Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN VII
TITRASI KOMPLEKSOMETRI

OLEH:

NAMA : IMINDRIANI
STAMBUK : A1L121037
KELOMPOK : IVA
ASISTEN PEMBIMBING : MUHAEMIN Al MAHDALY H

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Hari, tanggal : Juma’at, 11 November 2022


Waktu : 13.00 WITA-selesai
Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo.
Telah diperiksa dengan teliti dan disetujui oleh asisten pembimbing
praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik, percobaan VII dengan judul “Titrasi
Kompleksometri” yang dilaksanakan pada:

Kendari, November 2022


Menyetujui,
Asisten Pembimbing

Muhaemin Al Mahdaly H
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana


reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks
senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat
yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua
komonen
yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Titrasi kompleksometri merupakan salah satu jenis titrasi yang didasarkan pada
reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam target dengan zat
pembentuk kompleks. Zat pembentuk kompleks yang umum digunakan adalah
asam etilena diamina tetra asetat (EDTA) yang akan membentuk kompleks kuat
denga perbandingan 1:1 dengan logam (Rollando, dkk., 2019)
Titrasi merupakan bagian dari metode volumetri dimana situs asam batu
pasir direaksikan dengan basa (NaOH) berlebih, dan sisa OH-S (yang tidak
bereaksi dengan situs asam batu pasir) dititrasi dengan asam (HCl) sedemikian
rupa sehingga jumlah zat-zat yang bereaksi ekivalen satu sama lainnya. Ekivalen
berarti bahwa zat-zat yang direaksikan tersebut tepat saling menghabiskan
sehingga tidak ada yang tersisa (Widihati, 2011).
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, air menutupi hampir 71%
permukaan bumi, sedangkan sisanya (30%) berupa daratan. Tidak dapat
dipungkiri, manusia juga sangat membutuhkan air untuk segala aspek kehidupan
misalnya dalam kegiatan pertanian, industri dan pemenuhan kebutuhan rumah
tangga. Maka dari itu air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang
memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia, dan
biologi ( Yazid, 2016).
Salah satu parameter kimia yang sering dijumpai adalah kesadahan air.
Kesadahan pada air disebabkan oleh adanya kandungan ion logam Ca2+ dan
Mg2+ yang cukup tinggi yang dapat menimbulkan permasalahan baik dari segi
kesehatan maupun peralatan yang digunakan (Putranto et.al., 2015). Batas
maksimum kesadahan dalam air bersih adalah 500 mg/L (Rahmawati dan
Nurhayati, 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah praktikum titrasi
kompleksometri. Praktikum titrasi kompleksometri bertujuan agar mahasiswa
dapat
melakukan analisis kuantitatif dengan metode titrasi kompleksometri. Sampel
yang
diginakan dalam praktikum ini adalah air sumur bor dan air sumur gali.

1.2 Tujuan praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan analisis kuantitatif dengan


metode titrasi kompleksometri.

1.3 Prinsip Dasar Praktikum

Prinsip dasar praktikum ini yaitu melakukan titrasi kompleksometri dan


menentukan titik akhir titrasi dalam titrasi kompleksometri, serta menentukan
konsentrasi logam dalam campuran dengan menggunakan metode titrasi
kompleksometri.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum titrasi kompleksometri ini yaitu memberikan


pengetahuan mengenai cara melakukan analisis kuantitatif dengan metode titrasi
kompleksometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Titrasi

Titrasi adalah suatu teknik analisis kuantitatif dalam penentuan konsentrasi


atau kadar suatu zat dengan menggunakan larutan standar ]. Pada studi ini akan
dilakukan analisis kation dan anion dengan metode titrasi.(AS mah, 2020). Titrasi
merupakan bagian dari metode volumetri dimana situs asam batu pasir
direaksikan dengan basa (NaOH) berlebih, dan sisa OH-S (yang tidak bereaksi
dengan situs asam batu pasir) dititrasi dengan asam (HCl) sedemikian rupa
sehingga jumlah zat-zat yang bereaksi ekivalen satu sama lainnya. Ekivalen
berarti bahwa zat-zat yang direaksikan tersebut tepat saling menghabiskan
sehingga tidak ada yang tersisa (Widihati, 2011)

