VII. DATA PENGAMATAN


• Analisis Kuantitatif
Konsentrasi larutan standar
30 𝑚𝑔 10 𝑚𝑔
𝑥 𝐹𝑃 = 300 = 300 𝑝𝑝𝑚
100 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙

Absorbansi larutan standar = 298 nm


Konsentrasi larutan uji

70 𝑚𝑔 10 𝑚𝑔
𝑥 𝐹𝑃 = 700 = 700 𝑝𝑝𝑚
100 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙

• Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif
Larutan Standar : Panjang gelombang : 289nm
Absorbansi : 0,272
Larutan Uji : Panjang gelombang : 289nm
Absorbansi : 0,256

• Tabel konsentrasi dan absorbansi


Konsentrasi Absorbansi
3 ppm 0,085
4,5 ppm 0,161
6 ppm 0,220
7,5 ppm 0,259
9 ppm 0,321
10,5 ppm 0,374
12 ppm 0,423
Uji 0,185

• Pengenceran
1. Konsentrasi 1 mL
V1 . N1 = V2 . N2
1. 300 = 100 . N2
N2 = 3 ppm
2. Konsentrasi 1,5 mL
V1 . N1 = V2 . N2
1,5. 300 = 100 . N2
N2 = 4,5 ppm
3. Konsentrasi 2 mL
V1 . N1 = V2 . N2
2. 300 = 100 . N2
N2 = 6 ppm
4. Konsentrasi 2,5 mL
V1 . N1 = V2 . N2
2,5. 300 = 100 . N2
N2 = 7,5 ppm
5. Konsentrasi 3 mL
V1 . N1 = V2 . N2
3. 300 = 100 . N2
N2 = 9 ppm
6. Konsentrasi 3 mL
V1 . N1 = V2 . N2
3. 300 = 100 . N2
N2 = 9 ppm
7. Konsentrasi 3,5 mL
V1 . N1 = V2 . N2
3,5. 300 = 100 . N2
N2 = 10,5 ppm
8. Konsentrasi 4 mL
V1 . N1 = V2 . N2
4. 300 = 100 . N2
N2 = 12 ppm

• Regresi Linear
𝑎 = −0,0119
𝑏 = 0,0367
𝑟 = 0,9975
𝑦 = 𝑏𝑥 ± 𝑎
0,185 = 0,0367𝑥 − 0,0119
𝑥 = 5,3651 ppm

• Grafik
• Metode Kurva Kalibrasi
𝑥
% kadar = x 100 %
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
5,3651
% kadar = x 100%
7 𝑝𝑝𝑚

% kadar = 76,64 %

• One point method


𝐴𝑢
Cu = x Cs
𝐴𝑠
0,185
Cu = x 4,5 ppm
0,161

Cu = 5,1708 ppm
𝐶𝑢
% kadar = x 100 %
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
5,1708 𝑝𝑝𝑚
% kadar = x 100 %
7 𝑝𝑝𝑚

% kadar = 73,87 %

VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif
bahan baku asam mefenamat dengan metode spektrofotometri UV-Sinar
tampak. Uji kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan membandingkan
baku pembanding asam mefenamat dengan bahan baku asam mefenamat.
Pada setiap analisis, baik kualitatif maupun kuantitatif, masing-masing
dibuat larutan standar dan larutan uji. Larutan standar ini digunakan untuk
memastikan penetapan yang dilakukan pada praktikum sesuai atau tidak.
Pada penetapan kadar asam mefenamat menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis karena asam mefenamat memiliki gugus kromofor
dan ausokrom. Gugus kromofor yang membantu penyerapan radiasi pada
daerah UV-Visible. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang
antara 200- 400nm, sedangkan sinar tampak (visible) mempunyai panjang
gelombang 400-750nm. Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis ialah
berdasarkan atas interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi,
materi ini dapat berupa atom, ion, atau molekul (Sriman, 2016).

