PERCOBAAN 7
IDENTIFIKASI SIMPLISIA FOLIUM
Disusun Oleh:
Shift/Kelompok : F/2
Tanggal Percobaan : 3 November 2022
Tanggal Laporan : 10 November 2022
Nama asisten : Anindi Febrilla S.Farm
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Untuk mengamati dan mengetahui fragmen khas dari berbagai jenis corteks
secara mikroskopik dengan berbagai macam reagen
2.1 Untuk mengetahui organeleptis dari berbagai macam corteks secara
makroskopik
IV. PROSEDUR
4.1 Kloral Hidrat (Chloral Hydrate Solution)
Objek yang akan diamati disimpan dikaca objek menggunakan ujung
jarum ose kemudian diteteskan 2 – 3 tetes reagen pada kaca objek. lalu tutup
sediaan dengan kaca penutup. Setelah semua tahap selesai, objek dapat
langsung diamati. Reagen dapat kembali ditambahkan untuk mencegah
mengkristalnya Kloral Hidrat pada saat pengamatan. Keseluruhan proses di
atas dapat membantu untuk menyamarkan butir pati dan senyawa larut air
yang menghalangi pengamatan.
4.2 Floroglusinol + HCl
Objek yang akan diamati disimpan dikaca objek menggunakan ujung
jarum ose kemudian ditambahkan reagen floroglusinol dan serbuk yang
akan diamati di atas kaca objek.kemudian aduk.Setelah tercampur merata,
biarkan hingga seluruh reagen menguap dan simplisia mengering kemudian
tambahkan HCl secukupnya pada sediaan lalu ditutup dengan kaca penutup,
segera diamati di bawah mikroskop.
4.3 I2KI (Iodium-Kalium Iodida)
Objek yang akan diamati disimpan dikaca objek menggunakan
ujung jarum ose kemudian diteteskan 2 – 3 tetes reagen pada kaca objek.
Kemudian ditambahkan objek yang akan diamati lalu tutup sediaan dengan
kaca penutup. Setelah semua tahap selesai, objek dapat langsung diamati.
4.4 Pengamatan dengan Mikroskop
Disediakan kaca objek dan kaca penutup dalam keadaan bersih.
Selanjutnya, serbuk sampel yang akan diamati ditaruh diatas kaca objek.
Kemudian, reagen yang digunakan untuk pengataman ditetesi beberapa
tetes diatas serbuk sampel. Serbuk sampel dan reagen kemudian
dicampurkan hingga merata. Setelah itu, campuran tersebut ditutup dengan
kaca penutup. Sediaan siap diamati dibawah mikroskop dengan
menyesuaikan perbesaran. Perbesaran yang digunakan yaitu, perbesaran
40×, perbesaran 100×, perbesaran 400×. Dilakukan pengatur pencahayaan
deengan lampu diafragma. Kemudian dilakukan pengaturan fokus
makrometer dan mikrometer.
4.5 Pengamatan Dengan Makroskopik
Pengamatan secara makroskopik meliputi aroma, bentuk, tekstur dan
warna dengan menggunakan panca indera
V. DATA PENGAMATAN
NO LITERATUR HASIL PENGAMATAN
1. Nama Latin Simplisia : Abri folium 1. Mikroskopik
Nama Umum : Daun saga Reagen : Kloral Hidrat
Nama Latin Tanaman : Abrus Perbesaran : 40×
precatorius
1. Mikroskopik
2. Makroskopik
Serbuk : Warna hijau
Utuh : Anak daun berwarna hijau
sampai hijau pucat atau hijau
kekuning-kuningan; tangkai daun
pendek; helaian daun berbentuk Gambar : Simplisia Serbuk
jorong melebar atau bundar telur Daun Saga
agak romping; ujung daun tumpul Utuh : Bentuk daun kecil dan
agak membundar pangkal daun oval, berwarna hijau keabuan,
membundar, panjang anak daun bau lemah
5mm sampai 25mm,lebar anak
daun 3 sampai 9 mm, permukaan
atas licin, tulang daun agak
menonjol pada permukaan bawah
Gambar 3: Sklerenkim
Minyak
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati secara
organoleptis, makroskopik, dan mikroskopik dengan contoh simplisia
bagian daun, yaitu Orthosiphonis Staminei Folium, Abri Folium, Psidii
Guajavae Folium, Sericocalycis Crispi Folium, Sonchi Arvensidis Folium,
Piperis Betle Folium, Blumeae Balsamiferae Folium, Guazumae Ulmifoliae
Folium, Andropogonis Nardi Folium, dan Syzygii Polyanthi Folium.
Pemeriksaan secara organoleptis dilakukan dengan menggunakan indra
penglihatan dan mengamati warna, bau, dan rasa. Pemeriksaan secara
makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan dan
mengamati bentuk serbuk simplisia secara langsung. Sedangkan
pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan menggunakan alat
mikroskop dan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia. Perbesaran
mikroskop yang digunakan pada pengamatan mikroskopik kali ini adalah
10x, 40, dan 100x.
Dalam buku Materia Medika Indonesia, ditetapkan definisi bahwa
simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral) (Endrarini, 2016).
Pada percobaan kali ini mengamati bagian tumbuhan berupa daun/folium.
Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang sangat penting, setiap
tumbuhan pada umumnya memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah
yaitu folium. Secara umum daun, memiliki struktur berupa helaian,
berbentuk bulat bulat atau lonjong berwarna hijau (Rosanti, 2013).
Reagen yang digunakan adalah Kloral Hidrat yang berfungsi dapat
menghilangkan kandungan butir-butir amilum dan kandungan protein,
sehingga dapat terlihat jelas jaringan yang ingin diamati dibawah mikroskop
(HAM, 2009).
Mikroskopik pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau
serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Kandungan sel dapat
langsung dilihat di bawah mikroskop atau dilakukan pewarnaan. Sedangkan
untuk pemeriksaan fragmen pengenal dapat dilakukan setelah penetesan
pelarut tertentu, seperti kloralhidrat yang berfungsi untuk menghilangkan
kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga akan dapat terlihat jelas
di bawah mikroskop (Djauhari, 2012).
Selain itu juga digunakan reagen floroglusinol yang ditambahkan
dengan HCI untuk mendeteksi kristal Ca oksalat dan kalsium karbonat
dalam sel dan juga Larutan ini dapat digunakan untuk mendeteksi lignin jika
ditambah HCl pekat dengan volume sama. Penambahan HCl dan floroglusin
dilakukan bersama pada preparat, untuk mempercepat reaksi kadang-
kadang perlu pemanasan, tetapi preparat harus dijaga agar tidak sampai
kering (Zulkarnain, 2018).
Kemudian digunakan juga reagen I2KI yang berfungsi untuk untuk
mendeteksi butiran amilum yang terdapat di dalam preparat, dapat
digunakan pula sebagai zat warna untuk inti sel, flagella, dan silia. Adanya
amilum pada bahan ditandai dengan warna ungu kehitaman (Zulkarnain,
2018).
6.1 Orthoshiponis Staminei Folium
Tanaman kumis kucing memiliki nama latin Orthosphon stamineus.
Flavonoid yang paling menonjol, yang diisolasi dari ekstrak daun kumis
kucing adalah sinensetin, eupatorin, 3'-hydroxy-5,6,7,4'- tetramethoxy
flavones, 20–23 tetramethylcutellarein, 20 salvegenin, ladanein, vomifoliol,
7 , 3 ', 4'-tri-O-methylluteolin, dan scutellarein tetramethylether. (Ameer
et.al 2012) Sinensitin merupakan senyawa golongan flavonoid yang
menjadi senyawa fitokimia paling penting dan menjadi senyawa marker dari
tanaman kumis kucing. (Himani et al., 2013)
Klasifikasi tanaman kumis kucing sebagai berikut (USDA, 2015) :
❖ Divisi : Spermatophyta
❖ Kelas : Dicotyledonae
❖ Bangsa : Tubiflorae
❖ Suku : Labiatae/ Lamiaceae
❖ Marga : Orthosiphon
❖ Jenis : Orthosiphon stamineus Benth
DAFTAR PUSTAKA
Adi, K. M., 2017, Potensi Antioksidan Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol 70% Daun
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.), Skripsi, Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Afin. 2013. Daun Dahsyat: Pencegah dan Penyembuh Penyakit. Jogjakarta:
Katahati.
Agus, 2016, Jati Belanda, . Malang : UIN Press
Baiq Farhatul Wahidah S,Si,M,N. 2018 Botani Dasar. Makassar : Fakultas sains
& Teknologi UIN Allaudin Makassar
BPOM RI. (2012). Taksonomi koleksi tanaman obat kebun tanaman obat
Citeureup. Jakarta: Direktorat Obat Asli Indonesia BPOM RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid
I: Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Materia Medika Indonesia Jilid
II: Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid
III: Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid
IV: Jakarta
Endarini, L. H. 2016. Farmakognisi dan Fitokimia. Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan. Jakarta. 215 hal.
HAM. 2009. Membuat Reagen Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia
Edisi II: Jakarta
Ketaren S. 2010. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Penerbit Balai Pustaka.
Mulyani sri 2016. Anatomi Tunbuhan. Yogyakarta : kanisius
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.