2.2 Titrasi Kompleksometri

Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengkompleks, jadi membentuk hasil berupa senyawa kompleks. Reaksi
kompleks yang terbentuk dianggap sebagai reaksi asam basa Lewis dengan ligan
bertindak sebagai basa, Dengan menyumbangkan sepasang elektronnya kepada
kation yang merupakan asamnya. Ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat
dan ligan sering disebut kovalen. Titrasi harus dilakukan pada pH diatas minimum
dan harus dengan campuran penahan agar pH tidak turun selama titrasi
berlangsung. Adakalanya titrasi harus dilakukan pada pH yang memungkinkan
ion logam membentuk endapan oksida basa atau bahkan hidroksida (Triwahyuni,
2013)
Titrasi kompleksometri adalah suatu cara titrasi berdasarkan atas
pembentukan kompleks antara ion logam bervalensi banyak dengan suatu ligan
yang larut dalam air. Senyawa yang mempunyai dua pasangan elektron bebas
disebut ligan. Ion logam yang bereaksi adalah ion logam dimana subskala d belum
terisi penuh. Reaksi pembentukan kompleks adalah suatu reaksi asam basa Lewis.
Titrasi kompleksometri yang menggunakan dinatrium edetat memerlukan pH basa
dan suatu penyangga untuk memastikan bahwa proton yang dibebaskan tidak
menurunan pH (Lubis, 2018).
Prinsip titrasi kompleksometri adalah larutan yang mengandung ion (Ca2+)
akan membentuk kompleks dengan EDTA sehingga kadar dapat diketahui. Titik
akhir titrasi ditunjukkan dengan indikator logam dan ditandai dengan perubahan
logam dan ditandai dengan perubahan warna merah muda menjadi warna biru
(Saputri 2018).

2.3 Senyawa kompleks

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion


logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan
elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Ion logam pusat merupakan ion unsur
transisi, yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Donasi
pasangan elektron
ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga
senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Banyaknya ikatan koordinasi
dalam senyawa kompleks, antara ion pusat dengan ligan disebut
bilangankoordinasi. Bilangan koordinasi dan struktur senyawa kompleks beragam
mulai dari bilangan koordinasi dua sampai dua belas dengan stuktur linear,
tetrahedral, segi empat planar, trigonal bipirimidal, dan oktahedral. Umumnya
senyawakompleks memiliki bilangan koordinasi enam dengan struktur umum
oktahedral (Male, dkk., 2013)
2.6 Kesadahan

Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasi air dengan unsur kation


seperti Na, Ca, Mg. didalam kesadahan yang paling banyak dijumpai adalah air
laut. Pada air tawar permukaan umumnya kandungan Ca dan Mg dalam kadar
yang tinggi (>200 ppm) CaCO3. Sehingga air yang mengalir pada daerah batuan
kapur akan mempunyai tingkat kesadahan tinggi. Kesadahan yang tinggi dan
mulai berakubat pada peralatan rumah tangga apabila jumlah diatas 100 ml/L.
pada kesadahan diatas 300 mg/L dalam jangka waktu yang panjang akan
berpengaruh pada manusia dengan ginjal yang lemah sehingga mengalami
gangguan pada ginjal. Kesadahan ini dapat digolongkan pada kesadahan
sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara akan terendap pada saat
pemanasan. Kesadahan tetap akan lebih permanen di dalam air (Astuti dkk., 2016)

2.4 Eriochrom Black T

EBT merupakan Merupakan asam lemah, tidak stabil dalam air karena
senyawa organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna
dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat dalam air.
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan, Pada pH 8-10
senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5
senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian
juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
Pada pH 7 10 larutan indikator EBT berwarna biru karena terbentuk Hln2-.
Dengan penambahan ion Mg akan terjadi perubahan warna dan biru menjadi
merah anggur karena terbentuk Mgln2-. Pada titik akhir warna larutan akan
berubah dari merah anggur menjadi biru. Cara pembuatan indikator Eriochrom
Black T yaitu dengan cara 0,4 gram EBT dilarutkan dengan metanol sampai
volume 100 mL (Indayatmi, 2020).

2.7 EDTA
Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan salah satu jenis asam amino
polikarboksilat. EDTA adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan
suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau
disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi
permolekul. EDTA merupakan pengompleks yang berperan sebagai agen khelat
karena kemmapuannya untuk mengikat ion logam. EDTA mengandung
donor .elektron dari atom oksigen dan atom nitrogen sehingga dapat
menghasilkan khelat
bercincin enam (Sucihati, dkk., 2018) .

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik “ Titrasi Kompleksometri”


dilaksanakan pada hari jum'at, 11 November 2022 pukul 13.30 WITA – selesai,
bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas piala 500 mL, gelas
kimia 100 mL, Pipet skala 25 mL, filler, pipet tetes, spatula, buret, Erlenmeyer
250 mL, statif dan klem.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu air sumur gali, air
sumur bor, aquades, dapar ammonia (pH = 10), EBT, dan EDTA.
3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Penentuan Kesadahan Logam dalam Air Sumur Bor

Dipipet 5 mL sampel air sumur bor, dituangkan ke dalam labu Erlenmeyer


250 mL ditambahkan dengan aquades sebanyak 5 mL, kemudian ditambahkan 1
mL dapar ammonia (pH = 10) dan ditambahkan seujung spatula indikator
Eriochrom Black T (EBT). Dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,05 M
(komplekson III) sambil dikocok kuat-kuat sampai larutan tepat berubah warna.
Dilakukan secara duplo.

3.3.2 Penentuan Kesadahan Logam dalam Air Sumur Gali

Dipipet 5 mL sampel air sumur gali, dituangkan ke dalam labu Erlenmeyer


250 mL ditambahkan dengan aquades sebanyak 5 mL, kemudian ditambahkan 1
mL dapar ammonia (pH = 10) dan ditambahkan seujung spatula indikator
Eriochrom Black T (EBT). Dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,05 M
(komplekson III) sambil dikocok kuat-kuat sampai larutan tepat berubah warna.
Dilakukan secara triplo.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

Tabel 1. Penentuan Konsentrasi Logam dalam Sampel Air Sumur Bor


No Perlakuan Pengamatan

1 Dipipet 5 mL air sumur bor + 5 mL aquades Larutan bening


2 Ditambahkan 1 mL dapar ammonia (pH = Larutan berwarna
10) + EBT seujung sendok spatula merah anggur
3 Dititrasi dengan larutan standar EDTA Larutan berubah
0,05M (komplekson III) warna menjadi biru
4 Volume titran V1 = 13,7 mL
V2 = 11,1 mL
Vrata-rata = 12,4 mL

Pada praktikum “Titrasi Kompleksometri” dengan tujuan Menetapkan


kesadahan total dalam air sumur dengan didasarkan atas pembentukan
senyawa kompleks antara logam dengan ligan (zat pembentuk kompleks),
sebagai zat pembentuk kompleks yang digunakan adalah dinatrium etilen
diamine tetra asetat (EDTA) dengan indicator EBT. Kesadahan merupakan
salah satu parameter tentang kualitas air sehat, karena kesadahan menunjukan
ukuran pencemaran air oleh mineral-mineral terlarut seperti Ca2+ dan Mg2+
Perlakuan pertama dilakukan titrasi secara duplo untuk menentukan
konsentrasi logam dalam sampel air sumur bor. Sebelum sampel dititrasi,
sampel terlebih dahulu ditambahkan 5 mL aquades dan 5 mL buffer amonia,
setelah itu ditambahkan indokator Eriochrom Black T (EBT) hingga lrutan
berwarna merah anggur. Larutan sampel dititrasi dengan garam dinatrium
etilen diamin (EDTA) sebagai pengompleks akan membentuk senyawa
kompleks khelat yang larut saat bereaksi dengan kation logam tertentu.
Larutan buffer digunakan untuk memastikan hanya da satu bentuk EDTA
dalam air yaitu Y+ dan reaksi antara indikator EBT dengan EDT berlangsung
sempuran pada pH 8-10 dalam keadaan stabil. Titik akhir titrasi ditandai
dengan larutan yang berubah warna menjadi biru saat EDTA mengikat seluruh
ion Ca2+ dan Mg2+ (Dwantari, dkk., 2019)

Tabel 2. Penentuan Konsentrasi Logam dalam Sampel Air Sumur Gali


No Perlakuan Pengamatan

1 Dipipet 5 mL air sumur gali + 5 mL aquades Larutan bening


2 Ditambahkan 1 mL dapar ammonia (pH = Larutan berwarna
10) + EBT seujung sendok spatula merah anggur
3 Dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,05 Larutan berubah
M (komplekson III) warna menjadi biru
4 Volume titran V1 = 2 mL
V2 = 2,6 mL
V3 = 3 mL
Vrata-rata = 2,53 mL

Perlakuan kedua dilakukan titrasi secara duplo untuk


menentukan konsentrasi logam dalam sampel air sumur gali. Sebelum
sampel dititrasi, sampel terlebih dahulu ditambahkan 18 mL aquades
dan 5 mL buffer amonia, setelah itu ditambahkan indokator Eriochrom
Black T (EBT) hingga lrutan berwarna merah anggur. Larutan sampel
dititrasi dengan garam dinatrium etilen diamin (EDTA) sebagai
pengompleks akan membentuk senyawa kompleks khelat yang larut
saat bereaksi dengan kation logam tertentu. Larutan buffer digunakan
untuk memastikan hanya da satu bentuk EDTA dalam air yaitu Y+
dan reaksi antara indikator EBT dengan EDT berlangsung sempuran
pada pH 10-10 dalam keadaan stabil. Titik akhir titrasi ditandai
dengan larutan yang berubah warna menjadi biru saat EDTA mengikat
seluruh ion Ca2+ dan Mg2+ (Dwantari, dkk., 2019).

Titrasi kompleksometri yang menggunakan dinatrium edetat


memerlukan pH basa dan suatu penyangga untuk memastikan bahwa
proton yang dibebaskan tidak menurunan pH. Penyangga yang bisa
digunakan adalah larutan amonia yang menyangga hingga pH sekitar
10. Dinatrium edetat merupakan senyawa yang stabil dan terlarutkan
air, yang memberikan titik akhir yang tajam dan yang terbaik dari
semuanya, bereaksi dengan sebagian besar ion logam dalam
perbandingan 1:1 dengan mengabaikan valensi ionnya. Dengan cara
ini, ion-ion logam seperti Zn2+Ca2+, dan Al3+ dapat ditentukan
kadarnya di dalam sampel-sampel farmaseutikal. Pemilihan EDTA
untuk pembentukan kompleks karena dapat bereaksi hampir dengan
setiap ion logam dari sistem periodik, kompleks yang terbentuk
heksadentat, sesuai dengan bilangan koordinasi banyak ion logam dan
stabilitas kompleksnya paling besar (Lubis, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. W., Fatimah, S., & Anie, S. 2016. Analisis Kadar Kesadahan Total
Pada Air Sumur Di Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul
Yogyakarta. Analit: Analytical and Environmental Chemistry. (1).

Dwantari, I.P.S., & Wiyantoko, B. 2019. Analisa Kesadahan Total, Logam


Timbal (Pb), Metode Titrasi Kompleksometri dan Spektrofotometri
Serapan Atom. Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA). 2(01).

Indayatmi. (2020). Analisi Titrametri dan Gravimetri. Yogyakarta : Ag Publisher.

Lubis, M. R. 2018. Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Bubuk Bermerek “H”
Secara Titrasi Kompleksometri. Jurnal Ilmiah Kohesi. 2(4)

Male, Y. T., Tehubijuluw, H., & Pelata, P. M. 2013. Synthesis of Binuclear


Complex Compound of {[Fe (L)(NCS)2]2oks} (L= 1, 10-phenantrolin and
2,2’-bypiridine). Indonesian Journal of Chemical Research. 1(1).
Prafitasari, M., D. 2015. Analisa Kesadahan Air Sumur Gali (Studi Di Desa
Plabuhan Kecamaan Plandaan Kabupaten Jombang). Diss. STIKes Insan
Cendekia Medika Jombang.

Rollando, R., Duhu, A.E., & Sitepu, R. 2019. Perbandingan Validasi Metode
Kompleksometri dan Spektrofotometri Uv-Vis Derivatif Tablet Kalsium
Laktat. Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannyan (SNKP). Malang:
Program Studi Farmasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Ma
Chung.
Sucihati, S., Zaharah, T. A., & Shofiyani, A. 2018. Pengaruh Konsentrasi
NaEDTA Terhadap Desorpsi Ce (IV) Pada Adsorben Kitosan-Karbon.
Jurnal Kimia Khatulistiwa, 7(4).

Triwahyuni, Endang dan Yusrin. 2013. Penggunaan Metode Kompleksometri


pada Penetapan Kadar Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfat dengan
Vitamin C. Jurnal Unimus. 3(1).

Widihati, I, A, G. (2011). Adsorbsi Anion Cr (VI) Oleh Batu Pasir


TeraktivasiAsam dan Tersalut Fe203. Jurnal Kimia FMIPA Universitas
Udayan, Bukit Jimbaran. 2 (1).

Anda mungkin juga menyukai