7.1 Analisis kualitatif


Pada prosedur pertama dilakukan analisis kualitatif bahan baku asam
mefenamat dibuat dengan larutan standar dan larutan uji, pada percobaaan ini
ditambahkan 2 ml NaOH lalu ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Pengunaan
NaOH bertujuan agar asam mefenamat dapat larut, ini sesuai dengan kelarutan
asam mefenamat menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020)
bahwa NaOH Larut dalam larutan alkali hidroksida. Larut yang dimaksud
adalah dalam 0,05 gram asam mefenamat dapat larut didalam 10-30 bagian
dari NaOH. Hal inilah mengapa pada percobaan kali ini digunakan larutan
alkali hidroksida yaitu NaOH sebagai pelarut asam mefenamat, kemudian
aquadest ditambahkan hingga tanda batas. Pengenceran harus dilakukan tepat
hingga tanda batas agar menghindari larutan yang konsentrasinya terlalu
encer jika lewat tanda batas, dan larutan yang konsentrasinya terlalu pekat
jika kurang dari tanda batas, hal ini juga bertujuan agar mendapatkan hasil
bagus pada menghitung kadar. Selanjutnya dilakukan pengenceran lagi
menggunakan metanol.
Tujuan dilakukan pengenceran dua kali adalah untuk menghindari
keadaan hiperkromik, efek hiperkromik adalah terjadinya peningkatan
intensitas absorbs yang akan terjadi jika larutan memiliki konsentrasi yang
terlalu tinggi (pekat) yang akanmenunjukkan nilai absorbansi diatas 0,8, dan
untuk mencapai kesesuaian dengan hukum Lambert-Beer maka larutan harus
dibuat encer. Efek hiperkromik adalah terjadinya peningkatan intensitas
absorbsi dan hipokromik penurunan intensitas absorbsi, hal ini terjadi
misalnya karena perubahan pelarut. Efek batokromik dan hipsokromik dapat
juga disebabkan karena perbedaan atau perubahan pelarut yang digunakan
(Suhartati, 2017).
Pada pengukuran daerah sinar UV digunakan kuvet kaca kuarsa
karena kuvet gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Sebelum digunakan,
kuvet harus dibilas terlebih dahulu dengan larutan yang akan digunakan.
Tujuannya agar pengukurannya akurat. Sebelum dimasukkan kedalam alat
spektofotometer, kuvet lat spektofotometer, kuvet harus dikeringkan terlebih
dahulu dengan tissue. Karena jika tidak dikeringkan, khawatir ada air dari
luar dinding kuvet yang bisa menyebabkan alat cepat rusak. Alat
pengeringnya juga harus tissue karena tissue memiliki permukaan yang
lembut, dan tidak akan merusak kuvet. Cara meletakkan kuvet ke dalam alat
spektofotometer adalah dengan menghadapkan kuvet bagian bening ke alat
detektor dan monokromator. Hal ini karena bagian bening kuvet itu ialah
tempat dimana cahaya diserap. Pengukuran pertama dilakukan terhadap
blanko. Blanko adalah larutan yang mendapat perlakuan sama dengan sampel
tetapi tidak mengandung komponen sampel.
Hasil dari analisis kualitatif adalah larutan standar memiliki panjang
gelombang maksimum sebesar 289 dengan absorbansi 0,273 dan larutan uji
memiliki panjang gelombang 289 dengan absorbansi 0,256. Sehingga hasil
yang didapatkan antara larutan larutan standar dan larutan uji keduanya
memiliki panjang gelombang maksimum yang berdekatan dan dapat
disimpulkan bahwa bahan baku pada larutan uji positif mengandung asam
mefenamat.

7.2 Analisis Kuantitatif


Percobaan berikutnya dilakukan analisis kuantitatif pada bahan baku
asam mefenamat menggunakan spektrofotometer UV-Sinar tampak. Analisis
kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar yang terdapat pada
sampel. Pada percobaan ini dibuat dahulu larutan standard dan larutan uji.
Larutan standar dibuat dengan mencampurkan 0,03 gram baku pembanding
asam mefenamat ke dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan NaOH
sebanyak 2 ml lalu diencerkan dengan aquadest. Aquades berfungsi sebagai
pengencer (pelarut) yang dengan penambahannya dapat memperkecil
konsentrasi larutan. Dilakukan pengenceran dengan konsentrasi 300 ppm,
dibuat seri larutan standar dengan konsentrasi masing masing 3; 4,5; 6; 7,5;
9; 10,5; 12 ppm. Dilakukan pengenceran bertujuan untuk mengurangi
kepekatan dari larutan standard dan juga agar mendapatkan nilai absorbansi
yang beragam 9; 10,5; 12 ppm. Dilakukan pengenceran bertujuan untuk
mengurangi kepekatan dari larutan standard dan juga agar mendapatkan nilai
absorbansi yang beragam.

Setelah itu dilakukan pengukuran kadar asam mefenamat


menggunakan metode kurva kalibrasi, agar mendapat nilai yang akurat harus
memakai banyak data minimal 6 data. Sedangkan cara one point hanya
menggunakan satu data saja. Metode kalibrasi mengukur setiap larutan
pembanding dan larutan sampel mengunakan persamaan regresi linier. Dari
hasil pengamatan regresi dan hasil perhitungan kadar bahan baku asam
mefenamat yang didapat sebesar 75,88 %. Hasil yang didapat tidak sesuai
dengan Farmakope Indonesia yang menyatakan bahwa asam mefenamat
mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
102,0%,(Kementrian Kesehatan RI 2020).

Faktor dari beberapa kesalahan dalam pengukuran adalah pelarutt


ph, suhu dan konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat pengganggu.
Pengaruh pengaruh ini harus diketahui, kondisi analisis harus diketahui
sedemikian sehingga absorbansi tidak akan di pengaruhi sedikitpun.
kebersihan juga akan mempengaruhi absorbansi termasuk bekas jari pada
dinding tabung harus dibersihkan dengan kertas tissu dan hanya memegang
bagian ujung atas tabung sebelum pengukuran (Hendayana, 1994).
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Lukman Zulkifli. (2014). Pemilihan Antibiotik yang Rasional.
Medicinus : 40-45, Vol.27. No.3
Aspers, Patrik & Corte, Ugo. (2019). ‘What is Qualitative in Qualitative
Research?’. Qualitative Sociology. 42. 10.1007/s11133-019-9413-
7.
Behera, S. S. Ghanty, F. Ahmad, S. Santra, dan S. Banerjee. (2012). UV-
Visible Spectrophotometric Method Development and Validation
of Assay of Paracetamol Tablet Formulation. Journal Analytical &
Bioanalytical Techniques. Vol. 3 (6)
Britannica, T. Editors of Encyclopaedia (2020, March 10). ‘Quantitative
Chemical Analysis’. Encyclopedia Britannica.
Ganjar,I,G., Rohman,A.(2012). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Gandhimathi, R., Vijayaraj, S., & Jyothirmaie, M. P. (2012). Analytical
Process of Drugs by Ultraviolet ( UV ). International Journal of
Pharmaceutical Research % Analysis, 2(2), 72–78.
Khaldun, I. (2018). Kimia Analisa Instrumen (Pertama). Syiah Kuala
University Press:Banda Aceh.
Karl E. Case, Fair, Ray C. (2011). Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Jakarta:
Prenhalindo.
Roth, J.H., dan Blaschke, G., (1998), Analisis Farmasi, Cetakan III,
diterjemahkan oleh Kisman, S., dan Ibrahim, S., Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Wiryawan, A. (2008). Kimia Analitik. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta.
Yanlinastuti, Y., dan Fatimah, S. (2016). Pengaruh Konsentrasi Pelarut
untuk Menentukan Kadar Zirkonium Dalam Paduan U-zr dengan
Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-vis. Pengelolaan
Instalasi Nuklir, 9(17), 156444

Anda mungkin juga menyukai