Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PERKEMBANGAN TUMBUHAN

PRAKTIKUM 1: LATIHAN MEMBUAT SAYATAN SEGAR


DAN PENGAMATAN PLASTIDA

NAMA : HERNI ERNASARI


NIM : 08041282126052
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : NANDA DWI PUTRI

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
II. LANDASAN TEORI

1. Metode Penyayatan
Macam-macam sayatan yang biasa digunakan pada praktikum Perkembangan Tumbuhan
adalah sebagai berikut :
a. Transverse section/cross section (sayatan melintang) yaitu bagian tanaman disayat tegak lurus
dengan sumbu horizontal dari bagian tanaman. bagian yang digunaakan seperti daun, kulit kayu
(Bark), rhizoma, akar, buah dan biasanya tujuan dari pengamatan ini adalah untuk melihat
susunan jaringan.

b. Longitudinal Tangensial section yaitu bagian tanaman dipotong tegak lurus terhadap bagian
radial longitudinal dan tidak sampai bagian tengah organ atau dipotong tegak lurus terhadap
Rays atau growth ring. bagian yang digunakaan dapat berupa batang, rhizoma dan lain-lain.
pada bagian batang sayatan ini digunakan untuk mengamati struktur vessel, trakeid, parenkim
aksial.

c. Longitudinal Radial section (sayatan radial/membujur) yaitu bagian tanaman dipotong


langsung pada bagian tengah dan sejajar dengan sumbu utama (vertical) atau bidang yang
sejajar dengan jari-jari empelur. sayatan digunakan untuk mengamati struktur parenkim radial
(sel baring dan sel tegak).

d. Paradermal section (sayatan paradermal) yaitu bagian tanaman disayat pada permukaan organ
tanaman sejajar dengan permukaan. bagian yang digunakan dapat berupa batang, daun, buah
atau endocarp. sayatan ini biasa digunakan untuk pengamatan stomata atau bentuk epidermis,
cork pada batang atau bentuk sklereid pada endocarp kelapa.

Gambar 5. Macam-macam Sayatan (Upon et al., 2011)


Metode preparasi jaringan tumbuhan berdasarkan daya tahan dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Preparat segar adalah preparat yang setelah proses penyayatan langsung diamati
dibawah mikroskop tanpa adanya proses pengawetan.

2. Preparat semi permanen adalah preparat yang dibuat dengan proses pengawetan namun
tidak bertahan lama contoh menggunakan gliserin, metode cetakan, dan metode
smear/squash.

3. Preparat permanen adalah preparat yang dibuat dengan proses pengawetan dan perekat
(Entelan/Canada balsam) dan mampu disimpan sampai puluhan tahun contoh preprat
yang dibuat dengan parafin dan cryostat.
Plastida
Sel pada tumbuhan memiliki beberapa organel khusus yang berfungsi sebagai
tempat fotosintesis atau yang dikenal sebagai plastida. Organel ini hanya terdapat di dalam
sel tumbuhan dan beberapa jenis ganggang mikroskopik tepatnya berada di sitoplasma.
Plastida pada perkembangannya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kloroplas, kromoplas
(plastid berwarna) dan leukoplas (plastid tidak berwarna). Plastida yang paling umum
dikenal adalah kloroplas (plastida yang bewarna hijau). Plastida yang berwarna meliputi
kloroplas, phaeoplas, dan rhodoplas. Kloroplas memiliki membran luar yang strukturnya
mirip sekali dengan struktur membran eukariotik, sedangkan membaran dalamnya
memiliki kesamaan struktur dengan bakteri prokariot (Marselino et al., 2017).
Antosianin merupakan golongan senyawa kimia organik yang dapat larut dalam
pelarut polar. Antosianin termasuk komponen flavonoid, yaitu turunan polifenol.
Antosianin memiliki fungsi kesehatan yang sangat baik, di antaranya sebagai antioksidan.
Antosianin bertanggung jawab dalam memberikan warna oranye, merah, ungu, biru,
hingga hitam pada tumbuhan tingkat tinggi seperti bunga, buah-buahan, biji-bijian,
sayuran, dan umbi-umbian. Sifat antosianin contohnya seperti perubahan warna serta
aktivitas antioksidan ternyata dipengaruhi oleh pH dan struktur dari antosianin. Antosianin
terbagi atas tiga bagian yaitu antosianidin, aglikon, dan glukosida (Melania et al., 2018).
Plastida merupakan salah satu organel sel bermembran ganda yang memiliki
bermacammacam fungsi seperti fosintesis, penyimpanan pati, penyimpanan pigmen, dan
transformasi energi dan terdapat di dalam sel eukariotik. Kloroplas merupakan organel
berklorfil yang tergolong ke dalam plastida, sementara itu plastida yang memiliki
kandungan pigmen selain klorofil disebut kromoplas, dan plastid yang tidak berpigmen
disebut leukoplas. Leukoplas sendiri terdiri atas beberapa jenis plastida yaitu amiloplas,
proteinoplas, dan elaeoplas (Taiz dan Zeiger, 2010).
Plastida berpigmen berarti memiliki warna. Karena memiliki warna, plastida
bergimen dapat dibedakan langsung melalui bentuknya. Kloroplas berbentuk seperti
cakram, tersusun dalam lapisan tunggal dalam sitoplasma tetapi bentuk dan posisinya
berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya. Bentuk kromoplas sama seperti kloroplas,
yang membedakannya hanya pigmen yang terkandung dalam plastida tersebut. Plastida
tidak berpigmen berarti tidak memiliki warna. Untuk membedakan plastida tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan uji. Sebagai contoh, untuk menentukan amiloplas dalam
suatu sel dapat menggunakan reagen I2KI (Lugol). Amiloplas merupakan plastida yang
menyimpan amilum. Sedang kan Lugol berfungsi untuk menguji adanya kandungan
amilum (karbohidrat). Apabila suatu organel sel ditetesi berubah warna menjadi biru
(Campbell et al., 2008)
III. METODA PRAKTIKUM

3. 1. Praktikum I . Latihan membuat preparate segar dan pengamatan


Plastida
. 3.2 Tujuan praktikum
Untuk melatih keterampilan membuat penampang melintang batang,
paradermal daun , dan pengamatan plastida .

3.3 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 13.00 tanggal 9 September 2022,
di Laboratorium Fisiologi dan Perkembangan , Jurusan Biologi FMIPA Unsri.

3.4 .Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini : Mikroskop, kaca objek, kaca tutup,
pisau silet, pipet tetes, kamera, alat tulis, botol , Tisue

3.5 Bahan/ Preparat


1. B
2. Rhoe discolor
3. Capsicum annum (Cabe merah )
4. Cucurcuma domestica (Kunyit)
3.4 Cara Kerja
1. Dibuat sayatan melintang dan paradermal daun dan batang serta
sayatan paradermal buah dan rimpang .

2. Diletakkan hasil sayatan pada kaca preparat, tetesi dengan air lalu ditutup dengan
kaca tutup.
3. Diamati preparat dibawah mikroskop, dicatat perbesarannya duat gambar, foto dan
ldiengkapi bagian-bagianya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Preparat: Begonia sp
Klasifikasi
Kelas : Magnoliopsida
Ordo :Cucurbitales
Famili : Begoniaceae
Genus : Begonia
Spesies : Begonia sp

Hasil Pengamatan:

Tangkai Daun Begonia sp.

Keterangan:
1. Epidermis
2. Floem
3. Xilem
4. Empulur
5. Korteks

Batang Begonia sp
Preparat: Begonia sp
Klasifikasi
Kelas : Magnoliopsida
Ordo :Cucurbitales
Famili : Begoniaceae
Genus : Begonia
Spesies : Begonia sp

Hasil Pengamatan:

Paradermal Daun Begonia sp.

Keterangan:

1. Epidermis
2. Jaringan Pembuluh
3. Korteks
4. Trikoma

Daun Melintang Begonia sp


Pembahasan
Setelah dilakukan praktikum menyayat pada tanaman Begonia sp dapat
dideskripsikan bahwa pada saat menyayat bagian batang Begonia sp tidak terlalu
sulit untuk mendapatkan sayatan yang tipis. Akan tetapi pada sayatan daun
melintang, terdapat sedikit kesulitan karena tangkai daunnya berbentuk menjari.
Untuk bagian tangkai daun tidak terlalu sulit karena ukuraannya tidak terlalu
kecil. Sedangkan untuk sayatan paradermal/ epidermis daun Begonia sp juga
mudah didapatkan karena tekstur dari daun Begonia sp sedikit berdaging. Selain
itu, karena saya masih pemula dalam hal menyayat dan mikroskop yang
digunakan sederhana sehingga hasil sayatan pada tanaman Begonia sp serta objek
tidak terlalu jelas dan sedikit blur. Tetapi didapatkan beberapa jaringan yang
terlihat.
Pada sayatan batang dan tangkai daun terlihat jaringan epidermis, jaringan
pembuluh, empulur, dan juga pigmen warna pada batang dapat terlihat.
Sedangkan pada sayatan daun melintang terlihat sel epidermis, jaringan
pembuluh, dan empulur. Sayatan paradermal daun Begonia sp didapatkan
beberapa jaringan, yaitu seperti jaringan epidermis, trikoma tidak berglandular
(derivat epidermis) yang berwarna merah. Trikoma dapat terlihat jelas karena
permukaan dari daun Begonia sp memang terasa kasar.
Rambut-rambut yang tumbuh dari sel-sel epidermis dengan bentuk, fungsi,
dan susunan yang bervariasi disebut dengan trikoma. Trikoma dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu trikoma non glandular dan trikoma glandular.
Trikoma non glandular adalah trikoma yang tidak mempunyai sekresi. Sedangkan
trikoma glandular mempunyai hasil sekresi (Fajri, 2013).
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
1. Daun yang berdaging lebih mudah untuk diambil sayatan paradermalnya.
2. Semakin tipis sayatan yang diperoleh maka akan terlihat jelas saat diamati di
bawah mikroskop.
3. Trikoma dan juga pigemn dapat terlihat walaupun hanya dengan menggunakan
mikroskop sederhana.
4. Tanaman herba lebih mudah untuk disayat daripada yang tanaman yang sudah
berkayu.
5. Bagian melintang daun menjadi salah satu bagian menyayat yang sulit.
DAFTAR PUSTAKA
Fajri, L. 2013. Tipe Trikoma dan Stomata pada Beberapa Species Hyptis (Labiatae).
EKSAKTA. 1(1):64-69.
Mulyani, S. 2019. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: PT Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai