Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Farmasi Fisika

1440H/20
18

MODUL 5
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Menerangkan arti viskositas dan rheologi.
I.2. Membedakan cairan Newron dan Non-Newton.
I.3. Menggunakan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi.
I.4. Menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan Non-Newton.
I.5. Menerangkan pengaruh BJ terhadap viskositas larutan.

II. PRINSIP PERCOBAAN


2.1 Suatu bola gelas atau bola besi jatuh ke bawah dalam suatu tabung
yang hamper vertikal, mengandung cairan yang diuji pada
temperatur tertentu.
2.2
III. TEORI DASAR

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


IV.1. Viskometer hoppler (Bola Jatuh)
Diisi tabung yang ada di dalam alat dengan cairan yang akan diukur
viskositasnya hampir penuh. Dimasukkan bola yang sesuai. Lalu
ditambahkan cairan sampai tabung penuh dan ditutup sdemikian rupa,
sehingga tidak terdapat gelembung udara di dalam tabung. Apabila
bola sudah turun melampaui garis awal, dikembalikan bola ke posisi
semula dengan cara tabung dipuar 360⁰. Dicatat waktu tempuh bola
melalui tabung mulai dari garis m 1 sampai m3 dalam detik. Ditentukan
bobot jenis (BJ) cairan dengan menggunakan piknometer. Dihitung
viskositas cairan dengan menggunakan rumus yang sesuai. Dijelaskan
pengaruh BJ terhadap viskositas larutan.

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 1 dari 10
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1440H/20
18

IV.2. Viskometer Brookfield


Dipasang spindel pada gantungan spindel. Diturunkan sedemikian
rupa, sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang akan diukur
viskositasnya. Lalu dipasangkan stop kontak dan dihidupkan moto
sambil menekan tombol. Dibiarkan spindel berputar dan dicatat angka
viskositas yang tertera pada alat. Dengan diubahnya rpm, akan
diperoleh viskositas cairan pada berbagai rpm. Dibuat grafik antara
rpm dan viskositas, kemudian ditentukan tipe aliran dari masing-
masing zat. Dijelaskan pengaruh BJ terhadap viskositas larutan.

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


V.1. Viskometer hoppler (Bola Jatuh)
V.1.1. Tabel gliserin
V.1.2. Perhitungan bobot jenis (BJ) dan viskositas bola jatuh pada
gliserin
V.1.3. Tabel PPG
V.1.4. Perhitungan bobot jenis (BJ) dan viskositas bola jatuh pada
PPG
V.1.5. Tabel sirupus simpleks 65%
V.1.6. Perhitungan sirupus simpleks 65%, bobot jenis (BJ) dan
viskositas bola jatuh pada sirupus simpleks 65%
V.1.7. Perhitungan bobot jenis (BJ) pada CMC NA 1% , PGA 10%,
dan PGA 20%.
 Perhitungan bobot jenis (BJ) pada CMC NA 1% :
W1 = 17,833 g
W2 = 29,583 g
W3 = 29,547 g
W 3−W 1 29,547 g−17,833 g 11,714
BJ = = = = 0,996
W 2−W 1 29,583 g−17,833 g 11,75
 Perhitungan bobot jenis (BJ) pada PGA 10% :

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 2 dari 10
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1440H/20
18

W1 = 17,833 g
W2 = 29,583 g
W3 = 29,878 g
W 3−W 1 29,878 g−17,833 g 12,045
BJ = = = = 1,025
W 2−W 1 29,583 g−17,833 g 11,75
 Perhitungan bobot jenis (BJ) pada PGA 20% :
W1 = 17,833 g
W2 = 29,583 g
W3 = 30,247 g
W 3−W 1 30,247 g−17,833 g 12,414
BJ = = = = 1,056
W 2−W 1 29,583 g−17,833 g 11,75
V.2. Viskometer Brookfield
V.2.1. Perhitungan Gliserin, CMC NA 1%, PGA 10%, dan PGA 20%.
1
 Perhitungan CMC NA 1% : × 500 mL = 5 gram
100
10
 Perhitungan PGA 10% : × 500 mL = 50 gram
100
20
 Perhitungan PGA 20% : : × 500 mL = 100 gram
100

V.2.2. Tabel Gliserin


Tabel Gliserin

Spindel rpm Titik normal rpm Titik balik


mpas % mpas %
10 151,8 25,3% 100 EEEE EEEE
30 EEEE EEEE 60 EEEE EEEE
60 EEEE EEEE 30 EEEE EEEE
61 100 EEEE EEEE 10 154,2 25,7%
10 ---- -2,9% 100 220,2 73,4%
30 145 14,5% 60 190,5 38,2%
60 187 37,4% 30 156 15,6%
62 100 220,2 73,4% 10 ---- -2,6%
10 ----- -4,7% 100 151 12,6%
30 ---- -1,8% 60 62 3,1%
60 58 2,9% 30 ---- -1,4%
63 100 151 12,6% 10 ----- -4,2%

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 3 dari 10
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1440H/20
18

10 ----- -5,3% 100 ---- -2,0%


30 ----- -3,5% 60 ----- -2,5%
60 ----- -3,3% 30 ----- -3,7%
64 100 ---- -2,0% 10 ----- -5,4%

gliserin
62
300
250
200
mpas

150
100
50
0
10 30 60 100
rpm

V.2.3. Tabel CMC NA 1%


Tabel CMC NA 1%

Spinde rp Titik normal rp Titik balik


mpas % mpas %
l m m
10 EEEE EEEE 100 EEEE EEEE
% E %
30 EEEE EEEE 60 EEEE EEEE
61
E % E %
60 EEEE EEEE 30 EEEE EEEE
E % E %
100 EEEE EEEE 10 EEEE EEEE
E % E %
10 830 31,0% 100 EEEE EEEE
E %
30 885 88,5% 60 EEEE EEEE
62
E %
60 EEEE EEEE 30 880 88,0%
E %
100 EEEE EEEE 10 774 25,8%

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 4 dari 10
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1440H/20
18

E %
10 130 1,1% 100 692 57,7%
30 812 20,3% 60 816 40,8%
60 740 37,0% 30 908 22,7%
63 100 692 57,7% 10 250 2,1%
10 ----- -3,2% 100 762 12,7%
30 540 2,7% 60 600 6,0%
60 570 5,7% 30 500 2,5%
64 100 762 12,7% 10 ----- -3,4%

CMC Na 1%
63
900
800
700
600
500
mpas

400
300
200
100
0
10 30 60 100
rpm

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 5 dari 10
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1440H/20
18

CMC Na 1%
64
1000
800
600

mpas
400
200
0
10 30 60 100
rpm

V.2.4. Tabel PGA 10%


Tabel PGA 10%

Spindel rpm Titik normal rpm Titik balik


mpas % mpas %
10 ----- -7,3% 100 2,88 4,8%
30 ----- -5,8% 60 ----- EEEE%
60 ----- -4,0% 30 ----- -5,5%
61 100 2,88-- 4,8% 10 ----- -8,3%
--
10 ---- -8,4% 100 ----- -5,5%
30 ----- -7,0% 60 ----- -6,6%
60 ----- -7,4% 30 ---- -6,8%
62 100 ----- -5,5% 10 ---- -8,3%
10 ----- -5,3% 100 ---- -6,4%
30 ---- -4,4% 60 ---- -5,8%
60 ---- -4,8% 30 ----- -5,2%
63 100 ---- -6,4% 10 ----- -6,4%
10 ----- -5,6% 100 ---- -5,3%
30 ----- -3,9% 60 ----- -6,1%
60 ----- -5,1% 30 ----- -4,0%
64 100 ---- -5,3% 10 ----- -5,1%

V.2.5. Tabel PGA 20%


Tabel PGA 20%

Spinde rpm Titik normal rpm Titik balik


mpas % mpas %
l
10 ----- -5,1% 100 15,54 25,9%
30 ----- -1,8% 60 9,6 9,6%

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 6 dari 10
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1440H/20
18

60 6,5 6,5% 30 ----- -1,3%


100 15,54 25,9% 10 ----- -6,5%
61
10 ---- -3,7% 100 ----- -2,2%
30 ---- -2,3% 60 ----- -4,5%
60 ----- -3,5% 30 ---- -3,1%
62 100 ----- -2,2% 10 ---- -4,6%
10 ----- -7,2% 100 ---- -7,0%
30 ---- -5,1% 60 ---- -5,6%
60 ---- -6,7% 30 ---- -4,8%
63 100 ---- -7,0% 10 ----- -6,7%
10 ----- -5,8% 100 ----- -5,2%
30 ----- -4,1% 60 ----- -5,0%
60 ----- -5,3% 30 ----- -5,1%
64 100 ----- -5,2% 10 ----- -5,8%

VI. PEMBAHASAN
6.1 Viskometer Hoppler (Bola Jatuh)
Pada percobaan kali ini ditentukan viskositas mutlak dari cairan
Newton; Gliserin, Propilenglikol, dan Sirupus Simpleks (65%).
Viskometer Hoppler digunakan untuk cairan yang mengikuti hukum
Newton, yaitu viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan
tidak bergantung pada kecepatan geser. Hal yang pertama dilakukan
adalah mengisi tabung yang ada didalam alat dengan cairan yang akan
diukur viskositasnya sampai hampir penuh. Setelah itu dimasukkan
bola yang sesuai, mulai dari bola yang terkecil sampai yang terbesar.
Digunakan ukuran bola yang berbeda karena untuk dapat mengetahui
viskositas cairan. Setelah itu dimasukkan kembali cairan sampai
tabung penuh, lalu ditutup sampai tidak terdapat gelembung udara di
dalam tabung. Adanya gelembung udara akan mempengaruhi
pergerakan bola yang nantinya akan berpengaruh juga terhadap
perhitungan waktu.
Apabila bola sudah turun melampaui garis awal, kembalikan bola
ke posisi semula dengan cara memutar tabung 360 o. Agar pada saat

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 7 dari 10
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
1440H/20
18

bola berada digaris atas tepat awal pengukuran waktu, bola sudah
berada pada posisi yang tepat dan pada kecepatan yang tetap. Setelah
itu waktu tempuhnya dicatat mulai dari garis m 1 sampai m3 dalam
detik. Kemudian cari BJ dari masing –masing cairan yang akan diuji
menggunakan piknometer. Hal ini dilakukan untuk perhitungan
viskositas. Lalu viskositas dari masing-masing cairan dihitung.
Dari hasil percobaan ini didapat data BJ dari Gliserin 1,193 g/ml,
Propilenglikol 1,043g/ml, dan Sirupus Simpleks 65% 1,244 g/ml. Dari data
ini dapat diketahui bahwa BJ terbesar dimiliki oleh Sirupus Simpleks
65% lalu Gliserin, dan yang terakhir Propilenglikol. Didapatkan juga
viskositas tertinggi yaitu Propilenglikol 0,135151 poise lalu Sirupus
simpleks 65% 0,103209 poise, dan Gliserin 0,029561 poise.
Percobaan kali ini tidak sesuai literatur dimana seharusnya jika
semakin besar BJ maka akan semakin besar viskositas suatu cairan.
Hal ini disebabkan karena larutan sirupus simpleks yang dipakai habis
sehingga tabung yang ada didalam alat tidak terisi penuh, serta tidak
akuratnya perhitungan waktu jatuh bola.

VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA –
Unisba 8 dari 10

Anda mungkin juga menyukai