Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN 6

IDENTIFIKASI MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS :

SEMEN DAN RHIZOMA

1. Kompetensi Dasar
• Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa harus sudah paham mengenai
anatomi dan jaringan semen dan rhizoma secara umum.
2. Indikator Capaian
• Ketepatan dalam melakukan identifikasi makroskopis dan mikroskopis dari
simplisia semen dan rhizoma.
3. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1) Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri makroskopik bahan simplisia
2) Mahasiswa dapat mengidentifikasi organoleptis serbuk simplisia
3) Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri mikroskopik serbuk simplisia
beserta fragmen-fragmen pengenalnya (spesifik).
4. Uraian Teori
a) Jaringan Semen dan Rhizoma
a.1 Rimpang (Purnomo 2021)
1) Jaringan Parenkim
Parenkim merupakan jaringan yang terdistribusi secara luas pada tubuh
tumbuhan. Parenkim berupa sel-sel hidup dan berdinding tipis yang tersusun
dari selulosa. Sel parenkim biasanya bersifat isodiametrik (bentuk yang
teratur dengan diameter yang sama), terkadang melengkung atau memanjang.
Ruang antarsel bisa ada atau tidak ada.
2) Jaringan sklerenkim.

Sklerenkim merupakan jaringan yang berfungsi memperkuat (mekanis).


Sklerenkim terdiri atas sel-sel mati yang memiliki dinding berlignin sangat
tebal, keras, dan kaku. Lignin merupakan substansi yang kedap air.

3)Jaringan penyokong

Dikenal sebagai jaringan penunjang, atau jaringan penguat. Jaringan


penyokong berfungsi untuk menguatkan/menegakkan batang dan daun,
melindungi biji atau embrio, serta melindungi berkas pengangkut (vaskuler).

4) Jaringan pengangkut (vaskuler).

Berbagai zat yang diperlukan tumbuhan diangkut oleh jaringan


pengangkut. Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri atas xilem dan floem.
Xilem merupakan jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan
menghantarkan air serta garam mineral ke jaringan lainnya. Sementara itu,
pengangkutan hasil fotosintesis dilakukan oleh floem.

a.2 Rimpang (Purnomo 2021)

1) Meristem Apikal

Bagian ujung akar terdapat jaringan yang selalu tumbuh yang disebut
meristem apikal. Jaringan ini terbentuk dari sel-sel initial yang berada di ujung
batang atau akar tumbuhan. Jaringan meristem apikal yang membelah
membentuk daerah pemanjangan karena pertumbuhan di ujung akar
disebabkan oleh kombinasi antara pembesaran sel dan pembelahan sel yang
berulang-ulang (mitosis dan sitokinesis).

Meristem apikal di ujung akar berfungsi untuk mengetahui kondisi tanah


di sekitar akar, guna mengarahkan pergerakan akar menuju air dan nutrisi
yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Meristem apikal, yang dilindungi oleh tutup
akar terus menghasilkan sel bahkan ketika tutup akar dikikis saat mendorong
melalui tanah. Meristem apikal menghasilkan sel yang mati karena hilang
karena abrasi saat menembus tanah tetapi juga menghasilkan sel guna yang
memanjang dan meluas masuk ke dalam tanah

2) Kaliptra

Kaliptra berasal dari lapisan sel yang menyelimuti ujung akar, ketika
selubung sel bagian terluar mati, sel akan menumpuk dan melindungi ujung
akar tumbuh membentuk bidal yang berguna sebagai pelindung. Kaliptra atau
tudung akar berasal dari meristem apikal dan terdiri dari sel-sel parenkim.
Saat sel-sel penutup akar matang, mereka menjadi parenkim dan terus-
menerus didorong oleh penambahan sel-sel baru dari dalam. Mereka yang
berada di luar di dekat tanah kurang lebih diratakan oleh tekanan dari dalam
dan mengelupas saat mereka bergesekan dengan partikel tanah saat akar
tumbuh lebih dalam.

Tutup akar menghasilkan lapisan lendir berlendir yang dikenal dengan


istilah mucigel itu lumasi ujungnya. Tetapi sepanjang umur akar, bahkan jika
menembus banyak kaki ke dalam tanah, tutup akar terus diperbarui oleh sel-
sel baru dari dalam sehingga ujung yang halus benar-benar didorong melalui
tanah tanpa, seolah-olah, bersentuhan dengan saya t. Ini menjelaskan mengapa
akar dapat menembus tanah liat yang kaku bahkan tanpa tekuk.

3.) Epidermis (lapisan luar/kulit luar)

Epidermis akar terdiri dari lapis sel-sel rambut dan non rambut yang
tersusun rapat. Pola dari epidermis ini dihasilkan dari diferensiasi yang diatur
secara spasial. Epidermis akar umumnya tidak berkutikula. Di ujung akar, sel-
sel epidermis termodifikasi menjadi bulu-bulu akar yang berfungsi untuk
memperluas bidang penyerapan.
4.) Korteks (lapisan pertama/kulit pertama)

Korteks merupakan daerah antara epidermis dengan silinder pusat.


Korteks terdiri atas sel-sel berdinding tipis dan tersusun melingkar di antara
sel terdapat rongga sel yang berguna untuk menyimpan udara serta pertukaran
udara. Beberapa jaringan sel terdapat di dalam kotek, yaitu parenkim,
kolenkim dan sklerenkim. Adanya jaringan parenkim di dalam korteks maka
pada lapisan ini mampu menyimpan cadangan makanan karena terkadang
terdapat zat tepung di dalam sel kortek.

5.) Endodermis (lapisan antara korteks dan stele)

Lapisan endodermis akar terletak di sebelah dalam korteks, yaitu berupa


sebaris sel yang tersusun rapat tanpa ruang antarsel. Dinding sel endodermis
mengalami penebalan gabus. Penebalan berupa rangkaian berbentuk pita.
Penebalan seperti pita ini disebut pita kaspari. Penebalan semula berupa titik
yang disebut titik kaspari. Penebalan gabus menyebabkan dinding sel tidak
dapat ditembus oleh air, sehingga mencegah keluarnya air dan zat terlarut
dalam air melalui jalur apoplast. Untuk masuk ke silinder pusat, air melalui
jaringan endodermis yang dindingnya tidak mengalami penebalan yang
disebut dengan sel penerus. Endodermis berperan mengatur lalu lintas zat ke
dalam pembuluh akar, terutama mencegah nutrisi meninggalkan struktur
tumbuhan dan kembali ke tanah.

6.) Stele (silinder pusat atau lapisan tengah akar)


Silinder pusat terletak di sebelah dalam endodermis. Di dalamnya
terdapat pembuluh kayu (xilem), pembuluh tapis (floem) yang sangat berperan
dalam proses pengangkutan air dan mineral, dan perisikel yang berada tepat di
sebelah dalam endodermis. Perisikel berfungsi membentuk akar cabang. Akar
ini akan menembus ke luar melalui endodermis, korteks, dan epidermis.
Pertumbuhan cabang akar ini disebut pertumbuhan endogen. Pada tanaman
dikotil, di antara xilem dan floem terdapat kambium ikatan pembuluh. Pada
tanaman monokotil, selain xilem dan floem terdapat empulur tetapi tidak
terdapat kambium ikatan pembuluh.

b.) Ciri- ciri makroskopik masing-masing sampel

b.1) Biji Kedawung

Bijinya berupa polong bertepung, tidak menggelembung di tiap ruas bijinya,


biji menjorong, berkulit keras, hitam, rasanya agak pahit, dan dapat dimakan
setelah lebih dahulu disangrai. (Depkes 2017)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Spesies : Parkia javanica (Lam.) Merr.

Gambar 1.Makroskopik Biji kedawung

b.2) Biji Pala

Berupa biji, bentuk bulat atau bulat telur, permukaan luar beralur dangkal,
terdapat anyaman berbentuk seperti jala, bagian liang biji membulat, ujung biji
runcing, jika ditekan biji bagian dalam yang memar mengeluarkan minyak
cokelat kemerahan; permukaan luar cokelat muda sampai cokelat kelabu
dengan bintik dan garis-garis kemerahan; bau khas; rasa agak pahit, pedas,
lama-lama kelat. (Legoh 2020)
Kingdom: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Spesies : Myristica fragrans Houtt.

Gambar 2.Makroskopik Biji pala


b.3) Jahe
Berupa irisan rimpang, agak pipih, bentuk lonjong, bulat telur, pada setiap
cabang terdapat parut melekuk ke dalam, setiap irisan terbagi menjadi tiga
bagian, lapisan paling luar kasar, lapisan sebelah dalam halus, terdapat
pembatas diantara lapisan sebelah dalam, bekas patahan pendek dan berserat
menonjol; lapisan luar berwarna cokelat kekuningan, lapisan dalam berwarna
putih kekuningan, terdapat warna kebiruan pada bagian serat; bau khas; rasa
pedas. (Depkes 2017)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Spesies : Zingiber officinale Rosc.

Gambar 3.Makroskopik Jahe

b.4) Kunyit

Berupa irisan melintang rimpang, ringan, rapuh, bentuk hampir bulat sampai
bulat panjang, umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat
pangkal upih daun dan pangkal akar, permukaan luar kasar, terdapat bekas ruas-
ruas, permukaan dalam dengan batas korteks dan silinder pusat yang jelas,
bekas patahan agak rata, berdebuBerbentuk Memanjang bercabang , Berwarna
Kuning Jingga , kuning Bau khas kunyit ,Rasa pahit dan agak pedas. (Depkes
2017)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Spesies : Curcuma Dometica Val .

Gambar 4. Makroskopik Kunyit

b.5) Temulawak

Berupa irisan rimpang, keping tipis, bentuk bulat atau agak jorong, ringan,
keras, mudah patah, permukaan luar berkerut, warna cokelat kuning hingga
cokelat, bidang irisan melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan
tonjolan melingkar pada batas antara korteks dengan silinder pusat, korteks
sempit, bekas patahan berdebu; warna kuning jingga hingga cokelat jingga
terang; bau khas aromatik; rasa tajam dan pahit. (Depkes 2017)

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Gambar 5.Makroskopik Temulawak

c. Ciri- ciri mikroskopik masing-masing sampe

c.1) Biji Kedawung

Fragmen pengenal adalah lapisan luar kulit biji yang mengkilat dengan susunan
mirip palisade; parenkim yang bentuknya membulat tidak beraturan dengan
dinding sel tebal berwarna putih jernih dan lumen berisi zat yang berwarna
kuning kecoklatan atau coklat kemerahan; sel parenkim keping berisi butir-butir
aleuron. (Depkes 1977)
Gambar 6.Mikroskopik Biji Kedawung
c.2) Biji Pala

Fragmen pengenal adalah kristal kalsium oksalat bentuk prisma, endosperm,


serabut, dan perisperm. (Depkes 2017)
Gambar 7.Mikroskopik Biji Pala

c.3) Rimpang Jahe

Fragmen pengenal adalah amilum, periderm, jaringan gabus tangensial, berkas


pengangkut dengan penebalan tipe tangga dan serabut. (Depkes 2017)

Gambar 8.Mikroskopik Jahe


c.4) Kunyit

Fragmen pengenal adalah amilum, parenkim korteks berisi bahan berwarna


kuning, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga, rambut penutup,
periderm dan parenkim stele. (Depkes 2017)

Gambar 9. Mikroskopik Kunyit


c.5) Temulawak

Sel minyak, Berkas pembuluh penebalan tipe tangga, Berkas pembuluh


kolateral, Rambut penutup, Epidermis, Sklerenkim, Sel gabus, Parenkim
korteks, Amilum. (Saputri 2022)

Gambar 10. Mikroskopik Temulawak


5. Metode Praktikum
a. Bahan
Adapun bahan daun kering utuh dan serbuk simplisia yang digunakan pada
praktikum kali ini yaitu :
1.) Aquadest.
2.) Kloralhidrat.
3.) Serbuk Simplisia Biji Kedawung.
4.) Serbuk Simplisia Biji Pala.
5.) Serbuk Simplisia Jahe.
6.) Serbuk Simplisia Temulawak.
7.) Serbuk Simplisia Kunyit.
b. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1.) Alat Tulis.
2.) Cover glass.
3.) Mikroskop.
4.) Object glass
5.) Pipet tetes
c. Prosedur Kerja

Disiapan serbuk simplisia

Dipemeriksaan organoleptis ; Periksalah organoleptis dengan


seksama meliputi warna, bau dan rasa dari simplisia

Dipemeriksaan mikroskopis dengan aquadest/ kloralhidrat;


a) Diambil sedikit serbuk simplisia, letakkan pada object glass,
b) Ditambahkan satu-dua tetes air, lalu tutup dengan cover glass,
c) Diamati fragmen-fragmen dari masing-masing simplisia dengan
seksama,
Digambarlah hasil pengamatan saudara dan beri keterangan pada tiap
fragmen yang saudara gambar
b. Pembahasan

Praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai identifikasi makroskopis


dan mikroskopis semen dan rhizoma serbuk simplisia. Melalui kegiatan ini,
praktikan diharapkan mampu mengidentifikasi berbagai jenis simplisia caulis
dan fructus secara makroskopis (ciri-ciri yang dapat dilihat dengan mata) dan
mikroskopis (karakteristik yang dapat dilihat menggunakan mikroskop) dan
memberikan nama ilmiah/latin dan nama simplisia yang dijadikan bahan
praktikum, juga menyebutkan kandungan dan khasiat dari simplisia tersebut.
Simplisia diidentifikasi di bawah mikroskop sebagai simplisia dalam bentuk
bubuk.. Serbuk simplisia merupakan bahan organik kering. Serbuk simplisia
dibuat di luar proses pengeringan untuk memecah sel tumbuhan, memperkecil
ukurannya, dan menambah luas permukaannya sehingga lebih larut dalam
pelarut. Ukuran zat diperkecil guna memperbesar luas permukaan pori-pori
simplisia dan kontak antara partikel simplisia dengan pelarut. (Salim, et al.,
2018). Sampel yang digunakan yaitu serbuk simplisia semen dan rhizoma
adapun simpilisia yang digunakan meliputi simplisia biji kedawung, biji pala,
rimpang kunyit, rimpang jahe, dan rimpang temulawak.
Tahapan pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu mengamati
secara makroskopis sampel simpisia. Pengamatan organoleptis dilakukan
dengan panca indra mannusia dengan mengamati daun tanaman simplisia untuk
mengetahui bentuk, bau, rasa dan warnanya. (Evifania & Pratiwi , 2020)
Adapun hasil dari uji organoleptis sampel simplisisa biji kedawung bahwa
berupa biji dengan kulit hitam sangat keras aroma seperti kacang bagian dalam
berwarna hijau dan pahit.; warna cokelat kehitaman, , berbau khas, dan rasanya
pahit. Pada simplisia biji berbuntuk bulat dengan kulit hitam yang keras tapi
mudah dipecahkan, beraroma harum dan manis memiliki rasa yang hangat dan
pedas bagian biji keriput dengan warna coklat, dan rasa sedikit pedas. Pada
simplisia rimpang jahe Berupa irisan jahe seukuran jari manis, berwarna kuning
keputihan, kering, memiliki aroma yang khas dan enak , memiliki rasa pedas
dan hangat, berwarna kuning keputihan. Pada simplisia rimpang kunyit, berupa
irisan melintang rimpang, ringan, rapuh, bentuk hampir bulat sampai bulat
panjang, umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat
pangkal upih daun dan pangkal akar, permukaan luar kasar, terdapat bekas ruas-
ruas, berwarna kuning orange, coklat, aroma khas dan rasa yang pahit.
Kemudian pada rimpang temulawak Berupa irisan rimpang, keping tipis,
bentuk bulat atau agak jorong, ringan, keras, mudah patah, permukaan luar
berkerut, warna cokelat kuning hingga cokelat, bidang irisan melengkung tidak
beraturan, aroma tajam dan rasa pahit agak kelat. Berdasarkan hasil pengamatan
secara makroskopis hasil yang didapat sesuai dengan teori pada Farmakope
Herbal Edisi II.
Tahapan selanjutnya pengamatan secara mikroskopis dengan
menggunakan alat mikroskop, objek glass, cover glass, dan pipet tetes dan
bahan yang digunakan yaitu kloral hirat dan sampel serbuk simplisia. Sebelum
melakukan pengamatan terlebih dahulu membuat preparat dengan mengambil
sedikit sampel dengan ujung jarum pentul lalu di letakkan sampel serbuk
simplisia di atas objek glass, kemudian ditetekan dengan kloralhidrat
secukupnya menggunakan pipet tetes. Klorahidrat digunakan untuk
menunjukkan karakteristik mikroskopis yang terlihat jelas untuk semua
parameter. Kegunaan kloralhidrat berfungsi untuk melarutkan klorofil pada
daun. Kloralhidrat telah dikenal sejak lama sebagai agen clearing tumbuhan.
Kloralhidrat akan menghomogenisasi indeks bias, mengganti dan memodifikasi
komponen sel, sehingga sel terlihat transparan. (Trisiswanti & Sugimin, 2020)
Selanjutnya ditutup dengan cover glass, kemudian dilakukan fiksasi. Tujuan
dari fiksasi adalah untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan agar
tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran.
Sedangkan fungsi dari fiksasi adalah untuk menghambat proses metabolisme
dengan cepat, mengawetkan elemen sitologis dan histologis, mengawetkan
bentuk yang sebenarnya, serta mengeraskan atau memberi konsentras material
yang lemah. (Mujimin & Suratmi, 2013) lalu diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran 10x dan 40x. Adapun hasil pengamatan secara mikroskopis
pada sampel serbuk simplisa biji kedawung ditemukan; Berkas Pengangkut
dengan Penebalan Tipe Spiral, Serabut dengan Kalsium Oksalat Bentuk Prisma,
Jaringan Gabus parenkim Korteks dengan Kalsium Oksalat Bentuk Prisma, dan
Sklerenkim. Fragemen yang ditemukan ini sudah berkesuaian berdasarkan teori
dari fragmen pengenal simplisia kedawung (Depkes 1977). Pada sampel serbuk
simplisa biji pala ditemukan Kristal kalsium oksalat bentuk prisma, Endosperm,
Serabut, perisperm dan dilakukan banding berdasarkan teori (Depkes 2017).
Lalu pada serbuk simplisia rimpang jahe ditemukan Amilum, Jaringan Gabus,
berkas penebalan tipe tangga, Periderm, dan Serabut. Fragmen yang ditemukan
sudah sesuai pada teori sebagaimana posisinya fragmen pengenal (Depkes
2017). Pada serbuk simplisia rimpang kunyit ditemukan hasil Amilum,
Parenkim korteks berisi bahan berwarna kuning, berkas pengangkut dengan
penebalan tipe tangga, rambut penutup, periderm, dan parenkim stele. Fragmen
pengenal yang ditemukan dalam percobaan menunjukkan kesesuaian dengan
teori sebagai fragmen pengenal (Depkes 2017). Dan pada hasil simplisia serbuk
rimpang temulawak ditemukan Amilum, parenkim korteks, Sklerenkim, Berkas
pengangkut dengan penebalan tipe tangga, dan Jaringan gabus. Dan fragmen
yang ditemukan pada temulawak sudah masuk pada teori sebagai fragmen
pengenal (Saputri 2022). Pembandingan secara teori dilakukan agar dapat
mengoreksi apahkah sesuai atau tidak fragmen pengenal yang ditemukan dalam
simplisia.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1977, Farmakope Herbal Indonesia,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2017, Farmakope Herbal Indonesia,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Evifania, R. & Pratiwi , A., 2020. Uji parameter spesifik dan nonspesifik simplisia
daun senggani. Jurnal Cerebellum, 6(1), pp. 17-20.

Indriaty, S. et al., 2021. FORMULATION OF LIP CREAM ETHANOL EXTRACT.


Medical Sains, 6(2), pp. 1-10

Legoh W., Runtunuwu S., Wanget S.(2020). Karakterisasi Pala (Myristica Fragrans L.) Di
Kabupaten Kepulauan Sangihe Berdasarkan Morfologi Buah Dan Daun. Jurnal
Transdisiplin Pertanian.16(2):279-291

Mujimin & Suratmi, S., 2013. TEKNIK MENCAMPUR LARUTAN FIKSASI


UNTUK HISTOLOGI. Akuakultur, 11(2), pp. 137-140.

Purnomo., Guna A.(2021). Variasi Dan Hubungan Fenetik Aksesi Kunyit Di


Yogyakarta Dan Sekitarnya.Jurnal Peneilitian Saintek.26(1):35-56

Salim, A., Sumardianto & Amalia, U., 2018. EFEKTIVITAS SERBUK SIMPLISIA
BIJI PEPAYA SEBAGAI ANTIBAKTERI. JPHPI, 21(2), pp. 188-198.

Saputri F.,Mun’im A., Putri C., Aryani D. (2022)Validasi Metode Analisis


Kurkuminoid dan Xantorizol pada Rimpang Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) dengan KLTDensitometri.Media Pharmaceutica
Indonesiana.4(2):147-157

Trisiswanti & Sugimin, 2020. Efektivitas Teknik Clearing Daun. INDONESIAN


JOURNAL OF LABORATORY, 2(3), pp. 47-53.

Anda mungkin juga menyukai