Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEMATIKA HEWAN

REPTILIA

OLEH :

NAMA : HERNI ERNASARI


NIM : 08041282126052
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : ANGGI MILENIA PUTRI

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu dari tujuh negara mega
biodiversitas yang dikenal sebagai pusat konsentrasi keanekaragaman hayati
dunia. Berbagai jenis satwa yang ada termasuk kedalam salah satu kekayaan
alam tersendiri bagi negara Indonesia. Hewan juga termasuk jenis fauna yang
terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 25% dari seluruh jenis reptil di dunia.
Reptil dapat dikatakan sebagai sekelompok hewan melata yang termasuk kelas
vertebrata berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi seluruh permukaan
tubuhnya. Pengetahuan mengenai reptil dan perhatian terhadap reptil di
Indonesia masih kurang (Ari et al., 2016).
Reptil termasuk hewan vertebrata yang terdiri dari ular, kadal cacing,
kadal, buaya, caiman, buaya, kura-kura, penyu dan tuatara. Spesies reptil
diketahui berjumlah sekitar 7900 hidup sampai saat ini yang mendiami berbagai
tipe habitat beriklim sedang dan tropis termasuk padang pasir, hutan, lahan
basah air tawar, hutan bakau dan laut terbuka. Reptil sebelumnya dianggap
menakutkan, harus dihindari bahkan dimusnahkan disebabkan karena sebagian
besar reptil dikira sebagai hewan liar yang berbahaya dan juga cukup sangat
berbisa (Margareta, 2012).
Kelas reptil merupakan kelompok hewan ectothermic, yaitu hewan yang
suhu tubuhnya sangat tergantung pada suhu lingkungan di sekitarnya. Reptil
juga merupakan herpetofauna yang paling beragam dan paling moderen. Hewan
ini mendiami hampir keseluruhan permukaaan bumi, mulai dari utara sampai ke
selatan Kemampuan beradaptasi yang tinggi menyebabkan reptil mudah
menyesuaikan hidup pada habitat yang berbeda. Kebanyakan reptil memiliki alat
pendengaran dan alat indra yang baik, namun yang mempunyai lubang telinga
luar hanyalah anggota dari kelompok buaya dan kadal (Syaiful et al., 2015).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman
hayati tinggi yang dikenal dengan istilah Mega Biodiversity Country. Sebanyak
10% dari jenis satwa di dunia, terdapat di Indonesia. Tingginya keanekaragaman

Universitas Sriwijaya
hayati tersebut ditunjukkan oleh sebagian besar proporsi jumlah jenis flora dan
fauna yang hidup di wilayah Indonesia dibandingkan dengan jumlah total jenis
yang ada di dunia. Hal tersebut juga termasuk untuk jenis-jenis amfibi dan reptil
yang biasa dikenal sebagai kelompok herpetofauna (Explotasia et al., 2019).
Herpetofauna kelompok merupakan hewan melata, anggota dari kelompok
ini adalah Amfibi dan Reptil. Amfibi dan Reptil merupakan hewan yang disebut
berdarah dingin. Istilah ini kurang tepat karena bagian suhu yang diatur dalam
perilaku mereka diatur lebih panas dari burung dan mamalia, terutama pada saat
mereka aktif. Amfibi dan Reptil bersifat ektoterm dan poikiloterm yang berarti
mereka menggunakan sumber panas dari lingkungan untuk memperoleh energi
dalam pertahanan diri (Djarubito, 2000).
Reptilia merupakan salah satu hewan vertebrata dalam kelompok hewan
melata. Seluruh hidupnya sudah menyesuaikan diri dengan kehidupan darat,
tidak membutuhkan air lagi untuk pertumbuhan embrionya karena tidak ada fase
larva dalam proses perkembangannya. Kulitnya diselimuti sisik keras dan
kepingan dari bahan tanduk. Pada yang bertubuh besar dibawah sisik dapat
ditemukan kepingan tulang untuk memperkuat daya perlindungan dilengkapi
dengan eksoskeleton, ekor panjang, jari-jari bercakar, poikiloterm, bernafas
dengan paru-paru, pembuahan di dalam tubuh atau ovipar, kulit tidakk berlendir,
anggota berjari lima, dan memiliki kloaka (Iskandar, 2000).
Secara umum habibat amfibi dan reptil terbagi menjadi 5 yakni terrestrial,
arboreal, akuatik, semi akuatik, dan phosphorial. Reptil dan amfibi menghuni
hampir seluruh permukaan bumi, kecuali di antartika. . Reptilia adalah kelompok
vertebrata yang beradaptasi pada tempat kering di daratan.Keratinisasi atau
keratinisasi kulit dan sisik atau rambut menahan sebagian besar cairan tubuh
yang hilang di tempat kering atau panas. Nama kategori ini berasal dari cara
hewan berjalan (secara serpentis atau merayap dalam bahasa latin reptum) dan
ilmu yang mempelajari reptilia disebut herpetologi (merangkak atau merayap)
dan ilmu yang mempelajari tentang reptilia disebut herpetologi.  (Jasin, 2002).

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari ciri-ciri Reptilia yang penting
untuk diidentifikasi.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reptilia
Reptil dapat digambarkan sebagai vertebrata berdarah dingin
(poikilothermic) yang dapat menyesuaikan suhu tubuhnya dengan
lingkungan. Kelas reptilia tidak dapat mengatur suhu internal layaknya hewan
mamalia yang berdarah panas (homoiothermic) sehingga mereka bergantung
pada lingkungan sekitar untuk dapat mengatur suhu tubuh mereka. Berjemur di
bawah sinar matahari merupakan upaya reptilia dalam menghangatkan diri dan
meningkatkan metabolisme tubuh, sedangkan jika kelompok hewan ini ingin
mendinginkan suhu tubuh, reptilia biasanya berpindah ke tempat yang teduh atau
berpindah ke kawasan perairan (Ari et al., 2016).
Reptilia memiliki kepala, hidung, badan, ekor, dan 4 kaki. Tiap kaki
terdapat 5 jari cakar dan memiliki indera penglihatan dan pendengaran yang
baik. Telinga terdiri dari membrane timpani dan pada telinga tengah terdapat
tulang kolumela. Reptile mempunyai 3 kelopak mata yang dapat bergerak dan
lidak yang tidak bercabang. Badan reptile pada umumnya terdiri atas caput,
cervix, truncus, dan cauda (Petrus, 2015).

2.2 Karakteristik Reptilia


Tubuh reptil ditutupi sisik keratin datar atau berduri. Fungsi sisik tubuh
reptilia adalah untuk mengatur sirkulasi air, yang memungkinkan reptilia
terhindar dari ancaman dehidrasi saat tidak berada di wilayah perairan. Reptil
tidak memiliki telinga luar, rambut atau bulu. Kategori reptil biasanya termasuk
hewan karnivora. Spesies kura-kura dan beberapa kadal seperti iguana adalah
herbivora sedangkan bunglon adalah reptil pemakan serangga.  Reptilia tidak
mempunyai banyak kelenjar pada kulitnya. Serpentes terdapat modifikasi dari
labial gland di rahang atas sedangkan pada squmata spesies yang mempunyai
kelenjar racun hasil modifikasi sublingual gland (Gulimova et al., 2019).
Skeleton reptilia mengalami penulangan secara sempurna, tempurung
kepala mempunyai satu tulang belakang yang sempurna, terdiri atas empat

Universitas Sriwijaya
ruangan yaitu dua atrium dan satu ventriculus, pasangan archus aorticus,
bererytrosit bentuk dengan oval biconvex dan pernafasan selalu dengan paru-
paru. Secara umum, reptil adalah hewan bertelur yang anak-anaknya tumbuh di
dalam cangkang telur. Ada yang perlu diinkubasi dan ada yang tidak. Namun,
reptil ular laut bersifat vivipar, dalam hal ini anak mereka segera menetas
sebagai anak ular  (Mistar et al., 2017).

2.2. Ordo Reptil


Kelas reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu testudinata / chelonia
(contoh: penyu, kura-kura, dan bulus rhyncocephalia (contoh: tuatara), squamata
(contoh: serpentes, lacertilia, dan amphisbaena) dan crocodilia (contoh: buaya,
aligator, senyulong Ordo pertama kelas reptil yaitu ordo testudinata dengan
bentuk tubuh bulat pipih dan umumnya relatif besar, mempunyai cangkang yang
keras terbungkus oleh perisai Perisai sebelah dorsal cembung yang disebut
karapas, dan perisai sebelah datar ventral yang biasanya disebut dengan istilah
plastron (Djarubito, 2000).

2.4. Sistem Sirkulasi Reptil


Sistem sirkulasi pada reptil lebih sempurna daripada amfibi karena
adanya paru-paru fungsional dan ginjal metanefros. Atrium jantung terbagi
sempurna atas ruangan kanan dan kiri, sinus venosus menyatu dengan dinding
atrium kanan, terdapat sekat yang memisahkan ventrikel. Ventrikel pada aligator
dan buaya terbagi secara sempurna menjadi dua kamar. (Sukiya, 2005).

2.5. Sistem Pencernaan Reptil


Sistem pencernaan pada reptil disesuai dengan kebiasaan. Reptil
umumnya herbivora, hanya sedikit yang kamivora. Reptil karnivora kecil
makanan pokoknya serangga dan avertebrata lain, sedangkan karnivora yang
lebih besar, mangsa pokoknya adalah vertebrata lainnya, mulai dari ikan sampai
famili mamalia (Syaiful et al., 2015).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Perkembangan Hewan dilaksanakan di hari Kamis tanggal 07
April 2022 pukul 08.00 sampai 10.00 WIB di Laboratorium Biosistematika
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sriwijaya.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa bak preparat sedangkan
bahan yang digunakan berupa Hemydactilus frenatus.

3.3 Cara Kerja


Diletakkan preparat di atas bak preparat. Diamati preparat secara seksama
dan hati-hati. Digambar lalu diberi keterangan preparat tersebut serta
dideskripsikan.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasilnya
sebagai berikut :
4.1.1 Hemydactilus frenatus
Gambar Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Gekkonidae
Genus :Hemidactylus
Spesies :H. frenatus

Keterangan :
1. Head 6. Tail width
2. Caudal 7. Jaw
width
3. Occulus 8. Body legth
4. Passive
5. Falanges

Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
Hemydactilus frenatus memiliki warna tubuh abu-abu, tetapi ada pula yang
berwarna coklat kehitam-hitaman. Hemiydactylus frenatus jenis cecak yang
bertubuh langsing, berwarna agak gelap dan memiliki ekor silindris serta relatif
pendek. Panjang badan dewasa rataannya 42,6 mm (41 - 45 mm) dan panjang
ekor 29,9 mm (26 - 38,5 mm). Menurut Sandriliana (2020), Cicak (Cosymbotus
platyurus) termasuk kedalam suku Gekkonidae. Hewan ini biasanya memakan
serangga terutama nyamuk di alam dan berhabitat pada tempat-tempat teduh
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa.
Hemydactilus Frenatus bentuk badan pipih ke arah lateral, terdiri atas kepala,

Universitas Sriwijaya
badan dan ekor. Ukuran mata besar dengan pupil vertical, tanpa kelopak mata
atau kelopak mata tidak bisa digerakkan dengan sisik halus dengan tipe granular
atau tuberkel, sisik ventral sikloid atau heksagonal. Fauziah et al. (2017),
berpendapat cicak memiliki panjang total tubuh 43 mm, tubuh berwarna coklat
keputihan, seluruh tubuh bagian punggung memiliki corak warna coklat yang
sejajar dari kepala sampai ke ekor, bagian ventral dan dorsal tubuh dilengkapi
sisik-sisik halus dan memiliki bantalan kaki (Lamela), dengan kepala besar,
mata besar, punggung permukaan kepala halus, tubuh dilengkapi sisik, warna
punggung abuabu, dengan sedikit bintik gelap berbentuk baris melintang .

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan, maka didapatkan
beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Hewan ectothermic seperti reptil, suhu tubuhnya sangat tergantung pada
suhu lingkungan di sekitarnya
2. Telinga reptil terdiri dari membrane timpani dan pada telinga tengah terdapat
tulang kolumela.
3. Reptilia tidak memiliki telinga eksternal dan rambut maupun bulu.
4. Centrochelys sulcata memiliki pelindung berupa tempurung yang terdiri dari
karapas (bagian punggung) dan plastron (bagian perut).
5. Besarnya tubuh betina dibandingkan jantan dikarenakan proses adaptasi
untuk menyimpan telur.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Ari, W.F., Harianto, S. P dan Nurcahyani, N. 2016. Keanekaragaman Reptil di


Repong Damar Pekon Pahmungan Pesisir Barat. Jurnal Syiva Lestari.
4(1) : 51-60.
Burhanuddin, A. I. 2018. Vertebrata Laut. Sleman : Deepublish.
Djarubito, B. 2000. Zoologi Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Explotasia, I., Haryono, M., dan Pramono, H. 2019. Panduan IdentifikasiJenis
satwa Liar Dilindungi Herpetofauna. Jakarta: LIPI.
Fauziah, D. Eprilurahman R., Jayanto H., Wiryawan F, I. 2016.
Keanekaragaman Jenis Kadal dan Ular (Squamata: Reptilia) di
Sepanjang Sungai Code, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Hayati . 1 (1): 31−38.
Gulimova, V., Proshchina, A., Kharlamova, A., Krivova, Y., Barabanov, V.,
Berdiev, R., ... & Saveliev, S. (2019). Reptiles in space missions: Results
and perspectives. International Journal of Molecular Sciences, 20(12),
3019.
Iskandar, D. T. 2000. Kura-Kura dan Buaya Indoneseia dan Papua Nugini.
Bandung: PAL Media Citra.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Kusrini, M. D. 2009. Pedoman Penelitian dan Survei Reptil di Alam. Bogor:
Fakultas Kehutanan Bogor.
Margareta, R. 2012. Persebaran dan Keanekaragaman Herpetofauna Dalam
Mendukung Konservasi Keanekaragaman Hayati di Kampus Sekaran
Universitas Negeri Semarang. Indonesian Journal of Conservation. 1(1) :
1-10.
Mistar, K., Handayani, S., Siregar, A. J., dan Frediksson, G. 2017. Buku
Panduan Lapang Amfibi & Reptil Kawasan Hutan Batang Toru. Medan:
Herpetologer Mania Publishing.
Petrus, A. 2015. Keragaman Jenis Kadal Sub Ordo Sauria pada Tiga Tipe Hutan
di Kecamatan Sungai Ambawang. Jurnal Protobiont. 4(1) : 108-114.
Sandriliana, I. G. 2020. Migrasi Hemidactylus platyurus (Squamata:
Gekkonidae) Di Indonesia. Jurnal Fauna Tropika. 27 (1) : 87-96.
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Syaiful, A., Nurdjali, B dan Siahaan, S. 2015. Keanekaragaman Jenis Reptil
Ordo Squamata Dikawasan Hutan Lindung Gunung Semahung Desa
Sebatih Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. Jurnal Hutan
Lestari. 3(1) : 30-34.

Universitas Sriwijaya
Widiya, M., Reny, D. R dan Yuli, F. 2020. Bioteknologi, Morfometrik, dan
Persepsi Pengetahuan Masyarakat Terhadap Kura-Kuradi Danau Aur.
Semarang : Ahlimedia Book.
LAMPIRAN

Hemydactilus frenatus

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023).

Universitas Sriwijaya
Cek Plagiarisme

Jurnal Internasional

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai