UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
KAMPUS BUMI TADULAKO TONDO, TELEPON 0451-422611 FAX 0451-422844 PALU
PERCOBAAN 8
LAPORAN
DISUSUN OLEH :
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2.2. Magnesium
2.3. EDTA
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan
EDTA,merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA
sebenarnya adalahligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu
ion logam lewat keduanitrogen dan keempat gugus karboksilat atau disebut
ligan multidentat yangmengandung lebih dari dua atom koordinasi per
molekul, misalnhya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina
tetraasetat, EDTA) yang mempunyai duaatom nitrogen penyumbang dan
empat atom oksigen penyumbang dalam molekul. (Rival, 1995).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap
dengansejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang
tidak selektif. Dalamlarutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial
EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam. (Harjadi, 1993)
Eriochrome Black-T (EBT) adalah salah satu zat warna azo yang
penting digunakan dalam pencelupan sutra, wol, nilon, multifibers dan di
laboratorium digunakan sebagai indikator dalam titrasi kompleksometri
untuk mendapatkan konsentrasi Ca2+, Mg2+, dan Zn2+ . Eriochrome Black-T
adalah zat warna yang berbahaya karena merupakan lanjutan dari produk
naphthaquinone yang bersifat lebih karsinogenik dan dapat menyebabkan
gangguan seperti kerusakan ginjal, kanker, dan gangguan hati1 . Eriochrome
Black-T banyak terdapat dalam sisa proses industri tekstil dan perlu
penanganan lebih lanjut agar tidak masuk kedalam perairan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat. Tanpa dilakukannya pengolahan limbah,
maka akan berpotensi menjadi penyebab pencemaran air yang berarti
menurunkan kualitas air yang di konsumsi oleh makhluk hidup. Limbah
yang dihasilkan memiliki resiko yang sangat tinggi karena dapat menyebab
kan pencemaran pada air yang dijadikan sebagai sumber utama terjadinya
kontak antara manusia dengan limbah cair yang mengandung senyawa-
senyawa kimia organik yang terdapat dalam zat warna. Jika hal ini terjadi
maka akan menimbulkan beberapa efek, seperti iritasi pada saluran
pencernaan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika
tersentuh oleh kulit. (Jumiaty, 2015).
Semakin besar konsentrasi asam atau basa konjugatnya maka akan semakin
besar kapasitas penyangga. Kapasitas penyangga didefinisikan secara lebih
kuantitatif dangan jumlah mol basa kuat dibutuhkan untuk mengubah 1 liter
larutan sebesar 1 pH satuan. Dalam menyiapkan larutan penyangga dengan pH
yang diinginkan, maka pemilihan system asam-garam2 (atau basa-garam) dimana
pK asam tersebut sedekat mungkin dengan pH yang diinginkan (Priskila, 2015)
2.6. Akuadest
Aquadest adalah air hasil dari penyulingan atau destilasi. Serta dapat
disebut juga air murni (H2O). karena H2O hampir tidak mengandung
mineral. Sedangkan air mineral merupakan pelarut yang universal. Air
tersebut mudah menyerap atau melarutkan berbagai partikel dan dengan
mudah menjadi terkontaminasi. Dalam siklusnya di dalam tanah, air terus
bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat dan
mikroorganisme. Jadi, air mineral bukan aquades (H2O) karena
mengandung banyak mineral. Aquadest sendiri terbagi menjadi tiga jenis
jika ditinjau dari bahan baku pembuatnya, yaitu:
Air aquadest dari sumur
Air aquadest dari mata air pegunungan
Air aquadest dari Air tanah hujan (Rifaldi, 2011).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah aquades, buffer pH
10, EDTA 0,1 M, Indikator Erichrom Black (EBT), dan MgSO4.Alat yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah buret, botol semprot, Erlenmeyer,
gelas kimia, pH meter, pipet tetes, corong, statif, klem.
NO PERLAKUAN HASIL
Ditimbang 0,3 gram MgSO4 + 5 ml
1 Warnanya bening
akuadest + 5 ml HCl
2 Diencerkan hingga 50 ml Warnanya bening
Dipanaskan sampai 400C + larutan Buffer
3 Warnanya bening
pH 10
Warnanya menjadi
4 Ditimbang 3-5 tetes indikator EBT
merah anggur
Warnanya berubah
5 Titrasi dengan EDTA dari merah anggur
menjadi biru pekat.
Diketahui :
M EDTA = 0,1 M
Volume titrasi = 5 ml = 0,005 L
V1 = 50 ml = 0,05 L
V2 = 12,5 ml = 0,0125 L
BE Mg = 24 grek
Bobot sampel = 0,3 gram
Ditanya : Kadar Mg ?
Penyelesaian :
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔
𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸 𝑀𝑔
= 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑉1/𝑉2 𝑥 𝐵𝐸 𝑀𝑔
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 = 𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,05 𝐿
0,1 𝑀 𝑥 0,005 𝐿 𝑥 𝑥 24 𝑔𝑟𝑒𝑘
0,0125 𝐿
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 = 𝑥 100%
0,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 𝑀 𝑥 0,005 𝐿 𝑥 4 𝑥 24 𝑔𝑟𝑒𝑘
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 = 𝑥 100%
0,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,048
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔 = 𝑥 100%
0,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝑴𝒈 = 𝟎, 𝟏𝟔%
MgSO4 + H2O
4.4 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu menentukan kadar magnesium pada suatu
sampel air, digunakan MgSO4 sebagai indikatornya. Apabila larutan ini sdh
dan ditambahkan 3-5 EBT hingga wanra larutan ini berubah dari yang
dilakukan hingga warna larutan berubah warna menjadi biru, dengan reaksi....
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑔
5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa penetuan kadar
magnesium pada suatu sampel air dapat digunakan metode kompleksometri
dengan mentitrasi larutan MgSO4 yang ditetesi dengan EBT yang kemudian
dititrasi dengan EDTA hingga menghasilkan larutan yang semula berwarna
merah anggur hingga berubah warna menjadi berwarna biru yang secara
kuantitatif diperoleh kadar MgSO4 sebesar 0,16 %
5.2 Saran
Sebaiknya bahan-bahan yang sudah tersimpan lama tidak digunakan kembali
agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA