Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA (F207)


“INDEKS BIAS DAN ROTASI OPTIK”

Disusun oleh:
Kelompok 4

Fitria Nur Risna (P17335121050)


Hendriyanto Yusuf (P17335121051)
Sintia Riska Dewi (P17335121072)

Kelas : 1-B

Dosen Pembimbing:

Apt. Angreni Ayuhastuti, M.Si.

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2022
A. JUDUL PRAKTIKUM

Indeks Bias dan Rotasi Optik

B. HARI , TANGGAL PRAKTIKUM

Hari : Jum’at

Tanggal : 4 Februari 2022

C. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Menentukan indeks bias dengan refraktometer
b. Menentukan pengaruh konsentrasi zat terhadap nilai indeks bias
c. Menentukan rotasi optik dengan polarimeter
d. Menentukan pengaruh konsentrasi zat terhadap nilai rotasi optik

D. DASAR TEORI ( Sintia Riska Dewi (P17335121072))


Indeks bias suatu zat (n) adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam hampa udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Harga indeks bias berubah-ubah tergantung
dari panjang gelombang cahaya yang digunakan dalam pengukuran. Indeks bias dapat pula
didefinisikan sebagai perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias. Kecuali
dinyatakan lain, indeks bias dinyatakan dengan menggunakan sinar natrium dengan
panjang gelombang 589,3 nm pada suhu 20 derajat. (FI Edisi III hal. 767)
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan
oligosakarida, polimer dengan derajat polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam
air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan
warna melalui reaksi browning secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula
paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk
mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam industri
pangan, sukrosa diperoleh dari bit atau tebu (Winarno 1997)
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan
terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan
namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest
Abbe seorang ilmuan dari German pada permulaan abad 20 (Anonim, 2010).
Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya
dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk identifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran
dilakukan pada suhu 20oC dan suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan
karena sangat mempengaruhi indeks bias. Umumnya alat dirancang untuk digunakan
dengan cahaya putih. Setiap zat memiliki konsentrasi sendiri-sendiri. Konsentrasi zat dapat
diubah dengan menambahkan zat terlarut atau pelarutnya sendiri. Penambahan zat tidak
dilakukan dengan sembarangan, melainkan dengan perhitungan tertentu agar mendapatkan
konsentrasi yang diperlukan.Kebanyakan obyek yang dapat kita lihat, tampak karena obyek
itu memantulkan cahaya ke mata kita. Pada pantulan yang paling umum terjadi, cahaya
memantul ke semua arah, disebut pantulan baur. Sebuah buku di atas meja yang disinari
oleh hanya sebuah sumber titik cahaya dapat dilihat dari segenap penjuru ruangan. Supaya
lebih tegas misalkan suatu zat adalah udara dan yang di bawah air. Tempuhan cahaya
dilukiskan sebagai seberkas sinar akan terlihat jelas jika ada asap atau debu di udara, dan
jika air itu mengandung sedikit bahan celup fluoresen. Sebagian dari cahaya yang dating
akan dipantulkan oleh permukaan tersebut dan sebagian lagi akan terus ke dalam air atau
membias. Arah sinar datang, sinar pantul dan sinar bias ini diperinci atas dasar besar sudut
yang dibentuknya dengan garis yang tegak lurus pada permukaan di titik datang. Untuk
keperluan ini cukuplah kita melukiskan satu sinar saja, sekalipun cahaya yang terjadi dari
satu sinar saja mustahil ada atau hanya merupakan abstraksi geometrikal saja. (Sodiq, 2004)
Rotasi optik adalah besar sudut pemutaran bidang polarisasi yang terjadi jika sinar
terpolarisasi dilewatkan melalui cairan. Kecuali dinyatakan lain, pengukuran dilakukan
menggunakan sinar natrium pada lapisan cairan setebal 1 dm pada suhu 20 derajat. (FI Edisi
III hal.771)
Rotasi Optik Radiasi elektromagnetik terdiri atas dua gerakan gelombang mirip
sinusoidal yang terpisah dan saling tegak lurus, yaitu gelombang listrik dan gelombang
magnet. Kedua gelombang ini memiliki energi yang sama. Sebuah sumber setiap saat akan
menghasilkan gelombang berganda radiasi elektromagnetik yang berisolasi sehingga
gelombang listrik dan gelombang magnet berganda diemisikan.
Gelombang-gelombang radiasi elektromagnetik ini berjalan pada banyak arah dan berkas
radiasi melingkar yang dihasilkan terdispersi secara acak. Dengan melewatkan cahaya
melalui suatu prisma polarisasi, seperti prisma Nikol, vibrasi radiasi listrik yang
terdistribusi secara acak akan disortir sehingga hanya vibrasi-vibrasi yang terjadi pada suatu
bidang ruang tunggal yang dilewatkan. Kecepatan cahaya terpolarisasi bidang ini dapat
menjadi lebih lambat atau lebih cepat ketika melewati suatu sampel zat., seperti yang terjadi
pada pembiasan. Untuk suatu zat aktif optis, perubahan kecepatan tersebut menyebabkan
pembiasan cahaya terpolarisasi pada arah tertentu. Rotasi cahaya planar yang searah jarum
jam seperti yang teramati dalam berkas cahaya terpolarisasi, menunjukkan zat tersebut
sebagai zat dextrorotatory (putar kanan), sedangkan jika sampel merotasi bidang cahaya
berlawanan arah jarum jam, sampel tersebut dikatakan sebagai zat levorotatory (putar kiri).
Zat putar kanan, yang dapat dianggap memutar berkas sinar kekanan menghasilkan sudut
rotasi α yang dinyatakan dengan tanda positif. Sedangkan pada zat putar kiri yang memutar
berkas sinar ke kiri mempunyai α yang dinyatakan dengan tanda negatif. Alat yang
digunakan untuk mengukur aktivitas optik disebut polarimeter.(Sinko,2011)

E. ALAT DAN BAHAN ( Sintia Riska Dewi (P17335121072))


a. Alat dan Bahan Indeks Bias dan Rotasi Optik

Alat Bahan
1. Perkamen 1 1. Sukrosa
2. Kaca arloji . 2. Dextrose
3. Timbangan analitik 3. Aquadest
4. Beaker glass
5. Gelas ukur 10 ml
6. Batang pengaduk
7. Pipet tetes
8. Digital Refraktometer
9. Polarimeter
10. Tissu
F. PROSEDUR KERJA (Sintia Riska Dewi (P17335121072))
a. Indeks bias
• Buat 10 ml larutan sukrosa dalam aquadest dengan konsentrasi 5%, 10%
15%, 20%, 25%.
• Nyalakan alat dengan menekan tombol "ON".
Biarkan suhu pada digital refraktometer mencapai suhu ruang pengukuran.
• Teteskan aquadest pada kaca prisma digital refraktometer, lalu tekan
tombol zero.Tunggu sampai layar menunjukkan angka 0.0.
• Keringkan kaca prisma tersebut menggunakan tissue.
• Teteskan larutan sukrosa 5% pada kaca prisma digital refraktometer lalu
tekan tombol read. Catat suhu pengukuran dan nilai indeks bias yang
tertera pada layar digital refraktometer.Lakukan pengukuran sebanyak tiga
kali.
• Lakukan pengukuran yang sama untuk larutan sukrosa dengan konsentrasi
10% 15%, 20%, 25%.
b. Rotasi optik
• Dibuat 10 ml larutan dextrose dalam aquadest dengan konsentrasi 10% dan
20 %. Dengan cara menimbang dextrose sebanyak 1 gram dan 2 gram lalu
dilarutkan masing-masing dengan aquadest 10 ml dalam gelas beaker
• Dinyalakan polarimeter. Dibilas tabung polarimeter dengan sedikit larutan
yang akan ditentukan rotasi optiknya. Lalu dimasukan larutan uji (dextrose
10%) ke dalam tabung polarimeter sampai terisi penuh dan tidak ada
gelembung udara didalamnya.
• Dengan menggunakan pemutar pada alat, diatur agar layar dalam alat
tersebut menjadi batas terang dan gelap dengan batas yang jelas dan tegas
• Dicatat nilai rotasi optik yang tertera pada layar polarimeter saat batas terang
dan gelap didapatkan
• Dilakukan pengukuran yang sama untuk larutan dextrose 20%.

A. DATA HASIL PENGAMATAN (Sintia Riska Dewi (P17335121072))


a. Indeks bias
Larutan Jumlah Jumlah Sukrosa Nilai Suhu Rata-rata
Sukrosa yang ditimbang Indeks Bias Pengukuran
(gram) (gram)
Teoritis
Sukrosa 5% 0.5 g 22,287 g n1 : 3,7
n2 : 3,7 27,4℃ 11
= 3,66
3
n3 : 3.6
Sukrosa 10% 1g 22,787 g n1 : 6,9
n2 : 6,9 27,4℃ 21
= 7,00
3
n3 : 7,2
Sukrosa 15% 1.5 g 23, 289 g n1 : 10,7
𝟑𝟐, 𝟔
n2 : 11,0 27,4℃ = 𝟏𝟎, 𝟖𝟔
𝟑
n3 : 10,9
Sukrosa 20% 2g 24, 541 g n1 : 13,6
n2 : 13,5 40,8
= 13,60
27,4℃ 3
n3 : 13,7
Sukrosa 25% 2,5 g 25, 041 g n1 : 16,0
n2 : 16,9 27,4℃
n3 : 16,4 49,3
= 16,43
3

b. Rotasi optik

Larutan Jumlah dextrose Jumlah dextrose yang Nilai rotasi optik


(gram) teoritis ditimbang (gram)

Dextrose 10% 1,000 gram 23, 541 gram 30,505


Dextrose 20% 2,000 gram 24,541 gram 41,300

B. PEMBAHASAN (Sintia Riska Dewi (P17335121072))

a. Indeks bias
Pengukuran nilai % obrix larutan sukrosa. Refraktometer dikalibrasi terlebih dahulu ke 0
dengan meneteskan 2 hingga 3 tetes aquades ke permukaan kaca optik. Tekan tombol
“meas” sehingga angka %obixnya menunjukkan 0. Kemudian cairan aquades adi
dibersihkan menggunakan tisu tanpa menekan permukaan kaca optik. Larutan sukrosa
diteteskan ke permukaan kaca optik 2 hinngga 3 tetes, lalu ditutup agar tidak terkena cahaya
dari luar. Masing-masing konsentrasi gula dilakukan 3 kali pengulangan untuk mendapatkan
nilai atau data yang benar. (Tanjung, 2013)
Pada praktikum kali ini untuk mengetahui kadar gula pada larutan, yaitu dengan
pengamatan berdasarkan prinsip bahwa penentuan kadar atau konsentrasi larutan gula di
dasarkan indeks bias larutan gula dengan menggunakan alat refraktometer. Refraktometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar / konsentrasi bahan terlarut.
Refraktometer bekerja berdasarkan prinsip pemanfaatan refraksi cahaya, pengukurannya
didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang masuk melalui prisma-cahaya hanya bisa
melewati bidang batas antara cairan dan prisma kerja dengan suatu sudut yang terletak
dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan alas.

b. Rotasi optik

Polarimeter merupakan alat untuk mengukur perputaran optik.


Prinsip kerja polarimeter yaitu mempolarisasikan cahaya dari cahaya tak
terpolarisasi menjadi cahaya terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi dilewatkan
pada sampel dan dianalisa menggunakan analisator. Penganalisa akan
menganalisa seberapa besar perputaran optik yang terjadi [Phywe, 1986].
Pada polarimeter, bagian penganalisa bekerja dengan cara memutar
analisator. Analisator diputar sampai terjadi perubahan intensitas cahaya.
Pemutaran sudut analisator dimulai dari intensitas cahaya minimum
sampai intensitas cahaya maksimum. Perubahan intensitas cahaya dari
intensitas minimum sampai intensitas maksimum diamati dengan mata.
Sumber cahaya yang digunakan yaitu menggunakan sumber cahaya
Sodium D Line dengan panjang gelombang 589 nm [Phywe, 1986].
Perubahan intensitas cahaya ini dapat dilihat dengan adanya daerah terang gelap pada
alat polarimeter. Dan dengan adanya daerah gelap terang ini bisa di catat hasilnya yang
tertera pada alat.

C. KESIMPULAN (Sintia Riska Dewi (P17335121072))


-Refraktometer digunakan untuk menentukan besar indeks bias dari zat cair.
-Nilai rata-rata indeks bias surkrosa
• 5% : 3,66
• 10% : 7,00
• 15% : 10.86
• 20% : 13,60
• 25% : 16,43

- Semakin banyak konsentrasi zat terlarut di dalam cairan, akan semakin


banyak cahaya yang diserap dan menyebabkan intensitas cahaya menjadi
menurun.
-Indeks bias akan kecil, bila konsentrasi zat terlarutnya besar.
-Nilai indeks bias pada kedelapan sampel madu lebih kecil dari nilai SNI,
karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu : konsentrasi sukrosa,
suhu/temperatur dan densitasnya.
D. DAFTAR PUSTAKA (Sintia Riska Dewi (P17335121072))
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Hal 2023-2025. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Nugroho, Ridwan Sekti. 2009. PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK
PADA LARUTAN GULA. Yogyakarta.
Wasil, Muhammad. 2017. Penentuan Kadar Gula dengan Refraktometer.
Jambi.

E. LAMPIRAN (Sintia Riska Dewi (P17335121072))

Sukrosa 0,5 g 1g 1,5 g 2g 2,5 g

Dextrosa 1 g 2g

Anda mungkin juga menyukai