Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 FAX 0451-422844 PALU

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN 8

MENENTUKAN KADAR MAGNESIUM DENGAN METODE


KOMPLEKSOMETRI

LAPORAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : BEY NIDA’UL HASANAH


STAMBUK : F 121 18 010
KELOMPOK : 1

PALU

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur


jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu
larutan yang konsentrasinya diketahui. Pada titrasi salah satu larutan
dimasukkan kedalam buret atau disebut dengan titran, sedangkan larutan
lainnya dimasukkan dalam labu erlenmeyer yang disebut dengan titrat.
Larutan titran dicampurkan dengan titrat sampai seluruh reaksi selesai
yang dinyatakan dengan perubahan warna indikator pH, yang merupakan
suatu zat yang pada umumnya ditambahkan kedalam larutan titrat dan
mengalami semacam perubahan warna. Perubahan warna menandakan
bahwa reaksi telah selesai dan merupakan titik akhir titrasi, kemudian
volume titran yang telah digunakan dicatat.

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi pembentukan
kompleks antara ion logam dengan EDTA sangat peka terhadap pH.
Karena reaksi pembentukan kompleks selalu dilepaskan H+ maka (H+)
didalam larutan akan meningkat walaupun sedikit. Satuan yang digunakan
molaritas.

EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana pH = 7-11, untuk


penetapan kadar dari logam Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak
langsung, sebab ikatan kompleks antara logam tersebut dengan EBT cukup
stabil. Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap
dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang
tidak selektif.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana menentukan kadar Magnesium (Mg) dalam suatu sampel air


dengan metode titrasi kompleksometri ?

1.3 Tujuan Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar Magnesium (Mg) dalam


suatu sampel air dengan metode titrasi kompleksometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Titrasi Kompleksometri

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengkompleks atau membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak. Tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks,sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan pada titrasi. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
adalah tingkat kelarutan tinggi, selain titrasi kompleksometri yang dikenal
sebagai kelartometri seperti yangmenyambut penggunaan EDTA. Gugus
yang terikat pada ion pusat, disebut ligan(polidentat). Selektivitas kompleks
dapat diatur dengan pengendalian pH= 10 EDTA (Firdaus, 2016).

Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakaan indikator yang


juga bertindak sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator tersebutsering
disebut indikator metalokromat. Kelebihan titrasi kompleksometri adalah
EDTA stabil, mudah larut danmenunjukkan komposisi kimiawi yang
tertantu. Selektivitas kompleks dapat diaturdengan penegendalian pH misal
pada magnesium, krom, kalsium dapat di titrasi pada pH=11. Etilen diamin
asetat (EDTA) sebagai garam natrium sendii merupakanstandar primer
sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut. Kompleks yang mudahlarut
dalam air ditemukan. (Firdaus, 2016).

2.2. Magnesium

Magnesium merupakan unsur kimia yang memiliki simbol Mg dengan


nomor atom 12 serta berat atom 24,31 gr/mol. Magnesium merupakan salah
satu unsur 8 yang paling luas penyebarannya dan enyusun 2% dari kerak
bumi serta merupakan unsur terlarut ketiga terbanyak pada air laut. Ditinjau
dari segi sifat, magnesium merupakan logam yang memiliki sifat yang dapat
ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan ekstruksi menjadi
batangan dengan bermacam – macam penampang. Dari segi resistansi
korosi, magnesium memiliki tingkat ketahanan korosi yang tinggi, sehingga
magnesium dapat digunakan untuk pelindung pipa yang berada dalam tanah
yang mudah mengalami korosi. Sifat – sifat yang kurang pada magnesium
murni diperbaiki dengen memberi paduan unsur – unsur tertentu. Hal ini
akan meningkatkan daya guna dari magnesium sebagai material dalam
pembuatan suatu produk. Penggunaan paduan magnesium dalam kehidupan
sehari – hari cukup luas mulai dari sebagai pelapis tungku hingga konstruksi
pesawat terbang magnesium dapat diproduksi untuk pembuatan produk cor.
Paduan logam magnesium sangat kuat namun beratnya ringan sehingga
logam magnesium digunakan untuk industri pesawat terbang dalam perang
dunia II dan sesudahnya. (Padmanaban, 2011).

