Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN 7
IDENTIFIKASI SIMPLISIA FOLIUM

Disusun Oleh:

Fatika Hira Winda Sabaha : 10060321168


Indah Prayesti : 10060321169
Angelica Khusuma Wardani : 10060321171
Muhammad Fauzan Mutaqien : 10060321172

Shift/Kelompok : F/2
Tanggal Percobaan : 3 November 2022
Tanggal Laporan : 10 November 2022
Nama asisten : Anindi Febrilla S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M / 1444 H
PERCOBAAN 7
IDENTIFIKASI SIMPLISIA FOLIUM

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Untuk mengamati dan mengetahui fragmen khas dari berbagai jenis corteks
secara mikroskopik dengan berbagai macam reagen
2.1 Untuk mengetahui organeleptis dari berbagai macam corteks secara
makroskopik

II. TEORI DASAR


2.1 Pengertian Folium
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari
batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap
energi daricahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ
terpenting bagitumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan
adalah organismeautotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya
sendiri melalui konversienergi cahaya menjadi energi kimia (Sutarmi, 1983).
Daun merupakan alat yang penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan,
sebabdisitu terjadi proses fotosintesis yang akan menghasilkan makanan
bagitumbuhan. Hasil fotosintesis akan didistribusikan ke seluruh organ untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Daun tidak seperti organ lain dari
tumbuhankarena umumnya bersifat sementara. Untuk fotosintesis
diperlukan sinar danklorofil serta CO dan H2O sebagai bahan baku, dengan
demikian posisi daunmempengaruhi strukturnya. Selain itu pengaruh
lingkungan yang lain sepertiketersediaan air, adanya kadar garam yang
tinggi dalam air disekitar tumbuhan juga berpengaruh terhadap struktur luar
dan dalam dari daun (Savitri, 2008).
Daun yang lengkap terdiri atas helai daun (lamina), tangkai daun
(petiolus),dan pelepah daun (vagina). Bentuk dan ukuran daun berbiji sangat
bervariasi.Seperti halnya batang dan akar, daun juga tersusun atas beberapa
sistem jaringanyaitu jaringan pelindung, jaringan dasar yang menyusun
mesofil daun, jaringan pengangkut (Savitri, 2008).
Daun terbagi menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Pada daun
majemuk terdapat sejumlah anak daun yang melekat pada tangkai daun atau
panjangannya Sumbu bersama itu disebut rakis. Jika anak daun muncul disisi
lateral dari rakis,daun disebut majemuk bersirip, dan kalau semua anak daun
muncul di ujung rakisyang amat pendek sehingga dapat dikatakan melekat
di ujung tangkai daun bersama, maka daun seperti itu disebut daun majemuk
menjari (Tjitrosoepomo, 2010)
2.2 Manfaat Folium
Simplisia daun (Folium) umum digunakan sebagai bahan ramuan
obat tradisional atau minyak atsiri.simplisia daun biasanya digunakan dalam
bentuk segar atau dikeringkan,terkadang juga berupa pucuk tanaman yang
terdiri dari beberapa daun muda.Secara umum daun merupakan bagian organ
yang sangat penting karena daun adalah tempat pengambilan zat-zat
makanan terutama pada zat CO2 selain itu juga, daun sebagai pengelola zat
makanan, penguapan air dan pernafasan bagi tumbuhan. (Tjitrosoepomo,
2010)
2.3 Struktur Anatomi Daun
2.3.1 Jaringan Epidermis
Epidermis berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami
penebalan darizat kutin (kutikula) atau kadang dari lignin. Pada epidermis
terdapat stomata(mulut daun) yang diapit oleh dua sel penutup. Stomata ada
yang terletak di permukaan atas saja, misalnya pada tumbuhan yang daunnya
terapung (pada daun teratai), ada yang di permukaan bawah saja, dan ada
pula yang terdapat di kedua permukaan daun (atas dan bawah). Tanaman
Ficus mempunyai epidermis yangtersusun atas dua lapis sel. Alat-alat
tambahan yang terdapat di antara epidemisdaun, antara lain trikoma (rambut)
dan sel kipas (Mulyani, 2016).
Epidermis daun dari tumbuhan yang berbeda beragam dalam hal
jumlahlapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, penampilan, dan susunan
trikoma, serta adanya sel khusus. Struktur dalamnya biasanya berbentuk
pipih. Daun memiliki dua jenis jaringan epidermis yaitu permukaan atas
daun disebut permukaan aadaksiat dan permukaan bawah abaksiat.pada
lapissan ini tidak ada ruang antar sel. Diantara sel epidermis terdapat sel
penjaga yang membentuk stomata. Struktur stomata yang dapat membuka
dan menutup ini berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran gas dan air.
(Sutrian,2014)
2.3.2 Jaringan Mesofil
Mesofil merupakan lapisan jaringan dasar yang terletak antara
epidermis atas dan epidermis bawah dan diantar berkas pengangkut. Mesofil
dapat tersusun atas parenkim yang relatif homogen atau berdisferensiasi
menjadi parenkim palisade dan parenkim spons. Parenkim palisade
memanjang melintang berbentuk batang yang tersusun dalam deretan.
Parenkim spons terdiri darii sel bercabang ynang tak teratur bentuknya.
Sesuai dengan fungsinya mesofil merupakan daerah fotosintesis utama
karena mengandung kloroflast (Sutrian,2014).
2.3.3 Jaringan Pengangkut
Jaringan pengankut ini biasanya terbagi menjadi dua jenis,yaitu
xylem dan floem.jaringan pengangkut ini berdinding tipis untuk
memudahkan terjadinya transport antar sel, mungkin memiliki kloroflast
seperti mesofil, sering kali terdapat kristal. Kebanyakan daun dikotil,
parenkim berkas pengangkut memperluas kearah epidermis pada satu atau
dua sisi daun. Sel yang mencapai arah parenkim ini berfungsi dalam
pengangkutan dalam daun. .(Sutrian,2014)

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu beaker glass,
jarum ose, kaca penutup, kaca objek mikroskop, mikroskop dan pipet tetes.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu menggunakan daun
kumis kucing (orthosiphonis Staminei Folium),daun saga (Abri Folium),
daun jabu biji (Psidii Guajavae Folium), daun kejibeling (Sericocalycis
Crispi Folium), daun tempuyung (Sonchi Arvensidis Folium), daun sirih
(Piperis Betle), daun sembung (Blumeae Balsamiferae Folium), daun jati
belanda (Guazumae Ulmifoliae Folium), daun serai wangi (Andropogonis
Nardi Folium), daun salam (Syzygii Polyanthi Folium).I2KI, Kloral Hidrat
(Chloral Hydrate Solution), Floroglusinol, dan HCL

IV. PROSEDUR
4.1 Kloral Hidrat (Chloral Hydrate Solution)
Objek yang akan diamati disimpan dikaca objek menggunakan ujung
jarum ose kemudian diteteskan 2 – 3 tetes reagen pada kaca objek. lalu tutup
sediaan dengan kaca penutup. Setelah semua tahap selesai, objek dapat
langsung diamati. Reagen dapat kembali ditambahkan untuk mencegah
mengkristalnya Kloral Hidrat pada saat pengamatan. Keseluruhan proses di
atas dapat membantu untuk menyamarkan butir pati dan senyawa larut air
yang menghalangi pengamatan.
4.2 Floroglusinol + HCl
Objek yang akan diamati disimpan dikaca objek menggunakan ujung
jarum ose kemudian ditambahkan reagen floroglusinol dan serbuk yang
akan diamati di atas kaca objek.kemudian aduk.Setelah tercampur merata,
biarkan hingga seluruh reagen menguap dan simplisia mengering kemudian
tambahkan HCl secukupnya pada sediaan lalu ditutup dengan kaca penutup,
segera diamati di bawah mikroskop.
4.3 I2KI (Iodium-Kalium Iodida)
Objek yang akan diamati disimpan dikaca objek menggunakan
ujung jarum ose kemudian diteteskan 2 – 3 tetes reagen pada kaca objek.
Kemudian ditambahkan objek yang akan diamati lalu tutup sediaan dengan
kaca penutup. Setelah semua tahap selesai, objek dapat langsung diamati.
4.4 Pengamatan dengan Mikroskop
Disediakan kaca objek dan kaca penutup dalam keadaan bersih.
Selanjutnya, serbuk sampel yang akan diamati ditaruh diatas kaca objek.
Kemudian, reagen yang digunakan untuk pengataman ditetesi beberapa
tetes diatas serbuk sampel. Serbuk sampel dan reagen kemudian
dicampurkan hingga merata. Setelah itu, campuran tersebut ditutup dengan
kaca penutup. Sediaan siap diamati dibawah mikroskop dengan
menyesuaikan perbesaran. Perbesaran yang digunakan yaitu, perbesaran
40×, perbesaran 100×, perbesaran 400×. Dilakukan pengatur pencahayaan
deengan lampu diafragma. Kemudian dilakukan pengaturan fokus
makrometer dan mikrometer.
4.5 Pengamatan Dengan Makroskopik
Pengamatan secara makroskopik meliputi aroma, bentuk, tekstur dan
warna dengan menggunakan panca indera

V. DATA PENGAMATAN
NO LITERATUR HASIL PENGAMATAN
1. Nama Latin Simplisia : Abri folium 1. Mikroskopik
Nama Umum : Daun saga Reagen : Kloral Hidrat
Nama Latin Tanaman : Abrus Perbesaran : 40×
precatorius
1. Mikroskopik

Gambar 1 : Rambut Penutup

Gambar 1 : Rambut Penutup


Gambar 2 : Epidermis Atas

Gambar 2 : Epidermis Atas

Gambar 3 : Epidermis Bawah

Gambar 3 : Epidermis Bawah

Gambar 4 : Pembuluh Kayu


dengan Penebalan Spiral
2. Makroskopik

Gambar 4 : Pembuluh Kayu dengan Serbuk : Warna hijau, bau

Penebalan Spiral lemah, bertekstur kasar.

2. Makroskopik
Serbuk : Warna hijau
Utuh : Anak daun berwarna hijau
sampai hijau pucat atau hijau
kekuning-kuningan; tangkai daun
pendek; helaian daun berbentuk Gambar : Simplisia Serbuk
jorong melebar atau bundar telur Daun Saga
agak romping; ujung daun tumpul Utuh : Bentuk daun kecil dan
agak membundar pangkal daun oval, berwarna hijau keabuan,
membundar, panjang anak daun bau lemah
5mm sampai 25mm,lebar anak
daun 3 sampai 9 mm, permukaan
atas licin, tulang daun agak
menonjol pada permukaan bawah

Gambar : Simplisia Utuh Daun


Saga

Ganbar : Daun Saga Utuh


(Depkes RI, 1977)

2. Nama Latin Simplisia:Psidii guajavae 1. Mikroskopik


folium Reagen : Kloral Hidrat
Nama Umum : Daun jambu biji Perbesaran : 40×
Nama Latin Tanaman: Psidium
guajava L.
1. Mikroskopik

Gambar 1 : Rambut Penutup

Gambar 1 : Rambut Penutup


Gambar 2 : Epidermis Atas

Gambar 2 : Epidermis Atas

Gambar 3 : Epidermis Bawah


Dengan Stomata
Gambar 3 : Epidermis Bawah
Dengan Stomata

Gambar 4 : Epidermis dengan


Mesofil Bagian Atas
2. Makroskpik
Serbuk : warna hijau keabu-abuan
Gambar 4 : Epidermis dengan
Utuh : Berupa berupa helaian daun
Mesofil Bagian Atas
tunggal,bertangkai pendek, helai
2. Makroskopik
daun berbentuk bulat memanjang,
Serbuk: Bertekstur kasar,
pangkal daun bulat sampai rata,
warna hijau keabu-abuan, bau
tepi rata, agak menggulung keatas,
khas aromatik.
ujung runcing sampai meruncing,
permukaan atas agak licin,
pertulangan daun menyirip, ibu
tulang daun dan tulang cabang
menonjol pada permukaan bawah,
permukaan atas berwarna hijau
kecokelatan, permukaan bawah
berwarna hijau, bauk has, mula- Gambar : Simplisia Serbuk
mula tidak berasa lama-lama kelat Daun Jambu Biji
dan pahit. Utuh : Tekstur permukaan atas
agak licin, bentuk oval, tepi
daun rata, agak menggulung,
ujung daun runcing, warna
hijau kecokelatan, bau khas
aromatik.

Gambar : Simplisia Utuh Daun


Jambu Biji
(Depkes RI, 1977),
(Kemenkes RI, 2017)

Gambar : Simplisia Utuh Daun


Jambu Biji
3. Nama Latin Simplisia : Sericocalycis 1. Mikroskopik
crispi folium Reagen : Kloral Hidrat
Nama Umum : Daun Kejibeling Perbesaran: 40×
Nama Latin Tanaman : Sericocalyx
crispus (L.) Bremek.
1. Mikroskopik
Gambar 1: Epidermis Atas
Gambar 1: Epidermis Atas

Gambar 2 : Epidermis Bawah

Gambar 2 : Epidermis Bawah

Gambar 3: Rambut Penutup


2. Makroskopik
Serbuk: Warna hijau sampai hijau
kelabu Gambar 3: Rambut Penutup
Utuh: Berupa helaian daun 2. Makroskopik
tunggal, berbentuk jorong sampai Serbuk: Bertekstur kasar,
bulat memanjang, pangkal dan warna hijau kelabu, bau lemah.
ujung daun meruncing, tepi daun
daun bergerigi, permukaan atas
sangat kasar, permukaan bawah
kasar dan berwarna lebih pucat
dari permukaan atas, warna hijau
tua sampai hitam kelabu, bau
lemah, rasa agak kelat dan agak
pahit.

Gambar: Simplisia Serbuk


Daun Kejibeling
Utuh: Bertekstur kasar, tepi
daun bergerigi, bentuk bulat
memanjang, berupa helian
Gambar: Simplisia Utuh Daun
daun tunggal, warna hijau
Kejibeling
kelabu, bau lemah.
(Depkes RI, 1977),
(Kemenkes RI, 2017)

Gambar: Simplisia Utuh Daun


Kejibeling
4. Nama Latin Simplisia: Sonchi 1. Mikroskopik
arvensidis folium Reagen: Kloral Hidrat
Nama Umum : Daun tempuyung Perbesaran: 40×
Nama Latin Tanaman: Sonchus
arvensis L.
1. Mikroskopik
Gambar 1: Epidermis Atas

Gambar 1: Epidermis Atas


dengan Stomata Tipe Anisositik
Gambar 2: Epidermis Bawah
dengan Stomata

Gambar 2: Epidermis Bawah


dengan Stomata

Gambar 3: Rambut Penutup

Gambar 3: Rambut Penutup

Gambar 4: Mesofil Daun


Gambar 4: Mesofil Daun dengan
dengan Epidermis
Epidermis
2. Makroskopik
2. Makroskopik
Serbuk: Bertekstur kasar,
Serbuk: Warna hijau sampai hijau
kelabu. warna hijau kelabu, bau lemah.
Utuh: Berupa lembaran daun,
melipat dan menggulung, bentuk
lonjong atau lanset, berlekuk,
pangkal daun menyempit, tepi
bergerigi tidak teratur, ujung
tumpul, permukaan atas agak
kasar, kedua permukaan Gambar: Simplisia Serbuk

berambut, ibu tulang daun tampak Daun Tempuyung

jelas dan di bagian pangkal Utuh: Tekstur agak kasar dan


berwarna putih kemerahan, warna berambut, tepi daun bergerigi,

hijau kecokelatan, tidak berbau, ujung daun tumpul, pangkal

rasa agak pahit. daun menyempit, bau lemah.

Gambar: Simplisia Utuh Daun


Gambar: Simplisia Utuh Daun
Tempuyung
Tempuyung
(Depkes RI, 1977),
(Kemenkes RI, 2017)
5. Nama Latin Simplisia: Piperis betle 1. Mikroskopik
folium Reagen: Floroglusinol + HCl
Nama Umum: Daun sirih Perbesaran: 40×
Nama Latin Tanaman: Piper betle L.
1. Mikroskopik
Gambar 1: Epidermis Atas

Gambar 1: Epidermis Atas

Gambar 2: Epidermis Bawah

Gambar 2: Epidermis Bawah

Gambar 3: Sklerenkim

Gambar 4: Idioblas Berupa Sel Gambar 3: Sklerenkim

Minyak

Gambar 4: Idioblas Berupa Sel


Minyak

Gambar 5: Rambut Penutup


2. Makroskopik
Gambar 5 : Rambut Penutup
Serbuk: Warna hijau kecokelatan 2. Makroskopik
Utuh: Berupa helaian daun Serbuk: Bertekstur kasar,
berbentuk bulat telur sampai warna hijau kecokelatan, bau
lonjong, pangkal berbentuk khas.
jantung atau agak bulat, sedikit
berlekuk, tepi daun rata agak
menggulung, ujung runcing
sampai meruncing, permukaan
bawah kasar, kusam, berwarna
lebih muda dari permukaan atas,
pertulangan daun melengkung,
pada permukaan atas agak
Gambar: Simplisia Serbuk
tenggelam, permukaan bawah
Daun Sirih
menonjol, permukaan bawah jika
Utuh: Tekstur kasar, bentuk
dilihat di bawah sinar terlihat
pangkal daun seperti jantung,
bercak-bercak transparan, tangkai
tepi daun rata, ujung daun
daun bulat, warna daun hijau
runcing, tangkai daun bulat
kecokelatan hingga cokelat, bau
khas, rasa pedas.
Gambar: Simplisia Utuh Daun
Sirih
Gambar: Simplisia Utuh Daun
(Kemenkes RI, 2017)
Sirih
6. Nama Latin Simplisia: Blumae 1. Mikroskopik
balsamiferae folium Reagen: Floroglusinol + HCl
Nama Umum: Daun sembung Perbesaran: 40×
Nama Latin Tanaman: Blumea
balsamifera (L.) DC
1. Mikroskopik

Gambar 1: Rambut Penutup

Gambar 1: Rambut Penutup

Gambar 2: Fragmen Mesofil


Gambar 2: Fragmen Mesofil
Gambar 3: Epidermis Bawah Gambar 3: Epidermis Bawah
dengan Stomata dan Rambut dengan Stomata dan Rambut
Kelenjar Kelenjar
2. Makroskopik 2. Makroskopik
Serbuk:- Serbuk: Tekstur kasar, warna
Utuh: Bentuk bulat telur atau lidah hijau kelabu, bau lemah.
tombak sampai bulat memanjang,
pangkal dan ujung daun runcing,
tepi bergigi tajam, tidak beraturan,
kadang-kadang bergerigi,
permukaan daun berambut,
permukaan bawah berambut
sangat rapat dan terasa seperti
bludru, permukaan atas kasar, Gambar: Simplisia Serbuk
permukaan bawah lebih terang, Daun Sembung
pertulangan daun menyirip, ibu Utuh: berambut, permukaan
tulang daun tampak jelas, warna bawah kasar, warna hijau
hijau kecokelatan, bau mirip kecokelatan, pangkal dan ujung
kamfora, rasa agak pahit. daun lancip, tepi daun
bergerigi, bulat memanjang,
bau lemah.
Gambar: Simplisia Utuh Daun
Sembung
Gambar: Simplisia Utuh Daun
(Depkes RI, 1979),
(Kemenkes RI, 2017) Sembung
7. Nama Latin Simplisia: Guazumae 1. Mikroskopik
ulmifoliae folium Reagen: Kloral Hidrat
Nama Umum: Daun jati belanda Perbesaran: 40×
Nama Latin Tanaman: Guazuma
ulmifolia L.
1. Mikroskopik

Gambar 1: Rambut Penutup


Gambar 1: Rambut Penutup Bentuk Bintang
Bentuk Bintang

Gambar 2: Epidermis Atas


Gambar 2: Epidermis Atas
Gambar 3: Epidermis Bawah
dengan Stomata
Gambar 3: Epidermis Bawah
dengan Stomata

Gambar 4: Rambut Kelenjar


2. Makroskopik
Serbuk: -
Utuh: Bentuk bulat telur, pangkal Gambar 4: Rambut Kelenjar
menjantung, tepi beringgit sampai 2. Makroskopik
bergerigi kasar, ujung runcing Serbuk: Tekstur kasar, warna
sampai meruncing, kedua hijau kelabu, bau khas lemah.
permukaan daun kasar,
pertulangan daun menyirip, ibu
tulang daun tampak menonjol ke
permukaan bawah, warna hijau
kecokelatan sampai cokelat muda,
bau khas lemah, rasa agak kelat.

Gambar: Simplisia Serbuk


Daun Jati Belanda
Utuh: Tekstur kasar, warna
hijau kecokelatan, tepi daun
bergerigi, ujung runcing, bulat
memanjang, bau khas lemah.

Gambar: Simplisia Utuh Daun


Jati Belanda
(Depkes RI, 1978),
(Kemenkes RI, 2017)
Gambar: Simplisia Utuh Daun
Jati Belanda
8. Nama Latin Simplisa: Andropogonis 1. Mikroskopik
nardi folium Reagen: Floroglusinol + HCl
Nama Umum: Daun serai wangi Perbesaran: 40×
Nama Latin Tanaman: Andropogon
nardus L.
1. Mikroskopik

Gambar 1: Epidermis Atas


dengan Stomata
Gambar 1: Epidermis Atas
dengan Stomata

Gambar 2: Sklerenkim Gambar 2: Sklerenkim


Gambar 3: Epidermis dengan
berkas pengangkut penebalan tipe
tangga Gambar 3: Epidermis dengan
berkas pengangkut penebalan
tipe tangga

Gambar 4: Epidermis dengan


Parenkim
2. Makroskopik
Serbuk: -
Utuh: berupa potongan pipih Gambar 4: Epidermis dengan
panjang, tepi kasar dan tajam, Parenkim
tulang daun sejajar, permukaan 2. Makroskopik
atas dan bawah berbulu,warna Serbuk: tekstur kasar, warna
hijau, bau khas bila diremas, rasa hijau tua, bau khas aromatik.
pedas.

Gambar: Simplisia Utuh Daun Gambar: Simplisia Serbuk


Serai Wangi Daun Serai Wangi
(Kemenkes RI, 2017) Utuh: tekstur kasar, bentuk
memanjang seperti persegi
panjang, tulang daun jelas,
warna hijau, bau khas.

Gambar: Simplisia Utuh Daun


Serai Wangi
9. Nama Latin Simplisia: Syzygii 1. Mikroskopik
Polyanthi folium Reagen: I₂KI
Nama Umum: Daun salam Perbesaran: 40×
Nama Latin Tanaman: Syzygium
polyanthum (Wight.)
1. Mikroskopik

Gambar 1: Epidermis Atas

Gambar 1: Epidermis Atas


Gambar 2: Epidermis Bawah
dengan Stomata
Gambar 2: Epidermis Bawah
dengan Stomata

Gambar 3: Kristal Kalsium


Oksalat Bentuk Prisma
2. Makroskopik
Serbuk: Warna Cokelat Gambar 3: Kristal Kalsium
Utuh: Bertangkai pendek, bentuk Oksalat Bentuk Prisma
jorong memanjang, pangkal daun 2. Makroskopik
runcing, tepi rata, menggulung, Serbuk: Tekstur kasar, warna
ujung runcing, tumpul bahkan hijau kelabu, aroma khas.
terbelah, kedua permukaan halus,
licin, mengilat, pertulangan daun
menyirip, ibu tulang daun tampak
jelas menonjol ke permukaan
bawah, permukaan atas berwarna
cokelat kehijauan, permukaan
bawah cokelat tua, bau aromatik
lemah, rasa kelat.
Gambar: Simplisia Serbuk
Daun Salam
Utuh: Tekstur kasar, bentul
oval, tulang daun terlihat jelas,
ujung lancip, warna hijau
kecokelatan, bau lemah.

Gambar: Simplisia Utuh Daun


Salam
(Depkes RI, 1980),
(Kemenkes RI, 2017)

Gambar: Simplisia Utuh Daun


Salam
10. Nama Latin Simplisia: Orthosiphonis 1. Mikroskopik
staminei folium Reagen: I₂KI
Nama Umum: Daun kumis kucing Perbesaran: 40×
Nama Latin Tanaman: Orthosiphon
stamineus Benth
1. Mikroskopik

Gambar 1: Epidermis Atas


Gambar 1: Epidermis Atas
Gambar 2: Epidermis Bawah
dengan Stomata

Gambar 3: Rambut Penutup Gambar 2: Epidermis Bawah


2. Makroskopik dengan Stomata
Serbuk: Warna hijau kecokelatan
Utuh: rapuh, bentuk bulat telur,
lonjong, belah ketupat,
memanjang, atau bentuk lidah
tombak, pangkal membulat
sampai meruncing, tepi bergerigi
sampai bergerigi tajam, ujung
runcing sampai meruncing, Gambar 3: Rambut Penutup
pertulangan daun menyirip, ibu 2. Makroskopik
tulang daun tampak jelas, batang Serbuk: Tekstur kasar, warna
dan cabang-cabang berbentuk hijau kecokelatan, bau khas
persegi, warna agak ungu, keduda aromatik.
permukaan halus, warna hijau
kecokelatan, tidak berbau, rasa
agak pahit.

Gambar: Simplisia Serbuk


Gambar: Simplisia Utuh Daun Daun Kumis Kucing
Kumis Kucing Utuh: Tekstur kasar dan rapuh,
(Depkes RI, 1980), lonjong, tepi bergerigi, ujung
(Kemenkes RI, 2017)
lancip, warna hijau
kecokelatan, bau khas
aromatik.

Gambar: Simplisia Utuh Daun


Kumis Kucing

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati secara
organoleptis, makroskopik, dan mikroskopik dengan contoh simplisia
bagian daun, yaitu Orthosiphonis Staminei Folium, Abri Folium, Psidii
Guajavae Folium, Sericocalycis Crispi Folium, Sonchi Arvensidis Folium,
Piperis Betle Folium, Blumeae Balsamiferae Folium, Guazumae Ulmifoliae
Folium, Andropogonis Nardi Folium, dan Syzygii Polyanthi Folium.
Pemeriksaan secara organoleptis dilakukan dengan menggunakan indra
penglihatan dan mengamati warna, bau, dan rasa. Pemeriksaan secara
makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan dan
mengamati bentuk serbuk simplisia secara langsung. Sedangkan
pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan menggunakan alat
mikroskop dan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia. Perbesaran
mikroskop yang digunakan pada pengamatan mikroskopik kali ini adalah
10x, 40, dan 100x.
Dalam buku Materia Medika Indonesia, ditetapkan definisi bahwa
simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral) (Endrarini, 2016).
Pada percobaan kali ini mengamati bagian tumbuhan berupa daun/folium.
Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang sangat penting, setiap
tumbuhan pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah
yaitu folium. Secara umum daun, memiliki struktur berupa helaian,
berbentuk bulat bulat atau lonjong berwarna hijau (Rosanti, 2013).
Reagen yang digunakan adalah Kloral Hidrat yang berfungsi dapat
menghilangkan kandungan butir-butir amilum dan kandungan protein,
sehingga dapat terlihat jelas jaringan yang ingin diamati dibawah mikroskop
(HAM, 2009).
Mikroskopik pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau
serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Kandungan sel dapat
langsung dilihat di bawah mikroskop atau dilakukan pewarnaan. Sedangkan
untuk pemeriksaan fragmen pengenal dapat dilakukan setelah penetesan
pelarut tertentu, seperti kloralhidrat yang berfungsi untuk menghilangkan
kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga akan dapat terlihat jelas
di bawah mikroskop (Djauhari, 2012).
Selain itu juga digunakan reagen floroglusinol yang ditambahkan
dengan HCI untuk mendeteksi kristal Ca oksalat dan kalsium karbonat
dalam sel dan juga Larutan ini dapat digunakan untuk mendeteksi lignin jika
ditambah HCl pekat dengan volume sama. Penambahan HCl dan floroglusin
dilakukan bersama pada preparat, untuk mempercepat reaksi kadang-
kadang perlu pemanasan, tetapi preparat harus dijaga agar tidak sampai
kering (Zulkarnain, 2018).
Kemudian digunakan juga reagen I2KI yang berfungsi untuk untuk
mendeteksi butiran amilum yang terdapat di dalam preparat, dapat
digunakan pula sebagai zat warna untuk inti sel, flagella, dan silia. Adanya
amilum pada bahan ditandai dengan warna ungu kehitaman (Zulkarnain,
2018).
6.1 Orthoshiponis Staminei Folium
Tanaman kumis kucing memiliki nama latin Orthosphon stamineus.
Flavonoid yang paling menonjol, yang diisolasi dari ekstrak daun kumis
kucing adalah sinensetin, eupatorin, 3'-hydroxy-5,6,7,4'- tetramethoxy
flavones, 20–23 tetramethylcutellarein, 20 salvegenin, ladanein, vomifoliol,
7 , 3 ', 4'-tri-O-methylluteolin, dan scutellarein tetramethylether. (Ameer
et.al 2012) Sinensitin merupakan senyawa golongan flavonoid yang
menjadi senyawa fitokimia paling penting dan menjadi senyawa marker dari
tanaman kumis kucing. (Himani et al., 2013)
Klasifikasi tanaman kumis kucing sebagai berikut (USDA, 2015) :
❖ Divisi : Spermatophyta
❖ Kelas : Dicotyledonae
❖ Bangsa : Tubiflorae
❖ Suku : Labiatae/ Lamiaceae
❖ Marga : Orthosiphon
❖ Jenis : Orthosiphon stamineus Benth

Pada pembuatan preparat untuk Orthosiphonis Staminei Folium ini,


diambil sedikit sampel simplisia dan diletakkan diatas kaca objek, kemudian
diberikan beberapa tetes reagen Kloral hidrat. Kloral hidrat berfungsi untuk
mendeteksi adanya Kristal kalsium didalam simplisia yang diamati.
Kemudian pembuatan preparat juga dilakukan dengan cara yang sama
dengan reagen lain yaitu I2KI yang berfungsi untuk mendeteksi adanya
material yang mengandung minyak seperti serbuk biji. Kemudian untuk
preparat sampel dengan reagen Floroglusinol + HCI sedikit berbeda, dimana
pada kaca objek yang berisi simplisia ditetesi terlebih dahulu 2-3 tetes HCI
kemudian dibiarkan kering dan setelah itu ditambahkan reagen
floroglusinol.
Dari hasil pengamatan Mikroskopik menggunakan reagen Kloral
hidrat dengan perbesaran 40x, pada sampel simplisia Orthoshiponis
Staminei Folium, terdapat Epidermis bawah, rambut penutup, mesofil dan
epidermis atas. Kemudian hasil pengamatan mikroskopik menggunakan
reagen I2KI terdapat rambut penutup, epidermis bawah, dan epidermis atas.
Selanjutunya hasil pengamatan menggunakan reagen Floroglusinol + HCI
terdapat Epidermis atas, epidermis bawah, rambut penutup dan mesofil.
Menurut Depkes RI (1980), pengamatan mikroskopik pada simplisia daun
kumis kucing dapat diidentifikasi adanya epidermis atas, epidermis bawah
engan stomata dan rambut penutup.Hasil pengamatan sudah sesuai dengan
literatur.
Hasil pengamatan makroskopik dari Orthoshiponis Staminei Folium
ini, didapatkan bahwa serbuk daun kumis kucing berwarna hijau tua, rasa
pahit dan memiliki bau aromatik yang khas. Kemudian pada simplisia utuh,
memiliki tekstur kasar dan rapuh, lonjong, tepi bergerigi, ujung lancip,
warna hijau kecoklatan dan memiliki bau khas aromatic. Menurut
Kemenkes RI (2017), bentuk utuh dari daun kumis kucing yaitu daun
berwarna coklat keabu-abuan dengan bentuk daun tunggal, tepi daun
bergerigi dan berbulu halus, ujungnya meruncing dan memiliki aroma bau
khas aromatic. Hasil pengamatan sudah hampir sesuai dengan literatur.

6.2 Abri Folium


Tanaman daun saga mempunyai nama latin Abrus precatorius L.
Daun saga memiliki kandungan flavonoid. Penelitian lain juga menjelaskan
ekstrak daun saga selain memiliki kandungan flavonoid juga mengandung
senyawa saponin yang berkhasiat sebagai antibakteri. Kadar bunuh
minimum (KBM) ekstrak etanol daun saga untuk bakteri E. Coli sebesar
2,5% dan S. Aureus sebesar 0,63%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun saga memiliki aktivitas kandungan kimia yang lebih baik pada
bakteri gram positif. (Wahyuningsih, 2006)
Klasifikasi daun saga menurut (Badan POM RI, 2008):
❖ Divisi : Spermatophyta
❖ Sub divisi : Angiospermae
❖ Kelas : Dicotyledoneae
❖ Ordo : Fabales Famili : Fabaceae
❖ Genus : Abrus
❖ Spesies : Abrus precatorius Linn.

Dari hasil pengamatan Mikroskopik menggunakan reagen Kloral


hidrat dengan perbesaran 40x, pada sampel simplisia Abri Folium, terdapat
rambut penutup, epidermis atas, Epidermis bawah, dan pembuluh kayu
dengan penebalan spiral. Kemudian hasil pengamatan mikroskopik
menggunakan reagen I2KI terdapat pembuluh kayu dengan penebalan
spiral, rambut penutup dan epidermis bawah dengan stomata dengan rambut
penutup. Selanjutunya hasil pengamatan menggunakan reagen Floroglusinol
+ HCI terdapat Rambut penutup, pembuluh kayu dengan penebalan spiral
dan juga palisade. Menurut Depkes RI (1977) pada simplisia Abri Folium
terdpat rambut penutup, epidermis atas, epidermis bawah, dan pembuluh
kayu dengan penebalan spiral. Hasil pengamatan sudah sesuai dengan
literature.
Hasil pengamatan makroskopik dari Abri Folium ini, didapatkan
bahwa serbuk daun kumis kucing berwarna hijau dan memiliki bau lemah
yang khas. Pada simplisia utuh, bentuk daun kecil dan oval, berwarna hijau
keabuan dan memiliki bau lemah. Menurut Depkes RI (1997) pada Abri
Folium ini memiliki Tangkai daun pendek, helaian daun berbentuk jorong
melebar atau bundar telur agak romping, ujung daun tumpul agak
membundar pangkal daun membundar, panjang anak daun 5mm sampai
25mm, lebar anak daun 3 sampai 9 mm, permukaan atas licin, tulang daun
agak menonjol pada permukaan bawah. Hasil pengamatan sudah hampir
sesuai dengan literature.

6.3 Psidii Guajavae Folium


Tanaman daun jambu biji mempunyai nama latin Psidium Guajava
L. Pada umumnya daun jambu biji digunakan untuk pengobatan seperti
diare akut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolesterol
darah meninggi, sering buang air kecil, luka, sariawan, larutan kumur atau
sakit gigi dan demam berdarah (Arianingrum, 2013)
Klasifikasi tanaman jambu biji adalah sebagai berikut (Rochmasari,
2011) :
❖ Divisi : Spermatophyta
❖ Subdivisi : Angiospermae
❖ Kelas : Dicotyledonae
❖ Bangsa : Myrtales
❖ Suku : Myrtaceae
❖ Marga : Psidium
❖ Jenis : Psidium guajava L.

Dari hasil pengamatan Mikroskopik menggunakan reagen Kloral


hidrat dengan perbesaran 40x, pada sampel simplisia Psidii Guajavae
Folium, terdapat rambut penutup, epidermis bawah dengan stomata,
epidermis dengan mesofil bagian atas. Kemudian hasil pengamatan
mikroskopik menggunakan reagen I2KI hanya terdapat rambut penutup.
Selanjutunya hasil pengamatan menggunakan reagen Floroglusinol + HCI
terdapat Rambut penutup, epidermis bawah dengan stomata dan epidermis
atas. Menurut Depkes RI (1997), pada pengamatan mikroskopik simplisia
daun jambu biji akan terdapat rambut penutup, epidermis atas, epidermis
bawah dengan stomata dan epidermis dengan mesofil bagian atas. Hasil
pengamatan sudah hampir sesuai dengan literature.
Hasil pengamatan makroskopik dari Psiidi Guajavae Folium,
didapatkan bahwa serbuk daun jambu biji berwarna hijau keabu-abuan, dan
bau khas aromatik. Pada simplisia utuh, Tekstur permukaan atas agak licin,
bentuk oval, tepi daun rata, agak menggulung, ujung daun runcing dan
berwarna hijau kecoklatan serta memiliki bau khas aromatic. Menurut
Kemenkes RI (2017), pada simplisia utuh daun jambu biji ini memiliki
tangkai pendek, helai daun berbentuk bulat memanjang, pangkal daun bulat
memanjang, pangkal daun bulat sampai rata, agak menggulung keatas,
ujung runcing sampai meruncing, permukaan atas agak licin, pertulangan
daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah, permukaan atas
berwarna hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau, bau khas,
mula-mula tidak berasa lama-lama kelat dan pahit. Hasil pengamatan sudah
hampi sesuai dengan literatur.

6.4 Sericocalycis Crispi Folium


Tanaman kejibeling memiliki nama latin Sericocalyx crispus (L)
Bremek. Ekstrak daun keji beling mengandung sejumlah besar senyawa
aktif seperti polifenol, katekin, alkaloid, kafein, tanin, vitamin (C, B1 dan
B2) dan juga kandungan mineral yang tinggi termasuk kalium (51%),
kalsium (24%), natrium (13%), besi (1%) dan fosfor (1%). Uji praklinis
menunjukkan bahwa tanaman keji beling berkhasiat sebagai antioksidan,
antidiabetes, penyembuhan luka, antiulcer, antimikroba, antikanker dan
sebagai agen diuretik untuk mengobati batu ginjal dan kencing batu
(Nurraihana dan Hanoon, 2013).
Klasifikasi tanaman keji beling sebagai berikut (Preethi dan
Suseem, 2014):
❖ Kingdom : Plantae
❖ Subkingdom : Spermatophyta
❖ Divisi : Angiospermae
❖ Kelas : Dicotyledoneae
❖ Ordo : Scrophulariales
❖ Famili : Acanthaceae
❖ Marga : Strobilanthes
❖ Spesies : Strobilanthes crispus Bl.

Dari hasil pengamatan Mikroskopik menggunakan reagen Kloral


hidrat dengan perbesaran 40x, pada sampel simplisia Sericocalycis Crispi
Folium, terdapat Sistolit, Epidermis atas, epidermis bawah dan rambut
penutup. Kemudian hasil pengamatan mikroskopik menggunakan reagen
I2KI rambut penutup, dan sistolit. Selanjutnya hasil pengamatan
menggunakan reagen Floroglusinol + HCI terdapat Parenkim, sistolit,
berkas pembuluh dan epidermis dengan mesofil. Hasil pengamatan sudah
hampir sesuai dengan literatur.
Hasil pengamatan makroskopik dari Sericocalycis Crispi Folium,
didapatkan bahwa serbuk daun kejibeling berwarna hijau keabu-abuan, dan
bau khas aromatic. Kemudian pada simplisia utuh, berupa helaian daun
tunggal, berbentuk jorong sampai bulat memanjang, pagkal dan ujung daun
meruncing, tepi daun bergerigi, permukaan atas sangat kasar, permukaan
bawah kasar dan berwarna lebih pucat dari permukaan atas, warna hijau tua
sampai hitam kelabu, bau lemah, rasa agak kelat dan agak pahit.

