Anda di halaman 1dari 17

PERCOBAAN 3

IDENTIFIKASI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS

1. Kompetensi Dasar
Berdasarkan Standar Kompetensi yang terdapat dalam Rencana Pembelajaran
Semester mata kuliah Praktikum Farmakognosi, kompetensi dasar dari kegiatan
praktikum adalah praktikan: mampu mengambil keputusan secara tepat dalam
konteks penyelesaian masalah di bidang farmasi, berdasarkan hasil analisis
informasi dan data; mampu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan diri secara berkelanjutan; dan mampu menerapkan pengetahuan dan
pemanfaatan obat bahan alam yang aman, bermutu dan bermanfaat.
2. Indikator Capaian
Ketepatan dalam melakukan identifikasi makroskopis dan mikroskopis dari
simplisia folium
3. Tujuan Praktikum
Melalui kegiatan ini, praktikan diharapkan mampu:
a) Mengidentifikasi berbagai jenis simplisia folium secara makroskopis (ciri-ciri
yang dapat dilihat dengan mata) dan mikroskopis (karakteristik yang dapat
dilihat menggunakan mikroskop).
b) Mampu memberikan nama ilmiah/Latin dan nama simplisia yang dijadikan
bahan praktikum, juga menyebutkan kandungan dan khasiat dari simplisia
tersebut.
4. Uraian Teori
a) Jaringan-jaringan yang terdapat pada organ
a.1) Struktur epidermis pada daun yaitu padat dan diperkuat oleh kutikula.
Dinding sel yang tebal banyak mengandung silika sehingga dapat
memberikan sokongan pada helai daun, jaringan penyokong lainya
adalah kolenkim. Kolenkim pada daun dikotil sering ditemukan didekat
ibu tulang daun, dibawah epidermis dan juga di tepi daun. Selain
kolenkim, dapat juga ditemukan sklerida pada mesofil daunnya dan
tulang daun dikotil berukuran besar atau sedang, dikelilingi oleh
sekelompok serabut. (Diah. 2017)
a.2) Mesofil merupakan jaringan dasar yang dikelilingi epidermis atau
terletak di antara epidermis atas dan epidermis bawah. Mesofildikatakan
sebagai bagian paling utama pada organ daun. Hal ini dikarenakan pada
bagian mesofil inilah banyak mengandung kloroplas serta ruang
antarsel. Mesofil pada umumnya dapat bersifat homogen atau justru
terbagi menjadi dua jenis jaringan yaitu jaringan tiang (palisade) dan
jaringan spons. (Diah. 2017)
a.3) Sistem jaringan pengangkut pada organ daun tumbuhan terletak didalam
daerah jaringan mesofil. Sistem jaringan pembuluh tersebar di seluruh
helai daun dan dengan demikian menunjukkan adanya hubungan ruang
yang erat dengan mesofil. Berkas pembuluh dalam daun biasanya
disebut dengan tulang daun dan sistemnya adalah sistem tulang daun.
Jika ditinjau dari pola pada sistem tulang daun, maka terdapat dua
macam pola yakni sistem tulang daun jala dan sistem tulang daun
sejajar. (Diah. 2017)
b) Ciri- ciri makroskopik masing-masing sampel
b.1) Daun Jambu Biji
Makroskopik daun jambu biji yang digunakan dalam penelitian ini
berukuran panjang ±13 cm dan lebar ±5,5 cm berwarna hijau tua,
bertulang menyirip, dan berbentuk bundar telur agak menjorong.
Beberapa daun ada yang berbintik kecoklatan. Hal ini sesuai dengan
keadaan maksroskopis daun jambu biji. Berdasarkan fragmen pengenal
daun jambu biji yaitu permukaan atas agak licin, bertulang menyirip,
pinggir daun rata agak menggulung ke atas, daun tunggal dan bertangkai
pendek.( Desiyana, et.al. 2016) Penampakan makroskopis daun sebagai
berikut : (KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2017)
b.2) Daun Kelor
Daun kelor berbentuk bulat telur, bersirip tidak rata, berbentuk aneh, dan
majemuk, dikelompokkan dalam satu batang. Helaian daun kelor
berwarna hijau dengan ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, dan
tepi daun rata, tulangnya memiliki struktur menyirip dan diameter 1-2
cm. (Tunas, et al., 2019) Penampakan simplisia daun jati sebagai berikut :
(KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017)

b.3) Daun Kumis kucing


Berupa helaian daun, rapuh, bentuk bulat telur, lonjong belah ketupat
memanjangan atau bentuk lidah tombak, pangkal membulat sampai
runcing, tepi beringgit sampai bergerigi tajam, ujung runcing sampai
meruncing, pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun tampak jelas,
batang dan cabang-cabang berbentuk persegi, warna agak ungu, kedua
permukaan halus; warna hijau kecoklatan; tidak berbau rasa agak pahit.
(KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017)
Penamlana makroskopis daun kumis kucing sebagai berikut :

b.4) Daun Sirih

Tanaman sirih termasuk dalam famili Peperaceae, tumbuh merambat


dan memiliki tinggi 5 hingga 15 m tergantung kecepatan pertumbuhan
dan lokasinya. Beberapa bagian tanaman sirih (Pipper batle L.) seperti
akar, biji, dan daunnya mempunyai potensi sebagai obat, namun yang
paling umum dimanfaatkan adalah daunnya. (Noventi & Carolia, 2016)
Daun tunggal, bertangkai pendek, helaian daun berbentuk hati agak
lonjong atau melebar, panjang 10-15 cm, lebar 5-7 cm, pinggir daun
licin. Permukaan atas berwarna hijau mengkilat, permukaan bawah
memiliki warna hijau pudar dengan tulang daun 5-7 buah.
(KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017)
Adapun penampakan makroskopis sebagai berikut :

c) Ciri- ciri mikroskopik masing-masing sampel

c.1) Daun jati belanda

Mikroskopik Simplisia Jati Belanda berupa epidermis atas, epidermis


bawah dengan stomata, rambut penutup berbentuk bintang, rambut
penutup pada tulang daun, serabut dengan kristal kalsium oksalat, dan
rambut kelenjar dengan kristal kalsium oksalat dimana pemeriksaan
tersebut sesuai dengan standarisasi. (SIMPLISIA JATI BELANDA)
Fragmen pengenal adalh epidermis atas, epidermis bawah dengan stomata
penutup bentuk bintang, rambut penutup pada tulang daun, serabut
dengan kalsium oksalat bentuk prisma serta rambut kelenjar dan Kristal
kalsium oksalat drussen. (KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA, 2017) Adapun penampakan mikroskopis daun jati belanda
sebagai berikut : (KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA, 2017)
c.2) Daun Jambu Biji

Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan rambut sisik dan


Kristal koksalat bentuk roset, rambut penutup, epidermis bawah dengan
stomata, berkas pengankut dengan penebalan tipe tangga, dan mesofil
dengan idioblas berupa sel minyak. (KEMENTRIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA, 2017) Adapun penampakan mikroskop
sebagai berikut :
c.3) Daun kumis kucing

Fragmen pengenal adalah epidermis atas dengan rambut, epidermis


bawah dengan stomata dan rambut sisik, rambut penutup dan berkas
pengangkut dengan penebalan tipe spiral. Adapun tampak mikroskop
sebagai berikut : (KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA, 2017)

c.4) Daun Sirih

Uji mikroskopik pada serbuk daun sirih terdapat kurtikula, epidermis atas,
hipodermis, sel minyak, palisade, epidermis bawah, rambut kelenjer,
rambut penutup, berkas pembuluh, parenkim, saluran sizogen, kolekin,
stomata dan mesofil. Adapun penampakan mikroskop sebagai berikut :
(KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017)

Keterangan sebagai berikut (a). Epidermis bawah berupa sel minyak daun
sirih hijau (b). Epidermis bawah berupa sel minyak daun sirih hijau
perbesaran 40. (c). Epidermis atas daun sirih hijau (d). Epidermis atas
daun sirih hijau perbesaran 40. (e). Sklerenkim daun sirih hijau. (f).
Sklerenkim daun sirih hijau perbesaran 100. (g). Rambut Penutup daun
sirih hijau (Piper betle L.) (h). Rambut Penutup daun sirih hijau
perbesaran 40. (i). Berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga daun
sirih hijau (Piper betle L.) (j). Berkas pengangkut dengan penebalan tipe
tangga daun sirih hijau perbesaran 100. (k). Idioblas berupa sel minyak
daun sirih hijau (l). Idioblas berupa sel minyak daun sirih hijau
perbesaran 100. (Taurina. et.al 2023)
5. Metode Praktikum
a. Bahan
Adapun bahan daun kering utuh dan serbuk simplisia yang digunakan pada
praktikum kali ini yaitu :
1.) Daun jati belanda
2.) Daun jambu biji
3.) Daun kumis kucing
4.) Daun sirih
b. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1.) Jarum
2.) Kaca objek
3.) Kaca penutup
4.) Mikroskop cahaya
5.) Pipet tetes
c. Prosedur Kerja
Adapun Prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut :

Diletakkan sampel daun kering utuh dari ketiga simplisia di meja


praktikan,

Diamati morfologi daun sesuai panduan morfologi meliputi bentuk


daun, ujung dan pangkal daun, tepi dan tebal/tipisnya daun, serta
tulang daun.
Untuk pengamatan mikroskopis
Dibuatlah terlebih dahulu preparat/sediaan dengan mengambil sedikit
serbuk folium (gunakan jarum pentul) dan letakkan di kaca objek.
Teteskan air atau kloralhidrat secukupnya dengan menggunakan pipet
tetes, dan tutup dengan kaca penutup.

Diamati di bawah mikroskop mulai dari perbesaran yang paling kecil


sampai besar. Perhatikan fragmen spesifik yang ditargetkan dan catat
pada lembar pengamatan.
6. Evaluasi
a. Hasil Pengamatan Praktikum
a.1 Daun Jambu Biji
Daun Jambu Biji berupa helaian daun tunggal. bertangas pendek,
helai daun berbentur bulat sampai rata, tepirata agak menggulung ke atas,
ujung runcing sampai meruncing. Permukaan atas agak licin. pertulangan
daun menyirip, ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol pada
permukaan bawah; permukaan atas berwarna hijau kecolatan. Pemukaan
bawah berwarna hijau: bau khas mula-mula tidak berasa lama-lama kelat
dan pahit. (Depkes RI, 2017).

a.2 Hasil pengamatan Organoleptis :

a. Warna simplisia : Hijau Kecoklatan

b. Bau Simplisia : Bau Khas

c. Rasa Simplisia : Pahit dan Kelas

d. Deskripsi : Berupa serbuk halus kering dengan warna, bau, dan


rasa sesuai dengan hasil pengamatan

a.3 Gambar Hasil Pengamatan Mikroskop

Gambar Pengamatan Mikroskopis sebagai berikut :


b. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, telah dilakukan percobaan mengenai Identifikasi


makroskopis dan mikroskopis pada simplisia daun (folium). Sebagaimana yang telah
diketahui bahwa serbuk simplisia adalah sediaan obat tradisional yang terbuat dari
simplisia atau campuran dengan ekstrak berupa butiran homogen dengan derajat
kehalusan tertentu yang sesuai serta cara pengunaannya diseduh dengan air panas
(Depkes RI, 2017). Berdasarkan sampel yang digunakan yaitu simplisia folium
(daun), adapun simplisia yang digunakan meliputi simplisia daun jambu biji,
simplisia daun kelor, simplisia daun kumis kucing dan simplisia daun sirih. Pada
awalnya dilakukan pengamatan secara maksroskopis dimasing-masing sampel
simplisia. Pengamatan organoleptis ini dilakukan dengan memanfaatkan panca indera
sehingga diperoleh data meliputi warna simplisia, bau simplisia, dan rasa simplisia.
Sebelum Simplisia diamati dibawah mikroskop. Saat simplisia sudah diambil dan
diletakkan dalam gelas objek, simplisia ditambahkan klorahidrat. Penambahan
klorahidrat bertujuan untuk menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein
sehingga sel-sel lain dapat terlihat jelas di bawah mikroskop. (Istiqomah, et al .2019)

Hasil pengamatan organoleptis dan mikroskop Simplisia Daun Jambu Biji


didapatkan hasil bau khas, warna hijua kecoklatan, rasa pahit khas dan hasil
pengamatan dibawah mikroskop ditemukan fragmen Kristal oksalat, fragmen
penutup, fragmen stomata, fragmne berkas pengangkut, fragmen idioblas sel minyak
daun Jambu Biji. Dari hasil yang ditemukan hal ini berkesesuaian secara teoritis
dimana fragmen spesifik Jambu Biji memiliki Epidermis atas dan epidermis bawah
daun Jambu Biji terdiri atas satu lapis tersusun rapat dengan lapisan kutikula tipis.
Epidermis atas dan epidermis bawah mempunyai rambut penutup. Bagian mesofil
menunjukkan sel parenkim palisade berkloroplas yang sangat banyak ditunjukkan
dengan warna hijau yang lebih pekat. Berkas pengangkut pada ibu tulang daun (costa)
menunjukkan tipe ikatan pembuluh konsentris amfikribal (floem mengelilingi xilem).
Hablur Ca-oksalat bentuk drus terdapat di dalam sel kolenkim. Stomata pada
epidermis bawah daun menunjukkan tipe parasitik. (Hikmawanti, 2023)

Pengamatan Simplisia Daun kelor dilakukan evalusai organoleptis dengan bau


bau aromatic lemah, warna hijau kecoklatan, tidak berasa dan hasil dari pengamatan
mikroskop didapa fragmen kalsium oksalat, gramne berkas pengangkut, Kristal
kalsium, mesofil daun Kelor. Secaara teoritis mikroskopis Simplisia Daun Kelor
menunjukkan simplisia daun Kelor memiliki fragmen berkas pembuluh, mesofil,
kristal ca-oksalat bentuk roset, rambut penutup uniseluler agregasi, epidermis dengan
stomata. Hal ini sudah berkesesuaian dari hasil pengamatan yang dilakukan
berdasarkan mikroskopis teori yang didapat. (Bata, et al., 2018)

Simplisia Daun Kumis Kucing ini diperlalukan sama dengan melakukan


pengamatan organoleptis berupa bau khas lemah, warna hijau kecoklatan, rasa pahit
dan hasil pengamatan di bawah mikroskop didapatkan fragmen epidermis aras,
rambut penutup daun, fragmen epidermis bawah dengan stomata dan rambut sisik,
fragmen rambut penutup, fragmen berkas pengangkut Daun Kumis Kucing. Hasil
pengamatan ini selara dengan Fragmen spesifik dari tanaman kumis kucing secara
teori yaitu epidermis bawah dengan stomata, rambut sisik dan berkas pengangkut tipe
spiral, rambut penutup dan epidermis atas dengan rambut penutup stomata tipe
diasitik. (Faramayuda, et al. 2021)

Simplisia dengan aroma paling khas dan kuat selanjutnya yaitu Simplisia Daun
Sirih. Simplisia Daun Sirih didapatkan hasil organoleptis dimana waran hijau
kecoklatan, bau khas aromatic kuat, rasa sedikit pedas. Dan diamati Simplisia Daun
Sirih di bawah mikroskop untuk melihat fragmen pengenalnya. Ditemukan fragmen
epidermis bawag dengan idioblas sel minyak Daun Sirih, Epidermins atas daun sirih,
meofil, rambut penutup, berkas pengangkut, idioblas sel minyak Daun Sirih. Fragmen
pengenal dalam bentuk sel, isi sel atau jaringan tanaman serbuk simplisia daun sirih
hijau secara teori ini berupa, Epidermis bawah idioblas berupa sel minyak, epidermis
atas, sklerenkim, rambut penutup, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga,
idioblas berupa sel minyak. Banyak nya ditemukan idioblas sel minyak pada Daun
Sirih ini lah yang membuat bau atau aroma dari Simplisisa Daun Sirih ini
memunculkan aroma khas kuat yang merupakan kandunngan dari minyak atsiri
sendiri. (Wintari, & M Andrie., 2023)
DAFTAR PUSTAKA
A Diah. 2017. Pengaruh faktor lingkungan terhadap perubahan struktur anatomi
daun. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Universitas
Negeri Yogyakarta. Indonesia (B). p. 103-109
Bata, Maria HC, Sumi Wijaya, and Henry K. Setiawan. 2018. "Standarisasi Simplisia
Kering Daun Kelor (Moringa oleifera) Dari Tiga Daerah Berbeda." Jurnal
Farmasi Sains dan Terapan 5(1). p. 45-52.
Desiyana, M Ali Husni, Zhafira., 2016 Uji efektivitas sediaan gel fraksi etil asetat
daun jambu biji (Psidium guajava Linn) terhadap penyembuhan luka terbuka
pada mencit (Mus musculus). Jurnal natural 16.(2), pp. 23-32
Faramayuda, Fahrauk, et al. 2021"Isolasi Sinensetin dari Kumis Kucing (Orthosiphon
aristatus Blume miq.) Varietas Putih." JPSCR: Journal of Pharmaceutical
Science and Clinical Research 6 (2). p. 111-127.
Hikmawanti, Ni Putu Ermi, et al. 2023 "Anatomi Jaringan, Identifikasi Mikroskopis,
serta Kadar Polifenol Ekstrak Etanol Daun dari Tiga Jenis Jambu Genus
Syzygium." MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) 5(1). p. 36-48.
Istiqomah, Rifqi, Liza Pratiwi, and Sri Luliana. 2019. "Uji Mikroskopik Ekstrak
Etanol 96% Herba Ciplukan (Physalis Angulata L.)." Jurnal Mahasiswa
Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN 4 (1). p. 1-3
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017. FARMAKOPE
HERBAL INDONESIA EDISI 2. 2 ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Noventi, W. & Carolia, N., 2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih hijau (piper betle L.)
sebagai alternatif terapi acne vulgaris. Medical Journal of Lampung University,
5(1), pp. 140-145.
Rivai, H, Wahyuni A H, & Humaira., 2017. Pembuatan Dan Karakterisasi Ekstrak
Kering Simplisia Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Jurnal Farmasi
Higea 5(1), pp. 1-8.
Taurina, Wintari, & M Andrie., 2023. Karakterisasi Proses Pembuatan Simplisia
Daun Sirih Hijau (Piper Betle) Sebagai Sediaan Obat Penyembuhan
Luka." Indonesian Journal of Pharmaceutical Education 3(1), pp. 16-25
Tunas, T., Edy, H. & Simpa, J., 2019. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor
(Moringa. JURNAL MIPA , 8(3), pp. 112 - 115.

Anda mungkin juga menyukai