Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN 4

IDENTIFIKASI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS:


HERBA DAN CORTEX

1. Kompetensi Dasar
Berdasarkan Standar Kompetensi yang terdapat dalam Rencana Pembelajaran
Semester mata kuliah Praktikum Farmakognosi, kompetensi dasar dari
kegiatan praktikum adalah praktikan: mampu mengambil keputusan secara
tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang farmasi, berdasarkan
hasil analisis informasi dan data; mampu meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan diri secara berkelanjutan; dan mampu
menerapkan pengetahuan dan pemanfaatan obat bahan alam yang aman,
bermutu dan bermanfaat.
2. Indikator Capaian
Ketepatan melakukan identifikasi makroskopis dan mikroskopis dari
simplisia herba dan cortex
3. Tujuan Praktikum
Melalui kegiatan ini, praktikan diharapkan:
a.) Mampu mengidentifikasi berbagai jenis simplisia herba dan cortex secara
makroskopis (ciri-ciri yang dapat dilihat dengan mata) dan mikroskopis
(karakteristik yang dapat dilihat menggunakan mikroskop).
b.) Mampu memberikan nama ilmiah/latin dan nama simplisia yang dijadikan
bahan praktikum, juga menyebutkan kandungan dan khasiat dari simplisia
tersebut.
4. Uraian Teori
a.) Jaringan-jaringan yang terdapat pada organ tanaman
a.1) Struktur epidermis pada daun yaitu padat dan diperkuat oleh kutikula.
Dinding sel yang tebal banyak mengandung silika sehingga dapat
memberikan sokongan pada helai daun, jaringan penyokong lainya
adalah kolenkim. Kolenkim pada daun dikotil sering ditemukan
didekat ibu tulang daun, dibawah epidermis dan juga di tepi daun.
Selain kolenkim, dapat juga ditemukan sklerida pada mesofil
daunnya dan tulang daun dikotil berukuran besar atau sedang,
dikelilingi oleh sekelompok serabut. (Diah. 2017)

a.2) Korteks merupakan daerah antara epidermis dengan silinder pusat.


Korteks terdiri atas sel-sel berdinding tipis dan tersusun melingkar di
antara sel terdapat rongga sel yang berguna untuk menyimpan udara
serta pertukaran udara. Beberapa jaringan sel terdapat di dalam
kotek, yaitu parenkim, kolenkim dan sklerenkim. Adanya jaringan
parenkim di dalam korteks maka pada lapisan ini mampu
menyimpan cadangan makanan karena terkadang terdapat zat tepung
di dalam sel kortek Mesofil merupakan jaringan dasar yang
dikelilingi epidermis atau terletak di antara epidermis atas dan
epidermis bawah.

Mesofildikatakan sebagai bagian paling utama pada organ daun. Hal


ini dikarenakan pada bagian mesofil inilah banyak mengandung
kloroplas serta ruang antarsel. Mesofil pada umumnya dapat bersifat
homogen atau justru terbagi menjadi dua jenis jaringan yaitu
jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons. (Diah. 2017)
a.3) Struktur penyusun akar tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu struktur
bagian luar dan struktur bagian dalam. Struktur akar bagian luar
terdiri dari tudung akar, batang akar dan cabang akar (untuk jenis
tumbuhan dikotil) dan bulu akar. Struktur akar bagian dalam terdiri
dari jaringan epidermis, korteks, endodermis dan stele (silinder
pusat) ( Ramdhini,, et al., 2021)
a.4) Tumbuhan yang telah mengalami pertumbuhan sekunder, jaringan
epidermis pada bagian akar maupun batang akan digantikan oleh
jaringan gabus (periderm), sehingga mampu memberikan
perlindungan yang kuat terhadap jaringan di bawahnya dan
mengakibatkan permukaan akar atau batang tumbuhan menjadi
kasar. Jaringan epidermis pada bagian permukaan dilapisi oleh sel
yang disebut kutikula. Kutikula merupakan suatu jenis protein yang
ada pada serangga dan menyusun kerangka luar, yaitu zat kitin.
Permukaan kutikula biasanya terdapat zat lilin yang bersifat
hidrofobik/tidak disukai air, hal tersebut menyebabkan batang
tumbuhan akan mengkilap ketika terkena cahaya. ( Ramdhini,, et al.,
2021)
a.5) Jaringan endodermis adalah jaringan yang menandai batas dalam
kortek yang berfungsi sebagai berkas pengangkut. Susunan
endodermis pada tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil
memiliki beberapa perbedaan Jaringan pengangkut (vaskuler) terdiri
atas xylem dan floem. Xylem berfungsi mengangkut air dan zat – zat
lain dari akar menuju daun. Floem berfungsi mengangkut makanan
hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan. Berikut
gambar xylem dan floem ( Ramdhini,, et al., 2021)

b.) Ciri- ciri makroskopik masing-masing sampel


b.1) Herba Sambiloto
Berupa batang, daun, buah, bunga dan biji, batang tidak berambut,
persegi empat, daun berupa lembaran, melekuk bentuk lonjong
sampai lanset, rapuh, tipis, tidak berambut, pangkal daun runcing,
tepi rata, ujung runcing sampai meruncing, tipe buah kotak, bentuk
jorong, pangkal dan ujung tajam, terdapat sudut-sudur buah, kadang-
kadang pecah secara membujur, biji agak keras dengan tonjolan;
daun berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, buah hijau tua hingga
hijau kecoklatan, biji cokelat muda; tidak berbau; rasa sangat pahit.
(KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017)
Berikut merupakan hasil makroskopis Herba Sambiloto

b.2) Herba Meniran


Bagian tanaman yang utuh yaitu akar, batang dan daun meniran hijau
(Phyllanthus niruri L.) dan diambil untuk pemeriksaan morfologi,
wujud tanaman dideskripsikan secara umum, termasuk cirri khasnya
kemudian data yang diperoleh didokumentasikan. (Handayani, 2014)
Berupa batang, daun, bunga dan buah, batang bentuk bulat, kasar,
beruas-ruas, daun majemuk, berpasangan 10-13 pasang dalam satu ibu
tangkai daun, kecil, bentuk bulat telur sampai bulat memanjang,
pangkal runcing, tepi rat ujung bulat dengan liang buah yang jelas;
warna hijau kekuningan sampai kuning kecoklatan; bau khas; rasa
pahit. (KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
2017) Berikut merupakan menapakan dari Herba Meniran secara
makroskopis :

b.3) Kulit Kayu Manis


Berupa kulit batang, menggulung, membujur tebal pipih atau berupa
berkas yang terdiri atas tumpukan beberapa potong kulit yang
tergulung membujur, permukaan luar yang tidak bergabus berwarna
coklat kekuningan atau cokelat sampai cokelat kemerahan, bergaris-
garis pucat bergelombang memanjang dan garis-garis pendek
melintang yang menonjol atau berlekuk, yang bergabus warna hijau
kehitaman atau cokelat kehijauan, permukaan dalam berwarna tua
sampai cokelat kahitaman, bekas patahan tidak rata; warna cokelat
kekuningan; bau khas; rasa sedikit manis. (KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017) Berikut merupakan
penamkan makroskopis dari Kulit Kayu Manis
b.4) Kulit Pulasari
Berupa potongan kulit batang, bentuk berlekuk membujur atau agak
datar dan rapuh, permukaan luar halus, permukaan dalam kasar
dengan garis-garis membujur, bekas patahan tidak rata, beserat;
permukaan dalam kasar dengan garis-garis membujur, bekas patahan
tidak rata, berseerat; permukaan luar berwarna putih kekuningan,
kadang-kadang terdapat sisa lapisan luar yang tipis, permukaan dalam
berwarna cokelat tua sampai kehitaman; bau harum; rasa agak pahit.
(KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017)
Berikut merupakan penamkan makroskopis dari Kulit Batang Pulasari

c.) Ciri- ciri mikroskopik masing-masing sampel


c.1) Herba Sambiloto
Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata dan
rambut kelenjear, epidermi atas, epidermis atas dengan sistolit,
rambut penutup, dan berkas pengangkut dengan penebalan tipe
tangga. (KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
2017)
Epidermis atas dengan sisik kelenjar, epidermis atas, epidermis atas
dengan sistolit, rambut penutup, berkas pengangkut dan kelopak
bunga dengan tonjolan papila. (Rivai, et al., 2014) dan Fragmen
pengenal simplisia sambiloto (gambar 2) yang diamati terdiri dari
morfologi epidemis bagian bawah dengan stomata dan sisik kelenjar,
rambut penutup, berkas pengangkut dan kelopak bunga dengan
tonjolan papilla Penampakan mikroskopis dari Herba Sambiloto

c.2) Herba Meniran


Fragmen pengenal adalah epidermis atas dengan kristal kalsium
oksalat bentuk roset, epidermis atas dengan kristal kalsium oksalat
bentuk prisma di palisade, epidermis bawah dengan stomata, kulit
buah, dan kulit biji tampak tangensial. (KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017) Penampakan
mikroskopis Herba Meniran
c.3) Kulit Kayu Manis
Fragmen pengenal adalah idioblas berupa sel minyak dan
sklerenkim, sklereida, dan sklerenkim. (KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017) Penampakan
mikroskopis Kulit Kayu manis

c.4) Kulit Batang Pulasari


Fragmen pengenal adalah periderm dengan sklereida, parenkim
korteks dan sklereida, kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan
sklereida, parenkim berisi kristal kalsium oksalat bentuk prisma, dan
sklerenkim. (KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA, 2017)

5. Metode Praktikum
a.) Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1.) Air
2.) Herba Sambiloto
3.) Herba Meniran,
4.) Kulit Kayu Manis
5.) Kulit Pulasari
b.) Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1.) Jarum
2.) Kaca Objek
3.) Kaca Penutup
4.) Mikroskop Cahaya
5.) Pipet Tetes
c.) Prosedur Kerja
Prosedur pada praktikum ini sebagai berikut :
Diambil sedikit serbuk herba/cortex, amati makroskopis dan
organoleptisnya.

Untuk
Diambil
pengamatan
Didekati
Diamati sedikitsimplisia
serbuk serbuk
makroskopis mikroskopis,
dandengan
ke ujung
hidung
catat Dibuat
warna jaripreparat/sediaan
Anda
dan dan letakkan
perhatikan
teksturnya, didengan
ujung
apakah
bagaimana
Diteteskan air atau kloralhidrat secukupnya dengan menggunakan
mengambil
lidahada
Anda. sedikit
Perhatikan
serbukbagaimana
herba/cortex
aroma/bau dari serbuk tersebut untuk pengamanatanCatat
rasa
butirannya. (gunakan
dari serbuk
jarum
tersebut.
pentul) dan
pipet tetes, dan tutup dengan kaca penutup.
hasilnya padaletakkan
halaman dilembar
kaca objek.
(organoleptis). hasil pengamatan.

Diamati di bawah mikroskop mulai dari perbesaran yang paling


kecil sampai besar. Perhatikan fragmen spesifik yang ditargetkan
dan catat pada lembar pengamatan.
b. Pembahasan
Percobaan kali ini dilakukan identifikasi makroskopik dan
mikroskopik simplisia bagian Herba dan Cortex. seperti yang sudah kita
ketahui bahwa Simplisia merupakan salah satu bahan alamiah yang telah
dikeringkan dan akan digunakan sebagai bahan baku obat. Simplisia yang
sering atau yang biasa digunakan sebagai bahan baku obat.Serbuk
simplisia adalah bentuk serbuk dari simplisia yang telah dihaluskan dan
telah disaring, bisa berupa serbuk halus, serbuk sangat halus, serbuk
kasar , serbuk agak kasar,dan serbuk sangat kasar.
Sampel yang digunakan yaitu sampel Herba Meniran, Herba
sambiloto, kayu manis dan kayu pulasari.Langkah pertama dalam
praktikum ini yaitu uji makroskopis. pada uji makroskopis dilakukan
dengan uji organoleptis, seperti yang kita ketahui uji organoleptis adalah
uji yang dilakukan dengan mengandalkan pancra indra yang dimiliki
manusia untuk mengetahui rasa, aroma, warna dan tekstur. Pada sampel
Herba meniran (Phyllanthus niruri) termasuk famili Euporbiales memiliki
warna kecoklatan dengan bentuk batang bulat, tidak memiliki aroma, dan
rasa yang pahit. Pada sampel Sambiloto (Andrographis paniculate)
termasuk famili Acanthaceae memiliki warna hijau kecoklatan dengan
batang segi empat, tidak berbau dan rasa yang sangat pahit. Pada sampel
Kayu manis (Cinamomun Burmani) termasuk famili Lauraceae memiliki
warna coklat kemerahan, kulit yang tebal, menggulung, pipih, sedikit
manis, dan memiliki aromatic yang khas. Pada sampel pulasari (Alyxia
Reinwrdti) termasuk Famili Gentianales memiliki warna kuning
kecoklatan, menggulung, aroma khas yang harum, dan rasa agak pahit.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan hasil yang diperoleh sama dan
sesuai dengan literatur.
Langkah berikutnya adalah identifikasi sampel secara mikroskopik,
cara ini dilakukan dengan mengambil sedikit serbuk sampel simplisia yang
diletakkan diatas kaca preparat dan ditetesi larutan kloralhidrat kemudian
diamati diatas mikroskop. Penggunaan klorahidrat bertujuan untuk
menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga sel-sel
lain dapat terlihat jelas di bawah mikroskop. (Istiqomah, et al .2019). Pada
sampel tanaman, kloralhidrat dapat melarutkan isi sel dan zat antarsel
sehingga fragmen pada sampel tanaman dapat lebih mudah diamati. Pada
sampel Meniran dijumpai Kristal kalsium oksalat, kulit buah yang tampak
tangensial, epidermis atas dengan kalsium oksalat bentuk roset, epidermis
bawah dengan stomata. Pada sampel sambiloto dijumpai berkas
pengangkut, rambut penutup, epidermis atas dengan sistolit, dan stomata
pada epidermis bawah. Pada sampel kayu manis dijumpai sklerenkim,
sklerida, dan sklereid yang menggumpal dan yang Tunggal. Pada sampel
pulasari dijumpai sklerid dan kristal kalsium oksalat. Dari yang
pengamatan yang dilakukan kami menemukan fragmen fragmen pengenal
masing masing sampel, walaupun tidak semua yang ditemui dari literatur
yang ada, hal ini dapat terjadi karena waktu yang yang terbatas dalam
mencari, kurangnya keahlian praktikan, dan bisa saja sampel yang sudah
kurang baik.
Perbedaan dari makrsokopik dan mikroskopik masing masing
tanaman yang dijadikan sampel tentu nya memiliki fungsi yang berbeda
beda, bisa makroskopiknya berguna untuk melindungi diri dari predator,
untuk mengelompokkan jenis tanamannya, pada mikroskopik perbedaan
sel sel fragmen yang ditemui dengan bentuk yang berbeda beda adalah
sebagai penanda dari senyawa yang memiliki khasiatnya masing masing.
Zat yang terkandung dalam meniran seperti flavonoid, filantin,
hipofilantin, damar dan tanin dipercaya berkhasiat sebagai diuretik,
antioksidan, antiinflamasi, antidiabetes, antipiretik dan penambah nafsu
makan. Dalam herba Meniran terdapat kandungan flavonoid yang berperan
sebagai antioksidan. Antioksidan vitamin bermanfaat dapat mengurangi
kerusakan oksidatif pada penderita diabetes. (Nugrahani S.2013) sambiloto
mengandung eoxyandrographolide, andrographolide, 14-deoxy-11,
neoandrographolide, 12- didehydroandrographolide,
homoandrographolide, diterpenoid dan flavonoid. Sambiloto memiliki
senyawa aktif bernama andrographolide. Andrographolide merupakan
senyawa yang masuk dalam grup trihidroksilakton yang memiliki rumus
molekul C20H30O5.( Priyani R. 2020) Kayu manis merupakan tanaman
yang pada umumnya dimanfaatkan pada bagian kulit batangnya karena
dapat diolah menjadi bahan tambahan makanan maupun minuman, dan
daun kayu manis dapat diolah menjadi minyak astiri. Terdapat berbagai
kandungan senyawa pada tanaman kayu manis. Salah satu golongan
senyawa yang terdapat pada kayu manis adalah flavonoid. Flavonoid
merupakan senyawa organik alami yang terdapat pada akar, daun, kulit
kayu, benang sari, bungah, buah dan biji buah tanaman Flavonoid dapat
memberikan efek menguntungkan dalam melawan penyakit diabetes
mellitus, baik melalui kemampuan mengontrol kadar gula darah serta
mengoptimalkan kerja organ pancreas. (Qurrohman 2023). Kandungan
kimia dari Pulosari adalah minyak atsiri, tanin, zat pahit, alkaloid,
flavonoid, saponin, polifenol, dan asam organic. memiliki banyak khasiat
seperti mengobati perut kembung, demam, radang lambung, obat kejang
perut, menambah nafsu makan, meredakan batuk, sariawan, mempelancar
haid, mengurangi keputihan, menjaga daya tahan tubuh, kelebihan asam
lambung, dan disentri. (Setiawan F 2023)
DAFTAR PUSTAKA

A Diah. 2017. Pengaruh faktor lingkungan terhadap perubahan struktur anatomi


daun. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi
Universitas Negeri Yogyakarta. Indonesia (B). pp. 103-109
Handayani, Virsa, and Nurfadillah Nurfadillah. "Kajian farmakognostik herba
meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan herba meniran merah
(Phyllanthus urinaria L.)." Jurnal Fitofarmaka Indonesia 1.1 (2014). pp.
23- 34
Istiqomah, Rifqi, Liza Pratiwi, and Sri Luliana. 2019. "Uji Mikroskopik Ekstrak
Etanol 96% Herba Ciplukan (Physalis Angulata L.)." Jurnal Mahasiswa
Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN 4 (1). p. 1-3
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2017. FARMAKOPE
HERBAL INDONESIA EDISI 2. 2 ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Nugrahani S.2013. Analisis Perbandingan Efektifitas Ekstrak Akar, Batang, Dan
Daun Herba Meniran Dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit.
Unnes Journal Of Public Health;2(1):1-5
Priyani R. 2020.Review : Manfaat Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata
Ness) Terhadap Sistem Imun Tubuh. Jurnal Ilmu Kedokteran dan
kedokteran; 7(3): 484-491
Qurrohman M.T., Bagusta A.R., Sapalma K.W., Lestari N., Istyawati.2023.
Pemanfaatan Kayu Manis (Cinnamomum Verum) Untuk Menurunkan
Kadar Gula Darah. Jurnal Pengemas Kesehatan;2(1):33-38
Ramdhini,, R. N. et al., 2021. ANATOMI TUMBUHAN. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Ratnani, Rita Dwi, et al. 2017. Standardisasi spesifik dan non spesifik ekstraksi
hidrotropi andrographolid dari sambiloto (Andrographis
paniculata). Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik. p. 147-155.
Rivai, H., Febrikesari, G. & Fadhilah, H., 2014. PEMBUATAN DAN
KARAKTERISASI EKSTRAK KERING. Jurnal Farmasi Higea, 6(1), pp.
19-28.
Setiawan F.,Soejipto, Hartini S.,2023. Profil Fisiko-Kimia Minyak Kulit Batang
Pulosari (Alyxia reinwardtii Bl.) dan Aktivitas Antioksidannya.Arta Kimia
Indonesia;8(1):12-30

Anda mungkin juga menyukai