lb
semen dalam satuan 100 ft 2 . Metode pengukuran viskositas dan yield point
dengan alat ini disebut metode ‘2 titik’.
p C 600 C 300
Yp C 300 p
dimana:
μp = plastic viscosity, cp
lb
Yp = yield point, 100 ft 2
C 600 = dial reading pada 600 rpm
Keterangan:
1. Skala
2. BOB dan Rotor
3. Motor
4. Speed Control Selection
Gambar 4.2. Viscometer Fann Vg
(Laboratorium Analisa Semen Pemboran)
Yp C 300 p
dimana:
μp = plastic viscosity, cp
lb
Yp = yield point, 100 ft 2
C 600 = dial reading pada 600 rpm
C 300 = dial reading pada 300 rpm
4.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
4.5.1. Hasil Percobaan
Tabel IV-1.
Tabulasi Hasil Pengujian Rheology Suspensi Semen
- Berat bentonite = 8 gr
- BWOC bentonite = 53 %
- % WCR = 46%
- % additive = 2,28 %
46 (53 X 2,28)
= 350
100
= 583,94 ml
- C300 semen = 61 cp
- C600 semen = 97 cp
= (97-61) cp
= 36 cp
= (61 – 36)
= 25 lb/100 ft2
4.6 PEMBAHASAN
Pada Praktikum Analisa Semen Pemboran pertemuan pertama percobaan
kedua yang berjudul pengujian rheology Semen Pemboran. Dimana tujuan dari
pengujian ini adalah untuk menentukan sifat rheology suspensi semen yaitu
Plastic Viscosity dan Yield Point, mengetahui efek penambahan zat additive
terhadap rheology suspensi semen, serta memahami rheology semen semen
pemboran.
Alat yang digunakan pada pengukuran ini adalah mixer untuk mengaduk
campuran air, semen dan bentonite, timbangan untuk menimbang berat semen dan
bentonite yang akan digunakan, gelas ukur untuk mengukur banyaknya air yang
akan digunakan, stop watch untuk menghitung lamanya waktu pengadukan semen
dan viscometer fann VG untuk mengetahui plastic viscosity dan yield point
suspensi semen. Bahan yang digunakan pada pengukuran ini adalah air, semen
kelas A, dan bentonite. Prosedur percobaan untuk menentukan densitas suspensi
semen, pertama menghitung volume air yang akan digunakan setelah mengetahui
volume air yang akan digunakan membuat bubur semen dengan komposisi air
sebanyak 203 ml, semen sebanyak 350 gr, dan tambahkan bentonite sebanyak 8 gr
setelah bubur semen terbentuk untuk mengetahui plastic viscosity dan yield point
suspensi semen isi bejana dengan suspensi semen yang telah disiapkan sampai
batas yang telah ditentukan. Kemudian letakkan bejana pada Fann VG Meter, atur
skala kedudukannya sedemikian rupa sehingga rotor dan bob tercelup ke dalam
semen yang telah ditentukan. Setelah itu, gerakan rotor pada posisi high dan
tempatkan kecepatan rotor pada 600 RPM. Pemutaran terus dilakukan hingga
skala (dial) mencapai keseimbangan. Catat harga yang ditunjukkan skala sebagai
pembacaan pada 600 RPM. Selanjutnya, turunkan kecepatan menjadi 300 RPM
dan cata skala sebagai pembacaan 300 RPM. Hitung besarnya Plastic Viscosity
dan Yield Point dengan rumus. Sehingga didapatkan C600 = 97, C300 = 61 plastic
viscosity = 36 cp, dan yield point = 25 lb/100 ft².
Pada grafik 3.1 antara additive vs plastic viscosity seharusnya terjadi
kenaikan plastic viscosity pada penambahan barite karena barite bertindak sebagai
weighting agent yang dapat menaikan densitas dan menaikan yield point dan
plastic viscosity tapi pada grafik terjadi naik turun hal ini dapat disebabkan karena
human eror atau kinerja alat yang kurang baik, begitupun pada penambahan
bentonite yang seharusnya mengalami penurunan plastic viscosity karena
bentonite merupakan jenis extender yang berfungsi untuk menaikkan volume
suspensi semen, menurunkan yield point dan compresive strengthnya, serta
menaikan viskositas namun juga terjadi naik turun pada grafik yang disebabkan
karena human eror atau kinerja alat yang kurang baik. Pada grafik 3.2 antara
additive vs yield point seharusnya terjadi kenaikan yield point pada penambahan
barite karena barite bertindak sebagai weighting agent yang dapat menaikan
densitas dan menaikan yield point dan plastic viscosity tapi pada grafik terjadi
penurunan pada plug B dan F turun hal ini dapat disebabkan karena human eror
atau kinerja alat yang kurang baik, sedangkan pada penambahan bentonite terjadi
trendline penurunan karena bentonite merupakan jenis extender yang berfungsi
untuk menaikkan volume suspensi semen, menurunkan yield point dan
compresive strengthnya, serta menaikan viskositas, walaupun terjadi kenaikan
pada plug N dan O hal ini di sebabkan karena human eror atau kinerja alat yang
kurang baik.
Aplikasi lapangan pada percobaan ini adalah menhitung hidrolika operasi
penyemenan. Untuk mengetahui seberapa besar kecepatan dan tekanan
pemompaan semen yang harus digunakan. Pada aliran pertama yang melewati
diameter casing adalah aliran turbulensi karena dengan harapan semen dapat
melewati casing tanpa adanya bubur semen yang menempel pada casing tapi
setelah mencapai annulus aliran semen diharapkan menjadi laminar agar semen
mengisi ruang annulus dengan sempurna. Untuk menentukan pola aliran
penyemenan dapat digunakan persamaan reynoult number. Pada persamaan ini
plastic viscosity dan yield point mempunyai pengaruh besaruntuk menentukan
pola aliran yang digunakan untuk proses penyemenan.
4.7 KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan rheology semen didapat hasil :
C300 = 61
C600 = 97
μp = 36 Cp
Yield Point = 25 lb/100 ft2
2. Pada grafik 3.1 antara additive vs plastic viscosity terjadi ketidak stabilan
pada grafik pada penambahan barite maupun bentonite karena disebabkan
karena human eror atau kinerja alat yang kurang baik.
3. Pada grafik 3.2 antara additive vs yield point terjadi ketidak stabilan pada
penambahan barite karena disebabkan karena human eror atau kinerja alat
yang kurang baik, sedangkan pada penambahan bentonite terjadi trendline
penurunan.
4. Penambahan barite dapat menyebabkan peningkatan harga yield point dan
plastic viscosity.
5. Penambahan bentonite dapat menyebabkan penurunan harga yield point
dan harga plastic viscosity.
6. Aplikasi lapangan dari percobaan ini :
PV dan YP dapat menentukan besarnya Nre.
Kecepatan pompa dapat menentukan jenis aliran bubur semen,
apakah laminer, turbulen, transisi atau plug flow.