2.3. EDTA

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan
EDTA,merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA
sebenarnya adalahligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu
ion logam lewat keduanitrogen dan keempat gugus karboksilat atau disebut
ligan multidentat yangmengandung lebih dari dua atom koordinasi per
molekul, misalnhya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina
tetraasetat, EDTA) yang mempunyai duaatom nitrogen penyumbang dan
empat atom oksigen penyumbang dalam molekul. (Rival, 1995).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap
dengansejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang
tidak selektif. Dalamlarutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial
EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam. (Harjadi, 1993)

2.4. Indikator EBT

Eriochrome Black-T (EBT) adalah salah satu zat warna azo yang
penting digunakan dalam pencelupan sutra, wol, nilon, multifibers dan di
laboratorium digunakan sebagai indikator dalam titrasi kompleksometri
untuk mendapatkan konsentrasi Ca2+, Mg2+, dan Zn2+ . Eriochrome Black-T
adalah zat warna yang berbahaya karena merupakan lanjutan dari produk
naphthaquinone yang bersifat lebih karsinogenik dan dapat menyebabkan
gangguan seperti kerusakan ginjal, kanker, dan gangguan hati1 . Eriochrome
Black-T banyak terdapat dalam sisa proses industri tekstil dan perlu
penanganan lebih lanjut agar tidak masuk kedalam perairan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat. Tanpa dilakukannya pengolahan limbah,
maka akan berpotensi menjadi penyebab pencemaran air yang berarti
menurunkan kualitas air yang di konsumsi oleh makhluk hidup. Limbah
yang dihasilkan memiliki resiko yang sangat tinggi karena dapat menyebab
kan pencemaran pada air yang dijadikan sebagai sumber utama terjadinya
kontak antara manusia dengan limbah cair yang mengandung senyawa-
senyawa kimia organik yang terdapat dalam zat warna. Jika hal ini terjadi
maka akan menimbulkan beberapa efek, seperti iritasi pada saluran
pencernaan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika
tersentuh oleh kulit. (Jumiaty, 2015).

2.5. Buffer Ammourat

Buffer digunakan untuk berbagai keperluan yang membutuhkan kondisi pH


yang stabil. Larutan buffer mampu untuk menekan terjadinya perubahan
pHyang terjadi dalam proses tertentu. Kemampuan tersebut bergantung pada
kapasitas buffer yang merupakan fungsi dari jenis dan konsentrasi ion-ion
yangterkandung didalamnya. Larutan penyangga merupakan suatu larutan
yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion-ion hIdrogen atau
hidroksida ditambahkanatau ketika larutan itu diencerkan.

Semakin besar konsentrasi asam atau basa konjugatnya maka akan semakin
besar kapasitas penyangga. Kapasitas penyangga didefinisikan secara lebih
kuantitatif dangan jumlah mol basa kuat dibutuhkan untuk mengubah 1 liter
larutan sebesar 1 pH satuan. Dalam menyiapkan larutan penyangga dengan pH
yang diinginkan, maka pemilihan system asam-garam2 (atau basa-garam) dimana
pK asam tersebut sedekat mungkin dengan pH yang diinginkan (Priskila, 2015)

2.6. Akuadest

Aquadest adalah air hasil dari penyulingan atau destilasi. Serta dapat
disebut juga air murni (H2O). karena H2O hampir tidak mengandung
mineral. Sedangkan air mineral merupakan pelarut yang universal. Air
tersebut mudah menyerap atau melarutkan berbagai partikel dan dengan
mudah menjadi terkontaminasi. Dalam siklusnya di dalam tanah, air terus
bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat dan
mikroorganisme. Jadi, air mineral bukan aquades (H2O) karena
mengandung banyak mineral. Aquadest sendiri terbagi menjadi tiga jenis
jika ditinjau dari bahan baku pembuatnya, yaitu:
 Air aquadest dari sumur
 Air aquadest dari mata air pegunungan
 Air aquadest dari Air tanah hujan (Rifaldi, 2011).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai penetapan kadar magnesium secara kompleksometri ini


dilaksanakan pada Kamis, 24 Oktober 2019 bertempat di Laboratorium
Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tadulako..

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah aquades, buffer pH
10, EDTA 0,1 M, Indikator Erichrom Black (EBT), dan MgSO4.Alat yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah buret, botol semprot, Erlenmeyer,
gelas kimia, pH meter, pipet tetes, corong, statif, klem.

3.3. Prosedur Kerja

1. Ditimbang 0,3 gram MgSO4 kemudian ditambahkan 5 ml aquades dan 5 ml


HCl. Lalu dimasukkan ke dalam labu ukur dan ditetapkan volumenya. Pepet
12,5 ml larutan, dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml dan diencerkannya
hingga 100 ml. Kemudian dipanaskan 40oC dan ditambahkan larutan buffer
pH 10 lalu ditambahkan 3-5 tetes indokator EBT. Dititrasikan dengan
EDTA sampai warna berubah dari merah anggur ke biru. Dicatatnya hasil
pengamatan.
BAB IV
METODE PERCOBAAN

4.1 Hasil Pengamatan

NO PERLAKUAN HASIL
Ditimbang 0,3 gram MgSO4 + 5 ml
1 Warnanya bening
akuadest + 5 ml HCl
2 Diencerkan hingga 50 ml Warnanya bening
Dipanaskan sampai 400C + larutan Buffer
3 Warnanya bening
pH 10
Warnanya menjadi
4 Ditimbang 3-5 tetes indikator EBT
merah anggur
Warnanya berubah
5 Titrasi dengan EDTA dari merah anggur
menjadi biru pekat.

4.2 Analisis Data

Menghitung kadar Magnesium (Mg) secara kompleksometri menggunakan


rumus:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔
𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸 𝑀𝑔
= 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Diketahui :
M EDTA = 0,1 M
Volume titrasi = 5 ml = 0,005 L
V1 = 50 ml = 0,05 L
V2 = 12,5 ml = 0,0125 L
BE Mg = 24 grek
Bobot sampel = 0,3 gram
Ditanya : Kadar Mg ?
Penyelesaian :
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔
𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸 𝑀𝑔
= 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑉1/𝑉2 𝑥 𝐵𝐸 𝑀𝑔
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,05 𝐿
0,1 𝑀 𝑥 0,005 𝐿 𝑥 𝑥 24 𝑔𝑟𝑒𝑘
0,0125 𝐿
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 = 𝑥 100%
0,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 𝑀 𝑥 0,005 𝐿 𝑥 4 𝑥 24 𝑔𝑟𝑒𝑘
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 = 𝑥 100%
0,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,048
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 = 𝑥 100%
0,3 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 = 0,16 𝑥 100%

𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝑴𝒈 = 𝟎, 𝟏𝟔%

4.3 Persamaan Reaksi

MgSO4 + H2O

4.4 Pembahasan

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks atau membentuk hasil berupa kompleks. Sebagian besar titrasi

kompleksometri mempergunakaan indikator yang juga bertindak sebagai

pengompleksnya sendiri. Indikator tersebutsering disebut indikator

metalokromat. Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah

larut danmenunjukkan komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas


kompleks dapat diaturdengan penegendalian pH misal pada magnesium,

krom, kalsium dapat di titrasi pada pH=11.

Pada praktikum kali ini yaitu menentukan kadar magnesium pada suatu

sampel air, digunakan MgSO4 sebagai indikatornya. Apabila larutan ini sdh

ditepatkan volumenya, maka selanjutnya akan ditetesi dengan buffer pH 10

dan ditambahkan 3-5 EBT hingga wanra larutan ini berubah dari yang

sebelumnya tidak berwarna hingga berubah warna menjadi merah anggur.

Selanjutnya mentitrasi larutan tersebut dengan EDTA. Proses titrasi ini

dilakukan hingga warna larutan berubah warna menjadi biru, dengan reaksi....

Secara kuantitatif telah di analisis kadar magnesium menggunakan rumus

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔

𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸 𝑀𝑔


= 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Hingga diperoleh kadar magesium sebesar 0,16 %.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa penetuan kadar
magnesium pada suatu sampel air dapat digunakan metode kompleksometri
dengan mentitrasi larutan MgSO4 yang ditetesi dengan EBT yang kemudian
dititrasi dengan EDTA hingga menghasilkan larutan yang semula berwarna
merah anggur hingga berubah warna menjadi berwarna biru yang secara
kuantitatif diperoleh kadar MgSO4 sebesar 0,16 %

5.2 Saran
Sebaiknya bahan-bahan yang sudah tersimpan lama tidak digunakan kembali
agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Universitas Tadulako: Palu.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga: Jakarta.

Khopkar S, M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai