Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN 6
PENGAMATAN SIMPLISIA CORTEX

Disusun Oleh:
Sulistia Rahmawati (10060321092)
Irma Darmawati (10060321093)
Syahla Mutiara (10060321094)
Fadira Crysta Ratu Fasma (10060321095)

Shift / Kelompok :C/5


Tanggal Praktikum : 26 Oktober 2022
Tanggal Laporan : 2 November 2022
Asisten Laboratorium Nanda Aulia Rahma, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M / 1444 H
PERCOBAAN 6
PENGAMATAN SIMPLISIA CORTEX

I. Tujuan Percobaan
Percobaan ini dilakukan untuk :
1.1 Mengidentifikasi berbagai jenis simplisia cortex secara
makroskopik.

1.2 Mengidentifikasi fragmen khas dari berbagai jenis simplisia cortex


secara mikroskopik menggunakan berbagai reagen.

II. Teori Dasar


Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya, batang
berperan untuk mendukung bagian tumbuhan diatas tanah. Di ujung sumbu
titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan muda tunas terminal.
Dibagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling berjatuhan, buku
(nodus) tempat daun melekat pada batang dapat dibedakan dari ruas
(internodus), yakni bagian batang diantara dua buku yang berurutan.
Sebaliknya batang juga dapat amat pendek dan letak daunnya merapat
membentuk roset. Taraf percabangan yang terjadi jika tunas ketiak tumbuh
menjadi ranting menambah keragaman bentuk, berkaitan dengan habitat
tumbuh dibawah tanah (rhizome, umbi lapis dan umbi batang) didalam air
atau di darat batang juga ada yang tegak, memanjat atau merayap (Amir,
2012).
Umumnya batang berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat
pula mempunyai bentuk lain, tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya
atau matahari, selalu mengadakan percabanga dan selama hidupnya kecuali
kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil. Struktur pada batang ini
merupakan struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah penting dari daun.
Sifat-sifat umum batang yang dapat di karakteristik antara lain selalu
tumbuh ke atas daun dan menjauhi pusat bumi, istilah ini disebut fototrofi
positif dan geotrofi negative. Selain itu batang berwarna coklat, batang
memiliki bentuk yang beragam walaupun umunya berbentuk bulat (Rinny,
2020).
Morfologi batang terdiri dari : (Gembong, 2005).
1. Buku, yaitu tempat melekatnya daun
2. Bagian di antara dua buku;
3. Tunas aksiler (lateral) yang berpotensi membentuk tunas cabang;
tunas terminal (ujung/apikal), bagian yang aktif tumbuh dan
berkembang membuat batang menjadi lebih tinggi.
4. Tunas terminal (ujung/apikal), bagian yang aktif tumbuh dan
berkembang membuat batang menjadi lebih tinggi.
Pada batang terdapat buku-buku yang dikenal dengan nama ilmiah
nodus. Pada buku inilah daun melekat, jarak antar dua buku dinamakan ruas,
ruas dikenal dengan nama ilmiah internodus. Pada tumbuhan monokotil,
biasanya buku-buku batang terlihat jelas, sedangkan pada tumbuhan dikotil,
buku-buku batang tidak terlihat tetapi hanya berupa tonjolan-tonjolan tempat
tangkai daun melekat. Sehingga bila tangkai daun lepas, akan meninggalkan
bekas pada batang. Batang sendiri merupakan organ tumbuhan yang tak
kalah penting dengan akar dan daun. Sehingga pertumbuhan pada batang
selalu bertambah panjang ujungnya, karena pertumbuhan batang ditandai
dengan adanya percabangan. Batang sendiri memiliki struktur yang cukup
komplek dalam mengamati batang suatu tumbuhan, ada beberapa hal yang
penting focus pengamatan misalnya bentuk, cabang-cabang dan arah
tumbuhan (Rosanti D, 2013).

Korteks menjadi salah satu bahan alam yang dipakai dalam bidang
farmasi sendiri. Umumnya kulit batang tersebut banyak digunakan sebagai
tanaman obat. Menurut WHO (World Health Organization) tanaman obat
dapat didefinisikan sebagai tanaman yang digunakan dengan tujuan
pengobatan dan merupakan bahan asli dalam pembuatan obat herbal.
Konsumsi tanaman obat memiliki fungsi sebagai obat, penyembuhan dan
pencegahan penyakit. Namun umumnya tanaman obat ini merupakan
pengobatan turun temurun yang lebih mengarah pada pencegahan penyakit
dan kekebalan tubuh. Adapun tanaman obat yang dapat menyembuhkan
ialah Obat Herbal Terbatas (OHT) yang telah teruji secara klinis (Siregar,
2021).
Korteks adalah kawasan diantara silinder dan pembuluh luar. Korteks
dari batang biasanya terdiri dari parenkim yang berisi kloroplas. Ditepi luar
sering terdapat kolenkim atau sklerenkim. Batas antara korteks dengan
jaringan pembuluh tidak jelas karena tidak ada endodermis. Empulur dan
korteks sebagain besar terdiri dari sel-sel parenkim. Pada ranting, cabang
berkayu muda dan batang bawah parensial herba jaringan ini menyimpan
banyak sekali makanan. Bagian terluar korteks dari ranting dan herba
seringkali terdiri dari klorenkim yang memberikan warna hijau pada
batang. Lapisan gabus yang ada dalam tumbuhan berkayu dan herba efektif
dalam mengurangi kekurangan air dari jaringan-jaringan bagian dalam.
Lapisan gabus dihasilkan oleh aktivitas kambium gabus. Di sisi luar batang
terdri dari sel epidermis yang biasanya terdiri dari satu lapisan sel
(Tjitrosoepomo G. , Taksonomi Tumbuhan, 2009).

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini diantaranya yaitu
beker glass, cover glass, kaca objek / kaca preparat, mikroskop dan
pipet tetes.
Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini diantaranya yaitu
akuades, reagen florogucinol, reagen HCl, reagen I2KI (lugol), reagen
kloral hidrat dan simplisia utuh maupun serbuk pada tumbuhan
Chinconae Sucirrubrae Cortex, Alstoniae Scholaridis Cortex, Alyxiae
Reindwartii Cortex, Cinnamomi Burmannii Cortex, Caesalipinae
Sappanis Cortex.
IV. Prosedur Percobaan
4.1 Makroskopik
Pada praktikum pengamatan simplisia cortex. Dilakukan
pengamatan pada sampel simplisia utuh dan serbuk secara
makroskopik yaitu aroma, tekstur, warna, dan bentuk dari simplisia
yang diamati.
4.2 Mikroskopik
4.2.1 Reagen Kloral Hidrat
Pada pengamatan cortex dilakukan pengamatan dengan
menggunakan reagen kloral hidrat. Disiapkannya alat (preparasi
sampel dan mikroskop) dan bahan (sampel dan reagen) yang akan
digunakan, kemudian reagen kloral hidrat diteteskan 2-3 tetes pada
kaca objek / kaca preparat. Pada sampel yang akan diamati
ditambahkan pada kaca objek yang berisi reagen kloral hidrat
secukupnya (agar fragmen tidak saling menumpuk) dan
dihomogenkan, kemudian kaca objek ditutup dengan cover glass
agar sampel tidak keluar. Pada pengamatan, hal yang perlu
diperhatikan yaitu penempatan cover glass secara merata agar tidak
menimbulkan gelembung udara yang mengganggu pengamatan.
Sampel dapat diamati dengan menempatkan kaca objek pada meja
preparat dimikroskop. Pengamatan dilakukan pada satu per satu
lensa objek dengan perbesaran 40x, 100x, 400x hingga 1000x
dengan memperhatikan kedudukan lensa melalui pengaturan
makrometer dan mikrometer dan cahaya yang digunakan. Hingga
terlihat fragmen khas disetiap sampel fragmen.
4.2.2 Reagen Florogucinol + HCL
Pada pengamatan cortex dilakukan pengamatan dengan
menggunakan reagen Florogucinol + HCL. Dilakukan penyiapan
alat (preparasi sampel dan mikroskop) dan bahan (sampel dan
reagen) yang akan digunakan kemudian reagen florogucinol
diteteskan 2-3 tetes pada kaca objek / kaca preparat. Sampel yang
akan diamati ditambahkan pada kaca objek berisi reagen
florogucinol secukupnya (agar fragmen tidak saling menumpuk)
dan dihomogenkan, kemudian setelah homogen, reagen
florogucionol dibiarkan menguap dan simplisia mengering. Pada
Kaca objek berisi sampel dan reagen florogucinol yang sudah
mengering terebut ditambahkan 2-3 tetes HCl, kemudian kaca
objek ditutup dengan cover glass agar sampel tidak keluar. Hal
yang perlu diperhatikan yaitu penempatan cover glass secara merata
agar tidak menimbulkan gelembung udara yang mengganggu
pengamatan fragmen. Sampel dapat diamati dengan menempatkan
kaca objek pada meja preparat di mikroskop. Pada pengamatan
dilakukan pada satu per satu lensa objek dengan perbesaran 40x,
100x, 400x hingga 1000x dengan memperhatikan kedudukan lensa
melalui pengaturan makrometer dan mikrometer dan cahaya yang
digunakan. Hingga terlihat fragen khas disetiap sampel.
4.2.3 Reagen I2KI ( Lugol )
Pada pengamatan cortex dilakukan pengamatan dengan
menggunakan reagen I2KI (lugol). Disiapkannya alat (preparasi
sampel dan mikroskop) dan bahan (sampel dan reagen) yang akan
digunakan, kemudian pada reagen I2KI diteteskan 2-3 tetes pada
kaca objek / kaca preparat. Pada sampel yang akan diamati
ditambahkan pada kaca objek berisi reagen 12K1 secukupnya (agar
fragmen tidak saling menumpuk) dan dihomogenkan, kemudian
kaca objek ditutup dengan cover glass agar sampel tidak keluar. Hal
yang perlu diperhatikan yaitu penempatan cover glass secara merata
agar tidak menimbulkan gelembung udara yang mengganggu
pengamatan fragmen.pada sampel dapat diamati dengan
menempatkan kaca objek pada meja preparat di mikroskop.
Pengamatan dilakukan pada satu per satu lensa objek dengan
perbesaran 40x, 100x, 400x hingga 1000x dengan memperhatikan
kedudukan lensa melalui pengaturan makrometer dan mikrometer
dan cahaya yang digunakan. Hingga terlihat fragmen khasdi setiap
sampel.
V. Hasil Pengamatan

5.1 Chinconae Sucirrubrae Cortex


Identifikasi Nama latin simplisia : Chinconae Succirubrae Cortex
Nama latin tumbuhan : Chinchona succirbra
Nama umum tumbuhan : Kina
Kegunaan : Malaria, pembersih darah, betuk rejan,
influensa, disentri.
Makroskopik Simplisia utuh : Simplisia serbuk:
- Aromatik lemah - Tidak beraroma
- Tekstur kasar - Tekstur serbuk kasar
- Bentuk panjang berongga - Warna coklat tua
- Warna coklat
Hasil pengamatan di laboratorium Berdasarkan literatur
Mikroskopik

Reagen kloral hidrat Reagen kloral hidrat


Perbesaran 100x Perbesaran 100x

Reagen kloral hidrat Reagen kloral hidrat


Perbesaran 100x Perbesaran 100x

Menurut literatur (modul)


terdapat :
1. Serabut floem
2. Parenkim berisi butir
patir
Reagen kloral hidrat Reagen I2KI
Perbesaran 100x Perbesaran 100x 3. Butir pati lepas
4. Gabus terlihat
tangensial
5. Hablur pasir
5.2 Alstoniae Scholaris Cortex
Identifikasi Nama latin simplisia : Alstoniae Scholaris Cortex
Nama latin tumbuhan : Alstonia scholaris
Nama umum tumbuhan : Pulai / Pule
Kegunaan : Demam, penyakit kulit, patah selera,
radang ginjal, karminatif, antelmintik.
Makroskopik Simplisia utuh : Simplisia serbuk:
- Aromatik lemah - Tidak beraroma
- Tekstur kasar - Tekstur serbuk halus
- Bentuk panjang pipih - Warna coklat kekuningan
- Warna coklat
Hasil pengamatan di laboratorium Berdasarkan literatur
Mikroskopik

Reagen kloral hidrat Reagen kloral hidrat


Perbesaran 100x Perbesaran 100x

Reagen kloral hidrat


Reagen kloral hidrat Perbesaran 100x
Perbesaran 100x

Menurut literatur (modul)


Reagen I2KI Reagen I2KI
terdapat :
Perbesaran 100x Perbesaran 100x
1. Sel batu
Tidak menemukan sel 2. Jaringan gabus dengan
gabus yang membatu sel gabus-gabus
membatu
3. Hablur kalsium oksalat
4. Serabut
5. Sel gabus tangensial
6. Sel gabus yang
membatu
7. Butir pati
5.3 Alyxiae Reindwartii Cortex
Identifikasi Nama latin simplisia : Alyxiae Reindwartii Cortex
Nama latin tumbuhan : Alyxia reindwartii
Nama umum tumbuhan : Pulasari
Kegunaan : Sariawan, demam, hemostatik, radang
lambung, gangguan haid, keputihan.
Makroskopik Simplisia utuh : Simplisia serbuk:
- Aromatik lemah - Tidak beraroma
- Tekstur kasar - Tekstur serbuk halus
- Bentuk panjang - Warna coklat muda
- Warna coklat muda
Mikroskopik Hasil pengamatan di laboratorium Berdasarkan literatur

Reagen kloral hidrat Reagen kloral hidrat


Perbesaran 100x Perbesaran 100x

Menurut literatur (modul)


terdapat :
1. Parenkim korteks
Reagen florogucinol + HCl
Perbesaran 100x dengan sel batu
2. Jaringan gabus
Tidak menemukan 3. Hablur kalsium oksalat
parenkim korteks dengan 4. Sel batu
sel batu

5.4 Cinnamomi Burmannii Cortex


Identifikasi Nama latin simplisia : Cinnamomi Burmannii Cortex
Nama latin tumbuhan : Cinnamomum burmannii
Nama umum tumbuhan : Kayu manis
Kegunaan : Rempah, diare, malaria.
Makroskopik Simplisia utuh : Simplisia serbuk:
- Aromatik kuat - Aromatik lemh
- Tekstur halus berserat - Tekstur serbuk kasar
- Bentuk panjang berongga - Warna coklat tua
- Warna coklat kekuningan

Mikroskopik Hasil pengamatan di laboratorium Berdasarkan literatur

Reagen kloral hidrat Reagen kloral hidrat


Perbesaran 100x Perbesaran 100x

Reagen kloral hidrat


Perbesaran 100x

Tidak menemukan sel


batu, sel minyak dan sel
batu pd parenkim, hablur
kalsium oksalat, serabut
sel minyak pd parenkim

Menurut literatur (modul)


terdapat :
1. Sel minyak dan sel
lendir pada parenkim
2. Sel batu
3. Serabut sklerenkim
4. Sel minyak dan sel batu
pada parenkim
5. Periderm sebagian
selnya membatu
6. Hablur kalsium oksalat
7. Serabut sel minyak
pada parenkim

5.5 Caesalpiniae Sappanis Cortex


Identifikasi Nama latin simplisia : Caesalpiniae Sappanis Cortex
Nama latin tumbuhan : Caesalpina sappan L.
Nama umum tumbuhan : Secang
Kegunaan : Mengatasi peradangan dan nyeri,
mengontrol kadar gula darah, antibakteri,
antioksidan.

Makroskopik Simplisia utuh : Simplisia serbuk:


- Aromatik lemah - Aromatik lemah
- Tekstur kasar - Tekstur serbuk kasar
- Bentuk silindir - Warna coklat tua
- Warna orange kecoklatan
Mikroskopik Hasil pengamatan di laboratorium Berdasarkan literatur

Reagen florogucinol + HCl


Perbesaran 100x

Reagen kloral hidrat Reagen kloral hidrat


Perbesaran 100x Perbesaran 100x Menurut literatur terdapat :
(Kementrian Kesehatan,
2017).
1. Unsur-unsr xilem
dengan noktah
2. Sklerenkim
Reagen I2KI 3. Sklerenkim dengan
Perbesaran 100x
kristal kalsium oksalat
bentuk prisma
4. Berkas pengangkut
bernoktah

VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi secara makroskopik dan
mikroskopik pada simplisia cortex. Praktikum ini dilakukan untuk mengamati
fragmen pengenal yang merupakan komponen spesifik untuk
mengindentifikasi suatu sampel. Pengamatan pada praktikum ini dilakukan
dengan dua metode yaitu metode makroskopik dengan mengindentifikasi bau,
bentuk, tekstur dan warna dari suatu simplisia cotex. Untuk metode
mikroskopik dilakukan untuk mengidentifikasi fragmen-fragmen khas suatu
simplisia cortex di bawah miksroskop. Untuk sampel yang digunakan terdapat
lima sampel diantaranya ialah simplisia Chinchonae cotex, Alstoniae
scholaridis cortex, Alyxiae reinwardtii cortex, Cinnamomi burmannii cortex,
Caesalpiniae sappanis cortex dengan menggunakan reagen Kloralhidrat,
Florogucinol+HCL dan I2KI. Reagen kloral hidrat pada percobaan kali ini
digunakan untuk membantu menghilangkan butir pati dan senyawa larut air
yang menghalangi pengamatan keberadaan kristal kalsium oksalat,
penggunaan kloral hidrat dapat digunakan untuk menjernihkan preparat
sehingga dapat melarutkan berbagai zat lain yang tidak diperlukan pada
pemeriksaan simplisia pada mikroskop dan agar mepermudah pengamatan
lebih jelas mengenai jaringan yang terdapat pada simplisia yang sedang
diamati. Reagen Floroglusinol pada percobaan kali ini digunakan untuk
mendeteksi lignin, ketika ditambah HCl pekat dapat mempercepat reaksi
kadang-kadang perlu pemanasan, tetapi preparat harus dijaga agar tidak
sampai kering. Reagen I2KI pada percobaan kali ini digunakan untuk
mendeteksi butir pati yang terdapat pada cortex.

6.1 Chinchonae Cortex


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheophyta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Genus : Cinchona
Spesies : Cinchona Succirubra Pavon Et.Klot (Ditjen POM,1989).
b. Khasiat
Cinchona Succirubra atau yang lebih dikenal dengan nama pohon
kina secara turun temurun telah diketahi khasiat/kegunaannya sebagai obat
penyakit malaria, influenza, disentri dan toni (Marella et al, 2013).
c. Kandungan Kimia
Pada bagian kulit batang tanaman kina terdapat metabolit sekunder
yang disebut alkaloid sinkona. Senyawa yang paling banyak ditemukan
pada alkaloid sinkona adalah kuinin, kuinidin, sinkonin dan sinkonidin
(Marella et al,2013).
d. Makroskopik
Secara makroskopik Chinchonae cortex (kulit kina) berbentuk
panjang berongga, memiliki tekstur yang kasar, selain itu memiliki aroma
yang khas yaitu aromtik lemah dan berwarna coklat. Pada makroskopik
serbuk kulit kina memiliki tekstur kasar,berwarna coklat tua dan tidak
berbau.( Depkes RI, 1980).
e. Mikroskopik
Secara mikroskopik Chinchonae cortex (kulit kina) dengan
perbesaran 100× menggunakan reagen kloral hidrat terdapat fragmen
serabut floem, butir pati lepas,hablur pasir,parenkim berisi butir pati,gabus
terlihat tangensial kemudian pada reagen I2KI terdapat fragmen parenkim
berisi pati. Berdasarkan hasil pengamatan pada cortex kina sudah sesuai
dengan literatur menurut ( Depkes RI, 1980).

6.2 Alstoniae scholaridis Cortex


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheophyta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris L. R. Br (Dey, 2011).
b. Khasiat
Kulit pulai dapat digunakan untuk pengobatan desentri dan
malaria.
Getah pada pulai dapat digunakan untuk pembuatan permen karet
berkualitas rendah selain itu getah puli jug mengandung alkoloid yang
digunakan sebagai “folk medicine”. ( Mashudi & Adinugraha,2014).
c. Kandungan Kimia
Menurut Hajar dan Nordyah (2008) kandungan kimia yang
terdapat pada tanaman pulai beragam. Bagian akar, kulit, batang, getah
dan daun pulai memiliki rasa pahit dikarenakan adanya kandungan
echeretine dan echlcherme.Pada beberapa bagian ini terdapat beberapa
bahan yang sudah diketahui antara lain alkaloid berupa ditamine,ditaine
dan echi-kaoetchine.Pada kulit batang terdapat kandungan
saponin,flvonoida dan polifenol
d. Makroskopik
Secara makroskopik Alstoniae scholaridis Cortex (kulit pulai)
berbentuk panjang pipih, memiliki tekstur kasar, selain itu memiliki aroma
khas aromatik, dan berwarna coklat. Pada makroskopik serbuk kulit pulai
memiliki tekstur halus dan sedikit kasar, berwarna coklat kekuningan dan
aroma nya khas aromatik lemah. (Depkes RI, 1980).
e. Mikroskopik
Secara mikroskopik Alstoniae scholaridis Cortex (kulit pulai)
dengan perbesaran 100× menggunakan reagen kloral hidrat terdapat
fragmen sel batu, jaringan gabus dengan sel gabus – gabus membantu,
serabut, sel gabus tangensial. Kemudian pada reagen I2KI dengan
perbesaran 100× terdapat fragmen hablur kalsium oksalat dan butir pati.
Berdasarkan hasil pengamatan tidak di temukan fragmen sel gabus yang
membantu,tangensial di ketiga reagen di sebabkan oleh beberapa faktor
salah satu nya yaitu dikarenakan kemungkinan pengambilan simplisia
tidak representative (Farmakope Herbal,2008).
6.3 Alyxiae reinwardtii Cortex
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheophyta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alyxia
Spesies : Alyxia reinwardtii Bl (Quattrocchi, 2016).
b. Khasiat
Alyxia reinwardtii atau yang sering dikenal dengan nama pulasari
diketahui memiliki khasiat sebagai obat demam, sariawan, karminatif
(meredakan kolik angin dalam perut / mengeluarkan gas), meningkatkan
nafsu makan, menjaga daya tahan tubuh, obat kerjang perut, mengurangi
gejala asam lambung ataupun radang lambung dan disentri. (Redaksi
Agromedia, 2008). Buah pulasari diketahui dapat digunakan untuk
meredakan demam, bunga pulasari dapat digunakan untuk mengatasi
pernyakit mental seperti halusinasi, tangkai atau rantingnya dapat
mencegah gagal jantung dan dapat digunakan untuk mengeluarkan gas
perut. Dalam bentuk sediaan jemu yang secara turun temurun telah
digunakan oleh masyakrakat ditemukan bahwa jamu dari bagian-bagian
pulasari memiliki aktivitas invitrro, sitotoksik, antihipertensi dan
antidiabetes (Eff, Hurit, Rahayu, Juniarko, & Maya, 2020). Dalam bidang
kosmetika pun diketahui bahwa ekstrak pulasari dapat digunakan sebagai
bahan pembuat bedak dingin yang membantu menghindari paparan sinar
UV secara langsung dalam bentuk tabir surya. (Kusmanti, Sayuti, &
Indarto, 2017).
c. Kandungan Kimia
Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman pulasari
diantaranya ialah alkaloid, tanon, saponin, flavonoid, polifenol, kumarin,
zat samak, minyak atsiri, asam betulinat dan pulasariosida (Redaksi
Agromedia, 2008). Selain itu dketahui pula adanya senyawa iridoids,
kumarin dan lignan terisolasi yang diketahui memiliki aktivitas
antioksidan (Eff, Hurit, Rahayu, Juniarko, & Maya, 2020).
d. Makroskopik
Secara makroskopik Alyxiae reinwardtii Cortex (kulit batang
pulasari) berbentuk panjang pipih, memiliki tekstur kasar, berwarna coklat
muda. Namun pada simplisia pulasari tidak didapati bau aromatik khas
seperti pada literatur, yang didapat hanyalah bau aromatik yang sangat
lemah. Pada makroskopik serbuk kulit batang pulasari memiliki tekstur
halus, berwarna coklat muda dan tidak berbau (Depkes RI, 1977).
e. Mikroskopik
Secara mikroskopik Alyxiae reinwardtii Cortex (kulit batang
pulasari) dengan perbesaran 100× menggunakan reagen kloral hidrat
didapati fragmen sel batu dan hablur kalisum oksalat. Kemudian pada
reagen florogucinol yang ditambahkan HCl dengan perbesaran 100×
didapati fragmen jaringan gabus. Berdasarkan hasil pengamatan tidak di
temukan parenkimdi ketiga reagen di sebabkan oleh beberapa faktor salah
satu nya yaitu dikarenakan kemungkinan pengambilan simplisia tidak
representative (Kemenkes RI, 2017).

6.4 Cinnamomi Burmannii Cortex


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheophyta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii (Nees & Th.Nees) (Tainter &
Grenis, 2001).
b. Khasiat
Cinnamomum burmannii atau yang lebih dikenal dengan kayu
manis memiliki khasiat farmakologis secagai peluruh buang angin
(carminative), peluruh keringat (diaphoretic), antirematik, penambah nafsu
makan (stomachica), dan penghilang rasa sakit (analgesic) (Hariana,
2008).
c. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terdapat pada kayu manis diantaranya
minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tanin, kalsium oksalat,
damar dan zat penyamak (Hariana, 2008). Oleh karena itu umumnya kayu
manis digunakan sebagai sediaan minyak atsiri. Salah satu contoh minyak
atsiri yang digunakan ialah minyak atsiri yang mengandung senyawa
cinnamaldehide, cinnamyl acetate, dan eugenol yang memiliki fungsi
sebagai larvasida. Umumnya senyawa-senyawa ini didapati dari ekstraksi
pada kulit batang kayu manis dengan komposisi hingga 90% (Nabavi, et
al., 2015).
d. Makroskopik
Secara makroskopik Cinnamomi Burmannii Cortex (kulit batang
kayu manis) berbentuk panjang dengan rongga besar, memiliki tekstur
halus berserat, memiliki aroma khas aromatik yang sangat kuat, dan
berwarna coklat kekuningan. Pada makroskopik serbuk kulit batang kayu
manis memiliki tekstur kasar, berwarna coklat tua. Namun berbeda dengan
simplisia utuh maupun pada literatur, aroma yang dimiliki pada simplisia
serbuk aromatik ini memiliki aroma yang cukup lemah (Depkes RI, 1977).
e. Mikroskopik
Secara mikroskopik Cinnamomi Burmannii Cortex (kulit batang
kayu manis) dengan perbesaran 100× menggunakan reagen kloral hidrat
terdapat fragmen sel minyak & sel lendir pada parenkim, serabut
sklerenkim, periderm sebagian selnya membatu. Berdasarkan hasil
pengamatan tersebut tidak didapati fragmen-fragmen yang telah
dipaparkan di berbagai literatur diantaranya ialah fragmen sel batu, sel
minyak & sel batu pada parenkim, hablur kalsium oksalat, dan serabut sel
minyak pada parenkim di ketiga reagen. Hal ini di sebabkan oleh beberapa
faktor salah satu nya yaitu dikarenakan jumlah sampel simplisia yang
digunakan terlalu banyak, sehingga masing-masing simplisia tidak terlihat
dengan jelas dan menumpuk satu sama lain (Kemenkes RI, 2017).

6.5 Caesalpiniae Sappanis Cortex


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheophyta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia sappan L. (Cardon, 2005).
b. Khasiat
Secang diketahui memiliki khasiat sebagai penghenti pendarahan,
pembersih darah, pengelat, penawar racun, dan obat antiseptik (Hariana,
2013). Caesalpinisa sappan yang diketahui merupakan komoditas asli
brazil diketahui memiliki khasiat sebagai aktivitas antioksidat,
antibakterial, antiinflamasi anti-acne (jerawat), anti photoaging,
hipoglikemia, vasorelaksan dan hepatoprotective (Nirmal, Rajput, Prasad,
& Ahmad, 2015).
c. Kandungan Kimia
Kayu secang mengandung sejumlah asam galat, brasilin, brasilein,
delta-phellandrene, oscimene, resin, resorsin, minyak atsiri, dan tanin.
Sementara daunnya mengandung 0,16%-0,20& minyak atsiri yang
beraroma enak dan tidak berwarna. Tanaman ini bersifat sepat serta tidak
berbau (Hariana, 2013) Kayu secang pun diketahui memiliki kandungan
senyawa fenolik seperti flavanoid dan antosianin yang memiliki aktivitas
antioksidan sebagai penangkal radikal bebas (Nomer, Duniaji, &
Nocianitri, 2019).
d. Makroskopik
Secara makroskopik Caesalpiniae Sappanis Cortex (kulit batang
secang) berbentuk silindris, memiliki tekstur kasar, dengan warna orange
kecoklatan dan memiliki aromatik yang lemak. Pada makroskopik serbuk
kulit batang secang memiliki tekstur kasar, berwarna coklat dan aroma
nya khas aromatik lemah (Depkes RI, 1977).
e. Mikroskopik
Secara mikroskopik Alstoniae scholaridis Cortex (kulit batang
secang) dengan perbesaran 100× menggunakan reagen kloral hidrat
terdapat fragmen sklerenkim dengan kristal kalsium oksalat (bentuk
prisma), dan skelernkim. Kemudian pada reagen I2KI dengan perbesaran
100× terdapat fragmen unsur-unsur xilem bernoktah. Lalu pada reagen
florogucinol dan HCl didapati fragmen berkas pengangkut bernoktah. Pada
sampel simplisia serbuk kulit batang secang ini didapati sejumlah fragmen
sesuai dengan apa yang dituliskan dalam literatur (Kemenkes RI, 2017).
Analisis secara makroskopik didapati bahwa simplisia utuh maupun
serbuk yang digunakan merupakan cortex yang umumnya berbentuk
panjang berongga, adapun bentuk seperti silindris, dengan bau umu
simplisia cortex aromatik.
VII. Kesimpulan
7.1 Analisis secara makroskopik didapati bahwa simplisia utuh
maupun serbuk yang digunakan merupakan cortex yang umumnya
berbentuk panjang berongga, adapun bentuk seperti silindris,
dengan bau umu simplisia cortex aromatik.
7.2 Analisis secara mikroskopik didapati sejumlah fragmen khas pada
setiap sampel. Pada simplisia Chinconae Succirubrae Cortex
terdapat fragmen khas yaitu serabut floem, parenkim berisi butir
patir, butir pati lepas, gabus terlihat tangensial, hablur pasir. Pada
simplisia Alstoniae Scholaris Cortex terdapat fragmen khas yaitu
sel batu, jaringan gabus dengan sel gabus-gabus membatu, hablur
kalsium oksalat, serabut, sel gabus tangensial, butir pati. Pada
simplisia Alyxiae Reindwartii Cortex terdapat fragmen khas yaitu
jaringan gabus, hablur kalsium oksalat, sel batu. Pada simplisia
Cinnamomi Burmannii Cortex terdapat fragmen khas yaitu sel
minyak dan sel lendir pada parenkim, serabut sklerenkim,
periderm sebagian selnya membatu. Dan pada simpli Caesalpiniae
Sappanis Cortex terdapat fragmen khas yaitu unsur-unsur xilem
dengan noktah, sklerenki, sklerenkim dengan kristal kalsium
oksalat bentuk prisma, berkas pengangkut bernoktah. Namun ada
beberapa fragmen khas yang tidak dapat ditemukan, dikarenakan
kurangnya jumlah simplisia yang diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Amir. (2012). Analisis Tanaman. Yogyakarta: UGM.

Cardon, D. (2005). Dyes and Tannins. Nehterlands: PROTA Foundation.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid
IV. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. p.77, 185
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia
Edisi Pertama. Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI. (1977). Materia Media Indonesia Jilid I. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dey, A. 2011. Alstonia Scholaris R.Br. (Apocynaceae): phytocemistry and
pharmacology: A concise review. Department of Botany, Presidency
College, Kolkata, West Bengal India.
Ditjen POM. (1989). Materi Medika Indonesia Jilid V. Jakarta: Depkes RI.
Eff, A., Hurit, H., Rahayu, S., Juniarko, M., & Maya, P. (2020). Antihypertensive,
Antidiabetic, Antioxidant and Cytotoxic Activities of Indonesian
Traditional Medicine. Pharmacognosy Journal, Vol 12, Issue 6(Suppl),
1623-1629.
Hajar, Ibnu dan Noor Hidayah, 2008. Pemanfaatan pulai (Alstonia Scholaris)
sebagai Bahan Obat Tradisional. Laboratorium Ekologi dan Dendrologi,
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Jl. Ki Hajar Dewantara
Kampm Gunung Kelua Samarinda.
Hariana, A. (2008). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Hariana, A. (2013). 262 Tumbuhan Obat & Khasiatnya. Jakarta: Penerbit
Swadaya.
Kemenkes RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi III. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kusmanti, D., Sayuti, N., & Indarto. (2017). Aktivitas Tabir Surya Formula
Bedak Dingin Jawa. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and
Technology, 1-7.
Marella, A., O. P. Tanwar, R. Saha, M. R. Ali, S. Srivastava dan M. Akhter. 2013.
Quinoline : A versatile heterocyclic. Jurnal Saudi Pharm 21 : 1 – 12.
Mashudi, & Adinugraha, H. A. (2014). Pertumbuhan tanaman pulai darat
(Alstonia angustiloba Miq.) dari empat populasi pada umur satu tahun di
Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 3(April
2014), 75–84.
Nabavi, S., Lorenzo, A., Izadi, M., Sanchez, E., Daglia, M., & Navavi, S. (2015).
Antibacterial Effects of Cinnamon: From Farm to Food, Cosmetic and
Pharmaceutical Industries. Nutriens, 7729-7748.
Nirmal, N., Rajput, M., Prasad, R., & Ahmad, M. (2015). Brazilin from
Caesalpinia sappan heartwood and its pharmacological activities: A
review. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 421-430.
Nomer, N., Duniaji, A., & Nocianitri, K. (2019). Kandungan Senyawa Flavonoid
dan Antosianin Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Serta
Aktivitas Antibakteri Terhadap Vibrio cholerae. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan, 216-225.
Quattrocchi, U. (2016). CRC World Dictionary of Medicinal and Poisonous Plant:
Common Names, Scientific Names, Eponyms, Synonyms, and Etymology.
London: CRC Press.
Redaksi Agromedia. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman
Penggempur Aneka Penyakit. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Rinny Dwi Riastut. "Keragaman Morfologi Batang (Coulis) di Kecamatan Lubuk


Linggau Timur I Lubuk Linggau, Jurnal Biosilampari, Vol. 2, No. 2,
(2020), h. 67-73.

Rosanti. (2013). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Siregar, R. (2021). Tanaman Obat: Imunitas Ekonomi Subsektor Hortikultura.


Sumatera Utara: UMSU Press.

Tainter, D., & Grenis, A. (2001). Spices and Seasonings: A Food Technology
Handbook 2nd ed. Canada: John Wiley and Sons Inc.
Tjitrosoepomo, G. (2009). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai