Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISA SEMEN PEMBORAN


PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN

DISUSUN OLEH:

NAMA : AKIL HIDAYAT


NIM : 113200032
PLUG :F

LABORATORIUM ANALISA SEMEN PEMBORAN


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM ANALISA SEMEN PEMBORAN
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktikum Analisa Semen Pemboran


Minggu ke-1 acara kedua “Pengujian Rheologi Suspensi Semen”, Tahun
akademik 2022/2023, Program Studi S1 Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

DISUSUN OLEH :
NAMA : AKIL HIDAYAT
NIM : 113200032
PLUG :F

Yogyakarta, 15 September 2022


Disetujui untuk Laboratorium
Analisa Semen Pemboran
Oleh:
Asisten Praktikum

Muhammad Rizki Illahi


NIM 113190049
4.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
4.5.1. Hasil Percobaan
Tabel IV-1.
Tabulasi Hasil Percobaan Pengujian Rheology
Additive Plastic
Massa Yield Point
Plug Bentonite Barite Viscosity 2
Semen (gr) (lb/100ft )
(gr) (gr) (ppg)
A 345 0 5 42 128
B 343 0 7 65 115
C 341 0 9 45 175
D 339 0 11 76 133
E 337 0 13 46 144
F 335 0 15 47 62
G 333 0 17 68 114
H 347 3 0 51 113
I 345 5 0 75 120
J 343 7 0 84 71
K 341 9 0 44 208
L 338 12 0 65 85
M 335 15 0 45 95
N 333 17 0 44 156
• Semen Kelas = A
• Berat semen (Ws) = 335 gr
• Berat barite = 15 gr
• WCR = 46 %
• Densitas semen = 3,14 gr/cc
• Densitas barite = 4,2 gr/cc
• C600 = 156
• C300 = 109
Volume air total = 𝑊𝐶𝑅 𝑥 (𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 + 𝑊𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 )
= 0,46 𝑥 (335 + 15)
= 161 cc
PV = C600 - C300
= 156 - 109
= 47 cp
YP = C300 - PV
= 109 - 47
= 62 lb/100 ft2
4.5.3. Grafik
Additive vs Plastic Viscosity

90

80

70
Palstic Viscosity, cp

60

50

40

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Berat additive, gr

Bentonite Barite

Grafik 4.1.
Additive vs Plastic Viscosity
Additive vs Yield Point

250
Yield Point, lb/100ft2

200

150

100

50

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Berat additive, gr

Bentonite Barite

Grafik 4.2.
Additive vs Yield Point
4.6. PEMBAHASAN
Percobaan minggu ini berjudul “Pengujian Rheologi Suspensi Semen” yang
bertujuan untuk menentukan harga plastic viscosity dan yield point suspensi semen
dan mengetahui efek penambahan aditif pada rheologi suspensi semen pengeboran.
Pengukuran rheology semen merupakan salah satu sifat fisik semen yang penting
pada untuk kelancaran operasi penyemenan sumur. Sifat fisik yang dihitung adalah
plastic viscosity dan yield point. Plastic viscosity sering kali digambarkan sebagai
bagian dari resistensi suatu fluida untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi
mekanik. Sedankan yield point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh
gaya tarik menarik antar partikel, gaya Tarik menarik ini disebabakan oleh muatan-
muatan pada permukaan partikel yang didispersi dalam fasa fluida. Terdapat dua
fasa fluida, yaitu Newtonian dan non-newtonian. Fluida Newtonian merupakan
fluida yang mempunyai viskositas konstan, baik saat tegangan gesernya rendah
maupun besar contohnya air. Sedangkan non-newtonian merupakan fluida yang
mempunyai viskositas tidak konstan dan tergantung pada besarnya geseran (shear
rate) yang terjadi, contoh fluida non-newtonian adalah dilatant/shear thickening
(pasta, minyak, pelumas, dll), bingham plastic (lumpur dan cat), dan pseudo
plastic/shear thining (semen dan sabun cair). Alasan semen masuk pada kategori
non-newtonian pseudo plastic karena shear stress pada semen itu sangat tinggi dan
ketika saat viskositasnya menurun bukannya mencair semen malah mengeras
dikarenakan viskositasnya terhambat oleh shear stress yang tinggi karena
bergesekan dengan dinding formasi yang menyebabkan temperature tinggi
sehinggan mempercepat proses pengeringan dari semen itu sendiri.
Alasan mengapa pengukuran rheology ini harus dilakukan, karena untuk
mengetahui besarnya nilai pola aliran (NRe). Pada saat semen dipompakan kedalam
sumur menggunkan aliran turbulen (NRe > 3000) sedangkan pada saat ke annulus
menggunakan pola aliran laminer (NRe < 2000). Pada umumnya di pengebotan
minyak menggunakan pola aliran laminer karena tidak merusak formasi, jika
menggunakan pola aliran turbulen akan menyebabkan runtuhnya formasi sehingga
terjadi loss circulation. Untuk pola aliran sendiri dibagi menjadi empat, yaitu
laminer (NRe < 2000), turbulen ( NRe > 3000), transisi (NRe > 2000 – NRe <
3000), dan plug (NRe < 200). Pola aliran laminar digunakan untuk formasi yang
tidak kompak dan sangat sering digunakan. Pola aliran turbulen digunakan untuk
formasi yang kompak, akan tetapi pada umumnya sangat jarang dilakukan karena
sangat sulit untuk menemukan formasi yang kompak. Sedangkan pola aliran plug
digunakan untuk menutup daerah lobang bekas perforasi.
Untuk alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah multi mixer,
fann VG meter, timbangan, dan gelas ukur. Sedangkan untuk bahan yang digunakan
yaitu semen tipe A, air, dan additive weighting agent barite. Untuk prinsip kerja
praktikum kali ini adalah rotasi atau pemutaran suspensi semen dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal. Prosedur percobaan untuk penentuan rheology
suspense semen diawali dengan menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan
untuk suspense semen. Lalu setelah itu menyiapkan alat viscometer fann VG dengan
meletakkan bejana ke tempatnya, mengatur skala kedudukan sehingga rotor dan
bob tercelup tercelup kedalam atas. Lalu selanjutnya menggerakan rotor pada posisi
high 600 rpm, lalu lihat simpangan terjauh. Kemudian, menurunkan rotor pada 300
rpm, lalu lihat Kembali simpangan terjauh.
Pada percobaan kali ini, plug F menggunakan semen dasar yang terdiri dari
350 gram semen, 15 gram barite, dan 161 CC/mL air. Pada percobaan ini terjadi
kesalahan karena human error dan alat-alat di laboratorium yang kurang
mendukung, sehingga dilakukan uji coba ulang. Sehingga didapatkan hasil dari
percobaan dan perhitungan dari pembacaan dial reading yaitu 156 pada C600 dan
109 pada C300. Serta nilai plastic viscosity (PV) sebesar 47 Cp dan nilai yield poit
sebesar 62 lb/100 ft2.
Pada hasil yang didapatkan dari semua plug pada Grafik 4.1. Additive vs
plastic viscosity trendline penambahan additive barite cenderung meningkat, dan
trendline penambahan bentonite cenderung menurunan. Hal tersebut sudah sesuai
dengan teori fungsi dari additive yang ditambahkan yaitu barite (weighting agent)
menambah atau menaikkan viskositas dan bentonite (extander) menurunkan
viskositas. Namun berbeda pada Grafik 4.2. Additive vs Yield Point, trendline
penambahan additive barite cenderung menurun dan trendline penambahan
additive bentonite cenderung meningkat. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori
fungsi penambahan additive yang digunakan. Seharusnya dengan penambahan
additive barite dapat meningkatkan yield point, dan penambahan bentonite dapat
menurunkan harga yield point. Kesalahan tersebut terjadi disebabkan oleh faktor
human error dan juga fakot alat yang tidak berfunsi dengan baik.
Aplikasi lapangan pada praktikum kali ini adalah dengan mengetahui
rheology dari bubur semen kita dapat mengetahui pola aliran bubur semen.
Sehinggan kita dapat menentukan kecepatan aliran pompa yang digunakan karena
berpengaruh dengan lajur alir semen.
4.7. KESIMPULAN
1. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil:
• C600 suspensi semen = 156
• C300 suspensi semen = 109
• Plastic Viscosity (PV) = 47 cp
• Yield Point (YP) = 62 lb/100 ft2
2. Prinsip kerja Fann VG Meter, yaitu dengan memanfaatkan gaya sentrifugal
dengan mengaduk semen hingga memproleh harga plastic viscosity.
3. Barite dapat menaikkan plastic viscosity dan yield point (viscosifier),
sebaliknya bentonite dapat menurunkan plastic viscosity dan yield point
(dispersant).
4. Plastic viscosity dan yield point penting untuk diketahui karena berpengaruh
besar dalam Nre (bilangan Reynold) dimana dapat menentukan pola aliran
semen, apakah laminer, turbulen, ataupun plug flow. Pola alira sendiri ada
empat, yaitu :
1. Laminer (NRe < 2000)
2. Transisi (NRe > 2000 – Nre < 3000)
3. Turbulen (NRe > 3000)
4. Plug (NRe < 200)
5. Aplikasi lapangan :
• PV dan YP dapat menentukan besarnya Nre.
• Kecepatan pompa dapat menentukan jenis aliran bubur semen,
apakah laminer, turbulen, transisi atau plug flow.
• Mengetahui karakteristik dari masing-masing tipe aliran
• Mengetahui tipe aliran yang lebih baik sesuai dengan keadaan
formasinya

Anda mungkin juga menyukai