Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIKUM 3

FOLIUM

I. TUJUAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi simplisia tunggal yang diberikan untuk diamati secara makroskopik
dan mikroskopik serta untuk mengetahui fragmen-fragmen khas yang ada pada
simplisia-simplisia tersebut.

II. TEORI DASAR


2.1 Definisi
2.2 Morfologi Daun
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bias tipis atau
tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pebeda bagi bentuk-bentuk
daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips
dan memanjang. Pada bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang (Fhan, 1991).
Pada umunya berbentuk tipis dan berwarna hijau. Warna hijau tersebut
disebabkan warna klorofil yang ada pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang
berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil
dalam fotosintesis. Namun, daun juga ada yang berwarna kuning, merah, dan ungu
karena daun juga meiliki pigmen lain, misalnya pada karoten (berwarna jingga),
xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu,
tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga pada warnanya
berubah menjadi kuning atau merah dan dapat dilihat dengan jelas pada daun yang
gugur (Sutarmi, 1983).
Berdasarkan pada susunan tulang daunnya, bentuk tulang daun juga
bermacam-macam ada yang menyirip, melengkung, menjari dan sejajar. Daun juga
mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Jika diperhatikan secara seksama, daun
(folium) dari berbagai jenis tumbuhan akan memperlihatkan jumlah daun yang
berbeda-beda. Karena itulah daun-daun tersebut dapat diidentifikasi kedalam dua
golongan berdasarkan jumlah daunnya. Yang pertama adalah daun tunggal (folium
simplex) yaitu dimana pada tangkai daun (petiolus) hanya terdapat satu helaian daun
(lamina) saja. Kemudian yang kedua adalah daun majemuk (folium kompositum)
dimana pada tangkai daun (Petiolus) terdapat cabang-cabang yang memiliki helaian
daun (lamina), sehingga dalam satu batang terdapat lebih dari satu helaian daun.
Daun majemuk memiliki bagian-bagian yang terdiri atas ibu tangkai daun (petiolus
communis), pada tangkai anak daun (petiololus), dan anak daun (foliolium) dan
sebagainya (Sutarmi, 1983).
2.3 Anatomi Daun

2.3.1 Epidermis
Epidermis daun terdapat dipermukaan atas disebut epidermis atas (epidermis
adaksial atau epidermis ventral) maupun dipermukaan bawah disebut epidermis
bawah (epidermis abaksial atau epidermis dorsal). Umumnya epidermis terdiri dari 1
lapis sel tetapi adapula yang terdiri dari beberapa lapis sel (epidermis ganda, multiple
epidermis). Jumlah lapisan sel epidermis bagian atas biasanya lebih banyak daripada
permukaan bawah. Jumlah epidermis bawah berlapis banyak maka akan terdapat
ruang substomata yang besar antara sel penutup dengan jaringan mesofil (Iserep,
1993).
2.3.2 Mesofil
Mesofil merupakan lapisan jaringan dasar yang terletak antara epidermis atas
dan epidermis bawah dan di antara berkas pengangkut. Mesofil dapat tersusun atas
parenkim yang relatif homogen atau berdifferensiasi menjadi parenkim palisade
(jaringan tiang), jaringan pagar dan parenkim sponsa (jaringan bunga karang). Sesuai
dengan fungsinya parenkim mesofil merupakan daerah fotosintesis terutama karena
mengandung kloroplas (Savitri, 2008).
Bagian utama helai daun adalah mesofil yang banyak mengandung kloroplas
dan ruang antarsel. Mesofil dapat bersifat homogen atau terbagi menjadi jaringan
tiang (palisade) dan jaringan spons (jaringan bunga karang). Jaringan tiang lebih
kompak daripada jaringan spons yang memiliki ruang antarsel yang luas. Jaringan
tiang terdiri dari sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap pemukaan helai
daun. Meskipun jaringan tiang nampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah
sehingga udara dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi panjang, kloroplas pada
sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Hal tersebut mengakibatkan proses
fotosintesis dapat berlangsung efisien (Hidayat, 1995).
Parenkim palisade merupakan sel-sel yang bentuknya silindris, tersusun rapat
berjajar seperti pagar. Daun yang memiliki parenkim palisade di lapisan atas atau
parenkim spongiosa di lapisan bawahnya disebut daun dosiventral atau bifasial.
Apabila parenkim palisade terdapat di kedua sisi atau tidak dijumpai parenkim
palisade pada kedua sisinya disebut daun isobilateral atau isolateral atau unifasial.
Parenkim sponsa tersusun atas sel-sel yang bentuknya bervariasi, umumnya tidak
teratur, bercabang-cabang, berisi kloroplas dan tersusun sedemikian rupa sehingga
membentuk jaringan seperti bunga karang (sponsa) (Sutrian, 2004).
Jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang teratur bentuknya. Hubungan
antara sel dan sel lainnya terbatas pada ujung cabang itu. Dilihat dari hubungan antara
sel-sel yang berdampingan maka jaringan spons memiliki kesinambungan horizontal
yang sejajar dengan permukaan daun, sedangkan jaringan tiang sinambung hanya
dalam arah tegak lurus terhadap permukaan (Fahn, 1991).
2.3.3 Sistem Jaringan Pengangkut
Pada daun terletak di dalam tulang daun beserta vena-venanya. Pada
penampang melintang daun, berkas pengangkut ini terdiri dari 1 ikatan pembuluh,
yang xylemnya terletak menghadap ke permukaan atas daun dan floemnya ke
permukaan bawah daun. Pada tulang daun yang lebih kecil atau vena daun, berkas
pengangkutnya dapat lebih sederhana dan kadang-kadang tidak sempurna terdiri atas
xylem saja atau floem saja (Loveless, 1987).
Sistem jaringan pembuluh tersebar diseluruh helai daun dan dengan demikian
menunjukkan adanya hubungan ruang yang erat dengan mesofil. Jaringan pembuluh
membentuk sistem yang saling berkaitan, dan terletak dalam bidang median, sejajar
dengan permukaan daun. Berkas pembuluh dalam daun biasanya disebut tulang daun
dan sistemnya adalah sistem tulang daun (Hidayat, 1995).
Istilah sejajar bagi jalanya berkas pembuluh dalam sistem tulang sejajar
hanyalah cara pendekatan saja, oleh karena itu di ujung dan pangkal daun semua
berkas itu akan bertemu. Di antara berkas sejajar itu tampak cabang halus yang
berpola jala dan menghubungkan semua berkas sejajar itu. Pola jala umumnya
terdapat pada daun dikotil, sedangkan pola sejajar biasa ditemukan pada monokotil.
Dalam pola berkas pembuluh percabangan akhir yang paling halus akan membatasi
daerah mesofil kecil yang dinamakan areolus (Kimball, 1994).
2.4 Fungsi Daun
Daun memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini, daun
bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah makanan
melalui fotosintesis. Selain itu, daun juga berfungsi sebagai alat transformasi atau
pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis keseluruh tubuh tumbuhan, dan daun
juga berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pertukaran dan
pernapasan gas) (Rosanti, 2013).
2.5 Kandungan Kimia Daun
Daun Kumis Kucing ( Orthosiphon aristatus L.) mengandung minyak atsiri
0,02-0,06% terdiri dari 60 macam sesquiterpens dan senyawa fenolik. 0,2% flavonoid
lipofil dengan kandungan utama sinensetin, eupatorin, skutellarein, tetrametil eter,
salvigenin, rhamnazin; glikosida flavonol, turunan asam kafeat (terutama asam
rosmarinat dan asam 2,3-dikaffeoil tartarat ), metilripariokromen A 6-(7,8-dimetoksi-
2,2-dimetil [2H,1-benzopiran]-il), saponin serta garam kalsium (3%) dan
myoinositol.4,9,13) Hasil ekstraksi daun dan bunga Orthosiphon stamineus
ditemukan metilripariokromen A atau 6-(7,8-dimetoksietanon) Juga ditemukan 9
macam golongan senyawa flavon dalam bentuk aglikon, 2 macam glikosida flavonol,
1 macam senyawa kumarin, asam kafeat dan 7 macam senyawa depsida turunan asam
kafeat, skutellarein, 6-hidroksiluteolin, sinensetin (Hutapea, 1991).
Daun Saga (Abrus precatorius) mengandung vitamin A,B1, B6, C, kalsium
oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic acid pentosan dan luteolin,
Isoorientin, L-Abrine, Precatorin I, II, III, Abruquinone D, E, F, Abrussaponin I, II
(Zwaving, 1989).
Daun jambu biji (Psidium Guazava L.) mengandung saponin, minyak atsiri,
tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid. Kandungan daun jambu biji dapat
menghilangkan bau badan serta dapat mengobati diare dan disentri. Astrigent dalam
daun jambu biji bersifat alkasi dan mampu membunuh kuman penyebab diare dan
disentri. Rebusan beberapa lembar daun jambu biji saja sudah mampu menghentikan
diare (Swastini, 2007).
Daun kejibeling
Daun tempuyung
Daun Sirih merupakan tanaman yang berasal dari famili Piperaceae yang
memiliki ciri khas mengandung senyawa metabolit sekunder yang biasanya berperan
sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai
agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup.
Menurut Hutapea (2000), senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman
sirih berupa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri triterpenoid, minyak atsiri
(yang terdiri atas khavikol, chavibetol, karvakrol, eugenol, monoterpena, estragol),
seskuiterpen, gula, dan pati.
Kandungan minyak atsiri yang terdapat pada daun sirih juga berkhasiat
sebagai insektisida alami. Disamping itu, kandungan minyak atsiri yang terkandung
di dalam daun sirih juga terbukti efektif digunakan sebagai antiseptik (Dalimartha,
2006).
Daun sembung
Daun jati belanda ( Guazuma ulmifolia L.) mengandung adanya tannin dan
getah lender yang dapat bermanfaat untuk pelangsing. Adanya steroid yang
merupakan komponen utama dalam ekstrak kloroform mempunyai efek pelangsing.
Selain itu zat aktif lainnya yaitu alkaloid yang mirip dengan struktur orlistat sehingga
dapat mengurangi aktifitas enzim lipase (Dzulkarnain, 1996).

III. PROSEDUR
Serbuk tumbuhan yang akan diamati adalah catharanti radix, elephantopin
radix dan rhei officinalis radix yang berasal dari simplisia kering organ tumbuhan
yang dihaluskan. Sehingga cara pembuatan sediaan histologi untuk serbuk tumbuhan
disediakan terlebih dahulu kaca objek dan kaca penutup yang bersih dan bebas
minyak. Kemudian diteteskan reagen kloral hidrat yang akan digunakan untuk
pengamatan di atas kaca objek. Setelah itu, ditambahkan serbuk sampel yang akan
diamati pada tetesan reagen kloral hidrat diatas kaca objek dan dicampurkan serbuk
sampel dengan reagen kloral hidrat sampai merata. Lalu campuran tersebut ditutup
dengan kaca penutup dan sediaan diamati di bawah mikroskop dengan berbagai
pembesaran lensa yang sesuai.
Setelah dilakukan pengamatan menggunakan reagen kloral hidrat, kemudian
dilakukan perlakuan yang sama seperti prosedur sebelumya, hanya saja reagen yang
digunakan berbeda yaitu I2 KI dan floroglusinol + HCl.
Dalam penggunaan mikroskop, mikroskop diletakkan terlebih dahulu ditempat
datar, kering dan memiliki cahaya yang cukup. Setelah itu, mikroskop dinyalakan
dengan memasangkan kabel pada stop kontak dan pijat tobol on. Kemudian dipasang
lensa okuler dengan lensa yang memiliki ukuran perbesaran sedang. Diputar revolver
untuk memilih lensa objektif dengan perbesaran paling kecil. Diputar makrometer
untuk menjauhkan lensa objektif dengan meja mikroskop. Cahaya diatur agar lensa
mendapatkan cahaya yang cukup. Setelah itu, disiapkan preparat yang akan diamati
dan diletakkan pada gelas benda di atas lubang meja mikroskop, kemudian preparat
dikokohkan dengan penjepit objek. Diputar makrometer perlahan-lahan sehingga
lensa objektif berada pada posisi terdekat dengan meja mikroskop. Lalu diamati
preparat melalui lensa okuler sambil memutar makrometer untuk menemukan
bayangan. Untuk mengatur fokus, digunakan mikrometer sehingga diperoleh
bayangan yang jelas.

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mikroskop, kaca objek dan kaca
penutup dan spatel.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah reagen kloral hidrat dan
simplisia diantaranya serbuk othosiphonis staminei folium, abri folium, psidii
guajavae, sericocalycis crispi folium, sonchi arvensidis folium, piperis betle folium,
guazumae ulmifoliae, dan bulmeae balsamiferae folium.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Ortosiphones Staminei Folium
Tanaman Asal : Orthosiphon aristatus Miq.
Nama Simplisia : Ortosiphones Staminei Folium
Nama Lokal : Kumis kucing
Mikroskopik :
Makroskopik :

Simplisia daun berwarna hijau kecoklatan.

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Labiate
Genus : Orthosipon
Spesies : Orthosipon Stamineus Benth.
(Catatan kaki)
Sumber Simplisia : (pake catatan kaki)
Deskripsi Morfologi:
Kandungan Kimia dan Pemanfaatan: (pake catatan kaki)
Fragmen: (pake catatan kaki)
1.1 Abri Folium
Tanaman Asal : Abrus precatorius L.
Nama Simplisia : Abri Folium
Nama Lokal : Daun Saga
Mikroskopik :

Simplisia daun berwarna hijau

Makroskopik :

Semua perbesaran 40x

Rambut Penutup
Palisade

Epidermis
s

Hablur oksalat
pada tulang daun

Rambut Penutup

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Abrus
Spesies : Abrus precatorius L.
(Cronquist, 1981)
Sumber Simplisia : Daun saga merupakan anak daun dari Abrus precatorius
dengan kadar glisirin tidak kurang dari 15%
Deskripsi Morfologi:
Daun majemuk, duduk berselang-seling, bersirip, ganjil, anak daun 8
sampai 17 pasang; anak daun berbentuk bundar telur, agak rompang,
bermukro, lebar 3 mm sampai 8 mm dan panjang 6 mm sampai 25 mm,
bagian bawah berambut halus, jika diremas rasa seperti kayu manis (MMI,
197IS7).
Kandungan Kimia dan Pemanfaatan:
Daun saga mempunyai kandungan kimia antara lain flavonoid dan
polifenol yang merupakan agen 4 bioaktif antimikroba (Gul et al, 2013).
Triterpen: abrusosida A, B, C, D, E, abrusogenin dan asam galat (Kingkorn
dan Soejarto, 2002). Menurut Hussain and Kumaresan (2014) daun saga
(Abrus precatorius L.) mengandung saponin dan flavonoid.
Menurut Kumaresan (2014), kandungan saponin dan flavonoid tersebut
dapat digunakan untuk mengobati ulcers atau radang pada mulut dan
bronkitis. Secara tradisional digunakan sebagai obat sariawan dan asma, dapat
menurunkan kadar gula darah, dan pengganti gula untuk penderita diabetes
Fragmen:
Pada saat dilakukan pengamatan serbuk simplisia abri folium yang
kemudian ditambahkan reagen kloral hidrat dan dilihat dengan perbesaran 40x
diperoleh hasil pengamatan fragmen pengenal adalah rambut penutup,
epidermis atas, kalsium oksalat pada urat daun dan palisade. Ciri-ciri fragmen
hasil pengamatan sesuai dengan literatur, dimana menurut Kristianto (2015),
dalam jurnalnya fragmen pengenal adalah rambut penutup, epidermis atas,
epidermis bawah, stomata, kalsium oksalat pada urat daun. Pada saat
penelitian tidak terlihat epidermis bawah dengan stomata.
1.2 Psidii Guajavae Folium
Tanaman Asal : Psidium Guajava L.
Nama Simplisia : Psidii Guajavae Folium
Nama Lokal : Daun jambu biji
Mikroskopik :
Makroskopik :

Epidermis bawah
dan stomata tipe
anomositik

Perbesaran 4x

Rambut penutup

Kelenjar lisigen

Hablur kalsium oksalat

Perbesaran 10x
Epidermis dengan
mesofil atas

Perbesaran 10x
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
(Cronquist, 1981)
Sumber Simplisia : Berasal dari daun Psidii guajava L.
Deskripsi Morfologi:
Tanaman jambu biji tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat,
pada tempat yang terbuka dan mengandung banyak air. Pohon ini banyak
ditanam sebagai pohon buah, Perdu atau pohon kecil, tinggi 2 – 10 m, dengan
percabangan banyak. namun sering tumbuh liar dan ditemukan pada
ketinggian 1 – 1.200 mdpl. Jambu biji berbunga sepanjang tahun.
Daunnya Tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda
beranbut halus, permukaan atas daun tua licin. Helaian daun berbentuk bulat
telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak melekuku
ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6 – 14 cm, lebar 3 – 6 cm, berwarna
hijau (Dalimartha, 1999).

Kandungan Kimia dan Pemanfaatan:


Daun jambu biji (Psidium Guazava L.) mengandung saponin, minyak
atsiri, tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid. Kandungan daun jambu
biji dapat menghilangkan bau badan serta dapat mengobati diare dan disentri.
Astrigent dalam daun jambu biji bersifat alkasi dan mampu membunuh kuman
penyebab diare dan disentri. Rebusan beberapa lembar daun jambu biji saja
sudah mampu menghentikan diare (Swastini, 2007).
Fragmen:
Pada saat dilakukan pengamatan serbuk simplisia psidii guajavae folium
yang kemudian ditambahkan reagen kloral hidrat dan dilihat dengan
perbesaran 10x diperoleh hasil pengamatan fragmen pengenal adalah rambut
penutup, epidermis bawah, hablur kalsium oksalat, stomata tipe anomositik,
kelenjar lisigen, dan epidermis dengan mesofil atas. Ciri-ciri fragmen hasil
pengamatan sesuai dengan literatur, dimana menurut Farmakope Herbal tahun
2008, fragmen pengenal adalah rambut penutup yang terlepas, hablur kalsium
oksalat, stomata tipe anomositik, dan mesofil dengan kelenjar lisigen.

1.3 Sericocalycis Crispi Folium


Tanaman Asal :
Nama Simplisia :
Nama Lokal :
Mikroskopik :
Makroskopik :
Klasifikasi
Kingdom :
Divisio :
Class :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
(Catatan kaki)
Sumber Simplisia : (pake catatan kaki)
Deskripsi Morfologi: (pake catatan kaki)
Kandungan Kimia dan Pemanfaatan: (pake catatan kaki)
Fragmen: (pake catatan kaki)
1.4 Sonchi Arvensidis Folium
Tanaman Asal :
Nama Simplisia :
Nama Lokal :
Mikroskopik :
Makroskopik :
Klasifikasi
Kingdom :
Divisio :
Class :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies :
(Catatan kaki)
Sumber Simplisia : (pake catatan kaki)
Deskripsi Morfologi: (pake catatan kaki)
Kandungan Kimia dan Pemanfaatan: (pake catatan kaki)
Fragmen: (pake catatan kaki)
1.5 Piperis Betle Folium
Tanaman Asal : Piper bettle L.
Nama Simplisia : Piperis betle folium
Nama Lokal : Daun sirih
Mikroskopik :
Makroskopik :

Simplisia daun berwarna coklat.


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperace
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
(Tjitrosoepomo, 1993).
Sumber Simplisia : Sumber simplisia berasal dari bagian folium Piper betle L.
Deskripsi Morfologi: Tanaman sirih merupakan tanaman yang tumbuh
memanjat, tinggi 5 cm-15 cm. Helaian daun berbentuk bundar telur atau
bundar telur lonjong. Pada bagian pangkal berbentuk jantung atau agak
bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berbulu sangat pendek, tebal
berwarna putih, panjang 5-18 cm, lebar 2,5 - 10,5 cm. Daun pelindung
berbentuk lingkaran, bundar telur sungsang atau lonjong panjang kira-kira 1
mm. Perbungaan berupa bulir, sendiri-sendiri di ujung cabang dan berhadapan
dengan daun. Bulir bunga jantan, panjang gaggang 1,5 - 3 cm, benang sari
sangat pendek. Bulir bunga betina, panjang gaggang 2,5 – 6 cm, kepala putik
3 – 5. Buah Buni, bulat dengan ujung gundul. Bulir masak berbulu 4 kelabu,
rapat, tebal 1– 1,5 cm. Biji berbentuk bulat (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991).
Kandungan Kimia dan Pemanfaatan: Sirih merupakan tanaman yang
berasal dari famili Piperaceae yang memiliki ciri khas mengandung senyawa
metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar
tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing
dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Menurut Hutapea
(2000), senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman sirih
berupa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri triterpenoid, minyak
atsiri (yang terdiri atas khavikol, chavibetol, karvakrol, eugenol, monoterpena,
estragol), seskuiterpen, gula, dan pati.
Kandungan minyak atsiri yang terdapat pada daun sirih juga berkhasiat
sebagai insektisida alami. Disamping itu, kandungan minyak atsiri yang
terkandung di dalam daun sirih juga terbukti efektif digunakan sebagai
antiseptik (Dalimartha, 2006).

Fragmen: (pake catatan kaki)


1.6 Blumeae Balsamiferae Folium (Daun Sembung)
Tanaman Asal : Blumea balsamifera (L.) DC
Nama Simplisia : Blumeae Balsamifoliae
Nama Lokal : Daun Sembung

Makroskopik:
Simplisia daun berwarna hijau kecoklatan

Mikroskopik:
Semua Perbesaran 40x

Stomata Banyak (Terlihat jika


gambar dilakukan perbesaran)

Epidermis bawah

Serabut Sklerenkim

Epidermis atas
Rambut Penutup Bersel
Banyak

Fragmen Berkas Pembuluh

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Astereceae
Genus : Blumea
Spesies : Blumea balsamifera (L.) DC
(Aspan, 2008: 15)
Sumber Simplisia : Daun sembung adalah daun yang berasal dari tumbuhan
Blumea balsamifera (L) DC.
Deskripsi Morfologi:
Berupa lembaran daun, berbulu, warna hijau kecokelatan, bau mirip
kamfora dan rasa agak pahit. Daun berbentuk bundar telur atau lidah tombak
sampai bluat panjang dengan ujung dan pangkal daun runcing, panjang helai
daun 10-30 cm, lebar 2,5-12 cm; tepi daun umumnya bergigi tajam, tidak
beraturan, kadang-kadang bergerigi. Permukaan daun berambut; permukaan
bawah berambut sangat rapat dan terasa seperti beludru, warna kelabu
kehijauan; permukaan atas kasar, warna hijau tua sampai hijau cokelat kelabu
(Farmakope Herbal, tahun)
Kandungan Kimia dan Pemanfaatan:
Terdapat flavonoid dimana kadar flavonoid total tidak kurang dari
1,20% dihitung sebagai kuarsenin. Selain flavonoid terdapat kandungan kimia
yang terdiri dari borneol, cineole, limonene, dan dimethyl ether
phloroacetophenone, glukosida, alkohol sesquiterpen, asam palmitin, minyak
siri, dan zat bergetah (untuk kapur barus) Daun segarnya mengandung
borneol, rasanya asam, sedikit pahit, agak hangat, dan harum. Tumbuhan ini
berkhasiat untuk penyakit diare, sakit perut, kolera, dan masuk angin
(Dalimartha, 2009: 33).
Fragmen:
Pada saat dilakukan pengamatan serbuk simplisia blumeae
balsamiferae yang kemudian ditambahkan reagen kloral hidrat dan dilihat
dengan perbesaran 40x diperoleh hasil pengamatan fragmen pengenal adalah
serabut sklerenkim, rambut penutup bersel banyak, berkas pengangkut dengan
penebalan tangga dan spiral. Ciri-ciri fragmen hasil pengamatan sesuai dengan
literatur, dimana menurut Farmakope Herbal (tahun), fragmen pengenal
adalah serabut sklerenkim, berkas pengangkut dengan penebalan tangga dan
spiral, rambut penutup bersel banyak. Selain fragmen pengenal terdapat pula
secara mikroskopik epidermis bawah dengan banyak stomata dan epidermis
atas.
1.7 Guazumae Ulmifoliae Folium
Tanaman Asal : Guazuma ulmifolia L.
Nama Simplisia : Guazumae ulmifoliae folium
Nama Lokal : Daun Jati Belanda
Mikroskopik :
Makroskopik :

Rambut Penutup
Bentuk Bintang

Perbesaran 4x

Epidermis

Perbesaran 10x

Pembuluh kayu
dengan penebalan
tangga

Perbesaran 10x
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia L.
(Cronquist, 1981)
Sumber Simplisia : Berasal dari daun Guazuma ulmifolia L.
Deskripsi Morfologi:
Berdaun tunggal dengan warna hijau, berbentuk bulat telur dengan
permukaan kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan
menyirip, panjang 4 - 22,5 cm, dan lebar 2 - 10 cm, panjang tangkai daun 5 -
25 mm, mempunyai daun penumpu berbentuk lanset atau berbentuk paku
yang panjangnya 3 - 6 mm (Dadang, 2005).
Kandungan Kimia dan Pemanfaatan:
Daun jati belanda ( Guazuma ulmifolia L.) mengandung adanya tannin
dan getah lender yang dapat bermanfaat untuk pelangsing. Adanya steroid
yang merupakan komponen utama dalam ekstrak kloroform mempunyai efek
pelangsing. Selain itu zat aktif lainnya yaitu alkaloid yang mirip dengan
struktur orlistat sehingga dapat mengurangi aktifitas enzim lipase
(Dzulkarnain, 1996).
Fragmen:
Pada saat dilakukan pengamatan serbuk simplisia guazumae ulmifoliae
yang kemudian ditambahkan reagen kloral hidrat dan dilihat dengan
perbesaran 4x dan 10x diperoleh hasil pengamatan fragmen pengenal adalah
rambut penutup berbentuk bintak, pembuluh kayu dengan penebalan tangga,
dan epidermis. Ciri-ciri fragmen hasil pengamatan sesuai dengan literatur,
dimana menurut Farmakope Herbal tahun 2008, fragmen pengenal adalah
rambut pengenal berbentuk bintang, rambut kelenjar, hablur kalsium oksalat
berbentuk prisma, epidermis atas, epidermis bawah, dan pembuluh kayu
dengan penebalan tangga.
II. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Aaaaaa
2. Abri folium secara makroskopik simplisia berwarna hijau. Pada saat dilakukan
pengamatan yang ditambahkan reagen kloral hidrat dengan perbesaran 40x
diperoleh fragmen pengenal adalah rambut penutup, kalsium oksalat pada urat
daun dan palisade. Selain fragmen pengenal terdapat pula secara mikroskopik
epidermis.
3. Psidii guajava folium secara makroskopik simplisia berwarna hijau. Pada saat
dilakukan pengamatan yang ditambahkan reagen kloral hidrat dengan perbesaran
4x dan 10x diperoleh fragmen pengenal adalah stomata tipe anomositik,
epidermis bawah, rambut penutup, kelenjar lisigen, hablur kalsium oksalat, dan
epidermis dengan mesofil atas.
4. Bbbbbbbb
5. Ccccccc
6. Dddddd
7. Blumeae balsamiferae folium secara makroskopik simplisia berwarna hijau. Pada
saat dilakukan pengamatan yang ditambahkan reagen kloral hidrat dengan
perbesaran 40x diperoleh fragmen pengenal adalah serabut sklerenkim, rambut
penutup bersel banyak, berkas pengangkut dengan penebalan tangga dan spiral.
Selain fragmen pengenal terdapat pula secara mikroskopik epidermis bawah
dengan banyak stomata dan epidermis atas.
8. Guazumae ulmifoliae folium secara makroskopik simplisia berwarna hijau. Pada
saat dilakukan pengamatan yang ditambahkan reagen kloral hidrat dengan
perbesaran 4x dan 10x diperoleh fragmen pengenal adalah rambut penutup
berbentuk bintang, pembuluh kayu dengan penebalan tangga, dan epidermis.
DAFTAR PUSTAKA

Aspan, R. (2008). Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat


Citeureup. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Classification of Flowering.
New York: Columbia University Press.
Dalimartha, Setiawan. (1999). Atlas Tumbuhan Obat Manusia, Jilid 1.
Jakarta: PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.
Dzulkarnain, B. & Wahjoedi, B., (1996). Informasi Ilmiah Kegunaan
Kosmetika Tradisional, Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen
Kesehatan RI.
Fhan, A. (1991). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Gul M.Z., Ahmad F., Kondapi A.K., Qureshi, I.A. and Ghazi I. (2013).
Antioxidant and antiproliferative activities of Abrus precatorius Leaf
Extracts-an In Vitro Study, Complementary & Alternative Medicine,
pp.1–12.
Sutarmi. (1983). Botani Umum 1. Jakarta: Gramedia
Tim Materia Medika Indonesia. (1977). Materia Medika Indonesia. Jilid I.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hidayat, E. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Hussain A.Z. and Kumaresan S. (2014). GC-MS Analysis and Antimikrobial
Activity of Abrus Precatorius L. Journal of Microbiology and
Biotechnology researc, pp.24–30.

Sugati. S, Hutapea. J.R. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid I.


Balitbang Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta, p.424-425.

Iserep, S. (1993). Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung: ITB


Kimball, J. (1994). Biologi Edisi Kelima. Jilid 2. jakarta : Erlangga
Loveless A. (1987). Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.
Jilid I. Jakarta : PT Gramedia Utama
Savitri. (2008). Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan
(Anatomi Tumbuhan). Malang: UIN Press
Sutrian, Yayan Drs. (2004). Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang
Sel dan Jaringan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Swastini, dkk. (2007). Buku Ajar Mata Kuliah Farmakogbosi. Bukit Jimbaran
: Universitas Undayana.
Kingkorn, D., and Soejarto, D.D. (2002). Discovery of terpenoid and phenolic
sweeteners from plants, Pure Appl. Chem., Vol. 74, No. 7, pp. 1169–1179.
Zwaving. (1989). Mid Career Training in Pharmacochemistry. Joint Project
between Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta and the Department of
Pharmacochemistry Vrij Universiteit. Amsterdam.

Anda mungkin juga menyukai