Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN 2
IDENTIFIKASI FRAGMEN FOLIUM
Shift / Kelompok : E3 / E4
Anggota :
Aulia Nurul Rahim 10060320154
Gishela Bellania 10060320155
Citra Mufidah Adilah A 10060320156
Vidya Sulistiawati D 10060320157
Nashita Rafawziya 10060320158
Tiara Az-Zahra C 10060320159
Anisa Sopiani 10060320160

Tanggal Praktikum : 2 Desember 2021


Tanggal Penyerahan : 8 Desember 2021
Nama Asisten : Muhammad Shofiyanta, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021 M / 1443 H
MODUL 1

FOLIUM

I. TUJUAN PENGAMATAN
Untuk dapat mengetahui, memahami dan membedakan macam –
macam folium dari berbagai simplisia secara mikroskopik dan
makroskopik.

II. TEORI DASAR


1.1. Morfologi Daun
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bias
tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pebeda bagi
bentuk bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping
menjari atau menjadi elips dan memanjang. Pada bentuk ekstremnya bisa
meruncing panjang (Fhan, 1991).
Pada umunya berbentuk tipis dan berwarna hijau. Warna hijau
tersebut disebabkan warna klorofil yang ada pada daun. Klorofil adalah
senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang
cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Namun, daun juga ada
yang berwarna kuning, merah, dan ungu karena daun juga meiliki pigmen
lain, misalnya pada karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning),
dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat
keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga pada warnanya berubah
menjadi kuning atau merah dan dapat dilihat dengan jelas pada daun yang
gugur (Sutarmi, 1983).
Berdasarkan pada susunan tulang daunnya, bentuk tulang daun juga
bermacam-macam ada yang menyirip, melengkung, menjari dan sejajar.
Daun juga mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Jika diperhatikan
secara seksama, daun (folium) dari berbagai jenis tumbuhan akan
memperlihatkan jumlah daun yang berbeda-beda. Karena itulah daun-daun
tersebut dapat diidentifikasi kedalam dua golongan berdasarkan jumlah
daunnya. Yang pertama adalah daun tunggal (folium simplex) yaitu dimana
pada tangkai daun (petiolus) hanya terdapat satu helaian daun (lamina) saja.
Kemudian yang kedua adalah daun majemuk (folium kompositum) dimana
pada tangkai daun (Petiolus) terdapat cabang-cabang yang memiliki helaian
daun (lamina), sehingga dalam satu batang terdapat lebih dari satu helaian
daun. Daun majemuk memiliki bagian-bagian yang terdiri atas ibu tangkai
daun (petiolus communis), pada tangkai anak daun (petiololus), dan anak
daun (foliolium) dan sebagainya (Sutarmi, 1983).
1.2.Anatomi Daun
A. Epidermis
Epidermis daun terdapat dipermukaan atas disebut epidermis atas
(epidermis adaksial atau epidermis ventral) maupun dipermukaan
bawah disebut epidermis bawah (epidermis abaksial atau epidermis
dorsal). Umumnya epidermis terdiri dari 1 lapis sel tetapi adapula yang
terdiri dari beberapa lapis sel (epidermis ganda, multiple epidermis).
Jumlah lapisan sel epidermis bagian atas biasanya lebih banyak daripada
permukaan bawah. Jumlah epidermis bawah berlapis banyak maka akan
terdapat ruang substomata yang besar antara sel penutup dengan
jaringan mesofil (Iserep, 1993).
B. Mesofil
Mesofil merupakan lapisan jaringan dasar yang terletak antara
epidermis atas dan epidermis bawah dan di antara berkas pengangkut.
Mesofil dapat tersusun atas parenkim yang relatif homogen atau
berdifferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang), jaringan
pagar dan parenkim sponsa (jaringan bunga karang). Sesuai dengan
fungsinya parenkim mesofil merupakan daerah fotosintesis terutama
karena mengandung kloroplas (Savitri, 2008).
Bagian utama helai daun adalah mesofil yang banyak mengandung
kloroplas dan ruang antarsel. Mesofil dapat bersifat homogen atau
terbagi menjadi jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons (jaringan
bunga karang). Jaringan tiang lebih kompak daripada jaringan spons
yang memiliki ruang antarsel yang luas. Jaringan tiang terdiri dari
sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap pemukaan helai
daun. Meskipun jaringan tiang nampak lebih rapat, sisi panjang selnya
saling terpisah sehingga udara dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi
panjang, kloroplas pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Hal
tersebut mengakibatkan proses fotosintesis dapat berlangsung efisien
(Hidayat, 1995).
Parenkim palisade merupakan sel-sel yang bentuknya silindris,
tersusun rapat berjajar seperti pagar. Daun yang memiliki parenkim
palisade di lapisan atas atau parenkim spongiosa di lapisan bawahnya
disebut daun dosiventral atau bifasial. Apabila parenkim palisade
terdapat di kedua sisi atau tidak dijumpai parenkim palisade pada kedua
sisinya disebut daun isobilateral atau isolateral atau unifasial. Parenkim
sponsa tersusun atas sel-sel yang bentuknya bervariasi, umumnya tidak
teratur, bercabang-cabang, berisi kloroplas dan tersusun sedemikian
rupa sehingga membentuk jaringan seperti bunga karang (sponsa)
(Sutrian, 2004).
Jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang teratur bentuknya.
Hubungan antara sel dan sel lainnya terbatas pada ujung cabang itu.
Dilihat dari hubungan antara sel-sel yang berdampingan maka jaringan
spons memiliki kesinambungan horizontal yang sejajar dengan
permukaan daun, sedangkan jaringan tiang sinambung hanya dalam arah
tegak lurus terhadap permukaan (Fahn, 1991).
C. Sistem Jaringan Pengangkut
Pada daun terletak di dalam tulang daun beserta vena-venanya. Pada
penampang melintang daun, berkas pengangkut ini terdiri dari 1 ikatan
pembuluh, yang xylemnya terletak menghadap ke permukaan atas daun
dan floemnya ke permukaan bawah daun. Pada tulang daun yang lebih
kecil atau vena daun, berkas pengangkutnya dapat lebih sederhana dan
kadang-kadang tidak sempurna terdiri atas xylem saja atau floem saja
(Loveless, 1987).
Sistem jaringan pembuluh tersebar diseluruh helai daun dan dengan
demikian menunjukkan adanya hubungan ruang yang erat dengan
mesofil. Jaringan pembuluh membentuk sistem yang saling berkaitan,
dan terletak dalam bidang median, sejajar dengan permukaan daun.
Berkas pembuluh dalam daun biasanya disebut tulang daun dan
sistemnya adalah sistem tulang daun (Hidayat, 1995).
Istilah sejajar bagi jalanya berkas pembuluh dalam sistem tulang
sejajar hanyalah cara pendekatan saja, oleh karena itu di ujung dan
pangkal daun semua berkas itu akan bertemu. Di antara berkas sejajar
itu tampak cabang halus yang berpola jala dan menghubungkan semua
berkas sejajar itu. Pola jala umumnya terdapat pada daun dikotil,
sedangkan pola sejajar biasa ditemukan pada monokotil. Dalam pola
berkas pembuluh percabangan akhir yang paling halus akan membatasi
daerah mesofil kecil yang dinamakan areolus (Kimball, 1994).
1.3.Fungsi Daun
Daun memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini,
daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi
mengolah makanan melalui fotosintesis. Selain itu, daun juga berfungsi
sebagai alat transformasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis
keseluruh tubuh tumbuhan, dan daun juga berfungsi sebagai alat transpirasi
(penguapan air) dan respirasi (pertukaran dan pernapasan gas) (Rosanti,
2013).
1.4.Cara Pembuatan Simplisia
Sumber simpilisa yang digunakan adalah bagian daun dan cara
pembuatan simplisia dilakukan dengan cara sebagaimana yang tercantum
dalam Dwi Permatasari (1985) :
1. Mengambil dan memilih daun Mengambil dan memilih daun
yang telah membuka sempurna dan terletak pada bagian cabang
atau batang yang menerima sinar matahai sempurna, karena
pada bagian daun tersebut terjadi kegiatan asimilasi yang
sempurna
2. Sortasi Basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan
kotoran-kotoran dan bahan asing dari bahan simplisia.
3. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan
menggunakan air bersih. Bila ada bahan simplisua yang
mengandung zat larut dalam air mengalir maka pencucian
dilakukan dengan waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian
tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena
air pencucian biasanya mengadung sejumlah mikroba.
4. Perajangan Perajangan perlu dilakukan pada beberapa jenis
simplisia. Proses ini dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru
di ambil jangan dulu di rajang tetapi dijemur terlebih dahulu
selama 1 hari. Perajagan dapat dilakukan menggunakan pisau
atau alat perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
5. Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk medapatkan
simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat digunalan
dalam waktu yang lebih lama. Degan mengurangi kadar air
dalam menghentikan reaksi enzimatik yang akan mengakibatkan
penurunan mutu atau perusakan simplisia.
6. Sortir kering Sortir kering sebenarnya merupakan akhir
pembuaran simplisia. Tujuannya untuk memisahkan bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang
masih ada. Selanjutnya penyimpanan.
1.5.Kandungan Kimia dan Kegunaan Simplisia
Daun Kumis Kucing ( Orthosiphon aristatus L.) mengandung
minyak atsiri 0,02-0,06% terdiri dari 60 macam sesquiterpens dan senyawa
fenolik. 0,2% flavonoid lipofil dengan kandungan utama sinensetin,
eupatorin, skutellarein, tetrametil eter, salvigenin, rhamnazin; glikosida
flavonol, turunan asam kafeat (terutama asam rosmarinat dan asam 2,3-
dikaffeoil tartarat ), metilripariokromen A 6-(7,8-dimetoksi-2,2-dimetil
[2H,1-benzopiran]-il), saponin serta garam kalsium (3%) dan
myoinositol.4,9,13) Hasil ekstraksi daun dan bunga Orthosiphon stamineus
ditemukan metilripariokromen A atau 6-(7,8- dimetoksietanon) Juga
ditemukan 9 macam golongan senyawa flavon dalam bentuk aglikon, 2
macam glikosida flavonol, 1 macam senyawa kumarin, asam kafeat dan 7
macam senyawa depsida turunan asam kafeat, skutellarein, 6-
hidroksiluteolin, sinensetin (Hutapea, 1991).
Daun Saga (Abrus precatorius) mengandung vitamin A,B1, B6, C,
kalsium oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic acid pentosan dan
luteolin, Isoorientin, L-Abrine, Precatorin I, II, III, Abruquinone D, E, F,
Abrussaponin I, II (Zwaving, 1989).
Daun jambu biji (Psidium Guazava L.) mengandung saponin,
minyak atsiri, tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid. Kandungan
daun jambu biji dapat menghilangkan bau badan serta dapat mengobati
diare dan disentri. Astrigent dalam daun jambu biji bersifat alkasi dan
mampu membunuh kuman penyebab diare dan disentri. Rebusan beberapa
lembar daun jambu biji saja sudah mampu menghentikan diare (Swastini,
2007).
Daun Kejibeling (Sericocalyx crispus L.) mengandung zat-zat kimia
antara lain: kalium, natrium, kalsium, asam silikat, alkaloida, saponin,
flavonoida, dan polilenoi. Kalium berfungsi melancarkan air seni serta
menghancurkan batu dalam empedu, ginjal dan kandung kemih. Natrium
berfungsi meningkatkan cairan ekstraseluler yang menyebabkan
peningkatan volume darah. Kalsium berfungsi membantu proses
pembekuan darah, juga sebagai katalisator berbagai proses biologi dalam
tubuh dan mempertahankan fungsi membran sel. Sedangkan asam silikat
berfungsi mengikat air, minyak, dan senyawa-senyawa non-polar lainnya
(Soewito,1989).
Daun Tempuyung (Sonchus arvensis) memiliki kandungan kimia
yang terdapat dalam daun tempuyung berupa ion-ion mineral, seperti silika;
kalium; magnesium; natrium; dan senyawa organik, seperti flavonoid
(kaempferol, luteolin-7-Oglukosida, dan apigenin-7-o-glukosida), kumarin,
taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan vanilat).
Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung sekitar 0,1044%.
Sementara itu, kandungan senyawa flavonoid total dalam akar sekitar 0,5%.
Flavonoid terbesar yang terkandung dalam akar adalah apigenin-7-O-
glukosida. Selain berguna sebagai antiradang, senyawa flavonoid dalam
daun tempuyung juga berguna untuk menjaga kesehatan. Senyawa
inibermanfaat untuk memperkuat dinding kapiler. (Winarto, 2004:6-7).
Daun Sirih (Piper betle L.) merupakan tanaman yang berasal dari
famili Piperaceae yang memiliki ciri khas mengandung senyawa metabolit
sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak
dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan
tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Menurut Hutapea
(2000), senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman sirih
berupa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri triterpenoid, minyak
atsiri (yang terdiri atas khavikol, chavibetol, karvakrol, eugenol,
monoterpena, estragol), seskuiterpen, gula, dan pati. Kandungan minyak
atsiri yang terdapat pada daun sirih juga berkhasiat sebagai insektisida
alami. Disamping itu, kandungan minyak atsiri yang terkandung di dalam
daun sirih juga terbukti efektif digunakan sebagai antiseptic (Dalimartha,
2006).
Daun sembung (Blumea balsamifera) merupakan salah satu
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat (Aminul et al., 2013; Suweta,
2013). Sembung dipercayai dapat mengob ati penyakit panas dalam dan
diare. Tanaman sembung memiliki kandungan zat aktif yaitu minyak atsiri
0,5% (sineol, borneol, landerol, dan kamper), flavanol, tanin, damar dan
ksantoksilin (Mursito, 2002). Berdasarkan beberapahasil penelitian
melaporkan bahwa daun sembung memiliki khasiat seb agai anti radang,
memperlancar peredaran darah, mematikan pertum buhan bakteri dan
menghangatkan badan ( Ali et al, 2005; Mursito, 2002; Norikura et al, 2008;
Sakee et al, 2011).

Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia L.) mengandung adanya


tannin dan getah lender yang dapat bermanfaat untuk pelangsing. Adanya
steroid yang merupakan komponen utama dalam ekstrak kloroform
mempunyai efek pelangsing. Selain itu zat aktif lainnya yaitu alkaloid yang
mirip dengan struktur orlistat sehingga dapat mengurangi aktifitas enzim
lipase (Dzulkarnain, 1996).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Bunsen Daun Jambu Biji
Kaca Objek Daun Jati Belanda
Kaca Penutup Daun Kejibeling
Mikroskop Daun Kumis Kucing
Daun Saga
Daun Sembung
Daun Sirih
Daun Tempuyung
Reagen Floroglusinol
Reagen Kloral Hidrat

IV. PROSEDUR KERJA


Kaca objek disiapkan lalu diteteskan 2 sampai 3 tetes reagen dan
tambahakan objek yang akan diamati, kemudian tutup sediaan dengan kaca
penutup. Kaca objek dipanaskan di atas api yang kecil pada api bunsen
sampai gelembung yang terjebak dalam sediaan keluar. Jika terdapat butir
pati atau musilago, maka pada pemanasan kaca objek dengan penambahan
reagen dapat diulang. Setelah semua tahap selesai, objek dapat langsung
diamati. Pada saat pengamatan bisa dilakukan penambahan reagen dengan
tujuan untuk mencegah mengkristalnya kloral hidrat. Proses yang sudah
dilakukan dapat membantu menyamarkan butir pati dan senyawa larut air
yang mengalangi pengamatan. Pengamatan dilakukan pada berbagai
perbesaran yaitu 40x,100x dan 400x.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini membahas tentang folium. Folium atau daun
merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat
pengolahan zat-zat makanan melalui proses fotosintesis dan organ
pernapasan bagi tumbuhan (Rosanti, 2013). Daun memiliki struktur anatomi
dengan sususan epidermis atas dan bawah yang berfungsi melindungi
jaringan, mesofil yang terdiri dari jaringan palisade (berfungsi sebagai
tempat fotosintesis) dan jaringan spons (berfungsi sebagai tempat
penyimpanan cadangan makanan) serta memiliki pembuluh kayu yang
terdiri dari xilem dan floem. Untuk melihat fragmen-fragmen pada daun,
dilakukan analisis mikroskopis, yaitu analisis yang meliputi pemeriksaan
ciri-ciri, bentuk serta anatomi bahan menggunakan mikroskop. Pada
percobaan hanya digunakan satu reagen yaitu kloral hidrat yang fungsinya
yaitu akan bereaksi dan memberi warna pada kalsium oksalat.
Fragmen-fragmen daun yang akan diamati dibawah mikroskop
berupa simplisia dari daun yang direaksikan dengan reagen Kloral Hidrat.
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun, kecuali pada bahan-bahan yang telah
dikeringkan (Ditjen POM, 1979). Simplisia terbagi menjadi tiga, yaitu
simplisia nabati (simplisia yang bersumber dari eksudat tanaman), simplisia
hewani (simplisia yang bersumber dari hewan) dan simplisia mineral
(simplisia yang berasal dari mineral yang belum diolah).

Simplisia yang pertama adalah Orthosiphonis Staminei Folium.


Simplisia ini merupakan pucuk daun yang diambil/dikumpulkan saat
berbunga dari tumbuhan kumis kucing yang memiliki nama latin
Orthosiphon stamineus Benth. Klasifikasi dari tumbuhan kumis kucing
adalah sebagai berikut

Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Lamiales
Suku : Lamiaceae
Marga : Orthosiphon
Jenis : Orthosiphon stamineus Benth.
Kumis kucing ini merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di
wilayah asia tenggara termasuk Indonesia dan sebagian tumbuh di wilayah
tropis seperti Australia bagian tropis. Tanaman kunis kucing ini dikenal
banyak memiliki banyak kegunaan yang diantaranya adalah diuretik atau
memicu peningkatan produksi urin, mengatasi batu ginjal, radang ginjal,
kencing manis, hipertensi dan karena kandungan kalium, glikosida dan
orthosiponon yang cukup tinggi segingga dapat dijadikan obat yang baik
untuk menurunkan kadar asam urat dan rematik.
Pada pengamatan makroskopis untuk simplisia orthosiphonis
staminei, karakteristik morfologi dari daun kumis kucing adalah kecil, ujung
daun tajam dengan tepi bergerigi. Untuk pengamatan organoleptis, simplisia
Orthosiphonis staminei Folium ini memiliki bau aromatik, rasa agak asin
dan pahit dan serbuknya berwarna hijau kecoklatan.
Karakteristik: helaian daun, rapuh, bentuk
bulat telur, lonjong, belah ketupat memanjang
atau bentuk lidah tombak, pangkal membulat
sampai runcing, tepi beringgit sampai
bergerigi tajam, ujung runcing sampai
meruncing, pertulangan daun menyirip, ibu
tulang daun tampak jelas, batang dan cabang2
persegi, warna agak ungu, kedua permukaan halus.
Untuk pengamatan mikroskopis dari simplisia Orthosiphonis
Staminei Folium, pengamatan dilakukan dengan membuat preparat
menggunakan serbuk dari simplisia dengan reagen kloral hidrat kemudian
diamati dibawah mikroskop. Dari hasil pengamatan, dapat teramati adanya
lima fragmen pengenal yaitu epidermis atas, epidermis bawah, mesofil,
pembuluh kayu, dan rambut. Hasil dari pengamatan tersebut adalah
sebagai berikut

Rambut Penutup
Pembesaran 40x

Mesofil
Pembesaran 40x

Pembuluh Kayu
Pembesaran 40x

Epidermis Bawah
Pembesaran 40x

Epidermis pada daun merupakan jaringan yang terdiri dari sel-sel


tunggal berlapis yang menutupi atau melindungi bagian daun. Epidermis atas
berfungsi sebagai pelindung jaringan di bawahnya seperti palisade dari
ancaman seperti panas, atau hama seperti kutu daun atau ulat. Epidermis atas
dapat berdiferensiasi contohnya membentuk kutikula untuk melindungi dari
panas yang berlebih dan mencegah penguapan. Pada hasi pengamatan dapat
diamati bahwa pada epidermis atas terdapat stomata yang merupakan
modifikasi dari epidermis.
Epidermis bawah pada daun berfungsi untuk melindungi jaringan
yang terdapat di atasnya seperti jaringan bunga karang. Epidermis bawah juga
dapat berdiferensiasi misalnya membentuk stomata yang merupakan celah
untuk tempat pertukaran udara atau respirasi.
Mesofil merupakan jaringan yang terdapat di bagian dalam daun yang
terbentuk dari sel parenkim parenkim yang membentuk jaringan palisade
(tiang) dan jaringan bunga karang (spons). Fungsi dari mesofil adalah sebagai
tempat terjadinya fotosintesis dan tempat penyimpanan sementara hasil
fotosintesis.
Pembuluh kayu merupakan nama lain dari xylem merupakan jaringan
pembuluh yang berfungsi untuk menyalurkan zat bahan fotosintesis (air dan
mineral) dari akar ke daun.
Rambut penutup merupakan salah satu macam/bagian dari trikoma.
Trikoma sendiri merupakan bentuk modifikasi dari jaringan epidermis yang
berfungsi untuk membantu melindungi daun dari kerusakan dan mengurangi
jumlah penguapan.
Simplisia yang kedua adalah Abri Folium. Simplisia ini merupakan
anak daun dari tumbuhan Abrus precatorius Linn. atau dikenal dengan nama
lokal yaitu saga. Klasifikasi dari tumbuhan saga adalah sebagai berikut
Klasifikasi
Kerajaan: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Abrus
Jenis : Abrus precatorius
Tanaman saga habitusnya adalah perdu merambat dengan batang
berkayu, bunga majemuk, dan memiliki buah polong. Tanaman ini mudah
ditemukan disekitar pantai dan umum digunakan sebagai pohon peneduh.
Tanaman saga memiliki kegunaan untuk mengatasi sariawan, amandel,
memiliki aktivitas antibacterial dan antioksidan yang baik, dan dapat
menurunkan kadar gula darah.
Pada pengamatan makroskopis untuk simplisia Abri Folium,
karakteristik morfologi dari daun saga adalah kecil, bentuk daun menyirip
dengan bagian ujung meruncing. Untuk pengamatan organoleptis, simplisia
Abri Folium ini memiliki rasa manis khas dan serbuknya berwarna hijau.
Karakteristik: Tangkai daun pendek, helai daun
berbentuk jorong melebar atau bundar telur agak
rompang, ujung daun tumpul agak membundar,
pangkal daun membundar, Panjang anak daun 5-
25mm, lebar anak daun 3-9mm, permukaan licin,
tulang daun agak menonjol pada permukaan bawah

Untuk pengamatan mikroskopis dari


simplisia Abri Folium, pengamatan dilakukan dengan membuat preparat
menggunakan serbuk dari simplisia dengan reagen kloral hidrat kemudian
diamati dibawah mikroskop. Dari hasil pengamatan, dapat teramati adanya
lima fragmen pengenal yaitu epidermis atas, epidermis bawah, palisade,
hablur kalsium oksalat pada tulang daun, dan rambut penutup. Hasil dari
pengamatan tersebut adalah sebagai berikut

Fragmen Epidermis atas


Perbesaran 10×

Fragmen Epidermis bawah


Perbesaran 10×
Fragmen Palisade
Perbesaran 10×

Palisade merupakan merupakan bagian dari jaringan mesofil yang tersusun


atas sel-sel parenkim, mempunyai bentuk memanjang seperti pagar dan bagian sel
nya tersusun rapat. Fungsi dari jaringan palisade adalah sebagai tempat terjadinya
fotosintesis karena pada palisade terdapat sel yang banyak mengandung kloroplas.

Fragmen Rambut penutup (runcing)


Perbesaran 10×

Fragmen Hablur kalsium oksalat pada tulang daun


Perbesaran 40×

Hablur kalsium oksalat pada tulang daun ini merupakan fragmen/hasil yang
terbentuk sebagai hasil akhir metabolisme, atau terbentuk karena terjadi pemadatan
zat-zat yang berfase cair sehingga berbentuk butiran.
Simplisia folium ketiga yaitu Psidii Guajavae Folium yang memiliki ciri-ciri
makroskopis dan organoleptis yaitu, bau khas aromatik, rasa kelas, serta serbuk
yang berwarna hijau keabu-abuan.

Makroskopis Psidii Guajavae Folium


Daun Jambu Biji

Psidii Guajavae Folium merupakan simplisia folium berupa serbuk yang


termasuk ke dalam simplisia nabati, berasal dari daun jambu biji (Psidium guajava
L.) dengan klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonaea
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Ketika serbuk simplisia Psidii Guajavae Folium pada kaca objek ditetesi
sebanyak satu tetes reagen Kloral Hidrat, hasil mikroskopik yang terlihat adalah:
Epidermis atas dilihat dengan
perbesaran mikroskop 10x

Rambut penutup dilihat dengan


perbesaran mikroskop 10x

Epidermis bawah dengan


stomata (perbesaran mikroskop
10x)

Mesofil bagian bawah dilihat


dengan perbesaran mikroskop
10x
Hablur kalsium oksalat dilihat
dengan perbesaran mikroskop
10x

Rambut penutup dilihat dengan


perbesaran mikroskop 10x

Bagian-bagian yang teramati pada simplisia folium memiliki masing-


masing fungsi yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup tumbuhan.
Epidermis atas dan bawah merupakan lapisan yang serdiri dari satu lapis sel pipih
yang berfungsi sebagai perlindungan jaringan-jaringan yang ada dibawahnya. Pada
epidermis bawah Psidii Guajavae Folium, terdapat stomata dengan tipe anomositik.
Stomata pada daun berfungsi sebagai alat respirasi tumbuhan. Selanjutnya ada
jaringan mesofil. Jaringan mesofil pada daun terdiri atas jaringan palisade yang
berfungsi sebagai tempat fotosintesis, dan jaringan spons yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan cadangan makanan. Pada daun, terdapat pula rambut penutup
yang berfungsi sebagai proteksi, penyokong, serta membantu penyerapan air. Daun
jambu biji memiliki kegunaan untuk obat disentri dan obat antelmintik.
Simplisia folium keempat yaitu Sericocalycis Crispi Folium yang memiliki
ciri-ciri makroskopis dan organoleptis yaitu, bau lemah, rasa agak sepat dan agak
pahit, serta serbuk yang berwarna hijau sampai hijau kelabu.
Makroskopis Sericocalycis Crispi Folium
Daun Kejibeling

Sericocalycis Crispi Folium merupakan simplisia folium berupa serbuk yang


termasuk ke dalam simplisia nabati, berasal dari daun kejibeling (Sericocalyx
crispus L.) dengan klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Sericocalyx
Spesies : Sericocalyx crispus L.
Ketika serbuk simplisia Psidii Guajavae Folium pada kaca objek ditetesi
sebanyak satu tetes reagen Kloral Hidrat, hasil mikroskopik yang terlihat adalah:

Berkas pembuluh dilihat dengan


perbesaran mikroskop 10x
Rambut penutup dilihat dengan
perbesaran mikroskop 10x

Berkas pembuluh berfungsi sebagai pengangkut zat hara dan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tumbuhan. Berkas pembuluh pada tumbuhan terdiri atas xilem
yang berfungsi sebagai pengangkut air dan mineral dari akar ke daun, serta floem
yang berfungsi sebagai pengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian
tumbuhan. Daun kejibeling memiliki kegunaan sebagai obat batu ginjal, kencing
manis, dan disuria.
Simplisia folium yang kelima yaitu Sonchi Arvensidis Folium yang memiliki
ciri-ciri makroskopis dan organoleptis yaitu, bau lemah, rasa agak kelat, dan serbuk
yang berwarna hijau sampai hijau kelabu.

Makroskopis Sochi Arvensidis Folium


Daun Tempuyung

Sonchi Arvensidis Folium merupakan simplisia folium berupa serbuk yang


termasuk ke dalam simplisia nabati, berasal dari daun tempuyung (Sonchus arvensis
L.) dengan klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Sonchus
Spesies : Sonchus arvensis L.
Ketika serbuk simplisia Sonchi Arvensidis Folium pada kaca objek ditetesi
sebanyak satu tetes reagen Kloral Hidrat, hasil mikroskopik yang terlihat adalah:

(perbesaran mikroskop 40x)


Epidermis atas dengan dinding
agak bergelombang dan stomata
dengan tipe anisositik

(perbesaran mikroskop 40x)


Berkas pembuluh

(perbesaran mikroskop 10x)


Epidermis bawah dengan dinding
samping lebih bergelombang
Dari hasil mikroskopis, bagian-bagian yang teramati pada Sonchi Arvensidis
Folium adalah epidermis atas dengan stomata tipe anisositik, epidermis bawah,
serta berkas pembuluh. Stomata anisositik merupakan stomata dengan sel penutup
yang dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tidak sama besar. Stomata berfungsi
sebagai alat respirasi sel tumbuhan. Daun tempuyung memiliki kegunaan untuk
batu empedu, batu kandung kencing, dan untuk obat hipertensi.
Simplisia folium keenam yaitu Piperis Betle Folium yang memiliki ciri-ciri
makroskopis dan organoleptis bau yang khas serta serbuk simplisia yang berwarna
hijau. Makroskopis Piperis Betle Folium (Daun Sirih)

Piperis Betle Folium merupakan simplisia folium berupa serbuk yang


termasuk ke dalam simplisia nabati, berasal dari daun sirih (Piper betle L.) dengan
klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonaea
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
Ketika serbuk simplisia Piperis Betle Folium pada kaca objek ditetesi
sebanyak satu tetes reagen Kloral Hidrat, hasil mikroskopik yang terlihat adalah:
(perbesaran mikroskop 40x)
Permukaan daun bagian atas

(perbesaran mikroskop 40x)


Sel minyak yang berisi minyak
atsiri

Mesofil dilihat dengan perbesaran


mikroskop 40x

Pembuluh kayu dilihat dengan


perbesaran mikroskop 40x

(perbesaran mikroskop 40x)


Epidermis atas (tidak terdapat
stomata)

Dari hasil mikroskopis, bagian-bagian yang teramasi pada Piperis Betle


Folium adalah permukaan daun bagian atas, permukaan daun bagian bawah,
mesofil, pembuluh kayu, sel minyak, serta epidermis bagian atas. Sel minyak pada
Piperis Betle Folium berisi minyak atsiri berwarna kekuningan yang terdapat pada
bagian hipodermis. Daun sirih berguna untuk penyakit sariawan, sebagai obat
kumur, obat batuk, serta untuk luka.
Simplisia selanjutnya adalah Blumeae Balsamiferae Folium. Simplisia ini
merupakan daun dari tumbuhan Blumea balsamifera (L.) DC atau dikenal dengan
nama lokal yaitu sembung. Klasifikasi dari tumbuhan sembung adalah sebagai
berikut
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Blumea
Jenis : Blumea balsamifera (L.) DC
Tanaman sembung memiliki habitus perdu, batang bulat berwarna hijau,
memiliki bunga majemuk dan buah berwarna putih kecoklatan, dan akar dari
tanaman ini berjenis tunggang. Bagian dari tanaman sembung yang paling sering
digunakan sebagai bahan obat adalah daunnya. Sembung dapat digunakan untuk
mengatasi demam, malaria, antilmintik, masuk angina, gangguan haid, dan beri-
beri.
Pada pengamatan makroskopis untuk simplisia Blumeae Balsamiferae
Folium, karakteristik morfologi dari daun sembung adalah tulang daun menyirip,
pinggir bergerigi dan ujungnya lancip.

Makroskopis Blumeae Balsamiferae Folium


Daun sembung
Untuk pengamatan mikroskopis dari simplisia Blumeae Balsamiferae
Folium, pengamatan dilakukan dengan membuat preparat menggunakan serbuk
dari simplisia dengan reagen kloral hidrat kemudian diamati dibawah mikroskop.
Dari hasil pengamatan, dapat teramati adanya lima fragmen pengenal yaitu
epidermis atas, epidermis bawah dengan stomata dan rambut kelenjar, serabut
slerenkim, hablur kalsium oksalat pada tulang daun, dan rambut penutup. Hasil dari
pengamatan tersebut adalah sebagai berikut.

Fragmen epidermis atas


Perbesaran 40×

Fragmen epidermis bawah dengan


stomata dan rambut kelenjar.
Perbesaran 10×

Pada fragmen epidermis bawah di simplisia Blumeae Balsamiferae Folium


terdapat rambut kelenjar dan stomata. Stomata dan rambut kelenjar merupakan
bentuk modifikasi dari epidermis. Stomata merupakan celah yang berfungsi sebagai
temtap pertukaran gas/respirasi. Sedangkan rambut kelenjar merupakan selah satu
bagian dari trikoma yang berfungsi sebagai jaringan sekresi, untuk menyaring zat-
zat ekskresi dan mensekresikan kelenjar seperti minyak atsiri.
Fragmen hablur kalsium oksalat pada
tulang daun.
Perbesaran 40×

Fragmen rambut penutup


Perbesaran 10×
• Terdapat sekat-sekat
• Runcing

Fragmen Serabut sklerenkim


Perbesaran 10×

Serabut sklerenkim merupakan sklerenkim dengan bentuk sel memanjang


dan berkumpul membentuk berkas silinder. Serabut skerenkim ini biasa dijumpai
pada berkas daun, batang, jaringan pengangkut, dan lain lain.
Simplisia yang terakhir adalah Guazumae Ulmifoliae Folium. Simplisia ini
merupakan daun dari tumbuhan Guazuma ulmifolia (L.) atau dikenal dengan nama
lokal yaitu jati belanda. Klasifikasi dari tumbuhan jati belanda adalah sebagai
berikut:
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Guazuma
Jenis : Guazuma ulmifolia (L.)
Tanaman jati belanda memiliki akar tunggang, batang keras (berkayu) dan
bulat, dan habitusnya adalah semak atau pohon. Tanaman ini berkhasiat untuk
menurunkan berat badan (untuk obesitas) (daunnya), bijinya sebagai obat diare,
mengatasi batuk, dan nyeri perut.
Pada pengamatan makroskopis untuk simplisia Guazumae ulmifoliae
Folium, karakteristik morfologi dari daun jati belanda daun tunggal, bentuk bulat
telur dan jantung, bagian ujungnya meruncing, dan tulang daunnya menyirip.

Makroskopis Guazumae Ulmifoliae Folium


Daun jati belanda

Untuk pengamatan mikroskopis dari simplisia Guazumae Ulmifoliae Folium,


pengamatan dilakukan dengan membuat preparat menggunakan serbuk dari
simplisia dengan reagen kloral hidrat kemudian diamati dibawah mikroskop. Dari
hasil pengamatan, dapat teramati adanya lima fragmen pengenal yaitu epidermis
atas, epidermis bawah dengan rambut penutup, rambut penutup berbentuk bintang,
pembuluh kayu dengan penebalan tangga, dan hablur kalsium oksalat berbentuk
prisma. Hasil dari pengamatan tersebut adalah sebagai berikut:
Pembuluh kayu dengan
penebalan tangga
Pembesaran 10x
Sklerenkim
Pembesaran 10x

Rambut penutup berbentuk bintang


Epidermis Bawah
Pembesaran 40x

Pada epidermis bawah di simplisia Guazumae Ulmifoliae folium ini terdapat


rambut penutup. Rambut penutup ini adalah merupakan salah satu bentuk
modifikasi dari epidermis.

Rambut Penutup berbetuk


bintang
Pembesaran 40x

Fragmen rambut penutup berbentuk bintang merupakan fragmen khas dari


simplisia Guazumae Ulmifoliae folium. Rambut penutup ini sama seperti rambut
penutup pada simplisia lain, yaitu bentuk modifikasi dari epidermis namun pada
simplisia ini, bentuknya sangat khas yaitu bentuk bintang.
Hablur kalsium oksalat
Pembesaran 40x

Dari hasil pengamatan mikroskopis, semua fragmen-fragmen yang


ditemukan sudah sesuai dengan literatur yaitu sesuai dengan departemen kesehatan
republik Indonesia dalam buku Materia Medika Indonesia. Namun, tidak semua
fragmen pengenal dari masing-masing simplisia teramati karena lensa objektif
untuk perbesaran 40× dan 100× kebanyakan buram sehingga sebagian fragmen sulit
untuk diamati.

VI. KESIMPULAN
1. Orthosiphon stamineus
Secara makroskopik terdapat helai daun tidak utuh namun masih
menempel pada tangkainya. Warna daun hijau tua, bentuknya kering keriput
tidak lagi sesuai dengan literatur morfologi daun segar, dan secara
mikroskopik fragmen pengenalnya yang dapat diamati yaitu epidermis
bawah, rambut penutup dan pembuluh kayu.
2. Abrus precatorius

Secara makroskopis helai daun terlepas namun masih ditemukan


tangkai daun dalam wadah, bentuknya masih seperti daun segar. Secara
mikroskopik fragmen pengenalnya yang dapat diamati yaitu rambut
penutup, mesofil, pembuluh kayu, epidermis, hablur kalsium oksalat dan
gelembung udara.

3. Psidium guajava
Secara makroskopik terdapat helai daun yang sudah kering tetapi
masih ada tangkai daun, warna daun hijau muda kelabu dan dan sudah tidak
lagi berbentuk silindris, melainkan sudah menguncup. Sedangkan secara
mikroskopik terdapat Rambut penutup, epidermis atas, epidermis bawah
dan stomata, pembuluh kayu, hablur kalsium oksalat dan juga mesofil.
4. Sericocalyx crispus
Secara makroskopik berupa daun kering yang tidak utuh tapi masih
menempel pada tangkainya. Sedangkan secara mikroskopik terdapat rambut
penutup, pembuluh kayu,mesofil, minyak atsiri, epidermis atas dan
epidermis bawah.
5. Sonchus arvensis

Secara makroskopik terdapat helai daun masih menempel pada batang,


juga ditemukan ada akar, terlihat rambut-rambut halus pada pangkal daun.
Sedangkan secara mikroskopik terdapat rambut penutup, epidermis atas
dengan stomata, jaringan pembuluh, jaringan palisade, dan mesofil.

6. Piper betle
Secara makroskopik terdapat helai daun sudah tidak utuh Warna
permukaan daun atas dan bawah tidak sama. Permukaan atas berwarna hijau
tua dengan tulang daun tidak terlihat jelas. Sedangkan permukaan bawah
berwarna hijau muda dengan tulang daun terlihat jelas. Daun tidak segar
atau agak mengering tidak lagi sesuai dengan literatur morfologi daun segar.
Sedangkan secara mikroskopik terdapat mesofil, pembuluh kayu, epidermis
bawah, dan sel minyak.
7. Guazuma ulmifolia
Secara makroskopik terlihat bahwa helai daun sudah tidak utuh,
namun masih terlihat rambut-rambut halus pada helai daun dan tepi daun
bergerigi. Warna permukaan daun bagian atas lebih gelap. Sedangkan
secara mikroskopik terlihat fragmen seperti rambut penutup yg berbentuk
bintang, pembuluh kayu, sklerenkim, jaringan berkas pembuluh, epidermis
bawah dan epidermis atas.
8. Blumea balsamifera
Secara makroskopik helai daun masih menempel pada batang, juga
ditemukan bunga. Banyak rambut halus pada permukaan daun dan batang.
Permukaan daun bagian bawah berwarna lebih terang. Sedangkan secara
mikroskopik terlihat fragmen rambut penutup serabut sklerenkim, stomata,
dan epidermis atas
VII. DAFTAR PUSTAKA

Ali, D.M.H., K.C. Wong., and P.K. Lim. 2005. Flavonoids from Blumea
balsamifera. Fitoterapia. 76 : 128–130.
Dalimartha, S.2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. Jakarta:
Pustaka Bunda.
Dalimartha, S.2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar .
Jakarta:Penerbit Puspa Swara
Dzulkarnain, B. & Wahjoedi, B., (1996). Informasi Ilmiah Kegunaan
Kosmetika Tradisional, Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI.
Fhan, A. (1991). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Pres
Hidayat, E. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB. Hidayati.
A, Yusrin, H. Anggraini. 2009.
Pengaruh frekuensi penggunaan teh daun tempuyung (Sonchus arvensis L.)
terhadap daya larut kalsium okasalat (CaC2O4). Jurnal Kesehatan. 2(2): 30-37.
Hutapea, J. R. (2000) Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi I.Bhakti
Husada: Jakarta.
Iserep, S. (1993). Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung: ITB.
Kimball, J. (1994). Biologi Edisi Kelima. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Loveless A. (1987). Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah
Tropik. Jilid I. Jakarta : PT Gramedia Utama.
Savitri. (2008). Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan
(Anatomi Tumbuhan). Malang: UIN Press.
Soewito D. 1989. Manfaat dan Khasiat Flora. Jakarta : Stella Maris.
Sutarmi. (1983). Botani Umum 1. Jakarta: Gramedia.
Sutrian, Yayan Drs. (2004). Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan
Tentang Sel dan Jaringan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Swastini, dkk. (2007). Buku Ajar Mata Kuliah Farmakogbosi. Bukit
Jimbaran : Universitas Undayana.
Winarto, W.P. (2004). Manfaat Tanaman Sayur untuk Mengatasi Berbagai
Penyakit. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Zwaving. (1989). Mid Career Training in Pharmacochemistry. Joint Project
between Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta and the Department of
Pharmacochemistry Vrij Universiteit. Amsterdam

Anda mungkin juga menyukai