6.5 Sonchi Arvensidis Folium


Daun tempuyung memiliki nama latin Sonchus arvensis L.
Kandungan zat aktif dalam daun tempuyung, antara lain adalah senyawa
flavonoid (Kaempferol, luteolin-7-O- glukosida, apigenin-7-O-glukosida
(Rohaeti, 2011).
Klasifikasi tanaman Tempuyung adalah sebagai berikut (Permenkes
RI, 2016):
❖ Divisi : Spermatophyta
❖ Sub Divisi : Angiospermae
❖ Kelas : Dicotyledoneae
❖ Bangsa : Asterales
❖ Suku : Asteraceae
❖ Marga : Sonchus
❖ Jenis : Sonchus arvensis L.

Dari hasil pengamatan Mikroskopik menggunakan reagen Kloral


hidrat dengan perbesaran 40x, pada sampel simplisia Sonchi Arvensidis
Folium terdapat simplisia atas, epidermis bawah dengan stomata, rambut
penutup, dan mesofil daun dengan epidermis. Kemudian hasil pengamatan
mikroskopik menggunakan reagen terdapat rambut kelenjar yang lepas,
berkas pembuluh dan epidermis bawah. Selanjutnya hasil pengamatan
menggunakan reagen Floroglusinol + HCI terdapat Berkas pembuluh,
rambut kelenjar yang lepas, berkas pembuluh dan epidermis dengan stomata
tipe anisositik. Menurut Depkes RI (1977), pada pengamatan mikroskopik
daun tempuyung akan terdapat epidermis atas dengan stomata tipe
anisositik, epidermis bawah dengan stomata, rambut penutup, dan mesofil
daun dengan epidermis. Hasil pengamatan sudah hampir sesuai dengan
literature.
Hasil pengamatan makroskopik dari Sonchi Arvensidis Folium,
didapatkan bahwa serbuk daun tempuyung berwarna hijau keabu-abuan,
memiliki rasa kelat dan bau lemah. Kemudian pada simplisia utuh, tekstur
daun agak kasar dan berambut halus, tepi daun bergerigi, ujung daun
tumpul, pangkal daun menyempit dan bau lemah. Menurut Kemenkes RI
(2017), Pada identifikasi makroskopik daun tempuyung utuh adalah daun
tunggal yang berbentuk lanset atau lonjong dan Tepi daun menyirip tidak
beraturan, kedua permukaan berambut, ibu tulang daun tampak jelas dan
dibagian pangkal berwarna putih kemerahan, warna hijau kecoklatan, tidak
berbau, dan rasa agak pahit/ Hasil pengatamatan sudah hampir sesuai
dengan literature.
Faktor yang mempengaruhi hasil pengamatan simplisia folium ini
tidak sesuai dengan literature ini antara lain adalah Cahaya dimana Cahaya
dapat menimbulkan perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerasi,
polimerasi, rasemisasi, dsb. Kemudian oksigen udara, Senyawa tertentu dalam
simplisia dapat mengalami perubahan kimia oleh pengaruh oksigen udara,
sehingga terjadi oksidasi yang akan berpengaruh pada pengamatan simplisia.
Selanjutnya ada reaksi kimia intern dimana Reaksi kimia intern dapat
menyebabkan perubahan kimia dalam simplisia, misalnya enzim, polimerisasi,
oto-oksidasi. Lalu dehidrasi juga dapat mempengaruhi karena Bila kelembaban
luar lebih rendah dari simplisia, maka simplisia secara perlahan-lahan akan
kehilangan sebagian airnya sehingga semakin mengecil. Kemudian ada
Pengotoran dapat disebabkan oleh berbagai sumber, misalnya debu atau
pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing dan fragmen wadah (Rita, 2010).
6.6 Piperis Betle Folium
Daun Sirih Hijau (Piper betle L) merupakan salah satu tanaman obat
yang berasal dari Indonesia. Ekstrak daun sirih hijau telah digunakan sejak
beberapa tahun lalu untuk berbagai macam penyakit yang juga telah
dievaluasi secara ilmiah juga. Daun sirih hijau (Piper betle L) mengandung
zat kimia antara lain : flavonoid, karvakrol, alkaloid, eugenol, glucoside,
dan saponin yang dapat menghambat pertumbuhan fungi pada ketombe.
Selain itu daun sirih hijau  merupakan obat tradisional mempunyai
efek antiinflamasi, mempertahankan kekebalan tubuh, obat batuk, antidiare,
dan antiseptik.
Menurut Tjitrosoepomo (2014) kedudukan tanaman sirih dalam
sistematika tumbuhan (taksonomi) Klasifikasi tanaman daun Sirih Hijau
adalah sebagai berikut :
❖ Kingdom : Plantae
❖ Subkingdom : Tracheobionta
❖ Divisio : Spermatophyta
❖ Sub Divisio : Angiospermae
❖ Kelas : Dikotiledonaea
❖ Ordo : Piperales
❖ Famili : Piperaceae
❖ Genus : Piper
❖ Spesies : Piper betle L.
Dari hasil pengamatan Mikroskopik dari Piperis Betle Folium
menggunakan reagen floroglusinol + HCL dengan perbesaran 40x, terdapat
fragmen epidermis atas, epidermis bawah, sklerenkim, dan idioblas berupa
sel minyak. Kemudian hasil pengamatan mikroskopik menggunakan reagen
I2KI hanya terdapat mesofil, permukaan daun bagian atas . Selanjutnya hasil
pengamatan menggunakan reagen kloral hidrat terdapat rambut penutup,
epidermis bawah dengan stomata dan epidermis atas. Menurut Kemenkes
RI (2017), pengamatan mikroskopik pada simplisia daun sirih dapat
diidentifikasi adanya epidermis atas, epidermis bawah, sklerenkim, dan
idioblas berupa sel minyak. Hasil pengamatan sudah sesuai dengan literatur.
Hasil pengamatan makroskopik dari Piperis Betle Folium,
didapatkan bahwa serbuk daun sirih berwarna hijau coklat keabu-abuan,
untuk aroma bau khas aromatik. Kemudian pada simplisia utuh, beberapa
helaian daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal berbentuk
jantung atau agak bulat, sedikit berlekuk, tepi daum rata agak menggulung,
ujung runcing sampai meruncing. Menurut Kemenkes RI (2017),
pengamatan makroskopik pada simplisia daun sirih dapat diidentifikasi
berupa helaian daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal
berbentuk jantung atau agak bulat, sedikit berlekuk, tepi daun rata agak
menggulung, ujung runcing sampai meruncing, permukaan bawah kasar,
kusam, berwarna lebih muda dari permukaan atas, pertulangan daun
melengkung. Hasil pengatamatan sudah hampir sesuai dengan literature.

6.7 Blumeae Balsamifereae Folium


Tanaman sembung memiliki daun tunggal, berwarna hijau, memiliki
ukuran panjang 10-30 cm sedangkan lebar 2,5-12 cm dengan panjang
tangkai daun sekitar 1–2 cm. Daun berbentuk lonjong cenderung runcing di
ujungnya seperti tombak, tepi daun umumnya memiliki gerigi dan tajam,
memiliki bulu di permukaan daun (Afin, 2013).
Berdasarkan penelitian Amalia, Sari, dan Nursanty (2017)
melaporkan bahwa daun sembung mengandung metabolit sekunder berupa
alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid dan steroid. Kandungan senyawa kimia
dari daun sembung memiliki mekanisme kerja dalam menghambat
pertumbuhan bakteri.
Klasifikasi tanaman sembung Taksonomi tanaman sembung adalah
sebagai berikut:
❖ Kingdom : Plantae
❖ Subkingdom : Embryophyta
❖ Division : Spermatophyta
❖ Subdivision : Angiospermae
❖ Class : Dicotyledonae
❖ Ordo : Asterales
❖ Family : Astereceae
❖ Genus : Blumea
❖ Species : Blumea balsamifera (BPOM RI, 2012)

Daun sembung berkhasiat sebagai antibakteri, antiradang,


melancarkan peredaran darah, memperlancar pengeluaran gas dari saluran
pencernaan, memperlancar pengeluaran keringat, menghangatkan badan,
menurunkan panas, menghilangkan bekuan darah dan pembengkakan,
sebagai obat batuk, mengatasi reumatik sendi, persendian sakit setelah
melahirkan, nyeri haid, datang haid tidak teratur, influenza, demam, sesak
napas (asma), batuk, bronkhitis, perut kembung, diare, perut mulas,
sariawan, nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah koroner (angina
pektoris), dan kencing manis (diabetes melitus) (Ruhimat, 2015).
Dari hasil pengamatan Mikroskopik menggunakan reagen kloral
hidrat dengan perbesaran 40x, pada sampel simplisia Blumaea
Balsamifereae Folium, terdapat fragmen berkas pembuluh, serabut
sklerenkim, epidermis atas, dan rambut penutup. Kemudian pada reagen
I2KI terdapat fragmen serabut sklerenkim, berkas pembuluh, epidermis
atas, rambut penutup,dan epidermis bawah Hasil pengamatan sudah hampir
sesuai dengan literatur. Selanjut nya pada reagen floroglusinol + HCL
terdapat fragmen rambut penutup, fragmen mesofil, dan Epidermis Bawah
dengan Stomata dan Rambut Kelenjar. Menurut Depkes RI (1979),
pengamatan mikroskopik pada simplisia daun sembung dapat diidentifikasi
adanya rambut penutup, fragmen mesofil, dan epidermis bawah dan rambut
kelenjar. Hasil pengamatan untuk mikroskopik sudah hampir sesuai dengan
literature.
Hasil pengamatan makroskopik dari Blumaea Balsamiferae Folium,
didapatkan bahwa serbuk daun sembung berwarna coklat keabu-abuan,
untuk aroma bau lemah. Kemudian pada simplisia utuh, berbentuk bulat
telur agak lonjong, permukaan atas kasar dan tipis, terdapat bulu-bulu halus,
lapisan daun tipis. Menurut Kemenkes RI (2017), pengamatan makroskopik
pada simplisia daun sembung dapat diidentifikasi Bentuk bulat telur atau
lidah tombak sampai bulat memanjang, pangkal dan ujung daun runcing,
tepi bergigi tajam, tidak beraturan, kadang-kadang bergerigi, permukaan
daun berambut, permukaan bawah berambut sangat rapat dan terasa seperti
bludru, permukaan atas kasar, permukaan bawah lebih terang, pertulangan
daun menyirip, ibu tulang daun tampak jelas, warna hijau kecokelatan, bau
mirip kamfora, rasa agak pahit. Hasil pengatamatan untuk makroskopik
sudah hampir sesuai dengan literature.

6.8 Guazumae Ulmifoliae Folium


Daun jati belanda merupakan daun tunggal berhadapan. Bentuk daun
bulattelur sampai lanset, ukuran helaian daun 4-22,5 cm x 2-10 cm, pangkal
daun menyerong, berbentuk jantung, bagian ujung meruncing, tepi daun
beringgitsampai bergerigi tidak tajam, permukaan daun bagian atas
berambut jarang,permukaan bagian bawah berambut rapat. Panjang tangkai
daun 5-25 mm;mempunyai daun penumpu berbentuk lanset atau berbentuk
paku, panjang 3-6mm. Tumbuhan berupa semak atau perdu sampai pohon,
tinggi 10-20 m,percabangan sympodial. Seluruh bagian tanaman jati
belanda mengandung senyawa aktif tanin dan mucilago. Kulit batang
mengandung 10% zat lendir, 9,3% damar-damaran, 2,7%tanin, beberapa zat
pahit, glukosa dan asam lemak, lendir, resin, tanin umumnya
protoantosianidin: (-)-epikatekin, tilirosida. Daun jati belanda mengandung
senyawa flavonoid, tannin, dan saponin (Adi, 2017). Daun Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia, Lamk) berasal dari negara Amerikayang beriklim
tropis. Daun Jati Belanda tumbuh secara liar di wilayah tropislainnya seperti
di pulau Jawa. (Agus, 2016).
Klasifikasi untuk Tanaman Jati Belanda adalah sebagai berikut :
❖ Kingdom : Plantae
❖ Divisi : SpermatophytaSub
❖ Divisi : Angiospermae
❖ Kelas : Dicotyledonae
❖ Bangsa : Malvales
❖ Suku : Sterculiaceae
❖ Marga : Guazuma
❖ Jenis :Guazuma ulmifolia, Lamk
Hasil pengamatan makroskopik dari Guazumae Ulmifoliae Folium,
didapatkan bahwa serbuk daun sembung berwarna hijau kecoklatan, untuk
aroma bau lemah. Kemudian pada simplisia utuh, berbentuk bulat telur agak
lonjong, lapisan daun tipis, ujung daun agak lancip. Menurut Kemenkes RI
(2017), pengamatan makroskopik pada simplisia daun Jati Belanda dapat
diidentifikasi bentuk bulat telur, pangkal menjantung, tepi beringgit sampai
bergerigi kasar, ujung runcing sampai meruncing, kedua permukaan daun
kasar, pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun tampak menonjol ke
permukaan bawah, warna hijau kecokelatan sampai cokelat muda, bau khas
lemah, rasa agak kelat. Hasil pengamatan untuk makroskopik sudah hampir
sesuai dengan literature.
Dari hasil pengamatan Mikroskopik menggunakan reagen kloral
hidrat dengan perbesaran 40x, pada sampel simplisia Guazumae Ulmifoliae
Folium, terdapat fragmen rambut penutup dengan bentuk bintang, epidermis
atas, epidermis bawah dengan stomata, dan rambut kelenjar. Kemudian
pada reagen I2KI terdapat fragmen rambut penutup dengan bentuk bintang,
epidermis atas, dan hablur kalsium oksalat penutup. Hasil pengamatan
sudah hampir sesuai dengan literatur. Selanjut nya pada reagen floroglusinol
+ HCL terdapat fragmen rambut penutup dengan bentuk bintang, pembuluh
kayu dengan penebalan tangga, dan hablur kalsium oksalat. Menurut
Depkes RI (1978), pengamatan mikroskopik pada simplisia daun jati
belanda dapat diidentifikasi adanya rambut penutup dengan bentuk bintang,
epidermis atas, epidermis bawah dengan stomata, dan rambut kelenjar.
Hasil pengamatan untuk mikroskopik sudah hampir sesuai dengan
literature.
6.9 Andropogonis Nardi Folium
Daun Sereh wangi (Andropogonis Nardi Folium) merupakan daun
tanaman berupa rumput-rumputan tegak, dan mempunyai akar yang sangat
dalam dan kuat, batangnya tegak, membentuk rumpun. Tanaman ini dapat
tumbuh hingga tinggi 1 sampai 1,5 meter. Daunnya merupakan daun
tunggal, lengkap dan pelepah daunnya silindris,
sereh wangi (Cymbopogon nardus L.Rendle) merupakan salah satu
tanaman yang memiliki banyak manfaat. Hasil 9 penyulingan daun dan
batang sereh wangi diperoleh minyak atsiri yang dalam dunia perdagangan
dikenal dengan Citronella oil. Komponen senyawa utama minyak sereh
wangi ini terdiri sitronelal, sitronellol, dan geraniol. Kandungan kimia
utama yang terdapat dalam tanaman sereh wangi antara lain mengandung
minyak atsiri dengan komponen yang terdiri yaitu sitronelal (27,87%),
sitronellol (11,85%), geraniol (22,77%), geranial (14,54%), neral (11,21%)
(Luciani, 2016).
Klasifikasi tanaman sereh wangi menurut Ketaren (2010) sebagai berikut :
❖ Kingdom : Plantae
❖ Subkingdom : Trachebionta
❖ Divisi : Spermatophyta
❖ Subdivisi : Angiospermae
❖ Kelas : Monocotyledonae
❖ Sub Kelas : Commelinidae
❖ Ordo : Poales
❖ Famili : Poaceae
❖ Genus : Cymbopogon
❖ Species : Cymbopogon nardus (L.) Rendle.

Hasil pengamatan makroskopik dari Andropogonis Nardi Folium,


didapatkan bahwa serbuk daun sembung berwarna hijau muda, untuk bau
khas aromatik. Kemudian pada simplisia utuh, berbentuk memanjang,
lapisan permukaan tipis agak kasar. Menurut Kemenkes RI (2017),
pengamatan makroskopik pada simplisia daun Serai Wangi dapat
diidentifikasi berupa potongan pipih panjang, tepi kasar dan tajam, tulang
daun sejajar, permukaan atas dan bawah berbulu,warna hijau, bau khas bila
diremas, rasa pedas. Hasil pengamatan untuk makroskopik sudah hampir
sesuai dengan literature.
Dari hasil pengamatan Mikroskopik menggunakan reagen
Floroglusinol + HCL dengan perbesaran 40x, pada sampel simplisia
Andropogonis Nardi Folium, terdapat fragmen epidermis atas dengan
stomata, Epidermis dengan berkas pengangkut penebalan tipe tangga,
epidermis dengan parenkim, dan sklerenkim. Kemudian pada reagen I2KI
terdapat fragmen epidermis dengan berkas pengangkut penebalan tipe
tangga dan sklerenkim. Selanjut nya pada reagen kloral hidrat terdapat
fragmen epidermis atas dengan stomata, epidermis dengan sklerenkim, dan
sklerenkim. Menurut Kemenkes RI (2017), pengamatan mikroskopik pada
simplisia daun serai wangi dapat diidentifikasi adanya epidermis atas
dengan stomata, sklerenkim, epidermis atas dengan berkas pengangkut
penebalan tipe tangga, dan epidermis dengan parenkim. Hasil pengamatan
untuk mikroskopik sudah hamper sesuai dengan literature.

6.10 Syzygii Polyanthi Folium


Daun salam berasal dari tanaman salam (Syzygium polyanthum
(Wight) Walp) Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang
panjangnya 0,5 - 1 cm. Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau
bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang
5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna
hijau muda (Herbie, 2015; Putra, 2015)
Daun salam lebih dikenal sebagai bumbu masak, karena memiliki
aroma yang khas. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan
bahwa daun salam memiliki kandungan metabolit sekunder yang melimpah
dan memiliki aktivitas farmakologis. Daun salam memiliki kandungan
flavonoid, saponin dan tanin. Ketiga metabolit sekunder tersebut diketahui
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Antioksidan memiliki berbagai
manfaat salah satunya manfaat terhadap kulit. Antioksidan dapat
mempercepat waktu penyembuhan luka, seperti luka sayat. daun salam juga
memiliki aktivitas antiinflamasi dan antimikroba yang berperan dalam
penyembuhan luka sayat.
Taksonomi tanaman salam adalah sebagai berikut:
❖ Kingdom : Plantae
❖ Subkingdom : Tracheobionta
❖ Super divisi : Spermatophyta
❖ Divisi : Magnoliophyta
❖ Kelas : Magnoliopsida
❖ Sub kelas : Rosidae
❖ Ordo : Myrtales
❖ Famili : Myrtaceae
❖ Genus : Syzygium
❖ Spesies : Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.(Putra, 2015)

Hasil pengamatan makroskopik dari Syzygii Polyanthi Folium,


didapatkan bahwa serbuk daun sembung berwarna hijau kecoklatan, untuk
bau lemah. Kemudian pada simplisia utuh, bertangkai pendek, berbentuk
oval memanjang, ujung daun lancip, lapisan permukaan tipis. Menurut
Kemenkes RI (2017), pengamatan makroskopik pada simplisia daun salam
dapat diidentifikasi bertangkai pendek, bentuk jorong memanjang, pangkal
daun runcing, tepi rata, menggulung, ujung runcing, tumpul bahkan
terbelah, kedua permukaan halus, licin, mengilat, pertulangan daun
menyirip, ibu tulang daun tampak jelas menonjol ke permukaan bawah,
permukaan atas berwarna cokelat kehijauan, permukaan bawah cokelat tua,
bau aromatik lemah, rasa kelat. Hasil pengamatan untuk makroskopik sudah
hampir sesuai dengan literature.
Dari hasil pengamatan Mikroskopik menggunakan reagen I2KI
dengan perbesaran 40x, pada sampel simplisia Syzygii Polyanthi Folium,
terdapat fragmen epidermis atas, epidermis bawah dengan stomata, Kristal
kalsium oksalat berbentuk prisma. Kemudian pada reagen kloral hidrat
terdapat fragmen Unsur-unsur xylem dengan nokteh, sklerenkim, dan
epidermis dengan stomata. Hasil pengamatan sudah hampir sesuai dengan
literatur. Selanjut nya pada reagen Floroglusinol + HCL terdapat fragmen
epidermis atas dengan stomata, sklerenkim, dan kristal kalsium oksalat
berbentuk prisma. Menurut Depkes RI (1980), pengamatan mikroskopik
pada simplisia daun salam dapat diidentifikasi adanya epidermis atas,
epidermis bawah dengan stomata, dan kristal kalsium oksalat dengan bentuk
prisma. Hasil pengamatan untuk mikroskopik sudah hampir sesuai dengan
literature.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, K. M., 2017, Potensi Antioksidan Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol 70% Daun
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.), Skripsi, Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Afin. 2013. Daun Dahsyat: Pencegah dan Penyembuh Penyakit. Jogjakarta:
Katahati.
Agus, 2016, Jati Belanda, . Malang : UIN Press
Baiq Farhatul Wahidah S,Si,M,N. 2018 Botani Dasar. Makassar : Fakultas sains
& Teknologi UIN Allaudin Makassar
BPOM RI. (2012). Taksonomi koleksi tanaman obat kebun tanaman obat
Citeureup. Jakarta: Direktorat Obat Asli Indonesia BPOM RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid
I: Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Materia Medika Indonesia Jilid
II: Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid
III: Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid
IV: Jakarta
Endarini, L. H. 2016. Farmakognisi dan Fitokimia. Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan. Jakarta. 215 hal.
HAM. 2009. Membuat Reagen Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia
Edisi II: Jakarta
Ketaren S. 2010. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Penerbit Balai Pustaka.
Mulyani sri 2016. Anatomi Tunbuhan. Yogyakarta : kanisius
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.

Nurraihana, H. and Norfarizan-Hanoon, N. A. 2013. Phytochemistry,


pharmacology and toxicology properties of Strobilanthes crispus.
International Food Research Journal 20(5): 2045-2056
Nursanty, R. 2017. ‘Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Sembung
(Blumea balsamifera (L.) DC). Terhadap Pertumbuhan Bakteri Methicilin
Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)’, J. P. Biotik, pp. 387–391.
Omar, Z., Salman, M. Z., Zaid, O., Ibraheem, Yan, M. F., Ameer, et al. 2012.
Orthosiphon stamineus : Traditional Uses, Phytochemistry, Pharmacology
and Toxicology. J Med Food , 3-7.
Permenkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
003. MENKES/PER/2010 Tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian
Berbasis Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Permenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2016 Tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Preethi F. & Suseem SR., 2014. A Comprehensive Study on an Endemic Indian
Genus - Strobilanthes. International Journal of Pharmacognosy and
Phytochemical Research, 6(3), pp. 459-466.
Putra, I. A. dan M. Masri. 2015. Artikel Penelitian Uji Efek Antibakteri Ekstrak
Etanol Kulit Batang Salam {Syzigium polyanthum Walp} terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara Invitro, 4(2), pp. 497–
501.
Rochmasari Y. 2011. Studi isolasi dan penentuan struktur molekul senyawa kimia
dalam fraksi netral daun jambu biji Australia (Psidium guajava L). FMIPA
Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan, Jakarta: Erlangga.
Ruhimat, U. 2015. Daya Hambat Infusum Daun Sembung (Blumea Balsamifera)
terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Dengan Metode Difusi
Cakram. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 13(1): 142-148.

Savitri, Sandi, Evika. 2008. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Malang : UIN


Press
Sutrian, yayan. 2014. Anatomi Tumbuhan Tentang Sel Dan Jaringan. Jakarta : PT
Rineka cipta
Tjitrosoepomo, Gembong. 2014. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010 Morfologi Tumbuhan. UGM Press : Yogyakarta
USDA, 2015. USDA Agricultural Research Service National Nutrient Database for
Standard Reference Nutrient Data Laboratory Home Page. United States
Department of Agriculture.
Wahyuningsih I., 2006, Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Saga Terhadap
Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli serta Profil KLT, Skripsi,
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai