Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
Semester III | Tahun Ajaran 2022/2023

Asisten Penanggung Jawab


Zahwa Nilan, S.Farm

Praktikan
Kelompok C4

1. Lailatul Taqbi Rahmatya (10060320027)


2. Yunita Putri (10060321089)
3. Sarah (10060321090)
4. Sulistia Rahmawati (10060321092)
5. Irma Darmawati (10060321093)
6. Syahla Mutiara (10060332094)

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika


Program Studi Farmasi – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Islam Bandung
1445H / 2023M
MODUL 10
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

I. PRINSIP PERCOBAAN
I.1 Prinsip kerja viskometer hoppler (bola jatuh) yaitu melihat berapa lama
waktu yang dibutuhkan bola untuk jatuh dari bagian bawah ke bagian atas
setelah dibalik. Jika bola butuh beberapa saat untuk berbalik. Maka larutan
tersebut termasuk kental dengan viskositas yang tinggi. Jika bola langsung
jatuh (seperti pada larutan air) maka tingkat viskositas larutan tersebut
rendah dengan viskositas yang sama rendahnya.
I.2 Prinsip kerja viskometer Brookfield yaitu mengukur torsi yang diperlukan
oleh spindel yang direndam dalam fluida untuk memutar. Spindel
digerakkan menggunakan motor melalui pegas yang dikalibrasi. Defleksi
dari pegas tersebut akan ditunjukkan oleh pointer dan tampilan digital.

II. TUJUAN PERCOBAAN


II.1 Menerangkan arti viskositas dan rheologi.
II.2 Membedakan cairan Newton dan cairan Non-Newton.
II.3 Mengunakan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi.
II.4 Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan Non-Newton.
II.5 Menerangkan pengaruh BJ terhadap viskositas larutan.

III. PROSEDUR KERJA


3.1 Viskometer Hoppler (Bola jatuh)

Tabung yang ada didalam alat diisi dengan cairan yang akan diukur
viskositasnya sampai hampir peuh. Bola yang sesuai dimasukkan.

Tabung ditambahkan cairan sampai penuh dan ditutup sedemikian rupa,


sehingga tidak terdapat gelembung udara didalam tabung.

Apabila bola sudah turun melampaui garis awal, kembalikan bola ke
posisi semula dengan cara memutar tabung 360°.

Waktu temph bola melalui tabung mulai dari garis m1 sampai m2 dicatat
dalam detik.

Menggunakan piknometer ditentukan bobot jenis (BJ) cairan.


Menggunakan rumus yang sesuai dihitung viskositas cairan.


Pengaruh BJ terhadap viskositas larutan dijelaskan.


Waktu pengukuran yang terbaik adalah minimum 30 detik dan


maksimum 500 detik. Oleh karena itu perlu dilakuan bola yang cocok
terlebih dahulu.

3.2 Viskometer Brookfield

Pada gantungan spindle dipasang spindle.


Kedalam cairan yang akan diukur viskositasnya diturunkan sedemikian


rupa sehingga batas spindle tercelup.

Stop kontak dipasangkan.


Sambil ditekan tombol dihidupkan motor.


Spindle dibiarkan berputar dan dicatat angka viskositas yang tertera


pada alat.

Dengan diubah-ubah rpm, akan diperoleh viskositas cairan pada


berbagai rpm.

Antara rpm dan viskositas dibuat grafik, kemudian ditentukan tipe aliran
dari masing-masing zat.

Pengaruh BJ dijelaskan terhadap viskositas larutan.

IV. EVALUASI DAN DATA PENGAMATAN


IV.1 Viskometer Hoppler (Bola Jatuh)
Waktu Tempuh Bola Jatuh (detik)
Jenis Cairan
Bola 1 Bola 2 Bola 3 Bola 4 Bola 5 Bola 6

Gliserin >500 >500 >500 122 8 1,35


Propilenglikol >500 >500 26,37 4,48 0,61 0,025
Sirupus Simplex 55,15 >500 8,97 2,32 0,49 0,17

 BJ Cairan
W 3−W 1
BJ=
W 2−W 1
Keterangan: W 1 = Berat piknometer kosong
W 2 = Berat piknometer air
W 3 = Berat piknometer cairan uji

W 3−W 1
- Gliserin = BJ= =
W 2−W 1
24,88 gr −12,30 gr 12,58 gr
= =1,2496 gram
22,37 gr −12,30 gr 10,07 gr
W 3−W 1
- Propilenglikol= BJ= =
W 2−W 1
23,52 gr −12,30 gr 11,22 gr
= =1,1142 gram
22,37 gr −12,30 gr 10,07 gr
W 3−W 1
- Sir Simplex = BJ= =
W 2−W 1
24,21 gr −12,30 gr 11,91 gr
= =1,1827 gram
22,37 gr −12,30 gr 10,07 gr
 Viskositas Cairan
η=t ( Sb −S f ) B
Ket : η = Viskositas (posse)
T = Waktu interval dalam detik
Sb = Gravitasi jenis dari bola
Sb = Gravitasi jenis dari cairan
B = Kontantas untuk bola tertentu
a. Gliserin
η=t ( Sb −S f ) B = 122 (8,1270 – 1,2493) 0,498
= 122 x 6,877 x 0,498
= 417,861 poise
b. Propilenglikol
η=t ( Sb −S f ) B = 26,37 (8,1279 – 1,1142) 0,0934
= 26,37 x 7,0137 x 0,0934
= 17,274 poise
c. Sirupus Simplex
η=t ( Sb −S f ) B = 55,15 (2,2197 – 1,1827) 0,01046
= 55,15 x 1,037 x 0,01046
= 0,598 poise
Viskositas
Cairan Newton BJ (g/mL)
(posse)
Gliserin 1,25 417,861
Propilenglikol 1,11 17,274
Sirupus Simplex 1,18 0,598

IV.2 Viskometer Brookfield


IV.2.1 Penentuan Viskositas Cairan
a. Gliserin
Spindel

RPM 61 62 63 64

Viskositas % Viskositas % Viskositas % Viskositas %

10 352,0 5,5 480 1,5 768,0 0,6 3200 0,5


30 369,1 17,3 352 1,1 469,3 1,1 1280 0,6
50 355,8 27,8 307,2 4,8 384,0 1,5 768,0 0,6
60 357,3 33,5 320,0 6,0 384,0 1,8 640,0 0,6
100 359,7 56,2 326,4 10,2 371,2 2,9 512,0 0,8
60 366,9 34,4 335,0 6,3 405,3 1,9 640,0 0,6
50 377,6 26,5 345,6 5,4 409,6 1,6 768,0 0,6
30 377,6 17,7 339,2 5,3 469,3 1,1 853,3 0,4
10 300,8 4,7 352,0 1,1 640,0 0,5 2560 0,4

b. CMC-Na
Spindel

RPM 61 62 63 64

Viskositas % Viskositas % Viskositas % Viskositas %

10 243,2 3,8 896,0 2,8 1024 0,8 2560 0,4


30 241,1 11,3 469,3 4,4 512,0 1,2 1280 0,6
50 208,6 16,3 332,8 6,2 409,6 1,6 1024 0,8
60 259,2 24,3 293,3 5,5 362,7 1,7 853,3 0,8
100 530,6 81,9 262,4 8,2 294,4 2,3 576,0 0,9
60 503,6 54,7 277,3 5,2 341,3 1,6 853,3 0,8
50 622,1 48,6 262,4 4,1 358,4 1,5 896,0 0,7
30 699,7 32,8 266,7 2,5 426,7 1,0 1280 0,6
10 704,0 11,0 352,0 1,1 640,0 0,5 3200 0,5
c. PGA
Spindel

RPM 61 62 63 64

Viskositas % Viskositas % Viskositas % Viskositas %

10 64,0 1,0 160,0 0,5 512,0 0,4 1280 0,2


30 23,5 1,1 42,7 0,4 0,00 0,4 640,0 0,3
50 16,6 1,3 32,0 0,5 0,00 0,3 384,0 0,3
60 17,1 1,1 26,7 0,5 0,00 0,5 426,7 0,4
100 12,8 1,8 19,2 0,6 0,00 0,2 192,0 0,3
60 12,8 0,7 21,3 0,4 0,00 0,4 320,0 0,3
50 14,1 1,1 25,6 0,4 76,8 0,3 384,0 0,3
30 14,9 0,7 32,0 0,2 128,0 0,3 640,0 0,3
10 44,8 0,6 00,0 0,0 384,0 0,3 1280 0,2

IV.2.2 Perhitungan BJ Cairan


W 3−W 1
Rumus BJ =
W 2−W 1
Keterangan: W1 = berat piknometer kosong
W2 = berat piknometer berisi air
W3 = berat piknometer berisi cairan uji

W 3−W 1
a. BJ Gliserin =
W 2−W 1
24,88−12,30
=
22,37−12,30
12,58
=
10,07
g
= 1,25
ml

W 3−W 1
b. BJ CMC-Na =
W 2−W 1
22,53−12,30
=
22,37−12,30
10,23
=
10,07
g
= 1,02
ml
W 3−W 1
c. BJ PGA =
W 2−W 1
22,68−12,30
=
22,37−12,30
10,38
=
10,07
g
= 1,03
ml

IV.2.3 Penentuan Usaha (W) Cairan


a. Gliserin

RPM η W (joule) = η × 7,187

10 243,2 2529,824
30 369,1 2652,7217
50 355,8 2557,91346
60 357,3 2567,9151
100 359,7 2985,1639
60 366,9 2636,9103
50 377,6 2713,8112
30 377,6 2713,8112
10 300,8 2161,8496
Grafik Usaha (W) Cairan Gliserin

3500
3000

Usaha (W) 2500


2000
1500
1000
500
0
0 20 40 60 80 100 120

RPM

Keterangan: Kurva naik berhimpit dengan kurva turun sehinga sifat


aliran tidak dipengaruhi oleh waktu.
b. CMC-Na

RPM η W (joule) = η × 7,187

10 243,2 1747,8784
30 241,1 1732,7857
50 208,6 1499,2082
60 259,2 1862,8704
100 530,5 3813,4222
60 503,5 3618,6445
50 622,1 4471,0327
30 699,7 5028,7439
10 704,0 5059,648
Grafik Usaha (W) Cairan CMC-Na

6000

5000

Usaha (W) 4000

3000

2000

1000

0
0 20 40 60 80 100 120

RPM

Keterangan: Kurva naik tidak berhimpit dengan kurva turun sehingga


sifat aliran dipengaruhi oleh waktu.

c. PGA

RPM η W (joule) = η × 7,187

10 64,0 459,968
30 23,5 168,8945
50 16,6 119,3042
60 17,1 122,8977
100 12,8 91,9936
60 12,8 91,9936
50 14,1 101,3367
30 14,9 107,0863
10 44,8 321,9776
Grafik Usaha (W) Cairan PGA

500
450
400
Usaha (W 350
300
250
200
150
100
50
0
0 20 40 60 80 100 120

RPM

Keterangan: Kurva naik berhimpit dengan kurva turun sehinga sifat


aliran tidak dipengaruhi oleh waktu.

V. PEMBAHASAN
V.1 Viskometer Hoppler (Bola Jatuh)
Viskometer hoppler (bola jatuh) prinsip kerjanya, yaitu mengukur kecepatan
bola jatuh melalui zat cair dalm tabung pada suhu tetap. Untuk melakukan
percobaan viskometer hoopler ini menggunakan larutan gliserin, propilengiligol
(PPG) dan sirupus simpleks (65%) yang tujuannya untuk membandingan nilai
viskositasnya. Viskometer yan digunakan yaitu viskometer cairan yang sesuai
dengan hukum Newton yang dimana cairan yang keadaan viskositasnya tetap
pada suhu dan pada tekanan tertentu dan tidak bergantung pada kecepatan geser.
Oleh karena itu, larutan gliserin, propilenglikol (PPG) dan sirupus simplek ini
yang digunakan karena sesuai dengan hukum Newton. Pada viskometer bola
jatuh ini tabung dipasang miring agar kecepatan bola jatuhnya akan berkurang
sehingga pada saat pengukuran akan menghasilkan nilai yang lebih akuran
(Atuti, 2007).
Pada percobaan kali ini yaitu viskometer hoppler (bola jatuh) dimana
menggunakan 6 buah bola dengan berat dan diameter yang berbeda-beda yang
dijatuhkan dalam suatu tabung gelas yang hampir vertikal, dimana hal ini
dilakukan untuk mengetahui perbedaan kecepatan pada bola terhadap
diameternya, yang dimana diameter pada bola ternyata dapat berpengaruh pada
kecepatan yaitu semakin besar diameter bola maka akan semakin lambat bola
jatuh pada tabung dan semakin kecil diameter bola semakin cepat pula bola itu
jatuh. Bola yang dimasukkan kedalam tabung yang sudah diisi dengan cairan
viskositas dengan temperatur yang konstan, yaitu ada gliserin, propilenglikol,
gliserin dan siripus simpleks dan ditutup agar tidak ada gelembung didalam
tabung karena ini akan mempengaruhi bola untuk berpindah (Martin, 1993).
Digunakannya viskometer ini karena cairan yang akan dihitung viskositasnya
merupakan cairan yang termasuk kedalam cairan newton. Menurut (Astuti,
2007), cairan newton merupakan cairan yang mengikuti viskositasnya tetap
pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak bergantung pada kecepatan geser.
Selain itu, viskometer ini baik digunakan untuk mengukur cairan yang
mempunyai viskositas tinggi atau sukar diukur dengan viskometer kapiler.
Viskositas suatu cairan Newton ini bisa dihitung menggunakan rumus ŋ = t (Sb-
Sf)B dimana ŋ adalah viskositas, t adalah waktu interval dalam satuan detik, Sb
adalah gravitasi jenis bola, Sf adalah gravitasi jenis cairan dan B adalah
konstanta bola untuk bola tertentu. Untuk mendapatkan hasil yang tebaik yang
harus digunakan bola yaitu yang menghasilkan waktu (t) berada diantara 30-500
detik. Jika bola sudah turun dan melewati garis awal, kembalikan bola ke poisis
semula dengan cara memutar tabung 360 derajat. Hal ini dilakukan agar pada
saat bola berada digaris atas tepat awal pengukuran waktu bola sudah berada
diposisi yang tepat dan dengan kecepatan yang tetap. Lalu waktu yang ditempuh
ini dicacat dimulai dari garis m1 hingga m3 dalam detik. Kemudian dihitung BJ
dari masing-masing cairan yang akan dihitung mengunakan piknometer.
Perhitungan menggunakan piknometer ini untukmenghitung viskositasnya.
Setelah itu dihitung viskositas masing- masing larutan. Dari hasil percobaan ini
didapatkan data Bj dari gliserin 1,2493 gr/ml, propilenglikol (PPG) 1,1142 gr/ml
dan sirupus simplek 1,1827 gr/ml dan didapakan juga hasil perhitungan
viskositasnya, yaitu gliserin 417,867 poise, propilenglikol 17,1129 poise dan
sirupus simplek 0,5981 poise.
Pada percobaan bidang cairan paling atas bergerak dengan suatu kecepatan
konstan, maka setiap lapisan dibawahnya akan bergerak dengan suatu kecepatan
yang berbanding lurus dengan jarak dari lapisan dasar yang diam. Perbedaan
kecepatan antara 3 bidang cairan dipisahkan oleh suatu jarak yang kecil sekali
adalah perbedaan kecepatan atau biasa disebut dengan “rate of shear”. Gaya per
satuan luas diperlukan untuk menyebabkan aliran (shearing stress). Semakin
besar viskositas suatu cairan, maka akan semakin besar pula gaya per satuan
luas yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu. Oleh
karena itu, rate of shear harus berbanding lurus dengan shearing stress dimana ŋ
adalah koefisien viskositas, biasanya dinyatakan hanya sebagai viskositas saja.
Satuan viskositas adalah poise dinyatakan sebagai shearing stress yang
dibutuhkan.
Seperti hasil pengamatan yang sudah dilakukan berat jenis dari yang
tertinggi ke yang terandah, yaitu gliserin, sirupus simplek dan propilenglikol
(PPG) sedangkan untuk nilai viskositas dari yang tertinggi ke yang terendah itu,
yaitu gliserin, propilenglikol (PPG) dan siripus simpleks hal ini sesuai dengan
literatur yang dimana viskositas larutan Newton ini juga menunujukan viskositas
suatu cairan semaki besar jika konsetrasi larutannya juga semakin besar, maka
hal ini sesuai dengan literatur yang dimana dijelaskan bahwa viskositas zat akn
dipengaruhi besar kecilnya konsentrasi (Astuti, 2007). Tetapi, terdapat faktor
yang lain juga, yaitu kekentalan pada suat zat cair karena ini mempengaruhi
mengalirnya suatu benda (wti).
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari
aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Tujuan dari percobaan ini untuk
mengetahui arti viskositas dan rheology (Dudgale, 1986). tertentu. Oleh karena
itu, rate of shear harus berbanding lurus dengan shearing stress dimana ŋ adalah
koefisien viskositas, biasanya dinyatakan hanya sebagai viskositas saja. Satuan
viskositas adalah poise dinyatakan sebagai shearing stress yang dibutuhkan.
Seperti hasil pengamatan yang sudah dilakukan berat jenis dari yang tertinggi ke
yang terandah, yaitu gliserin, sirupus simplek dan propilenglikol (PPG)
sedangkan untuk nilai viskositas dari yang tertinggi ke yang terendah itu, yaitu
gliserin, propilenglikol (PPG) dan siripus simpleks hal ini sesuai dengan literatur
yang dimana viskositas larutan Newton ini juga menunujukan viskositas suatu
cairan semaki besar jika konsetrasi larutannya juga semakin besar, maka hal ini
sesuai dengan literatur yang dimana dijelaskan bahwa viskositas zat akn
dipengaruhi besar kecilnya konsentrasi (Astuti, 2007).. Tetapi, terdapat faktor
yang lain juga, yaitu kekentalan pada suat zat cair karena ini mempengaruhi
mengalirnya suatu benda (Alfred, 2008).
V.2 Viskometer Brookfield
Setelah dilakukan percobaan viskometer bola jatuh, dilakukan percobaan
viskometer Brookfield yang dimana menurut Martin pada tahun 1993
viskometer brookfiled merupakan jenis viskometer putar (rotasi) yang terdapat
dalam berbagai model berdasarkan rentang viskositasnya yaitu model: LV, RV,
HA, dan HB. Yang digunakan pada praktikum ini adalah viskometer LV.
Viskometer ini digunakan karena berfungsi mengukur tenaga putaran yang
diperlukan untuk memutarkan (spindle) yang dicelupkan dalam cairan. Prinsip
kerja dari viskometer Brookfield ini adalah Semakin kuat putaran semakin tinggi
viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar (FI Ed IV, 1995).
Pada percobaan kali ini, digunakan cairan gliserin, CMC Na 1% dan PGA
10% sebagai cairan yang akan diuji kekentalannya. Pengukuran dengan
viskometer ini menggunakan spindel dengan rpm yang berbeda yaitu 10, 30, 50 ,
60 dan 100 rpm yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan rpm
terhadap viskositas. Setelah kita mengetahui nilai viskositas dari setiap rpmnya,
hal yang dapat kita lakukan adalah menentukan usaha yang dapat dicari dengan
rumus W=η x 7,187 dan dibuat tabel antara rpm, viskositas dan usaha yang
didapat. Setelah itu, kita dapat membuat grafik antara rpm dengan usaha.
Dari data pengamatan, dapat kita ketahui bahwa usaha yang didapat dari
cairan uji gliserin dalam rpm 10, 30, 50, 60, 100, 60, 50, 30, 10 berturut-turut
adalah didapat hasil 2529,824 dyne/ cm; 2652,7217 dyne/ cm: 2557,1346 dyne/
cm: 2567,9151 dyne/ cm; 2985,1639 dyne/cm; 2636,9103 dyne/ cm; 2713,8112
dyne/ cm; 2713,8112 dyne/ cm; dan 2161,8496 dyne/ cm. Sedangkan pada
cairan uji CMC Na 1% didapat hasil 1747,8784 dyne/ cm; 1732,7857 dyne/ cm;
1499,2082 dyne/ cm; 1862,8704 dyne/ cm; 3813,4222 dyne/cm; 3618,6545
dyne/ cm; 4471,0327 dyne/ cm: 5028,7439 dyne/ cm, dan 5059,648 dyne/ em.
Dan pada cairan uji PGA 10% didapat hasil 459,968 dyne/cm: 168,8945 dyne/
cm: 119,3042 dyne/ cm; 122,8977 dyne/ cm; 91,9936 dyne/ cm: 91,9936 dyne/
cm; 101,3367 dyne/ cm; 107,0863 dyne/ cm; dan 321,9776 dyne/ cm.
Dari data yang diperoleh yaitu setiap sampel memiliki hasil yang berbeda-
beda. Hal ini disebabkan karena jika semakin besar spindel dan semakin besar
viskositas maka akan semakin sulit dilakukan pendeteksian viskositas
menggunakan spindel. Dengan mengetahui viskositas dari masing-masing
sampel dapat diketahui bahwa viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang
tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang
terlarut pada setiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut,
gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
Setiap bertambahnya konsentrasi semakin bertambahnya viskositas sehingga
grafik yang ditunjukan adalah kenaikan dari setiap bertambahnya konsentrasi.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari percobaan, secara keseluruhan
gliserin memiliki nilai viskositas tertinggi dibandingkan PGA dan CMC Na. Hal
tersebut sesuai dengan literatur, dimana gliserin yang memiliki viskositas paling
besar karena semakin besar BJ maka semakin besar pula viskositasnya. Dimana
pada saat dilakukan penimbangan gliserin memiliki BJ paling besar
dibandingkan kedua larutan tersebut. Gliserin memiliki BJ sebesar 1,25 g/mL.
PGA memiliki BJ sebesar 1,03 g/mL dan CMC Na memiliki BJ sebesar 1,02
g/mL. Persamaan hasil dapat terjadi dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi selama berlangsungnya percobaan.
Dari percobaan diketahui bahwa PGA adalah aliran plastis yang tidak
dipengaruhi waktu pada grafik hasil percobaan menunjukan kurva naik
berhimpit dengan kurva turun, karena dalam aliran ini apabila viskositasnya naik
maka konsentrasinya pun meningkat. Cairan gliserin tidak memiki sifat aliran
karena gliserin merupakan aliran newton. Pada percobaan ini CMC Na memiliki
sifat aliran dilatan tetapi seharusnya CMC memiliki karakteristik cairan non-
newton yang di pengaruhi oleh waktu dan memiliki viskositas tidak konstan
serta memiliki bentuk kurva naik tidak berhimpit dengan kurva turun. Aliran non
newton dipengaruhi waktu yang dimaksud adalah Thiksitropik (Alfred Martin,
2008).
Hubungan BJ dengan viskositas adalah semakin besar BJ maka akan
semakin besar viskositas suatu cairan. Pada percobaan dengan viskometer
Brookfield, selain BJ, spindel dan rpm yang digunakan juga mempengaruhi nilai
viskositas. Hubungannya dilakukan percobaan ini dengan farmasi yaitu untuk
mengetahui viskositas suatu cairan karena viskositas dapat mempengaruhi laju
absorbsi obat dalam tubuh. Selain itu Viskositas dan rheologi sangat banyak
manfaatnya dalam dunia kefarmasian. Rheologi dalam sediaan farmasi berguna
untuk menentukan produk sediaan farmasi. Alat-alat yang digunakan dalam
menentukan viskositas dan rheologi terbagi atas 2 jenis yaitu: viskositas satu
titik dan banyak titik (Alfred Martin, 2008).
Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut (Bird,
1987):
a. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas
gas tidak dipengaruhioleh tekanan.

b. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas
naik dengan naiknyasuhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-
molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga
gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikianviskositas cairan
akan turun dengan kenaikan temperatur.
c. Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan
tambahan seperti bahansuspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak
ataupun gliserin adanya penambahan airakan menyebabkan viskositas akan
turun karena gliserin maupun minyak akan semakinencer, waktu alirnya
semakin cepat.
d. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran
alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya
tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
e. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
f. Kekuatan antar molekul Viskositas air naik dengan adanya ikatan
hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya naik
pada keadaan yang sama.
g.
VI. KESIMPULAN
VI.1 Viskositas yaitu ukuran tahanan atau resistensi dari suatu cairan untuk
mengalir. Rheology adalah ilmu yang mempelajari sifat aliran zat cair atau
deformasi zat padat.
VI.2 Cairan newton merupakan tipe cairan yang mengikuti hukum newton,
dimana nilai shearing stress sebanding dengan nilai rate of shear (kecepatan
geser) sehingga viskositas cairan newton bernilai tetap atau konstan pada
suhu dan tekanan tertentu serta tidak bergantung pada kecepatan geser.
Sedangkan cairan non-newton adalah cairan yang tidak mengikuti hukum
Newton, dimana nilai shearing stress berbanding terbalik dengan nilai rate
of shear (kecepatan geser) sehingga viskositas cairan newton tidak konstan
dan bergantung pada kecepatan geser. Cairan non-newton ini memiliki
kekhasan yaitu memiliki sifat aliran (rheogram) sedangkan cairan newton
tidak memiliki sifat aliran (rheogram).
VI.3 Viskometer bola jatuh digunakan untuk menentukan viskositas cairan
newton dan viscometer rotasi tipe Brookfield digunakan untuk menentukan
viskositas dan sifat aliran cairan non-newton.
VI.4 Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh yaitu semakin besar nomor
spindel maka akan semakin kecil bentuk spindelnya. Pada spindel nomor 61
untuk cairan yang viskositasnya lebih rendah sedangkan pada spindel
dengan nomor yang lebih besar untuk cairan yang viskositasnya lebih tinggi.
VI.5 Semakin besar BJ maka viskositas suatu cairan semakin besar. Pada
percobaan didapatkan hasil viskositas cairan gliserin sebesar 417,861 poise,
propilen glikol 17,274 poise, dan sirupus simplex 0,598 poise.

DAFTAR PUSTAKA

Alfred, John dan James Julian M. (2008). Belajar Kepribadian. The Accelerated
Learning for Personality. Yogyakarta.
Bird, T. (1987). Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta. Gramedia.
Depkes RI., (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta :Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dudgale. (1986). Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. (1993). Farmasi Fisik 2. Edisi III.
Jakarta: UI Press. Pp. 940-1010, 1162, 1163, 1170.
Martin, A., Swarbrick, J. & Cammarata, A., (2008), Farmasi Fisik, Edisi Ketiga.
Jakarta:Penerbit UI Press.

Anda mungkin juga menyukai