1. Kompetensi Dasar
Berdasarkan Standar Kompetensi yang terdapat dalam Rencana Pembelajaran
Semester mata kuliah Praktikum Farmakognosi, kompetensi dasar dari kegiatan
praktikum adalah praktikan: mampu mengambil keputusan secara tepat dalam
konteks penyelesaian masalah di bidang farmasi, berdasarkan hasil analisis
informasi dan data; mampu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan diri secara berkelanjutan; dan mampu menerapkan pengetahuan dan
pemanfaatan obat bahan alam yang aman, bermutu dan bermanfaat.
2. Indikator Capaian
Ketepatan dalam melakukan identifikasi makroskopis dan mikroskopis dari
simplisia folium
3. Tujuan Praktikum
Melalui kegiatan ini, praktikan diharapkan mampu:
a) Mengidentifikasi berbagai jenis simplisia folium secara makroskopis (ciri-ciri
yang dapat dilihat dengan mata) dan mikroskopis (karakteristik yang dapat
dilihat menggunakan mikroskop).
b) Mampu memberikan nama ilmiah/Latin dan nama simplisia yang dijadikan
bahan praktikum, juga menyebutkan kandungan dan khasiat dari simplisia
tersebut.
4. Uraian Teori
a) Jaringan-jaringan yang terdapat pada organ
a.1) Struktur epidermis pada daun yaitu padat dan diperkuat oleh kutikula.
Dinding sel yang tebal banyak mengandung silika sehingga dapat
memberikan sokongan pada helai daun, jaringan penyokong lainya
adalah kolenkim. Kolenkim pada daun dikotil sering ditemukan didekat
ibu tulang daun, dibawah epidermis dan juga di tepi daun. Selain
kolenkim, dapat juga ditemukan sklerida pada mesofil daunnya dan
tulang daun dikotil berukuran besar atau sedang, dikelilingi oleh
sekelompok serabut. (Diah. 2017)
a.2) Mesofil merupakan jaringan dasar yang dikelilingi epidermis atau
terletak di antara epidermis atas dan epidermis bawah. Mesofildikatakan
sebagai bagian paling utama pada organ daun. Hal ini dikarenakan pada
bagian mesofil inilah banyak mengandung kloroplas serta ruang
antarsel. Mesofil pada umumnya dapat bersifat homogen atau justru
terbagi menjadi dua jenis jaringan yaitu jaringan tiang (palisade) dan
jaringan spons. (Diah. 2017)
a.3) Sistem jaringan pengangkut pada organ daun tumbuhan terletak didalam
daerah jaringan mesofil. Sistem jaringan pembuluh tersebar di seluruh
helai daun dan dengan demikian menunjukkan adanya hubungan ruang
yang erat dengan mesofil. Berkas pembuluh dalam daun biasanya
disebut dengan tulang daun dan sistemnya adalah sistem tulang daun.
Jika ditinjau dari pola pada sistem tulang daun, maka terdapat dua
macam pola yakni sistem tulang daun jala dan sistem tulang daun
sejajar. (Diah. 2017)
b) Ciri- ciri makroskopik masing-masing sampel
b.1) Daun Jambu Biji
Makroskopik daun jambu biji yang digunakan dalam penelitian ini
berukuran panjang ±13 cm dan lebar ±5,5 cm berwarna hijau tua,
bertulang menyirip, dan berbentuk bundar telur agak menjorong.
Beberapa daun ada yang berbintik kecoklatan. Hal ini sesuai dengan
keadaan maksroskopis daun jambu biji. Berdasarkan fragmen pengenal
daun jambu biji yaitu permukaan atas agak licin, bertulang menyirip,
pinggir daun rata agak menggulung ke atas, daun tunggal dan bertangkai
pendek.( Desiyana, et.al. 2016) Penampakan makroskopis daun sebagai
berikut : (KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
2017)
b.2) Daun Kelor
Daun kelor berbentuk bulat telur, bersirip tidak rata, berbentuk aneh, dan
majemuk, dikelompokkan dalam satu batang. Helaian daun kelor
berwarna hijau dengan ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, dan
tepi daun rata, tulangnya memiliki struktur menyirip dan diameter 1-2
cm. (Tunas, et al., 2019) Penampakan simplisia daun jati sebagai berikut :
(KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017)
Uji mikroskopik pada serbuk daun sirih terdapat kurtikula, epidermis atas,
hipodermis, sel minyak, palisade, epidermis bawah, rambut kelenjer,
rambut penutup, berkas pembuluh, parenkim, saluran sizogen, kolekin,
stomata dan mesofil. Adapun penampakan mikroskop sebagai berikut :
(KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017)
Keterangan sebagai berikut (a). Epidermis bawah berupa sel minyak daun
sirih hijau (b). Epidermis bawah berupa sel minyak daun sirih hijau
perbesaran 40. (c). Epidermis atas daun sirih hijau (d). Epidermis atas
daun sirih hijau perbesaran 40. (e). Sklerenkim daun sirih hijau. (f).
Sklerenkim daun sirih hijau perbesaran 100. (g). Rambut Penutup daun
sirih hijau (Piper betle L.) (h). Rambut Penutup daun sirih hijau
perbesaran 40. (i). Berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga daun
sirih hijau (Piper betle L.) (j). Berkas pengangkut dengan penebalan tipe
tangga daun sirih hijau perbesaran 100. (k). Idioblas berupa sel minyak
daun sirih hijau (l). Idioblas berupa sel minyak daun sirih hijau
perbesaran 100. (Taurina. et.al 2023)
5. Metode Praktikum
a. Bahan
Adapun bahan daun kering utuh dan serbuk simplisia yang digunakan pada
praktikum kali ini yaitu :
1.) Daun jati belanda
2.) Daun jambu biji
3.) Daun kumis kucing
4.) Daun sirih
b. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1.) Jarum
2.) Kaca objek
3.) Kaca penutup
4.) Mikroskop cahaya
5.) Pipet tetes
c. Prosedur Kerja
Adapun Prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut :
Simplisia dengan aroma paling khas dan kuat selanjutnya yaitu Simplisia Daun
Sirih. Simplisia Daun Sirih didapatkan hasil organoleptis dimana waran hijau
kecoklatan, bau khas aromatic kuat, rasa sedikit pedas. Dan diamati Simplisia Daun
Sirih di bawah mikroskop untuk melihat fragmen pengenalnya. Ditemukan fragmen
epidermis bawag dengan idioblas sel minyak Daun Sirih, Epidermins atas daun sirih,
meofil, rambut penutup, berkas pengangkut, idioblas sel minyak Daun Sirih. Fragmen
pengenal dalam bentuk sel, isi sel atau jaringan tanaman serbuk simplisia daun sirih
hijau secara teori ini berupa, Epidermis bawah idioblas berupa sel minyak, epidermis
atas, sklerenkim, rambut penutup, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga,
idioblas berupa sel minyak. Banyak nya ditemukan idioblas sel minyak pada Daun
Sirih ini lah yang membuat bau atau aroma dari Simplisisa Daun Sirih ini
memunculkan aroma khas kuat yang merupakan kandunngan dari minyak atsiri
sendiri. (Wintari, & M Andrie., 2023)
DAFTAR PUSTAKA
A Diah. 2017. Pengaruh faktor lingkungan terhadap perubahan struktur anatomi
daun. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Universitas
Negeri Yogyakarta. Indonesia (B). p. 103-109
Bata, Maria HC, Sumi Wijaya, and Henry K. Setiawan. 2018. "Standarisasi Simplisia
Kering Daun Kelor (Moringa oleifera) Dari Tiga Daerah Berbeda." Jurnal
Farmasi Sains dan Terapan 5(1). p. 45-52.
Desiyana, M Ali Husni, Zhafira., 2016 Uji efektivitas sediaan gel fraksi etil asetat
daun jambu biji (Psidium guajava Linn) terhadap penyembuhan luka terbuka
pada mencit (Mus musculus). Jurnal natural 16.(2), pp. 23-32
Faramayuda, Fahrauk, et al. 2021"Isolasi Sinensetin dari Kumis Kucing (Orthosiphon
aristatus Blume miq.) Varietas Putih." JPSCR: Journal of Pharmaceutical
Science and Clinical Research 6 (2). p. 111-127.
Hikmawanti, Ni Putu Ermi, et al. 2023 "Anatomi Jaringan, Identifikasi Mikroskopis,
serta Kadar Polifenol Ekstrak Etanol Daun dari Tiga Jenis Jambu Genus
Syzygium." MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) 5(1). p. 36-48.
Istiqomah, Rifqi, Liza Pratiwi, and Sri Luliana. 2019. "Uji Mikroskopik Ekstrak
Etanol 96% Herba Ciplukan (Physalis Angulata L.)." Jurnal Mahasiswa
Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN 4 (1). p. 1-3
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017. FARMAKOPE
HERBAL INDONESIA EDISI 2. 2 ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Noventi, W. & Carolia, N., 2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih hijau (piper betle L.)
sebagai alternatif terapi acne vulgaris. Medical Journal of Lampung University,
5(1), pp. 140-145.
Rivai, H, Wahyuni A H, & Humaira., 2017. Pembuatan Dan Karakterisasi Ekstrak
Kering Simplisia Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Jurnal Farmasi
Higea 5(1), pp. 1-8.
Taurina, Wintari, & M Andrie., 2023. Karakterisasi Proses Pembuatan Simplisia
Daun Sirih Hijau (Piper Betle) Sebagai Sediaan Obat Penyembuhan
Luka." Indonesian Journal of Pharmaceutical Education 3(1), pp. 16-25
Tunas, T., Edy, H. & Simpa, J., 2019. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor
(Moringa. JURNAL MIPA , 8(3), pp. 112 - 115.